BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berjalan lancar dan terkoodinir sehingga dapat mencapai hasil yang

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG PUNGUTAN EKSPOR ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG PUNGUTAN EKSPOR ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan No. 231 Tahun 1997 Tentang : Prosedur Impor Limbah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-21/BC/1997 TENTANG PERSETUJUAN PEMBERITAHUAN NILAI PABEAN SEBELUM PENGAJUAN PIB

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

BAB IV JASA BANK. A. Jenis-jenis Jasa Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

KEBIJAKAN SELAMA PERIODE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

1 of 5 21/12/ :45

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

BAB II LANDASAN TEORI

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 10 TAHUN 1995 (10/1995) Tanggal: 30 DESEMBER 1995 (JAKARTA) Sumber:

63/PMK.04/2011 REGISTRASI KEPABEANAN

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG PUNGUTAN EKSPOR ATAS BARANG EKSPOR TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT PENGANTAR NOMOR SP- 7 /BC.22/ Mei Surat Menteri Perdagangan 1 (satu) Disampaikan dengan hormat untuk

Menimbang : Mengingat :

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

TENTANG KETENTUAN IMPOR DAN EKSPOR BERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori atas Penyelesaian BM & PDRI pada Pekerjaan Subkontrak dari Kawasan Berikat ke TLDDP pada KPPBC TMC Kudus.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. ketentuan yang berlaku (Rinaldy, 2000: 77). Dalam aktivitas ekspor ada beberapa tahapan - tahapan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

2014, No Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Org

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO

2017, No Importir (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1516); 3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tenta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jenis Penanaman Modal : PMDN PMA. Skala Bisnis : Mikro Menengah (UU 20/2008) Kecil Besar

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

PERLINDUNGAN TERHADAP BANK DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SARANA LETTER OF CREDIT / LC. Oleh : Sarah D.L.

2016, No turunannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Me

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Universitas Bina Darma

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan cara ekspor dan impor, franchising, maupun membangun kantor

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.04/2014 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Prosedur Impor, Mahasiswa akan dapat menjelaskan prosedur dan tata laksana impor di Indonesia dengan benar. 13.1. Pengertian Impor Sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Bab 1 pasal I), impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona eksklusif dan landas kontinen yang dalamnya berlaku undang - undang ini. Dengan pengertian tersebut maka seluruh wilayah Republik Indonesia. termasuk Pelabuhan Bebas dan ZEE merupakan wilayah di mana ketentuan kepabeanan Indonesia berlaku. Secara teknis operasional, impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia untuk dikonsumsikan dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Perdagangan impor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki Angka Pengenal Impor (Sementara/Terbatas) dan barang yang di impor dalam keadaan baru serta diatur tata niaga impornya. Sedangkan dokumen untuk pencatatan impor dan sebagai salah satu dokumen untuk pengeluaran barang dari pelabuhan adalah Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Pelaksanaan transaksi impor barang dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai ijin memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia dan perusahaan tersebut umum dinamakan importir. Salah satu tujuan kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dari luar negeri. 13.2. Pentingnya Impor Bagi Perekonomian Nasional Pemerintah di semua negara di dunia umumnya selalu mengupayakan agar kebutuhan yang diperlukan penduduk dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga impor umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang tidak dapat dipasok oleh produksi nasional. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan konsumsi dan kebutuhan produksi. Kebutuhan konsumsi adalah kebutuhan akan barang yang langsung dikonsumir (misalnya makanan, pakaian, dll) sedangkan kebutuhan produksi adalah bahan baku, bahan penolong, serta modal yang merupakan faktor produksi. Hasil produksi yang menggunakan bahan impor dapat digunakan untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor. Dengan adanya konsep competitive advantage dalam perdagangan internasional, tidak semua kebutuhan harus dihasilkan di dalam negeri. Barang yang lebih ekonomis diproduksi di luar negeri dapat diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Demikian pula halnya dengan kebutuhan bahan baku untuk produksi dalam negeri yang selanjutnya ditujukan untuk ekspor. Dengan demikian impor mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian nasional dalam hal memenuhi kebutuhan dalam negeri. 83

