BAB V PARA AHLI WARIS

dokumen-dokumen yang mirip
HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB IV HUKUM DAN SISTEM PE WARISAN ADAT

KULIAH WARDAT 10 April 2012 Pertemuan ke 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

Lex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

HUKUM KELUARGA DAN KEWARISAN ADAT. Oleh: Fokky Fuad, SH, MH

BAB I PENDAHULUAN. lain. Dengan demikian setiap orang tidak mungkin hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dalam pembagian harta warisan apabila ada anak kandung menurut hukum waris adat

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

Hukum Adopsi menurut Hukum Adat

HASIL WAWANCARA. Konteks Tatap Muka dalam Komunikasi Antarpribadi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PERADIGMA. Digunakannya istilah hukum waris adat dalam skripsi ini adalah untuk

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

PERBANDINGAN PEMBAGIAN WARISAN UNTUK JANDA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM WARIS ISLAM FITRIANA / D

Hukum Waris Adat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Adat

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. lainnya dalam satu kesatuan yang utuh (Abdulsyani, 1994:123).

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran untuk dapat memanfaatkan isi dunia ini. Selain itu manusia. yang dilalui untuk dapat mempertahankan dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

HUKUM WARIS. Hukum Keluarga dan Waris ISTILAH

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usahanya seperti untuk tempat perdagangan, industri, pendidikan, pembangunan sarana dan perasarana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. 1. Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I TENJAUAN UMUM TENTANG HUKUM WARIS

PENETAPAN Nomor : 02/Pdt.P/2010/PA.Gst. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhuk pribadi sekaligus makhluk

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. (machstaat). Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 negara

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

PERBANDINGAN HUKUM ADOPSI MENURUT HUKUM ADAT DI INDONESIA

AKIBAT HUKUM PENCATATAN PERKAWINAN

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

ÉÄx{M. Joeni Arianto Kurniawan, S. H.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

KEDUDUKAN JANDA DALAM HUKUM WARIS ADAT PADA MASYARAKAT PARENTAL

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

TINJAUAN YURIDIS AHLI AHLI WARIS AB INTESTATO MENURUT HUKUM PERDATA

BAB IV ANALISIS DATA A. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia Tentang Hibah dalam Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN YURIDIS STATUS HUKUM ANAK AKIBAT PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM

KEDUDUKAN JANDA TERHADAP HARTA BERSAMA MENURUT HUKUM WARIS ADAT JAWA

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

TINJAUAN YURIDIS ATAS AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

PARENTAL SISTEM WARIS ADAT PARENTAL. Perhitungan sistem Parental 06/10/2016

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Transkripsi:

BAB V PARA AHLI WARIS Para waris adalah semua orang yang (akan) menerima Penerasan atau pembagian warisan, baik ia sebagai ahli waris atau bukan ahli waris, tetapi mendapat warisan 1. Anak Kandung - Anak kandung ialah anak yang lahir dari kandungan ibu dan ayah kandungnya - Kedudukan anak kandung sebagai waris di pengarahi oleh status perkawinan - Dalam hukum adat posisi anak sulung, anak tengah, anak bungsu berbedabeda, walaupun ada perbedaan namun hukum Indonesia menganut azas kekeluargaan dan kerukunan dalam pewarisan - Anak sah ialah anak yang lahir dari perkawinan orang tua yang sah menurut ajaran agama Anak tidak sah ialah anak yang lahir dari perkawinan orang tua yang tidak sah menurut ajaran agama - Menurut UU No 1/74 pasal 43 (1) bahwa anak yang tidak sah, hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya - Di Minahasa anak yang lahir dari perkawinan tidak sah (bakupiara) dapat disamakan dengan abak sah, bila sedah ada tanda pengakuan anak (Maheliliker) 1

- Waris anak laki Masyarakat Patrilinial - Waris anak perempuan Masyarakat Matrilinial - Waris anak laki dan perempuan sama masyarakat Parental 2. Anak tiri Anak tiri adalah anak yang bukan hasil kandungan Suami istri bersangkutan, tetapi merupakan anak bawaan di dalam perkawinan Anak tiri tidak bisa mewarisi dari ayah dan ibu, tetapi ia mewarisi dari ayah ibu kandungnya sendiri "Landrat Purworejo Tanggal 14-08-1937" 3. Anak Angkat Anak angkat pada prinsipnya tidak bisa mewarisi karena yang bisa mewarisi ada "hubungan darah" 2. KEDUDUKAN WAKIS ANAK KANDUNG Adalah anak yang lahir dari kandungan ibu dan ayah kandungnya. Kedudukan anak kandung sebagai ahli waris dipengaruhi oleh perkawinan yang dilakukan oleh orang tuanya. Jika perkawinan ayah dan ibunya sah maka anak 2

lahir akan menjadi ahli wans dari kedua orangtuanya tersebut. Tetapi bila perkawinan ayah dan ibunya tidak sah, maka anak tersebut hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya saja. Status anak yang lahir akibat perkawinan yang tidak sah adalah sama dengan status anak luar kawin, anak tersebut tidak berhak mewarisi dari pihak ayahnya tetapi hanya mewarisi dari pihak ibu dan keluarga ibunya saja. Lebih jelasnya dalam hukum waris adat status dan kedudukan anak kandung tersebut adalah sebagai berikut : 1.1. Anak Sah Adalah anak kandung yang lahir dari perkawinan orangtuanya yang sah menurut ajaran agama, sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Pasal 42 yang menyatakan: "Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah, dan Pasal 2 menyatakan bahwa: Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya." Anak sah baik laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah ahli waris dari orangtua yang melahirkannya, mereka berhak atas harta warisan dari keduanya. 3

