Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Pembelajaran E-learning

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkisar antara 36-37ºC. Jadi seseorang yang mengalami demam, suhu

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN YANG MENDAPAT TERAPI ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS MENDAWAI PANGKALAN BUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

2

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 1992 TENTANG OBAT HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

Written by Administrator Friday, 28 November :56 - Last Updated Friday, 28 November :20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik

Daun Yakon Antidiabetes Herbal dan Resistensi Insulin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Universitas YARSI

TETAP SEHAT! PANDUAN UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI LIMA APOTEK DI KOTAMADYA PEKALONGAN PERIODE JANUARI-JUNI 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Asam Mefenamat, Pasien Poli Gigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Pengobatan TB pada keadaan khusus. Kuliah EPPIT 15 Departemen Mikrobiologi FK USU

Manfaat Minum Air Putih

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Instruksional:

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hipertensi merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. vitamin ataupun herbal yang digunakan oleh pasien. 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus

Retinopati Bisa Dicegah Dengan Obat Sakit Diabetes Retinopati nonproliferatif

Transkripsi:

Dalam keseharian hidup kita, kita sangat dekat dengan obat-obatan, apakah karena suatu sakit menahun yang diderita atau yang membantu meringankan rasa sakit saat kita sedang dalam keadaan tidak fit. Tidak jarang kita mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas dan memilihnya hanya berdasarkan pengetahuan kita yang terbatas tentang obat. Akan lebih bijak jika kita sedikit mempelajari tentang obat yang kita konsumsi agar kita tidak salah dalam penggunaannya dan tidak merugikan diri kita sendiri. Banyak aspek yang bisa kita bahas mengenai obat, tetapi yang paling bersinggungan dengan kita adalah antara lain : 1. Efek terapeutis dari obat Tidak semua obat bersifat benar-benar meyembuhkan penyakit, banyak diantaranya yang hanya meniadakan atau meringankan gejalanya.oleh karena itu, dapat dibedakan tiga jenis pengobatan antara lain: - Terapi kausal : obat yang menghilangkan penyebab penyakit, khususnya pemusnahan kuman, virus dan parasit. Contoh : antibiotika, antimikroba, fungisida, obat-obat anti malaria. - Terapi simtomatis : obat yang hanya meringankan dan menghilangkan gejala penyakit, tetapi yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf. Contoh : analgesic pada rematik atau sakit kepala, obat hipertensi dan obat jantung. - Terapi subsitusi : oabat yang menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit. Misalnya insulin pada diabetes, karena produksinya oleh pancreas kurang atau terhenti. Efek obat pada tiap individu dapat berbeda-beda, setiap orang dapat memberikan respon yang berlainan terhadap suatu obat sesuai kepekaannya masing-masing. Perbedaan respon ini bisa besar sekali, karena untuk setiap obat selalu ada orang yang sangat rentan dan dengan dengan dosis yang rendah sekali telah memberikan efek terapeutis. Sebaliknya ada orang yang hanya memberikan respon hanya pada dosis yang sangat tinggi. Inilah sebabnya mengapa dosis obat yang diberikan pada suatu pasien dengan hasil baik, adakalanya tidak ampuh untuk pasien lain. Kesetiaan Pasien (patient compliance), banyak penelitian menunjukkan bahwa sejumlah besar pasien tidak minum obatnya dengan taat dan teratur, atau tidak menghabiskan obat yang diberikan dokter. Dengan demikian jelaslah bahwa obat tidak akan memberikan efek yang optimal, bahkan dapat menimbulkan kekebalan, khususnya pada antibiotika. Kesetiaan dan kerelaan pasien untuk menelan obatnya dipengaruhi oleh beberapa factor dan yang utama adalah: a. Sifat individual, misalnya watak, tingkat pendidikan dan tingkat kepekaan terhadap nyeri. b. Relasi dokter-pasien, bila pasien tidak senang dengan perlakuan dokter atau tidak menerima perhatian dan informasi secukupnya mengenai penyakitnya, compliance akan menurun. Begitu pula jika dokter tidak memberikan instruksi yang lengkap atau cukup jelas tentang penggunaan obat. Misalnya antibiotik harus dihabiskan walaupun gejala penyakit sudah hilang. c. Jenis penyakit, semakin berat penyakit, semakin baik compliancenya dan juga bila pasien merasakan nyeri. Sebaliknya pasien akan enggan meminum obat bila penyakit menahun dan sedangkan penyakitnya tidak menyebabkan nyeri yang nyata seperti diabetes dan hipertensi. 1 / 5

