LARUTAN PENGENCER ALTERNATIF NaCl 0,9 % DALAM PENGECATAN GIEMSA PADA PEMERIKSAAN MORFOLOGI SPERMATOZOA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

Laporan Praktikum 3. Praktikum 3 : ph meter, Persiapan larutan penyangga, Pengenceran stok glukosa. Oleh : Rebecca Rumesty L dan Jimmy

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

Teknik Pewarnaan Bakteri

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

Laporan Praktikum ph Meter, Persiapan Larutan Penyangga

Teknik Identifikasi Bakteri

LAPORAN PRAKTIKUM 2 PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA, DAN PENGENCERAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR BAKTERIOLOGI TUMBUHAN Pewarnaan Gram, Uji KOH dan Pewarnaan Spora OLEH: FITRAH AULIA NIM: D1 B

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

Jurnal Riset Kesehatan

PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT)

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

III. METODE PENELITIAN

TIGA PEWARNAAN UNTUK MELIHAT GRANULA METAKROMATIK

Laporan Praktikum 3. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA DAN PENGENCERAN GLUKOSA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

Hubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

LAPORAN PRATIKUM II PRATIKUM PH METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

LAPORAN PRAKTIKUM 2 ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : Kamis, 31 Maret 2016

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

KESEIMBANGAN ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

MATERI DAN METODE. Materi

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

I. PENDAHULUAN. spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

Transkripsi:

LARUTAN PENGENCER ALTERNATIF NaCl 0,9 % DALAM PENGECATAN GIEMSA PADA PEMERIKSAAN MORFOLOGI SPERMATOZOA Maruni Wiwin Diarti, Erlin Yustin Tatontos, Aden Turmuji Abstrak: Kualitas hasil pewarnaan morfologi spermatozoa menggunakan cat Giemsa sangat dipengaruhi oleh jenis bahan pengencer cat Giemsa. Syarat pengencer yang dapat digunakan adalah memiliki sifat buffer. Larutan NaCl 0,9% selain memiliki sifat buffer juga memiliki harga yang lebih murah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan mengetahui NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer alternatif dalam pengecatan Giemsa pada pemeriksaan morfologi spermatozoa. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kualitas pewarnaan morfologi spermatozoa menggunakan cat Giemsa yang diencerkan dengan larutan NaCl 0,9% dan larutan Buffer Fosfat. Hasil penelitian pengecatan Giemsa dengan larutan NaCl 0,9% didapat penyerapan cat morfologi spermatozoa baik adalah 71,625% dan penyerapan cat morfologi spermatozoa tidak baik adalah 28,375 %. Hasil penelitian yang menggunakan larutan Buffer Fosfat didapat penyerapan cat morfologi spermatozoa baik adalah 81,563 % dan penyerapan cat morfologi spermatozoa tidak baik adalah 18,438 %. NaCl 0,9 % dapat digunakan sebagai larutan pengencer alternatif dalam pengecatan Giemsa pada pemeriksaan morfologi spermatozoa. Kata Kunci: Cat Giemsa, Larutan NaCl 0,9%, Morfologi Spermatozoa. THE ALTERNATIVE DILUTE SOLUTION OF NaCl 0.9% AT THE GIEMSA STAINING ON THE INVESTIGATION THE MORPHOLOGY OF SPERMATOZOA Abstract : The quality of staining, the morphology of spermatozoon applays The Giemsa dye, is strongly influenced by the type of Giemsa thinner. The terms of diluent that can be used is having a buffer property. The solution of NaCl 0.9 %, besides having buffer properties also has a cheaper price. The research is a descriptive study that aims to determine NaCl 0.9% as the alternative of diluting solution at Giemsa staining on morphological examination of spermatozoon. This study was conducted to compare the quality of spermatozoon morphology staining by using Giemsa which was diluted with 0.9% NaCl solution and the solution of Phosphate Buffer. The result of the study indicated The Giemsa staining with NaCl 0.9% solution, is obtained the outstanding spermatozoon morphology staining absorption was 71.625% and the poor spermatozoon morphology staining absorption was 28.375%. The results of study which was applied the Phosphate Buffer solution, was obtained the outstanding spermatozoon morphology staining absorption was 81.563% and the poor spermatozoon morphology staining absorption was 18.438%. The NaCL 0.9% can be used as an alternative dilute solution at Giemsa staining on morphological examination of spermatozoon. Keywords: Giemsa dye, 0.9 % NaCl solution, Sperm Morphology. Maruni Wiwin Diarti, Erlin Yustin Tatontos, Aden Turmuji : Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Sandubaya Mataram 1709

