PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI

dokumen-dokumen yang mirip
PERSPEKTIF KRIMINOLOGI DALAM MENGKAJI PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI Di INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERZINAHAN DALAM PERSPEKTIF KUHP

BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

PERLINDUNGAN ANAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM HUKUM PIDANA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM. Perlindungan Korban dan Saksi, bahwa yang dimaksud dengan korban adalah

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

ANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA

FAKTOR PENYEBAB DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA TENTANG EKSPLOITASI SEKSUAL SESUAI DENGAN UNDANG- UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN SELAMA PROSES PERADILAN PIDANA

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

KAJIAN YURIDIS PIDANA DENDA TERHADAP KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DIBAWAH UMUR

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMIDANAAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA MENGEKSPLOITASI EKONOMI ATAU SEKSUAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. bidang hukum privat, dan dalam bidang hukum publik. 3 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

KEBIJAKAN FORMULASI HUKUM PIDANA TERHADAP MALE RAPE DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA BERDASARKAN NILAI KEADILAN

ANALISIS HUKUMAN KEBIRI UNTUK PELAKU KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DITINJAU DARI PEMIDANAAN DI INDONESIA

PEMBERLAKUAN ASAS RETROAKTIF DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA SEBAGAI ALASAN PEMBERHENTIAN PRESIDEN DARI JABATANNYA (PEMAKZULAN)

ANALISIS YURIDIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA JASA PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF KUHP

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

POLITIK HUKUM PIDANA DALAM KEJAHATAN PERKOSAAN Sabar Slamet Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 46/PUU-XIV/2016 Perbuatan Perzinaan, Perkosaan, dan Pencabulan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang

BAB I PENDAHULUAN. di gunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari- hari. Sehingga dalam setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kejahatan. Nama kriminologi yang ditemukan oleh P. Topinard ( )

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PEMBERIAN KOMPENSASI SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KERUSUHAN

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat dan agama. Contoh nyata dari penerapan aturan dan /atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembedaan antara bidang ilmu yang satu dengan yang lain adalah kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

I. PENDAHULUAN. kerap kali menjadi korban tindak pidana pencabulan atau perkosaan dan tak jarang

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DILUAR NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki hak serta kewajiban yang harus dilindungi dari segala

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

KEBIJAKAN KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN KUMPUL KEBO

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

AKIBAT HUKUM BAGI PENERBIT BILYET GIRO KOSONG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

INDIKASI TINDAK PIDANA KORPORASI DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI (STUDI KASUS PENYIDIKAN PT. BALICON)

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DI KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR TAHUN ) Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP LEMBAGA PENYIARAN YANG MENYIARKAN KONTEN PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab-bab sebelumnya maka dapat. Yogyakarta melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA PERS MENURUT UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 1999 DALAM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK

Transkripsi:

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN PERKOSAAN TERHADAP LAKI-LAKI Oleh: Desak Made Pratiwi Dharayanti A.A Sri Indrawati Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The paper is titled " Criminal Responsibility Offenders Rape of Men ". The problems discussed regarding the rape of men and accountability of the crime of rape against men. The method used in this paper is the normative study. Article 285 of the Criminal Code only mentions of rape against women only and not to men. There is no clear regulations on rape committed by men and women with male victims and in case of rape against men used Article 289 of molestation. Meaning molestation act is against sexual shame. The element of abuse of Article 289 that a person by force or threat of violence ; force ; perform or tolerate obscene acts. The conclusion that there are no clear regulations on rape victims were male and accountability of the crime of rape against men used Article 289 of molestation. Keyword: Criminal responsibility, rape of men ABSTRAK Penulisan ini berjudul Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Kejahatan Perkosaan terhadap Laki-Laki. Permasalahan yang dibahas mengenai perkosaan terhadap laki-laki dan pertangungjawaban tindak pidana perkosaan terhadap laki-laki. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif. Pasal 285 KUHP hanya menyebutkan perkosaan terhadap perempuan saja dan tidak terhadap laki-laki. Belum ada pengaturan yang jelas mengenai perkosaan yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan dengan korbannya laki-laki dan apabila terjadi perkosaan terhadap laki-laki digunakan Pasal 289 tentang pencabulan. Arti perbuatan cabul itu sendiri merupakan perbuatan yang melanggar perasaan malu seksual. Unsur pencabulan dalam Pasal 289 yaitu seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan; memaksa; melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul. Kesimpulannya yaitu belum ada pengaturan yang jelas mengenai perkosaan yang korbannya adalah laki-laki dan pertangungjawaban tindak pidana perkosaan terhadap laki-laki digunakan Pasal 289 tentang pencabulan. Keyword: pertanggungjawaban pidana, perkosaan terhadap laki-laki. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laki-laki dan perempuan sebagai manusia memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut ada yang dibawa sejak lahir dan dibentuk oleh masyarakat. Perbedaan yang dibawa sejak lahir yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sedangkan perbedaan yang dibentuk dalam masyarakat dinamakan sebagai gender. Adanya pembeda-bedaan 1