d. Jumlah obat dan frekuensi takarannya, semakin banyak kali pemberian obat maka akan semakin rendah kesediaan pasien untuk meminum obat. Bila obat diberikan lebih dari dua kali sehari compliance akan menurun drastic dan juga bila obat tidak dalam bentuk kapsul atau tablet melainkan dalam bentuk serbuk atau suspense akan menyebabkan pasien enggan meminumnya. Industri farmasi juga telah memahami pentingnya persoalan ini, oleh karena itu telah dikembangkan tablet/ kapsul dengan efek panjang, delayed action atau slow/sustained release, yang cukup diminum satu atau maksimal dua kali sehari. Dewasa ini tersedia banyak obat dengan single dose dari bermacam-macam jenis, misalnya tablet atau kapsul dengan analgetika (voltaren regard) dan obat jantung (Isoptin). Keuntungan tambahan dari tablet kerja panjang ini adalah resopsi obat bisa berlangsung lebih teratur selama waktu yang lebih panjang dengan kadar darah yang kurang berfluktuasi. Dengan demikian efek klinis obat bisa lebih stabil dengan efek samping yang berkurang. 2. Plasebo Suatu faktor penting yang turut menentukan efek terapetis adalah kepercayaan atas obat dan dokter. Berdasarkan kepercayaan ini pada situasi tertentu adakalanya diberikan suatu obat plasebo. Plasebo adalah sediaan obat tanpa kegiatan farmakologi (tablet, kapsul, cairan) dan khusus diberikan untuk menyenangkan dan menenangkan pasien yang menurut dokter tidak memiliki kelainan organis. Atau untuk meningkatkan moralnya, misalnya pada pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi. Pada asasnya plasebo adalah pengobatan dengan sugesti, yang sering kali menghasilkan efek mengagumkan meskipun bertahan hanya sementara saja. 3. Efek obat yang tidak diinginkan a. Efek samping Menurut WHO (1970) efek samping obat adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan. Di banyak Negara didirikan pusat-pusat pengamatan yang memantau efek samping obat yang baru jika ternyata memiliki efek samping yang berbahaya. Kerja utama dan efek samaping obat sebenarnya adalah pengertian yang tidak mutlak, karena terkadang efek samping obat bisa menjadi hal yang diharapkan pada terapi lainnya, seperti minoksidil yang merupakan obat hipertensi ternyata memiliki efek penumbuh rambut yang kemudian diluncurkan sebagai obat penumbuh rambut Regaine b. Idiosikrasi Idiosinkrasi adalah peristiwa, dimana obat memberikan efek yang secara kualitatif normal berlainan dengan efek normalnya. Umumnya hal ini disebabkan oleh kelainan genetis pada pasien yang bersangkutan. Contohnya anemia aplatis yang jarang terjadi pada penggunaan 2 / 5

kloramphenikol. c. Alergi gejala alergi yang terpenting dan sering tampak pada kulit adalah urtikaria (gatal dan bentol-bentol) serta rash (kemerahan). Adakalanya sifatnya lebih hebat seperti demam, serangan asma, anaphilaktik syok yang sering kali fatal (kloramphenikol). Berlainan dengan efek toksis, alergi pada umumnya sudah timbulkan oleh dosis yang sangat kecil dan tidak dapat diturunkan dengan mengurangi dosisnya. Pada kebanyakan kasus alergi dapat diselesaikan dengan injeksi adrenalin, antihistamin atau kortikosteroid. d. Fotosensitasi Fotosensitasi adalah sensitifitas berlebihan untuk cahaya akibat penggunaan obat, terutama secara lokal. Yang terkenal adalah antiseptikum bithionol dalam sabun bris), yang karena efek ini dilarang penggunaannya dalam sediaan topical, antara lain di AS dan Kanada sejak 1973. Begitu juga minosiklin dan turunannya kadang-kadang menyebabkan fotosensitasi pada pemakaian oral. Guna menghindarkan alergi kontak, dianjurkan agar tidak menggunakan secara lokal allergen-alergen kontak terkenal sepert lima A ( antibiotik, antiseptika, anastetika lokal, antimikotika, antihistamin). 4. Efek toksis Setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek toksis. Pada umumnya, hebatnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis, bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi pula. 5. Waktu minum obat Bagi kebanyakan obat waktu minum obat tidak begitu penting, yaitu sebelum makan atau sesudah makan. Tetapi, ada beberapa obat dengan sifat dan tujuan pengobatan khusus, yang hendaknya diminum pada waktu tertentu untuk mencapai efek optimal atau untuk menghindari efek samping tertentu. Obat adalah suatu senyawa kimia yang memiliki aneka sifat dan efek. Ketika obat diminum, tentu akan melewati lambung dan masuk ke dalam usus. Sebagian kecil obat diserap di lambung, dan sebagian besar adalah di usus halus yang permukaannya sangat luas. Pada dasarnya obat-obat dapat diserap dengan baik dan cepat jika tidak ada gangguan di lambung maupun usus, misalnya berupa makanan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan. Uniknya, ada obat-obat yang penyerapannya terganggu dengan adanya makanan, ada yang justru terbantu dengan adanya makanan, dan ada yang tidak terpengaruh dengan ada/tidaknya makanan. Hal ini akan menentukan kapan sebaiknya obat diminum, sebelum atau sesudah makan. Obat diminum sebelum makan, telah dikemukakan diatas bahwa resopsi obat dari lambung yang kosong berlangsung paling cepat, karena tidak dihalangi oleh isinya. Maka obat yang bertujuan memberikan efek cepat sebaiknya diminum sebelum makan, yaitu saat lambung kosong, misalnya analgetika (kecuali asetosal dan NSAIDs). dari lambung yang kosong 3 / 5