Maruni Wiwin Diarti, Larutan Pengecel Alternatif NaCl 0,9% LATAR BELAKANG Angka infertilitas pasangan suami-istri di seluruh dunia menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) dan laporan lainnya, diperkirakan 8-12 % pasangan yang mengalami masalah infertilitas selama masa reproduktif mereka. Sedangkan data infertilitas di Indonesia yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan anak sekitar 10%. Faktor yang menyebabkan infertilitas berasal dari suami, istri atau keduanya. Menurut penelitian yang dilakukan WHO 1989, faktor penyebab yang berasal dari suami sebesar 40% (Kuswondo, 2002). Faktor-faktor penyebab kasus infertil pada pria antara lain genetik, umur, infeksi, autoantibodi, defisiensi testosteron, hipogonadisme, kanker, faktor lingkungan, efek samping dari pengobatan, retrograde ejaculation, vasectomy, varicocele, dan kualitas spermatozoa (Aryoseto, 2009). Kasus infertilitas dapat diketahui dengan cara pemeriksaan sperma atau analisis semen. Analisis semen atau disebut pemeriksaan sperma merupakan salah satu pemeriksaan yang penting untuk penilaian kesuburan pria. Pemeriksaan analisis semen ini penting tidak hanya untuk para ahli andrologi yang menangani masalah pria tetapi juga penting untuk para ahli ginekologi yang menangani para wanita. Analisis semen manusia berguna bagi pasangan yang ingin melakukan program Keluarga Berencana dan pada pria yang telah dilakukan vasektomi untuk mengetahui apakah semen mereka masih fertil ataukah sudah tidak mengandung spermatozoa lagi (Soeradi,2003). Kualitas spermatozoa salah satunya ditentukan oleh morfologi dari spermatozoa. Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan dengan melihat bentukbentuk spermatozoa. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Untuk pemeriksaan morfologi sperma yang biasa digunakan di laboratorium adalah dengan pulasan giemsa. Giemsa cukup akurat dan sederhana untuk pemeriksaan morfologi (Arsyad, 2011). Cat Giemsa harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dipakai mewarnai spermatozoa. Syarat pengencer giemsa yang ideal yaitu: isotonik, memiliki kemampuan menyangga dengan baik dan mempunyai ph 6,8 7,0 agar tidak berpengaruh pada pewarnaan morfologi spermatozoa. Terlalu asam atau berlebih basa maka bisa menimbulkan kualitas penyerapan cat oleh spermatozoa tidak baik, untuk itu diperlukan larutan buffer supaya asam dan basa seimbang. Fungsi dari larutan buffer adalah menjadi zat yang mempertahankan keadaan ph saat sejumlah kecil basa atau asam dimasukan ke dalam larutan(sherwood, 2001). Pewarnaan Giemsa dalam analisis morfologi spermatozoa umumnya menggunakan larutan buffer fosfat yang dibuat dengan derajat keasaman 6,8-7,2. Pengenceran dengan aquades kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan sel spermatozoa mengembang dan pecah karena sifat aquades yang hipertonis. Hal ini disebabkan karena cairan aquades masuk ke dalam sel melalui membran semipermeabel. Oleh karena itu cairan yang masuk ke dalam sel harus bersifat isotonis agar sel tersebut tidak pecah atau mengkerut (Sherwood, 2001). Buffer fosfat sebagai larutan buffer karena memiliki sifat isotonis dan mampu menahan perubahan ph ketika ion-ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan atau ketika larutan itu 1710

