Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO


Keyword: Cooperative learning,experimental method, learning activities, physics achievement, science process skill, TPS.

Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

Yunita Fitri Anggraeni 1), Kartono 2), Idam Ragil Widianto Atmojo 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

JURNAL. Oleh. Naelal Ngiza NIM

Program StudiPendidikanFisika FKIP UniversitasJember Abstract

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Jenny Oka Puspitasari, Subiki, Trapsilo Prihandono

Rif ati Dina Handayani, Arif Prianto, Trapsilo Prihandono

Machthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...

Abstrak. Abstract. Achmad Sofiyullah et al., Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Melalui...

Program Studi Pendidikan FisikaFKIP Universitas Jember Abstract

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

p-issn : e-issn :

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Heni Lailatul Badriah, Sudarti, Bambang Supriadi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN TENTANG KEBEBASAN BERORGANISASI

PENERAPAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Ana Susana SMK 1 Kawung Surabaya

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Pendahuluan. Yunita et al., Penerapan Metode Resitasi untuk Meningkatkan Aktivitas...

Pendahuluan. Keywords: Mastery Learning, Student Activities, Result Of Learning

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

Penerapan Asesmen Kinerja Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ekonomi Sri Imawatin, Bambang Hari Purnomo Abstrak:

MODEL INQUIRY TRAINING DENGAN SETTING KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FLUIDA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...

Rohmawati et al., Penerapan Metode Role Playing...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Kata kunci: Model Inkuiri Terbimbing, hasil belajar

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

Kata kunci : Hasil belajar, sifat cahaya, Metode Inkuiri

Pendahuluan. Setiawan et al., Penerapan Metode Eksperimen...

Ermika Cahya Widayanti, Indrawati. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) phone :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI MEMELIHARA KOMPONEN SISTEM BAHAN BAKAR BENSIN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Metode Bermain Peran (Role Playing), Penelitian Tindakan Kelas.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MATERI PENGHANTAR PANAS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SDN JAMBUWER 02 KAB

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Pendahuluan. Asyiyah et al., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token...

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 1 CANDIPURO MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN TEKNIK MIND MAPPING

Penggunaan Media Tiruan Untuk Meningkatkan Keterampilan dan Pemahaman Siswa Friska Eris Novitasari,Titin Kartini Abstrak:

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN VIDEO KEJADIAN FISIKA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PADA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII A SMPN 3 TANJUNG DALAM KONSEP EKOSISTEM

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2) MTsN II Pamulang koresponden: Abstrak

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Pendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

Transkripsi:

1 Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika) dengan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS Terbimbing pada Siswa Kelas 8A SMPN 10 Jember Tahun 2014/2015 Improving Science (Physics) Learning Activities And Achievements By Using Inquiry Learning Model With Guided Worksheet To Students Class 8A In SMPN 10 Jember Year 2014/2015 Santi Helmi, Indrawati, Alex Harijanto Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: indra.fkip@unej.ac.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA (Fisika) dengan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS terbimbing pada siswa kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam tiga siklus. Teknik mengumpulkan adalah observasi, tes, wawancara, dokumentasi, dan portofolio. Teknik analisis aktivitas menggunakan rumus persentase dan peningkatan hasil belajar menggunakan rumus N gain. Kesimpulan hasil penelitian adalah penerapan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA (Fisika) pada siswa kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015, berturut-turut dari pra siklus ke siklus 1, pra siklus ke siklus 2, dan siklus 1 ke siklus 2 yaitu pada kriteria sedang, kriteria tinggi, dan kriteria sedang. Kata kunci : aktivitas belajar, hasil belajar Fisika, model pembelajaran inkuiri, LKS terbimbing Abstract This research aims to describe the improvement of science (physics) learning activities and achievements using inquiry learning model with guided worksheet to students class 8A in SMPN 10 Jember year 2014/2015. The kind of research is a classroom action research that carried out in three cycles. Subject of this study are students class 8A SMPN 10 Jember year 2014/2015. Technique to collect the are observation, test, interview, documentation, and portfolio. Technique to analysis activities is used by percentage formula and physics achievements improvement is used by N gain formula. Results of the research that the implementation of inquiry learning model with guided worksheet can improve student science (physics) learning activities and achievements in class 8A SMPN 10 Jember year 2014/2015, respectively from pre-cycle to cycle 1, pre-cycle to cycle 2, and cycle 1 to cycle 2 are medium, high, and medium criteria. Keywords: learn activity, physics achievement, inquiry learning model, guided worksheet Pendahuluan IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA juga didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah [3]. Definisi tersebut sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA yang mana pembelajaran IPA terbentuk atas dasar proses ilmiah, sikap ilmiah, dan produk ilmiah. Hakikat pembelajaran IPA tersebut diintegrasikan ke dalam kurikulum 2013, yang mana penilaian hasil belajar siswa meliputi tiga kompetensi yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Sistem penilaian seperti ini mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang nantinya dapat berdampak terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA (Fisika) di kelas 8A semester ganjil SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015, menunjukkan aktivitas belajar siswa yang masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas belajar siswa yang meliputi aspek mengamati, menanya, mengumpulkan, menganalisis, dan