tersebut menyebabkan adanya salah satu pihak ada yang diuntungkan dan dirugikan. Beberapa kasus gender, pihak laki-laki lebih diuntungkan daripada pihak perempuan. Budaya patriaki masih sangat kental dalam masyarakat di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 285 KUHP tentang perkosaan yang ditekankan pada korban perempuan. Selama ini perkosaan memang diidentikkan korbannya adalah perempuan. Namun seiring berkembangnya zaman berkembang pula kejahatan beserta modus kejahatannya. Saat ini tidak hanya perempuan saja yang dapat menjadi korban perkosaan namun laki-laki juga dapat menjadi korban. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat hubungan seksual secara bebas, yakni rawan akan penularan virus HIV dan penyakit menular seksual lainnya. Pada tahun 2013 terdapat kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Emayartini di Bengkulu terhadap 6 orang anak laki-laki dibawah umur 1. Adanya masalah tersebut maka perlu adanya pengaturan yang khusus mengenai tindak pidana pemerkosaan yang dilakukan terhadap laki-laki, serta pertanggungjawaban pidana dari pelaku tindak pidana pemerkosaan tersebut. 1.2 Tujuan Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui tindak pidana perkosaan yang dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Tindak pidana perkosaan mayoritas dilakukan oleh laki-laki, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi sebaliknya dan juga perkosaan antara laki-laki terhadap laki-laki. Pengaturan dalam Pasal 285 KUHP hanya mengatur perkosaan terhadap perempuan oleh laki-laki. Sedangkan perkosaan yang dilakukan oleh perempuan terhadap laki-laki tidak terdapat pengaturannya dalam KUHP. Maka secara khusus akan dibahas tentang pertanggungjawaban pidana perkosaan yang dilakukan perempuan terhadap laki-laki. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif mengkaji berdasarkan data sekunder yaitu dengan bahan hukum primer yang terdiri dari peraturan perundang- 1 Anonim, 2013,Bu RT Perkosa 6 ABG di Bengkulu, available from url: sumutpos.co/2014/03/76932/bu-rt-perkosa-6-cowok-abg-di-bengkulu diakses pada Sabtu, 11 Oktober 2014, 1:22 2

undangan, bahan hukum sekunder yang memberi penjelasan atas bahan hukum primer dan bahan hukum tersier yang memberikan penjelasan atas bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum maupun ensiklopedia 2. Metode penelitian yuridis normatif digunakan karena adanya kekosongan norma yakni yang diatur Pasal 285 KUHP hanya pemerkosaan terhadap perempuan bukan laki-laki. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Perkosaan terhadap laki-laki Menurut R. Soesilo perbuatan perkosaan adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin 3. Seperti pengertian perkosaan seperti yang dikemukakan oleh R. Soesilo maka dapat dikatakan bahwa perkosaan dapat dilakukan oleh siapa saja baik laki-laki maupun perempuan terhadap laki-laki maupun perempuan. Pengertian perkosaan menurut kamus hukum yaitu melakukan kekerasan dan dengan ancaman memaksa seseorang perempuan diluar perkawinan bersetubuh 4. Pengertian perkosaan secara harfiah lebih menekankan bahwa seorang laki-laki yang melakukan tindakan perkosaan terhadap perempuan padahal pengertian perkosaan itu sendiri dapat lebih luas tidak hanya laki-laki sebagai pelaku dan perempuan sebagai korban. Di Indonesia perkosaan terhadap laki-laki merupakan suatu hal yang jarang sekali terjadi. Meskipun jarang pada kenyataannya perkosaan terhadap laki-laki itu ada seperti pada kasus Emayartini di Bengkulu yang memperkosa 6 anak laki-laki dibawah umur. Dampak yang terjadi pada korban perkosaan ini akan mengalami beban psikologis yang berat karena reaksi masyarakat yang terjadi terhadap dirinya apabila diketahui sebagai korban perkosaan. Korban perkosaan biasanya akan mengalami rasa bersalah, depresi, amarah, menyalahkan diri sendiri, kelainan seksual, dan keinginan untuk bunuh diri 5. Selain dampak secara psikologis, korban perkosaan dapat tertular penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV/AIDS yang sangat berbahaya karena masih belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini secara tuntas hingga menyebabkan kematian. 2 Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 118 3 Yesmil Anwar dan Adang, 2010, Kriminologi, PT Refika Aditama,Bandung, h.328. 4 Dzulkifli Umar dan Utsman Handoyo, 2010, Kamus Hukum( dictionary of law complete edition) Indonesia-Internasional, Quantum Media Press, h.310 5 Yesmil Anwar dan Adang, op.cit, h.334. 3