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 2, AGUSTUS 2016 diencerkan disebut larutan penyangga atau larutan dapar (Day & Underwood, 2002). Walaupun buffer fosfat mudah didapatkan, namun harganya cukup mahal, maka perlu larutan alternatif yang bisa digunakan sebagai larutan pengencer dalam pengecatan Giemsa yang lebih murah dan mudah didapatkan seperti NaCl dengan konsentrasi 0,9 %. Larutan NaCl 0,9% memiliki sifat isotonis pada cairan sel dan mampu mempertahankan perubahan ph sperma pada suhu kamar (Rahardianto, 2012); (Ansel & Prince, 2004). Larutan NaCl 0,9% memiliki sifat yang mirip dengan buffer dan berdasarkan hasil uji pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, larutan NaCl 0,9% tidak mempengaruhi kondisi fisik spermatozoa seperti kegunaan buffer fosfat sebagai larutan pengencer cat Giemsa. Namun perlu diuji apakah larutan NaCl 0,9% memiliki kualitas yang sama dengan larutan buffer fosfat sebagai pengencer cat Giemsa dalam analisis morfologi spermatozoa, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai uji NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer alternatif dalam pengecatan Giemsa pada pemeriksaan morfologi spermatozoa. METODE Penelitian ini bersifat observasional deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. (Notoatmodjo, 2002). Penelitian ini akan mengkaji kemampuan NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer cat Giemsa pada pemeriksaan morfologi spermatozoa dengan menggunakan Buffer fosfat ph 6,8 sebagai pembanding. Bahan Penelitian : Cairan sperma dan Larutan NaCl 0,9 % Besar Unit Penelitian : Adapun cara menentukan besarnya unit penelitian berdasarkan rumus Federer pada buku Kemas Hanafiah (2010) yaitu (t 1) (r 1) 15. Variabel Penelitian : Variabel Bebas : Larutan NaCl 0,9% Variabel terikat : Hasil pewarnaan pada pemeriksaan morfologi spermatozoa. Definisi Operasional 1. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis yang diperoleh dari 0,9 gram kristal NaCl yang dilarutkan dalam 100 ml aquades dan dinyatakan dalam % b/v. 2. Larutan pengencer merupakan larutan yang digunakan untuk mengencerkan cat giemsa dalam pemeriksaan morfologi spermatozoa. 3. Giemsa adalah pewarna yang digunakan dalam pengecatan sel yang akan diencerkan dengan larutan buffer posfat dan NaCl 0,9%. 4. Pemeriksaan morfologi spermatozoa merupakan bagian dari pemeriksaan sperma yang meliputi pengamatan gambaran bagian sel spermatozoa (kepala, leher dan ekor). Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil pewarnaan Giemsa dan hasil pemeriksaan morfologi spermatozoa menggunakan buffer fosfat ph 6,8 ( sebagai pembanding) dan NaCl 0,9 % 1711

Maruni Wiwin Diarti, Larutan Pengecel Alternatif NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer Giemsa yang diamati secara mikroskopis. Instrumentasi penelitian : Glass bekker, Objek glass, Cover glass, Bak pewarnaan, Pipet pastur, Pipet ukur, Botol cat, Mikroskop. Reagen : Cat Giemsa induk dengan konsentrasi 10 %, Buffer fosfat ph 6,8 dan Prosedur kerja : Pembuatan Buffer fosfat ph 6,8 1) Dibuat larutan stok A: Ditimbang NaH 2PO 4 sebanyak 27,8 gram, dilarutkan dalam 1 liter aquades. 2) Dibuat larutan stok B: Ditimbang Na 2HPO 4. 12H 2O sebanyak 71,1 gram, dilarutkan dalam 1 liter aquades. 3) Dipipet 51,0 ml larutan dari stok A masukkan ke glass bekker. 4) Ditambahkan 49,0 ml larutan dari stok B 5) Dihomogenkan,dimasukkan ke botol lalu di beri label. Pembuatan larutan NaCl 0,9 % 1) Ditimbang kristal NaCl sebanyak 0,9 gram. 2) Dilarutkan dalam aquades 100 ml sehingga didapat konsentrasi 0,9%. Pembuatan larutan stok Giemsa dengan pengencer Buffer fosfat ph 6,8 sebanyak 5 ml (diencerkan 5 kali ). 1) Dipipet giemsa pokok sebanyak 10 ml. 2) Ditambahkan 40 ml Buffer fosfat. 3) Dimasukkan ke dalam botol, kemudian diberi label. Pembuatan stok giemsa dengan pengencer larutan NaCl 0,9% sebanyak 50 ml (diencerkan 5 kali). 1) Dipipet Giemsa pokok sebanyak 10 ml. 2) Ditambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 40 ml. 3) Dimasukkan ke dalam botol, kemudian diberi label. Pembuatan hapusan sperma 1) Diteteskan sperma ke objek glass sebanyak 1 tetes (40 µ). 2) Dibuat hapusan dengan mendorong menggunakan cover glass dengan kemiringan cover 25 30 0, kemudian dikeringkan. Pewarnaan hapusan dengan cat Giemsa stok dengan pengencer Buffer fosfat 1) Diletakkan hapusan diatas rak pewarnaan. 2) Difiksasi dengan methanol selama 5 menit. 3) Diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, biarkan selama 15-20 menit. 4) Dibilas dengan air suling. 5) Diletakkan hapusan dalam sikap vertikal dan biarkan mengering oleh udara. Pewarnaan hapusan dengan cat Giemsa stok dengan pengencer NaCl 0,9 % 1) Diletakkan hapusan diatas rak pewarnaan. 2) Difiksasi dengan methanol selama 5 menit. 3) Diwarnai dengan pewarnaan Giemsa stok, biarkan selama 15-20 menit. 4) Dibilas dengan air suling. 5) Diletakkan sediaan dalam sikap vertikal dan biarkan mengering oleh udara. Pembacaan morfologi spermatozoa 1) Diletakkan hapusan diatas mejak objektif mikroskop. 2) Ditetesi dengan oil imersi. 3) Diamati morfologi spermatozoa berdasarkan dari kualitas penyerapan cat warna giemsa pada 1712