2 mengkomunikasikan di kelas 8A sebesar 40%. Selain aktivitas yang rendah, hasil belajar siswa juga masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata persentase hasil belajar siswa pada kompetensi sikap siswa di kelas sebesar 37%, kompetensi keterampilan sebesar 45%, dan kompetensi pengetahuan sebesar 56,6 dengan ketuntasan klasikal sebesar 19%. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya permasalahan dalam proses pembelajaran IPA (Fisika) di kelas 8A yang membutuhkan suatu proses penyelesaian yang dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas tersebut. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas 8A, menemukan beberapa penyebab permasalahan pembelajaran yaitu: 1) model pembelajaran yang diterapkan kurang melibatkan keaktifan siswa, 2) proses pembelajaran di kelas lebih berpusat pada guru, 3) kegiatan praktikum lebih bersifat verifikasi dan tidak berorientasi pada suatu proses penemuan (Inkuiri). Padahal penerapan kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran IPA diorientasikan untuk belajar menemukan sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut maka sudah seharusnya proses pembelajaran IPA di sekolah menerapkan suatu kegiatan pembelajaran yang sistematis dan berbasis saintifik sebagaimana yang dijelaskan dalam kurikulum 2013. Pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan [5]. Model pembelajaran inkuiri terdiri atas dua jenis yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri terbuka. Inkuiri terbimbing cocok diterapkan pada siswa yang belum terbiasa menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model tersebut menghadapkan siswa pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik dengan kelompok ataupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri [5]. Pemilihan model ini didampingi dengan LKS yang disusun berdasarkan sintakmatik model inkuiri terbimbing yang nantinya diharapkan dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran inkuiri disertai LKS terbimbing ini dirasa cocok diterapkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran IPA (Fisika) di kelas 8A SMPN 10 Jember tahun 2014/2015. Pemilihan model pembelajaran inkuiri untuk mengatasi permasalahan di kelas 8A SMPN 10 Jember juga didukung oleh beberapa hasil penelitian. Lestari (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum Newton untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses dan Hasil Belajar Siswa SMA, dengan analisis statistik uji N- gain dari siklus I, siklus II, dan siklus III menunjukkan peningkatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewi dkk (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kerja Ilmiah dan Hasil Belajar Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 1 Tapen Bondowoso, menunjukkan peningkatan kinerja ilmiah siswa dari 68,08% pada pra siklus menjadi 80,13% pada siklus 1 dan 86,18% pada siklus 2. Demikian pula peningkatan hasil belajar yang berdampak pada ketuntasan hasil belajar fisika siswa dari 40,00% pada pra siklus menjadi 68,88% pada siklus 1 dan 77,77% pada siklus 2. Serta penelitian yang dilakukan oleh Sofiani, E (2012), yang berjudul Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis, menunjukkan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa dengan t tabel < t hitung pada taraf kepercayaan sebesar 95%. Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar IPA (Fisika) menggunakan model pembelajaran inkuiri disertai LKS terbimbing pada siswa kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015, 2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA (Fisika) menggunakan model pembelajaran inkuiri disertai LKS terbimbing pada siswa kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015. Metode Penelitian Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas tahapan mengidentifikasi dan klarifikasi persoalan, menyusun hipotesis, mengumpulkan, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Pada tahap mengidentifikasi persoalan siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menuliskan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan berdasarkan fenomena IPA (Fisika) yang disajikan dalam LKS. Kemudian guru mengklarifikasi persoalan tersebut dengan membantu memperjelas maksud melalui pertanyaan-pertanyaan pengarah. Pada tahap menyusun hipotesis, siswa diminta untuk menulis jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah diajukan. Bila hipotesis siswa belum jelas, maka guru membantu dengan tidak memperbaiki hipotesis yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Tahap selanjutnya, siswa mengumpulkan dengan melakukan eksperimen berdasarkan prosedur kerja dalam LKS terbimbing. Kemudian, siswa menganalisis yang telah diperoleh serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa pada kesimpulan akhir. Siswa mencocokkan hasil kesimpulan dengan hipotesis awal untuk membuktikan hipotesis diterima atau tidak. Bila ternyata ada hipotesis siswa yang tidak dapat diterima, maka guru memberi kesempatan pada siswa untuk memberi penjelasan. Guru membantu dengan berbagai pertanyaan penolong dan memberi penekanan konsep untuk menyatukan seluruh hasil eksperimen agar siswa yakin bahwa mereka mengetahui konsep secara benar. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 8A SMPN 10 Jember semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3 Desain penelitian menggunakan model Hopkins yaitu model Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Model Hopkins (Muslich, 2011) dengan menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral. Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi,tes, dan portofolio. Teknik analisis untuk aktivitas belajar siswa menggunakan persentase aktivitas belajar. Sedangkan untuk menentukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus N-gain (Hake dalam Dewi, E, 2012). Keterangan: N g N g = S post S pre S maks S pre = skor peningkatan aktivitas atau hasil belajar siswa S post = skor aktivitas atau hasil belajar siklus ke n S pre = skor aktivitas atau hasil belajar siswa pra siklus S maks = skor maksimal aktivitas atau hasil belajar siswa Nilai N-gain Ng 0,7 Tabel 1. Kriteria Peningkatan Kriteria gain tinggi 0,3 Ng < 0,7 gain sedang Ng < 0,3 gain rendah Hasil dan Pembahasan a. Aktivitas Belajar Siswa Peningkatan aktivitas belajar IPA (Fisika) siswa pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tahap mengidentifikasi persoalan dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 diperoleh nilai N g sebesar 0,75 dan 0,93 dengan kriteria peningkatan tinggi. Serta nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,74 dengan kriteria peningkatan tinggi. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa mulai mampu mengidentifikasi persoalan berdasarkan fenomena fisika yang disajikan dalam LKS Terbimbing. Kemudian dilanjutkan dengan membuat hipotesis. Perolehan nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 0,54 dan 0,72. Terjadi peningkatan dari kriteria sedang menjadi tinggi. Serta nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,41 dengan kriteria peningkatan sedang. Tabel 2. Peningkatan Aktivitas Belajar IPA (Fisika) Siswa pada Setiap Aspek Aspek penilaian Pra Siklus Siklus 1 Ng pra-sik 1 Mengidentifikas 0 69 0,75 i persoalan Menyusun 0 50 0,54 hipotesis Merangkai alat 73 90 0,89 Mengamati 70 81 0,50 Mengumpulkan 77 82 0,33 Menganalisis 40 92 1,00 Menarik 47 75 0,62 Kesimpulan Merapikan alat 29 86 0,90 Aspek penilaian Siklus 2 Ng pra-sik 2 Ng sik 1 -sik 2 Mengidentifikas 89 0,93 0,74 i persoalan Menyusun 69 0,72 0,41 hipotesis Merangkai alat 96 1,00 1 Mengamati 93 0,88 0,80 Mengumpulkan 92 0,79 0,71 Menganalisis 93 0,95 0,25 Menarik 89 0,86 0,67 Kesimpulan Merapikan alat 90 0,91 0,40 Pada aspek merangkai alat diperolehan skor pada kegiatan pra siklus sebesar 73%, kemudian meningkat pada siklus 1 menjadi 90% dan 96% pada siklus ke 2. Nilai Ng dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2, dan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,89; 1,00; dan 1,00 dengan kriteria peningkatan tinggi. Peningkatan ini menunjukkan bahwa siswa semakin terampil dan terbiasa dalam kegiatan bereksperimen sehingga mereka dapat merangkai alat dengan