13.3. Pembatasan Impor Masuknya barang impor dapat menimbulkan dampak negatif bagi kepentingan nasional sehingga sebagaimana juga dilakukan oleh negara - negara lain di dunia, terhadap barang impor tertentu dikenakan aturan khusus untuk tujuan pengawasan, pembatasan dan pelarangan. Pemerintah selalu berkepentingan akan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup di dalam negeri. Sektor industri pertanian, manufaktur, pertambangan dapat memberikan lapangan pekerjaan apabila sektor tersebut dapat memasarkan barang yang dihasilkannya, baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri. Masuknya barang impor dapat menjadi saingan industri di dalam negeri sehingga pemerintah selalu mengutamakan produk dalam negeri di atas barang impor. Sebagaimana diatur dalam aturan GATT/WTO, kebijakan negara anggotanya (termasuk Indonesia) wajib mengarah pada kebijakan perdagangan Internasional yang makin bebas dari hambatan (maksudnya campur tangan pemerintah). Aturan GATT/WTO sudah menjadi bagian dari perundang-undangan nasional dengan diratifikasinya aturan tersebut melalui UU nomor 7 Tahun 1994. Meskipun demikian, aturan GATT/WTO masih membolehkan berbagai pengecualian yang membatasi impor, yaitu berkaitan dengan barang-barang yang dapat membahayakan : moral bangsa kesehatan manusia, kelestarian satwa dan tumbuh-tumbuhan serta kelestarian alam pemanfaatan tenaga kerja orang hukuman, kekayaan akan barang arkeologis dan barang seni sumber daya alam yang mudah punah (lihat article XX GATT). Selain itu, pembatasan impor dapat dikenakan pada barang - barang yang dapat membahayakan keamanan nasional (lihat article XXI GATT). Pengaturan impor dilakukan untuk tujuan mempertahankan nilai strategis barang tertentu, misalnya pangan. Pemerintah umumnya berkepentingan untuk berjaga jaga dari hal-hal yang dapat menimbulkan ketidakstabilan nasional seperti bahaya ketergantungan pangan yang pasokan luar negeri apabila terjadi kerawanan memberikan subsidi maupun proteksi impor bagi produk-produk pertanian tertentu di dalam negeri. 13.4. Tata Laksana Impor Oleh karena itu awal dari transaksi impor dari penjelasan di atas yang dilakukan oleh importer sejak persetujuan jual beli barang impor ditanda tangani dalam bentuk kontrak (sales contract) hingga diterimanya barang dari eksporter dari luar negeri dan pembayaran dilakukan importer kepada eksporter. Cara pembayaran dapat dilakukan menggunakan letter of credit maupun tanpa letter of credit. Dalam hal impor dengan pembayaran menggunakan letter of credit, importer meminta kepada bank devisa untuk menerbitkan letter of credit kepada eksporter melalui korespondennya yang disebut advising bank atau notifying bank yang berada di luar negeri. 13.5. Persyaratan Membuka LC di Bank Devisa a) Memiliki Angka Pengenal Impor/Sementara/Terbatas (APIS/APIT). b) Menandatangani syarat-syarat umum pembukaan L/C impor. c) Mendapatkan plafon impor d) Menandatangani Surat Kuasa untuk pengambilan dokumen impor kepada orang yang berhak/orang yang ditunjuk. e) Memiliki rekening giro atau dianjurkan membuka rekening di Bank Devisa. f) Mengajukan aplikasi/permintaan pembukaan letter of credit. 84