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 2, AGUSTUS 2016 kepala, leher dan ekor spermatozoa dengan kriteria sebagai berikut: Penyerapan Cat Baik : Bila hasil pewarnaan bersih, bisa membedakan dengan jelas bagian spermatozoa (kepala, leher dan ekor), spermatozoa terlihat jelas dan tidak rusak, kepala berwarna ungu dan leher dan ekor abu-abu sampai ungu. Penyerapan Cat Tidak Baik : Bila hasil pewarnaan kotor, bagian spermatozoa tidak terlihat dengan jelas dan spermatozoa rusak. Analisis Data : Data yang diperoleh mengenai hasil pewarnaan dan pemeriksaan morfologi spermatozoa menggunakan pulasan Giemsa dengan pengencer NaCl 0,9 %, dan buffer posfat ph 6,8 (sebagai pembanding) disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan cara deskriptif. HASIL PENELITIAN Hasil pengecatan Giemsa yang diencerkan dengan NaCl 0,9% pada pemeriksaan morfologi spermatozoa meliputi penyerapan cat oleh kepala, leher dan ekor dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil pengecatan Giemsa yang diencerkan NaCl 0.9 % pada pemeriksaan morfologi spermatozoa No Kualitas penyerapan cat Giemsa Morfologi spermatozoa Rerata (sel) Persentase 1 Penyerapan Cat Baik 71,63 71,63% 2 Penyerapan Cat Tidak Baik 28,38 28,38% Jumlah 100 100% Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan morfologi spermatozoa menggunakan cat Giemsa yang diencerkan dengan larutan NaCl 0.9% dan dihitung dalam 100 sel/replikasi didapatkan jumlah morfologi spermatozoa dengan kategori penyerapan cat baik sebanyak 71,63%. Sedangkan jumlah morfologi spermatozoa dengan kategori penyerapan cat tidak baik sebanyak 28,38%. Hasil pengecatan Giemsa yang diencerkan dengan Buffer Fosfat pada pemeriksaan morfologi spermatozoa meliputi penyerapan cat oleh kepala, leher dan ekor dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengecatan Giemsa yang diencerkan dengan larutan Buffer Fosfat pada pemeriksaan morfologi spermatozoa No Kualitas penyerapan cat Giemsa Morfologi spermatozoa Rerata (sel) Persentase 1 Penyerapan Cat Baik 81,56 81,56% 2 Penyerapan Cat Tidak Baik 18,44 18,44% Jumlah 100 100% Tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan morfologi spermatozoa menggunakan cat Giemsa yang diencerkan dengan larutan Buffer Fosfat dan dihitung dalam 100 sel/replikasi didapatkan jumlah morfologi spermatozoa dengan kategori penyerapan cat baik sebanyak 81,56%. Sedangkan jumlah morfologi spermatozoa dengan kategori penyerapan cat tidak baik sebanyak 81,56%. PEMBAHASAN Pemeriksaan morfologi spermatozoa merupakan salah satu parameter penilaian kualitas sperma pria. Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan dengan melihat bentuk-bentuk spermatozoa. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Untuk pemeriksaan morfologi sperma yang biasa digunakan di laboratorium adalah dengan pulasan giemsa. Giemsa cukup akurat dan sederhana untuk pemeriksaan morfologi ( Arsyad, 2011). 1713

