BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

SISTEM PEMERINTAHAN ULU-APAD DI DESA PAKRAMAN SUKAWANA, BANGLI, BALI (Struktur, Fungsi, dan Persepsi Siswa danguru Terhadap

EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT GUBERNUR BALI,

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

PERAN DESA ADAT KUTA DALAM PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (Studi tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan)

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

KASUS BANTUAN SOSIAL FIKTIF DI KLUNGKUNG TERANCAM. nusabali.com

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 63 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DI KABUPATEN BADUNG

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

PENDAMPINGAN KELUARGA KKN-PPM UNUD PERIODE XIII TAHUN 2016

PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN AWIG-AWIG DESA ADAT OLEH KRAMA DESA DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG PROPINSI BALI

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing

MAJELIS ADAT PEKRAMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

Kapan Boleh Menikah? Koran TOKOH No. 514/Tahun X, November Usia Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM

Seetan : Sistem Pengendalian Sosial Masyarakat Desa Pakraman Susut Kelod, Bangli

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PPI SPANYOL

ARYA WANG BANG SIDEMEN MERAJAN GEDONG SELAT

SKRIPSI. Disusun oleh: I Dewa Gede Aditya Dharma Putra NIM PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.

DAFTAR PEMILIH TETAP PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai wilayah perairan yang dikelilingi oleh samudra-samudra yang sangat

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

PERAN KRAMA DESA PAKRAMAN DALAM MENJAGA PALEMAHAN DI KABUPATEN GIANYAR (Studi Di Desa Pakraman Ubud, Lodtunduh dan Mawang)

Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia, Bali kaya akan berbagai

EKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENGELOLAAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Pantai Pandawa Desa Adat Kutuh Badung-Bali)

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang,

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

PROVINSI BALI KEPUTUSAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 268/ HK / 2015 TENTANG

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem 2.1.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Dalam peraturan daerah Bali telah dibuatkan peraturan khusus mengenai desa pakraman yang sekaligus memperkuat kedudukan dan landasan eksistensi desa pakraman. Peraturan daerah tersebut yaitu Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman dan Lembaga Adat. Sebelumnya, istilah yang digunakan adalah desa adat sesuai Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peranan Desa Adat sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Desa adat sebagai desa dresta adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai wilayah tertentu, harta kekayaan sendiri, dan berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Namun, Peraturan Daerah 6 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi, dan Peranan Desa Adat sebagai 30

Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi Daerah Tingkat I Bali kemudian dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sehingga pada tahun 2001 diganti menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 dan mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Bali Nomor 3 tahun 3003 tentang Desa Pakraman. Peraturan daerah ini pada dasarnya tetap berpegang pada falsafah Tri Hita Karana, sebagai landasan dalam pembuatan peraturan daerah di Bali. Dan selanjutnya, istilah desa yang digunakan di Bali adalah desa pakraman sesuai dengan maksud Peraturan Daerah Bali Nomor 3 tahun 2003. Dalam Perda ini diuraikan pengertian desa pakraman sebagai kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan masyarakat umat Hindu secara turuntemurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan demikian keberadaan desa pakraman telah diakui secara formal menurut perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi landasan desa pakraman yang ada di Bali. 2.1.2 Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Asak Berdasarkan data yang penulis dapatkan dilapangan bersumber dari informan yaitu Bapak Nengah Putu Kastawan yang penulis temui di rumahnya di Banjar Dinas Jero Kawan Asak pada tanggal 1 31

september 2015. Adapun data-data struktur kepengurusan Desa Pakraman Asak sebagai berikut: KRAMA SAING DULUN TAMPUL 1 De Bahan Wayan 2 De Bahan Nyoman 3 De Ngempat Wayan 4 De Nempat Nyoman 5 De Ngempat Alit Wayan 6 De Ngempat alit Nyoman 7 De Ngempat Asta Wayan 8 De Ngempat Asta Nyoman 9 De Desa Guna Wayan 10 De Desa Guna Nyoman 11 De Jurulis Wayan 12 De Jurulis Nyoman KRAMA SAING TEBEN TAMPUL 13 De Bahan Alit Wayan 14 De Bahan Alit Nyoman 15 De Catur Desa Wayan 16 De Catur Desa Nyoman 17 De Sapta Desa Wayan 18 De Sapta Desa Nyoman 19 De Merta Maya Wayan 20 De Merta Maya Nyoman 21 De Dulun Pemuit Wayan 22 De Dulun Pemuit Nyoman 23 De Pemuit Wayan 24 De Pemuit Nyoman Sistem organisasi kepengurusan Desa Pakraman Asak disebut Krama Saing dengan jumlah 24 orang yang terdiri dari Krama Saing 32