4 baik dan benar. Kegiatan mengamati pada pra siklus memperoleh skor sebesar 70% kemudian meningkat menjadi 81% pada siklus 1 dengan nilai N g sebesar 0,50 yaitu kriteria peningkatan sedang. Pada siklus 2 memperoleh skor sebesar 93% dengan nilai N g dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 0,88 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Serta peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,80 dengan kriteria tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu siswa semakin meningkat. Pada tahap mengumpulkan, perolehan skor pada pra siklus sebesar 77%, kemudian meningkat menjadi 82% pada siklus 1 dengan nilai N g sebesar 0,33 yaitu kriteria peningkatan sedang. Pada siklus ke 2 perolehan skor sebesar 92% dengan nilai N g dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 0,79 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Serta peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria tinggi dengan nilai N g sebesar 0,71. Peningkatan ini menunjukkan kemampuan siswa semakin baik dalam mengumpulkan yang diperlukan untuk kegiatan eksperimen. Pada tahap menganalisis pada pra siklus diperoleh skor sebesar 40%, kemudian meningkat menjadi 92% pada siklus 1 dan 93% pada siklus 2. Nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 1,00 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 0,95 dengan kriteria peningkatan tinggi. Serta peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria rendah dengan nilai N g sebesar 0,25. Peningkatan dengan kriteria rendah terjadi karena perolehan skor pada siklus 1 dan siklus 2 tidak jauh berbeda. Peningkatan pada aspek ini menunjukkan bahwa penggunaan LKS Terbimbing pada siklus 1 dan 2 mampu mendukung pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga siswa dapat menganalisis hasil eksperimen menjadi lebih baik.tahap selanjutnya yaitu menarik kesimpulan. Pada pra siklus diperoleh skor sebesar 47%, meningkat pada siklus 1 menjadi 75% dengan nilai N g sebesar 0,62 yaitu kriteria peningkatan sedang. Kemudian pada siklus 2 diperoleh skor sebesar 89% dengan nilai N g sebesar 0,86 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Serta peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria sedang dengan nilai N g sebesar 0,67. Peningkatan pada aspek ini menunjukkan bahwa penggunaan LKS Terbimbing pada siklus 1 dan 2 mampu mendukung pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga membantu dan mempermudah siswa dalam proses menarik kesimpulan. Penilaian yang terakhir untuk aktivitas siswa adalah merapikan alat. Pada kegiatan pra siklus diperoleh skor sebesar 29% meningkat menjadi 86% pada siklus 1 dengan nilai N g sebesar 0,90 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Rendahnya skor yang diperoleh pada kegiatan pra siklus dikarenakan oleh kebiasaan siswa yang kurang baik. Akhirnya guru menghimbau siswa untuk membiasakan merapikan kembali alat yang telah digunakan. Sehingga terjadi peningkatan pada siklus 1 dan semakin meningkat pada siklus 2 menjadi 90% dengan nilai N g sebesar 0,91 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Serta peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria sedang dengan nilai N g sebesar 0,40. b) Hasil Belajar Siswa 1) Kompetensi Pengetahuan Perolehan skor rata-rata dan ketuntasan klasikal pada kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 3. Ratarata skor kompetensi pengetahuan siswa pada pra iklus sebesar 53,57 dengan ketuntasan klasikal sebesar 26%. Hasil tersebut menunjukkan kompetensi pengetahuan masih rendah serta kelas belum tuntas. Maka dari itu, dilaksanakan siklus 1 untuk mengatasi masalah pada pra siklus. Tabel 3. Perolehan Skor Rata-rata dan ketuntasan Klasikal pada Kompetensi Pengetahuan Aspek penilaian Pra Siklus Siklus 1 Ng pra-sik 1 Kompetensi pengetahuan Ketuntasan klasikal 53,57 72,92 0,39 26% 78% Aspek penilaian Siklus 2 Ng pra-sik Kompetensi pengetahuan Ketuntasan klasikal 2 Ng pra-sik 1 83 0,71 0,33 92% Pada siklus 1 diperoleh skor rata-rata sebesar 72,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 78%. Berdasarkan hasil tersebut maka kompetensi pengetahuan siswa pada siklus 1 mengalami peningkatan. Peningkatan ini ditunjukkan melalui hasil perhitungan nilai N g sebesar 0,39 dengan kriteria peningkatan sedang. Namun kelas masih belum dinyatakan tuntas karena belum mencapai ketuntasan klasikal minimal sebesar 85%. Selanjutnya dilakukan siklus ke 2 sebagai siklus pemantapan. Pada siklus 2 diperoleh skor rata-rata sebesar 83 dengan ketuntasan klasikal sebesar 92%. Perhitungan nilai N g pada siklus 2 diperoleh sebesar 0,71 dengan kriteria peningkatan tinggi. Serta terjadi peningkatan pada kriteria sedang dari siklus 1 ke siklus 2 dengan nilai N g sebesar 0,33. Pada siklus 2, kelas telah dinyatakan tuntas karena mencapai ketuntasan klasikal 85%. 2) Kompetensi Sikap Peningkatan skor kompetensi sikap siswa pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tabel tersebut dapat dilihat peningkatan pada aspek disiplin dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 0,68 dengan kriteria sedang. Peningkatan pada kriteria tinggi dicapai dari pra siklus ke