Maruni Wiwin Diarti, Larutan Pengecel Alternatif NaCl 0,9% Agar ph cat Giemsa tetap stabil dan pemakaian cat menjadi lebih irit pada saat pewarnaan, cat Giemsa diencerkan terlebih dahulu sebelum mewarnai spermatozoa. Larutan pengencer yang digunakan harus memiliki sifat buffer yaitu larutan yang bersifat isotonis dan mampu mempertahankan keseimbangan asam dan basa dan memiliki ph 6,8 7,2 agar tidak berpengaruh pada pewarnaan morfologi spermatozoa. Terlalu asam atau berlebih basa maka bisa menimbulkan kualitas penyerapan cat oleh spermatozoa tidak baik (Sherwood, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan larutan NaCl 0,9 % dan Buffer Fosfat sebagai bahan pengencer cat Giemsa yang digunakan dalam mewarnai spermatozoa menunjukkan perbedaan kualitas penyerapan warna oleh spermatozoa. Pada penggunaan larutan Buffer Fosfat masih adanya leher dan ekor yang tidak terlihat. Hal ini dapat terjadi karena kondisi abnormalitas spermatozoa. Hasil morfologi spermatozoa dengan penggunaan NaCl 0,9 % sebagai larutan pengencer cat Giemsa menunjukkan masih ada kepala, leher dan ekor spermatozoa yang tidak berwarna ungu tetapi berwarna biru muda, hal ini dapat disebabkan karena ph larutan NaCl 0,9 % lebih dari 7 sehingga inti sel spermatozoa lebih menyerap zat warna basa (Azur bluish), yang akan menyebabkan warna sel spermatozoa menjadi biru muda. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Widya Bhakti Suryanata tahun 2013 yang menyatakan bahwa ph pengencer cat Giemsa sangat berpengaruh terhadap kualitas pewarnaan suatu sediaan apus. Meskipun masih ada beberapa morfologi spermatozoa yang penyerapan catnya tidak baik atau tidak memenuhi kriteria pewarnaan pada pemakaian NaCl 0,9 % sebagai pengencer cat Giemsa, namun sebagian besar morfologi spermatozoa memenuhi kriteria baik yaitu spermatozoa utuh dan jelas, warna yang kontras dan yang paling penting morfologi spermatozoa dapat diamati. Dasar dari pemeriksaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B (Bluish) bersifat basa dan Eosin Y (Yellowish) bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti kromatin, dan beberapa struktur sitoplasma (DNA dan RNA) menjadi warna biru sampai ungu. Sedangkan Eosin Y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti mitokondria dan granula menjadi warna merah oren. Ikatan Eosin Y pada Azur B yang beragregasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagi efek Romanowsky giemsa. Efek ini terjadi sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan kontras antara inti sel yang berwarna ungu kemerahan dengan sitoplasma yang berwarna ungu (Yuliana, 2013). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pewarnaan antara lain kualitas Giemsa induk, kualitas pengencer cat Giemsa, kebersihan slide, lama fiksasi dengan methanol dan ketebalan sediaan. Kualitas cat Giemsa yang digunakan harus dicek mutunya dan dilihat tanggal kadaluwarsa cat tersebut. Giemsa yang mutunya jelek atau sudah rusak tidak akan mengeluarkan warna ungu atau merah ( Suryanta, dkk, 2012). 1714