Korban merupakan pihak yang dirugikan dan dilindungi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban sehingga hak-haknya harus tetap dilindungi. 2.2.2 Pertanggungjawaban Tindak Pidana Perkosaan Terhadap Laki-laki Pertanggungjawaban pidana merupakan kemampuan subyek hukum yang telah menyebabkan peristiwa pidana dan diancam dengan pidana 6. Mengenai tindak pidana perkosaan dalam KUHP diatur pada Pasal 285 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Perkosaan yang dimaksud yaitu perkosaan untuk bersetubuh. Dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, dan diluar hubungan perkawinan, yang berarti bahwa adanya kekerasan atau ancaman kekerasan yang didapatkan oleh korban dari pelaku yang bukan suaminya untuk melakukan hubungan badan atau bersetubuh 7. Pasal 285 KUHP jelas tertulis bahwa wanita sebagai korban perkosaan dan pelakunya adalah seorang laki-laki. Jadi yang dapat dipidana disini adalah seorang lakilaki yang telah melakukan perkosaan seperti yang dijelaskan dalam pasal 285 KUHP tersebut terhadap seorang wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Wanita yang melakukan perkosaan terhadap laki-laki maka tidak dapat digunakan Pasal 285 KUHP ini. Akan tetapi apabila terjadi perkosaan terhadap laki-laki dapat digunakan Pasal 289 tentang pencabulan. Arti perbuatan cabul itu sendiri merupakan perbuatan yang melanggar perasaan malu seksual. Pasal 289 pencabulan memiliki unsur yaitu seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan; memaksa; melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul. Seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan maksudnya bahwa seseorang yang melakukan perbuatan harus dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Memaksa disini berarti bahwa perbuatan yang dilakukan tersebut tidak akan terjadi apabila tidak dilakukan secara paksa dan dengan ancaman kekerasan. Melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul berarti bahwa membiarkan atau melakukan perbuatan tersebut terjadi 6 C.S.T Kansil, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, PT.Pradnya Paramita, Jakarta, h.41. 7 Wirjono Prodjodikoro, 2010, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, h.118. 4

pada dirinya yang dilakukan dengan paksaan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. IV. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan yaitu belum adanya pengaturan mengenai perkosaan yang dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan dengan korbannya laki-laki. Karena dalam rumusan pasal 285 KUHP masih belum dapat mencakup secara keseluruhan tentang jenis kelamin pelaku dan korban yang membatasi korban perkosaan adalah perempuan bukan laki-laki dengan ancaman hukuman maksimal dua belas tahun penjara. IV. DAFTAR PUSTAKA BUKU: Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Anwar, Yesmil dan Adang,2010, Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung. Kansil, C.S.T, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, PT.Pradnya Paramita, Jakarta. Prodjodikoro, Wirjono, 2010, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika Aditama, Bandung. KAMUS: Umar, Dzulkifli dan Utsman Handoyo, 2010, Kamus Hukum( dictionary of law complete edition) Indonesia-Internasional, Quantum Media Press. INTERNET: Anonim, 2013, Bu RT Perkosa 6 ABG di Bengkulu, available from url: sumutpos.co/2014/03/76932/bu-rt-perkosa-6-cowok-abg-di-bengkulu diakses pada Sabtu, 11 Oktober 2014, 1:22 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635). 5