Dulun dan Krama Saing Teben Tambul. Didalam menjalankan tugastugasnya kedudukan tertinggi di krama saing disebut De Bahan, jabatan De Bahan di Desa Pakraman Asak adalah orang yang bertugas mengatur jalannya upacara di pura desa seperti Usaba Kasa, Usaba Kedasa, dan kegiatan upacara lainnya, bahwa didalam menjalankan tugas-tugas sesuai struktur kepengurusan yang disebut Krama Saing. Desa Asak sebagai desa tua agak berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali, bahwa kedudukan De Bahan sangat dominan memegang peranan penting didalam mengatur kerja yang menyangkut operasional upacaraupacara yang diselenggarakan di Desa Pakraman Asak yang di bantu oleh Penyarikan. De Bahan adalah sebagai pemucuk pimpinan yang berhubungan dengan operasional upacara-upacara adat di desa, sedangkan kelian adat berfungsi sebagai pimpinan yang mengatur masyarakat adat sebagai tokoh masyarakat. Anggota krama saing didalam menjalankan tugasnya di desa ada tata krama seperti tradisi Desa Pakraman Asak, bahwa anggota Krama Saing wajib berambut panjang, berbusana tradisional sesuai dengan posisi jabatannya atau yang di sebut Pesaluk yaitu menggunakan keris yang terselip dipunggungnya, bahwa yang mendampingi dari De Bahan Wayan di dalam menjalankan tugas-tugasnya adalah De Bahan Nyoman. 33

1. Krama Saing Dulun Tampul Tugas-tugas Krama Saing Dulun Tampul adalah untuk melakukan kegiatan/ mengurus kelengkapan upacara yang terkait dengan perbutan bebantenan yang berhubungan dengan Dewa Yadnya. 2. Krama Saing Teben Tampul Tugas-tugas Krama Saing Teben Tampul yaitu bertugas membuat perlengkapan sarana upacara dalam kaitan dengan Butha Yadnya. Anggota Krama Saing di Desa Pakraman Asak berjumlah 24 orang yang dibantu oleh satu orang Penyarikan desa bertugas mengendalikan pemerintahan Desa Pakraman Asak dengan segala agenda/tugas upacara sesuai dengan nomor urutnya masing-masing dalam jangka waktu 3 tahun (tiga kali usaba kasa) pimpinan Krama Saing yang disebut De Bahan Wayan dan De Bahan Nyoman dianggap selesai (tamat) melaksanakan kewajiban selanjutnya diberi gelar De Salah, De Salah bertugas dalam waktu satu tahun sebagai Juru Arah Desa yaitu memberitahu kepada masyarakat desa terhadap agenda kegiatan di Desa Pakraman Asak dengan cara memberitahukan berjalan berkeliling desa dan berhenti pada perempatan-perempatan jalan yang telah ditentukan pada waktu sandi kala mengucapkan kata-kata pengarah dengan 34

membawa tombak dengan pakaian putih dan rambut panjang terurai yang biasanya disebut Ngauk. Setelah De Bahan tamat dari tugasnya maka akan diganti oleh yang dibawahnya yang disebut De Ngempat demikian seterusnya yang didasarkan pada nomor urut yang disebut Tegak. 35

Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Asak I Nyoman Winata (Pemucuk) I Ketut Sudira (Petajuh) I Ketut Sudana (Penyarikan) I Ketut Simur (Petengen) Parhyangan Pawongan Palemahan I Nengah Sarga (Mangku Desa) (Koordinator) I Nyoman Mudra (Koordinator) I Nyoman Rumiana (Koordinator) (Anggota) I Nyoman Gedur (Mangku Puseh) I Wayan Cidra (Mangku Dalem) I Gede Mahaputra Jro Ni Kadek Ayu (Anggota) I Ketut Sulendra I Ketut Musta I Nengah Raka I Nyoman Rateng Jro Nyoman Pidada Anggota) I Nengah Bontak I Nengah Mesir I Ketut warta I Nengah Wardana I Wayan Orta Krama Desa 36