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 2, AGUSTUS 2016 Penelitian ini membuktikan bahwa larutan NaCl 0,9 % dapat dijadikan sebagai larutan pengencer alternatif cat Giemsa. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Adianto tahun 2013 yang menyatakan bahwa larutan pengencer cat Giemsa yang memiliki sifat buffer akan menunjukkan hasil pewarnaan yang lebih baik dibandingkan dengan aquades. KESIMPULAN Larutan NaCl 0,9% memiliki kemampuan sebagai pengencer alternatif dalam pengecatan Giemsa pada pemeriksaan morfologi spermatozoa. Larutan NaCl 0,9% memiliki sifat isotonis yang dilihat dari bentuk fisik spermatozoa yang tidak berubah. Larutan NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer cat Giemsa dalam pemeriksaan morfologi spermatozoa memiliki kualitas yang lebih rendah dari larutan Buffer Fosfat dengan selisih morfologi spermatozoa kategori penyerapan cat baik adalah 9,938%. Saran Bagi petugas laboratorium sebaiknya menggunakan larutan NaCl 0,9% sebagai larutan pengencer cat Giemsa, karena memiliki harga yang lebih murah. DAFTAR PUSTAKA Adianto, W. (2013). Perbedaan Morfologi Sel Darah Pada Pengecatan Giemsa Yang Diencerkan Menggunakan Aquades Dan Buffer ph 6,8. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Alimul Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan (2nd ed., p. 45). Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Analis Kesehatan Maram. 2013. Diktat Praktikum Cytohistoteknologi. Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram. Ansel, H. C., & Prince, S. J. (2004). Kalkulasi Farmasetik. Jakarta: EGC. Arios, R., Tomuka, D., & Kristanto, E. (2014). Efektifitas Deteksi Spermatozoa Menggunakan Pewarna Malachite Green. Jurnal E-CliniC(eCl), Manado. Aryoseto, L. (2009). Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan Morfologi Spermatozoa Pada Pasien Infertilitas Di Rumah Sakit Dokter Kariadi. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang Bhakti Suryanata, W. (2013). Pengaruh ph Buffer Pada Pengencer Giemsa Terhadap Gambaran Mikroskopis Sediaan Apus Malaria. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang. Day, R.., & Underwood, A.. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif (Edisi Keen, p. 148). Jakarta: Penerbit Erlangga. Depkes, RI. (2005). Good Laboratory Practice. Depkes, RI. E. Johnson, K. (2011). Quick Review Histologi & Biologi Sel. Jakarta: Binampa Aksara. Eka Pramana W, R., Suryani, M., & Supriyono, M. (2015). Efektivitas Pengobatan Madu Alami Terhadap Penyembuhan Luka Infeksi Kaki Diabetik (IKD), 5 10. Ferdinan P, F., & Ariebowo, M. (2007). Praktis Belajar Biologi (1st ed., p. 184). Jakarta: Visindo Media Persada. Gandosoebrata, R. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Joseph, & Hadjiza, B. W. (2013). Basic Physical Pharmacy. (W. Brotmiller, Ed.). Burlington. Arsyad. (2011). Morfologi Sperma. Perkumpulan Andrologi Indonesia, 1486. Lefever Kee, J. (2008). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. (R. P. Kapoh, Ed.) (6th ed., p. 415). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1715

Maruni Wiwin Diarti, Larutan Pengecel Alternatif NaCl 0,9% M. Horne, M., & L. Swearingen, P. (2001). Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa (2nd ed., p. 11). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Novel, S. S. (2010). Kamus Bilogi SMA (p. 94). Jakarta: Gagas Media. Permata Sari, O. (2007). Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai Dosis Bertingkat Terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit Jantan Strain. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Rahardhianto, A., Abdulgani, N., & Trisyani, N. (2012). Pengaruh Konsentrasi Larutan Madu dalam NaCl Fisiologis terhadap Viabilitas dan Motilitas Masa Penyimpanan. Jurnal Sains Dan Seni. ISSN: 2301-928X Sherwood, Lauralle (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Subartha, I. M. (2000). Analisis Sperma Rutin. Denpasar: Penerbit Upada Sastra. Sunanda, P., Panda, B., & Dash, C. (2014). Prevalensi Spermatozoa Abnormal Pada Laki - laki Subur Pengunyah Tembakau. Jurnal of Human Reproductive Sciences. India Suryanta, Soebiono, & Kurniati, E. (2012). Pengaruh Variasi Konsentrasi Giemsa Terhadap Hasil Pewarnaan Sediaan Darah Tipis Pada Pemeriksaan Plasmodium sp. Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. WHO, Edition, F. (2010). Laboratory Manual For The Examination And Processing Of Human Semen (pp. 13-18). Brazil:WHO Yuliana, R. (2013). Kualitas Pewarnaan Pada Sediaan Apusan Darah Tebal Malaria Dengan Teknik Penggenangan Dan Perendaman. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang.. 1716