berlangsung paling cepat, karena tidak dihalangi oleh isinya. Maka obat yang bertujuan memberikan efek cepat sebaiknya diminum sebelum makan, yaitu saat lambung kosong, misalnya analgetika (kecuali asetosal dan NSAIDs). dari lambung yang kosong berlangsung paling cepat, karena tidak dihalangi oleh isinya. Maka obat yang bertujuan memberikan efek cepat sebaiknya diminum sebelum makan, yaitu saat lambung kosong, misalnya analgetika (kecuali asetosal dan NSAIDs). Obat diminum sesudah makan Selain interaksi obat dengan makanan, yang berpengaruh pada waktu minum obat sebelum atau sesudah makan, waktu terbaik untuk minum obat juga tergantung pada jenis obatnya. Di bawah ini adalah waktu minum obat berdasarkan golongan penggunaannya. 1. Obat diabetes dan penguat jantung Waktu yang terbaik adalah pukul 4:00 5:00 pagi. Tubuh manusia paling sensitif terhadap insulin pada pukul 4-5 pagi, sehingga jika diberikan pada saat itu, efeknya paling baik, walaupun dalam dosis lebih kecil. Efek obat penguat jantung juga lebih tinggi sampai 10-20 kali pada jam tersebut dibandingkan waktu-waktu yang lain. Hal ini karena tubuh manusia juga paling sensitif terhadap digitalis. Ini secara teoritis, mungkin pada prakteknya bisa sedikit bergeser waktunya, misalnya pukul 6 pagi. 2. Obat diuretik (pelancar air seni) Paling baik digunakan pada pukul 7 pagi. Sangat penting untuk menggunakan obat pelancar seni pada waktu yang tepat karena itu terkait dengan fungsi ginjal dan hemodinamik. Selain itu juga pada umumnya pasien dalam keadaan terjaga, sehingga tidak mengganggu waktu tidur. Obat seperti hidroklortiazid memiliki efek samping yang lebih rendah jika dipakai pada pukul 7 pagi. 3. Penurun tekanan darah (anti hipertensi) Waktu yang paling baik adalah pada pukul 9-11 pagi. Riset menunjukkan bahwa tekanan darah mencapai angka paling tinggi pada pukul 9-11 pagi, dan paling rendah pada malam hari setelah tidur. Sehingga secara umum, sebaiknya obat antihipertensi diminum pada pagi hari. Perlu hati-hati jika obat anti hipertensi diminum malam hari karena mungkin terjadi penurunan tekanan darah yang berlebihan pada saat tidur. 4. Anti asma Waktu yang terbaik adalah pada pukul 3-4 sore. Hal ini karena pada saat itu produksi steroid tubuh berkurang, dan mungkin akan menyebabkan serangan asma pada malam hari. Karena itu, jika steroid dihirup sore hari, diharapkan akan mencegah serangan asma pada malamnya. 5. Anti anemia Waktu yang paling baik adalah pukul 8 malam. Penggunaan obat anemia seperti Fe glukonat atau Fe sulfat, dll memberikan efek 3-4 kali lebih baik pada waktu itu daripada jika diberikan pada siang hari. 6. Obat penurun kolesterol Waktu yang paling baik adalah pada pukul 7-9 malam, karena memberikan efek lebih baik. Namun sekali lagi, paparan di atas adalah panduan umum waktu minum obat. Jika sudah ada 4 / 5

aturan pakai dari Apotek, maka gunakan sesuai waktu yang dianjurkan. Sumber : Obat-obat penting : drs. Tan Hoan Tjay dan drs. Kirana Rahardja, edisi 6: 2010 Physer.com 5 / 5