13.6. Fasilitas Impor dengan Membukan LC Sebagai pihak yang menerbitkan letter of credit, bank menggantikan kedudukan applicant/importer dihadapan beneficiary/eksporter. Bilamana beneficiary/eksporter dapat menyerahkan dokumendokumen sesuai persyaratan letter of credit dan bank (issuing bank) wajib melakukan pembayaran (article 9 UCP 500). Dalam transaksi ini bank hanya berurusan dengan dokumen dan bukan dengan barang ( article 4 UCP 500). Karena itu suatu permintaan pembukaan letter of credit sama dengan permintaan kredit/pinjaman dan bank dalam hal ini menilai permintaan pembukaan letter of credit sebagai permintaan untuk sebuah pinjaman. Untuk itu umumnya terlebih dahulu bank akan menyediakan plafond impor yang antara lain penyediaannya didasarkan atas analisa kredit terhadap jenis barang yang diimpor marketable atau tidak, integritas dan tanggung jawab nasabah secara finansial, jaminan serta pertimbanganpertimbangan lainnya. 13.7. Proses Penerbitan LC Sebagai dasar persetujuan jual beli (sales contract) yang disepakti oleh pihak pembeli dan penjual maka pesanan barang-barang dapat segera dilakukan. Pembeli dapat mengajukan permohonan ke banknya untuk menerbitkan Letter of Credit sebagai berikut: a) Applicant/Nasabah mengajukan aplikasi letter of credit di counter Bank Devisa dalam rangkap 7. b) Petugas Bank Devisa menerima aplikasi dan meneliti: barang yang diimpor (tata niaga impor). negara asal eksporter. c) Kelengkapan/kebenaran pengisian pada aplikasi letter of credit al : jenis dan jumlah barang, harga satuan dan harga total barang, biaya tambang, nomor tarip pos (harmonize system), jenis dokumen yang diminta, tanggal/batas terakhir letter of credit dan pengapalan, dan lain-lain. d) Aplikasi letter of credit wajib ditandatangani oleh pemegang API/APIS/APIT dan tanda tangan tersebut wajib diverifikasi. e) Berikan tanda terima. Bilamana penerbitan L/C telah disetujui oleh banknya maka pembeli akan diminta menyediakan jaminan atau menyetor dana sesuai mata uang L/C yang diterbitkan sebagai uang muka sebesar 100 persen dari nilai L/C dan bagi nasabah yang mendapatkan plafond, diminta jaminan uang muka yang besarnya bervariasi 0 hingga kurang dari 100 persen. Selanjutnya kewajiban pembeli setelah menandatangani permohonan pembukaan L/C dan menyetujui persyaratan yang telah ditetapkan oleh bank (issuing bank) maka pembeli wajib : a. mereimburse (mengganti pembayaran) kepada issuing bank atas segala pembayaran yang dilakukan berdasarkan L/C. b. membayar semua pembebanan yang berkaitan dengan L/C (komisi). c. Apabila L/C dalam valuta USD maka menyetujui, mereimburse bank dalam valuta USD dengan kurs yang berlaku. d. Membebaskan bank dari kerugian-kerugian dan tanggung jawab atas keadaan, jumlah, mutu barang dan sebagainya. 85

e. Menginzinkan bank untuk memiliki dan menjual barang-barang apabila tidak terjadi pembayaran. 13.8. Pelaksanaan Membuka Irrevocable LC Bila issuing bank telah menyetujui aplikasi pembukaan L/C pembeli maka bank (sebagai issuing bank) akan membuka L/C yang ditujukan kepada bank korespondennya di luar negeri (advising bank) di negara ekportir sesuai dengan syarat-syarat dalam formulir pembukaan L/C. Koresponden dari issuing bank ( advising bank ) inilah yang akan meneruskan L/C tersebut kepada eksportir sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam L/C. Pembukaan L/C issuing bank sebagai bank devisa yang disalurkan melalui bank korespondennya untuk diteruskan kepada eksportir dilakukan dengan cara pengiriman pemberitahuan L/C melalui : Telex/Kawat atau Air Mail 13.9. Perubahan LC (LC Amandemen) Perubahan-perubahan atas L/C yang baru diterbitkan dapat dilakukan sepanjang mendapatkan persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam L/C. Perubahan itu meliputi : Penambahan nilai L/C (increasing) Penambahan jumlah barang Perpanjangan masa berlakunya L/C (expire) Perpanjangan masa berlakunya pengapafan barang (latestshipment) Dan persyaratan lainnya dalam L/C. 13.10. Pengawasan Impor Pengawasan terhadap impor relatif lebih sulit daripada ekspor, dan satu-satunya dokumen yang dapat dijadikan alat pengawasaan adalah PIB (Pemberitahuan Impor Barang). PIB diisi berdasarkan sale s contract, surveyor report, L/C, dan B/L. 1. Kebijakan Impor Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah di bidang impor antara lain: a. Kebijakan Fasilitas Impor. Kebijakan ini diberikan dalam bentuk pemberian kemudahan atau pemberlakuan khusus terhadap impor barang tertentu. Tujuannya adalah untuk mengamankan impor atau untuk menjamin kelancaran impor barang modal, bahan baku, dan bahan penolong yang dibutuhkan oleh industri di dalam negeri. b. Kebijakan Pengendalian Impor. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menetapkan Kebijakan Tata Niaga Impor, Ketentuan Mutu Barang, Kebijakan Anti Dumping, dll. Tujuannya adalah untuk meredam laju peningkatan impor dari barang-barang yang kurang bermanfaat bagi bangsa dan negara. c. Kebijakan Melarang Impor. Kebijakan melarang impor ini dilakukan dengan cara menentukan jenis barang atau negara yang tidak diperbolehkan melakukan transaksi impor. Tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat dari pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh barang impor tersebut. Disamping ketentuan pokok diatas, pemerintah juga melengkapinya dengan berbagai aturan seperti: a. Menunjang terciptanya iklim usaha yang mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas perdagangan internasional. b. Memberikan perlindungan, keselamatan dan kesehatan manusia, flora dan fauna serta kelestarian lingkungan hidup. 86