2.1.3 Hak dan Kewajiban Warga Terhadap Ayahan Desa Kewajiban setiap warga Desa Pakraman Asak untuk melaksanakan ayahan desa diawali dengan turunnya warga masyarakat untuk ngayah ke desa yang disebut me krama saing, warga masyarakat yang mendapat arahan turun untuk me krama saing adalah warga masyarakat yang tercatat sesuai nomor urut waktu pernikahannya oleh penyarikan desa yang di sebut dengan Tegak yang di ambil dari krama desa nyoman. Krama Desa Nyoman adalah krama desa yang sudah bulu angkep (menikah) dan memperoleh pecatu (gantalan desa) yang berasal dari Desa Asak dan tinggal di Desa asak, krama desa nyoman ini berhak atas pecatu (tanah garapan) yang berasal dari tanah desa yang disebut dengan gantalan desa dan berkewajiban untuk menjalankan ayahan desa. Bahwa disamping adanya yang disebut dengan Krama Desa Nyoman untuk melaksanakan ayahan desa di desa asak juga ada organisasi ditingkat banjar yang disebut dengan pauman. Organisasi Pauman adalah kumpulan masyarakat ditingkat banjar yang dipimpin oleh kelian pauman, organisasi pauman berbeda dengan organisasi banjar sekalipun kenyataannya di desa asak kelian pauman adalah juga merupakan kelian banjar karena tempatnya menjadi satu, kegiatan organisasi pauman sangat menunjang kegiatan di banjar dalam segala hal, perbedaanya adalah organisasi pauman merupakan organisasi yang mempunyai kekayaan atas tanah yang cukup luas yang anggotanya 37

berasal dari warga desa asak yang masih dalam ikatan perkawinan (bulu angkep) yang awalnya berasal dari 40 orang (berdasarkan prasasti desa asak), setiap anggota pauman yang masih dalam ikatan perkawinan berhak atas jaminan pecatu (gantalan) atas tanah pauman yang disebut dengan gantalan pauman yang luasnya ditentukan oleh pimpinan pauman. Setiap warga masyarakat yang sudah bercerai atau salah satunya meninggal (tidak lagi bulu angkep) maka secara otomatis berhenti menjadi anggota pauman, namun masih sebagai anggota banjar. Di Desa Pakraman Asak organisasi pauman dibagi menjadi 2 wilayah yaitu pauman asak kangin dan pauman asak kawan, sedangkan organisasi banjar adalah organisasi yang keanggotaannya berasal dari seluruh warga masyarakat Desa Pakraman Asak yang tidak terkait dengan status perkawinan. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka seluruh anggota pauman atau banjar ditambah dengan pendatang yang tinggal di Desa Pakraman Asak adalah merupakan anggota masyarakat Desa Pakraman Asak yang disebut dengan Desa Sabu. Di bidang keagamaan Desa Asak Karangasem memiliki Pura Khayangan Tiga yaitu Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura dalem Bija. Disamping Pura Khayangan Tiga di Desa Pakraman Asak juga terdapat pura-pura lainnya, seperti: 38

a. Pura Melanting b. Pura Dugul/Ulun Suwi c. Pura Prajapati d. Pura Muter e. Pura Dalem Alit Di Desa Pakraman Asak juga dapat dijumpai tradisi yang tidak dimiliki oleh desa-desa lainnya, demi menjaga tradisi adat yang diturunkan secara turun-temurun dari leluhur mereka pada jaman dahulu, Seperti halnya Desa Pakraman Asak daerah Kabupaten Karangasem. Banyak keunikan-keunikan yang dimiliki oleh desa ini Seperti, tradisi Menek Bajang atau yang sering disebut Mabuang merupakan upacara dimana seorang anak menginjak dewasa dan diharuskan menari di pura desa. Tradisi lainnya yaitu Tuk-tukan merupakan tradisi adu Jempana, jempana merupakan tempat prasasti yang diangkat dan diarak mengelilingi desa. Dan tradisi Usaba Kaulu yaitu merupakan tradisi mecaru besar yang dilakukan satu tahun sekali yang jatuhnya pada Sasih Kaulu. Tradisi ini dilakukan oleh anak lakilaki yang sudah dewasa (sudah metatah/potong gigi, dan mengikuti upacara mabuang) dimana anak laki-laki tersebut harus mengejar dan membunuh sapi tersebut yang akan digunakan untuk mecaru. 39

Desa Asak termasuk wilayah Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem yang memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan yang ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada cukup untuk mendukung dalam rangka melaksanakan program pembangunan. Potensi penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pembanguna, sehingga penduduk merupakan sumber daya sebagai salah satu faktor penentu pembangunan. Berhasil tidaknya pembangunan tersebut tergantung dari kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Masalah penduduk perlu mendapat penanganan yang serius sehingga mobilitas penduduk dapat diketahui secara akurat sehingga beban desa menampung jumlah penduduk dapat dikendalikan sesuai dengan daya dukung alam yang tersedia. 2.2 Sejarah Desa Pakraman Asak Karangasem Nama Desa Asak adalah berasal dari nama orang yaitu Pangeran Asak, adalah keturunan dari Adipati Shri Naraya Kresna Kepakisan, Pangeran Asak dalam tugasnya sebagai pengembara bertugas melakukan pengintaian terhadap keberadaan masyarakat Bali Aga yang diduga melakukan perlawanan. Pangeran Asak pernah tinggal di wilayah timur pulau Bali yang berbatasan dengan Desa Tenganan yang merupakan bagian dari masyarakat Bali Aga yang diduga melakukan perlawanan sehingga beliau melakukan pengawasan dari wilayah timur Desa Tenganan yang dibatasi oleh sebuah bukit yang disebut dengan Bukit Tenganan. 40