1.2. Anak Luar Kawin (anak tidak salt) Dalam masyarakat Jawa, dikenal dengan istilah anak jadah, anak haram, anak kowar dan sebagainya adalah anak yang lahir dari perbuatan yang tidak menurut ketentuan agamanya seperti: - Anak dari kandungan ibu sebelum terjadi pernikahan - Anak dari kandungan ibu setelah bercerai iama dari suami - Anak dari kandungan ibu tanpa melakukan perkawinan sah - Anak dari kandungan ibu karena berbuat zina dengan orang lain - Anak dari kandungan ibu yang tidak diketahui siapa ayahnya. Menurut Pasal 43 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 maka anak tidak sah ini hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya atau dengan keluarga ibunya saja. Dengan demikian maka anak tidak sah berhak menjaadi ahli terhadap harap warisan dari ibu atau keluarga ibu saja, sedangkan dari ayah ataupun keluarga ayah tidak berhak. 1.3. Anak Sulung Pada umumnya, pada masyarakat, pada masyarakat/keluarga-keluarga Jawa menghormati kedudukan anak sulung atau anak tertua, karena ia patut dihargai sebagai pengganti orangtua setelah meninggal. Keadannya segala tanggung jawab baik dalam kedudukan adat maupun terhadap harta kekayaan keluarga dapat beralih kelangsungan penguasannya. 4

Sedangkan anak sulung perempuan dalam masyarakat Jawa kurang begitu dominan dibandingkan peran anak sulung laki-laki, tidak seperti halnya dalam sistem matrilineal seperti di Minangkabau. 2. KEDUDUKAN WARIS ANAK TIRI Yang dimaksud adalah anak kandung yang dibawah olah suami atau istri dalam perkawinan, sehingga salah seorang dari mereka menyebut anak itu sebagai anak tiri, jadi anak tiri adalah anak bawaan dalam perkawinan. Landrad (Pengadilan tingkat pertama) di Purworejo Jawa Tengah pada tanggal 14 Agustus 1937 pernah memutuskan berkaitan dengan status dan kedudukan anak tiri ini dalam pewarisan, sebagai berikut:" Bahwa anak tiri tidak berhak atas warisan bapak tiri, ia ikut mendapat penghasilan dan bagian dari harta peninggalan bapak tiri yang diberikan kepada ibunya sebagai nafkahnya. 3. KEDUDUKAN WARIS JANDA DAN DUDA 4.1 Kedudukan Janda: Kekeluargaan yang bersifat kebapak-ibuan (parental) seperti di Jawa, apabila didalam keluarga/rumah tangga, suami meninggal dunia dengan meninggalkan anak kandung yang telah mencar dan seorang istri sebagai janda, seringkali sijanda tinggal sendirian di tempat tinggal almarhum suaminya, ia berhak tetap tinggal di rumah tersebut dan mendapatkan 5

nafkahnya dari harta peninggalan almarhum suaminya sampai ia meninggal dunia atau kawin lagi. Dalam sistem parental pembagian harta warisan antara para ahli waris adalah sebagai berikut: 1. Harta asal istri dan harta gono-gini di bagi-bagi antara anak kandung semuanya. Si janda pada salah satu anaknaya dan dijamin oleh semua anak-anaknya atau cukup oleh seorang anak yang diikutinya. 2. Mungkin pula si janda tetap menempati rumah peninggalan almarhum suaminya serta sebidang sawah asal maupun harta gono-gini yang ditinggalkan oleh almarhum. 3. Kemungkinan lain ialah suami telah menghadiahkan sebidang sawah dan sebuah rumah kepada istrinya baik itu barang asal maupun gono-gini dari Tua kawin lagi. Karenanya pangkal pikiran hukum adat waris adalah bahwa istri sebagai orang luar tidak mempunayai hak dalam pewarisan akan tetapi sebagai istri ia berhak mendapatkan nafkah dari harta selama ia membutuhkan. Selanjutnya dapat kita ketahui lebih tegas bahwa janda adalah bukan ahli waris akan tetapi berhak mendapatkan penghasilan dari harta peninggalan suami sebagai seorang janda ia dapat meneruskan penghidupanya seperti waktu masih kawin. 6

Dalam perkembangan peradilan sekarang ini sudah banyak keputusan Pengadilan Negeri yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa si janda sebagai ahli wans dari almarhum dari suaminya sehingga kedudukan istri dan anak-anak dalam pembagian waris sejajar. Kedudukan janda dari seorang lelaki yang meninggal dunia, perlu mendapatkan perhatian dan ternyata diperlukan secara istimevva dalam tiga lingkungan Hukum Adat, Hukum Islam, dan BW. Dalam hubungan dengan si wafat, sudah tentu terdapat perbedaan antara janda disatu pihak dan anak-anak si wafat di lain pihak, kalau dilihat dari sudut tali kekeluargaan berdasarkan atas persamaan darah. 4.2 Kedudukan Duda Kedudukan duda terhadap barang/harta warisan almarhum istrinya dibeberapa daerah dengan sistem kekeluargaan kebapak- ibuan, hampir disebagian besar di wilayah Indonesia, pada hakekatnya adalah sama dengan kedudukan janda tetapi dalam hal ini prakteknya berlainan, oleh karenanya. 7