c. Mengendalikan impor yang berkaitan dengan perlindungan atas Hak Milik (kekayaan) Intelekual. d. Mendorong investasi dan produksi untuk tujuan ekspor dan substitusi impor. e. Melakukan pencatatan (monitoring) lalulintas devisa, menghemat devisa serta mengendalikan inflasi. f. Memberikan fasilitas impor guna meningkatkan daya saing ekspor. g. Meningkatkan efisiensi impor melalui harmonisasi tariff dan tataniaga impor. h. Menertibkan dan meningkatkan peranan sarana serta lembaga-lembaga penunjang impor. i. Meningkatkan penerimaan bea masuk, pajak-pajak impor serta mencegah upaya penyelundupan. j. Secara umum memenuhi ketentuan perdagangan internasional dari WTO, serta mempersiapkan pengusaha nasional menghadapi liberalisasi regional maupun global. 2. Ketentuan Impor a. Yang dimaksud dengan impor adalah kegiatan memasukkan barang-barang kedalam daerah pabean. b. Barang yang diatur tataniaga impornya adalah barang yang impornya hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang diakui dan disetujui oleh Menperindag untuk mengimpor barang yang bersangkutan. c. Barang yang dilarang diimpor adalah barang yang tidak boleh diimpor. d. Barang yang diimpor harus dalam keadaan baru, kecuali kapal niaga dan kapal ikan. e. Impor hanya boleh dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki Angka Pengenal Impor (API), kecuali untuk barang-barang berikut: 1) Barang pindahan 2) Barang impor sementara 3) Barang kiriman, hadiah, untuk keperluan ibadah, amal, sosial, dan kebudayaan. 4) Barang-barang milik perwakilan negara asing serta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan azas timbal balik. 5) Barang untuk keperluan badan-badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia. 6) Barang contoh yang bukan untuk diperdagangkan. 3. Ketentuan Mengenai Angka Pengenal Impor (API) a. API Sementara atau Umum 1) Diterbitkan oleh Kanwil Deperindag setempat, dan diberikan kepada perusahaan non- PMA atau PMDN yang sudah memiliki SIUP. 2) API Sementara berlaku untuk jangka 2 (dua) tahun dan tidak dapat diperpanjang. 3) API Umum berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatan impornya dan dapat digunakan diseluruh Indonesia. b. API Produsen 1) Diberikan kepada perusahaan non-pma atau PMDN yang telah mendapat izin usaha industri dari Departemen Teknis. 2) API Produsen hanya dapat digunakan untuk mengimpor bahan baku/penolong yang semata-mata digunakan untuk proses produksi sendiri. 3) API Produsen berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatan dan dapat digunakan diseluruh Indonesia. c. API Terbatas 1) Diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2) Diberikan kepada perusahaan produksi/industri dalam rangka PMA/PMDN 3) Pada dasarnya hanya dapat digunakan untuk mengimpor barang-barang yang digunakan dalam proses produksi sendiri. 4) Berlaku selama perusahaan masih menjalankan kegiatannya dan dapat digunakan di seluruh Indonesia. 87

DAFTAR PUSTAKA: 1. Amir, MS. 2003. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. PPM. Jakarta. 2. Amir, MS. 2000. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 3. Amir, MS. 1999. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta 88