Untuk mengenang jasa-jasanya maka wilayah tempat pengintaian yang ditempati tersebut diberi nama Desa Asak, sesuai dengan nama Pangeran Asak. Selanjutnya pangeran asak pernah menetap di Desa Asak dan melakukan pengembaraan ke wilayah lain di Bali sebagai tugasnya melakukan pengawasan/ pengintaian dan akhirnya Pangeran Asak menetap di Desa Kapal Mengwi Badung, dan mempunyai keturunan bernama I Gusti Arya Manginte. Desa Pakraman Asak merupakan Desa Tua yang ada kaitannya dengan kepemerintahan Kerajaan Gel-gel yang dalam kisah sejarahnya paska wafatnya Raja Gel-gel Dalem Watu Renggong dengan diangkat putra sulung yang bernama I Dewa Pemayun sebagai Raja tahun caka 1472 atau 1550 masehi yang lebih dikenal dengan sebutan Dalem Bekung. Dalem Pemayun dalam memimpin kerajaan dengan usia yang sangat muda boleh dikatakan masih usia anak-anak, dengan keadaan tersebut maka semua urusan kepemerintahan dijalankan oleh Maha Patih Agung yang bernama I Gusti Arya Batanjeruk, sehingga Dalem Pemayun diangkat sebagai raja terkesan hanya sebagai simbol belaka, hal ini memunculkan kecemburuan sosial di lingkungan keluarga-keluarga terdekat kerajaan sehingga berdampak adanya pemberontakan I Gusti Agung Maruti yang menyebabkan Maha Patih I Gusti Arya Batanjeruk mundur dari jabatannya sebagai Mahapatih dan pergi bersama istrinya dan putra angkatnya menuju ke arah timur, namun kepergian I Gusti Batanjeruk dikejar sampai di Jungutan, Desa Bungaya dan terbunuh 41

oleh I Gusti Arya Manginte pada Caka 1478 atau 1556 masehi dengan tombaknya yang bernama Ki Baru Gudug. Setelah I Gusti Batanjeruk terbunuh I Gusti Arya Manginte menetap di Desa Asak dan pernah melakukan perjalanan ke Pulau Lombok ke wilayah Pangutan Asak, namun perjalanannya tidak terlalu lama kerena I Gusti Arya Manginte dipanggil oleh Raja untuk kembali ke Bali. Namun setelah pulang ke Bali ternyata I Gusti Arya Manginte tidak langsung menghadap Raja di Gel-gel namun beliau langsung menuju Desa Asak dan menetap di Desa Asak pada Caka 1478 sesuai dengan prasasti yang tersimpan di Merajan Agung Jero Mekel Asak. I Gusti Arya Manginte dan I Mangungang diberikkan kekuasaan oleh raja yang disuratkan oleh Penyarikan Blangsinga untuk mengurus Desa Asak dengan segala kewenangannya sebagai pemacek/pimpinan Desa Asak Dengan kewenangannya tersebut I Gusti Arya Manginte membentuk pemerintahan di Desa Asak yang awalnya terbentuk dari 40 orang warga masyarakat Asak yang dipilih oleh I Gusti Arya Manginte yang selanjutnya disebut pembantu/ kaki tangan beliau di dalam menjalankan pemerintahan di Desa Asak yang kepengurusannya disebut Krama Saing. Pemerintahan yang diterapkan oleh I Gusti Arya Manginte di Desa Asak pada zaman dulu yaitu segala bentuk penjatuhan sanksi mulai dari sanksi ringan sampai sanksi yang berat, yang berwenang adalah I Gusti Arya Manginte, tanpa sepengetahuan beliau siapapun tidak boleh mengambil 42

keputusan. Namun, seiring perkembangan jaman penjatuhan sanksi yang diterapkan di Desa Asak telah banyak mengalami banyak perubahan dalam tata cara menjatuhkan sanksi, dimana yang dulunya hanya I Gusti Arya Manginte saja yang boleh mengambil keputusan sedangkan sekarang pengambilan keputusan dalam menjatuhkan sanksi di sepakati secara bersama-sama yaitu keputusan di tingkat keprajuruan sampai pada kesepakatan krama desa Asak karangasem. 43