5 siklus 2 dengan nilai N g sebesar 0,86. Sedangkan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai peningkatan kriteria sedang dengan nilai N g sebesar 0,60. Nampak terjadi peningkatan dari sedang menjadi tinggi. Hasil ini ditunjukkan dari sikap siswa yang semakin menghargai waktu dan memanfaatkannya dengan baik. Pada penilaian sikap teliti siswa, diperoleh nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 0,81 dengan kriteria peningkatan tinggi. Serta nilai N g dari pra siklus ke siklus 2 dan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,93 dan 1,00 dengan kriteria peningkatan tinggi. Sikap teliti siswa semakin meningkat pada setiap siklus. Pada penilaian sikap jujur diperoleh nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 0,92 dengan kriteria peningkatan tinggi. Serta nilai N g dari pra siklus ke siklus 2 dan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,86 dan 1,00 dengan kriteria peningkatan tinggi. Peningkatan ini juga terjadi pada aspek penilaian sikap tanggung jawab siswa. Perolehan nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 0,44 dengan kriteria peningkatan sedang. Nilai N g dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 0,73 mencapai kriteria peningkatan tinggi. Hasil tersebut menunjukkan terjadi peningkatan pada sikap tanggung jawab siswa dari sedang menjadi tinggi. Dan nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,37 dengan kriteria peningkatan sedang. Peningkatan pada aspek ini ditunjukkan dari sikap tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan hasil pekerjaan yang semakin lengkap dan benar. Tabel 4. Peningkatan Skor Kompetensi Sikap Siswa pada Setiap Aspek Kompetensi sikap Aspek penilaian Ng pra-sik 1 Ng pra-sik 1 Ng pra-sik 1 Disiplin 0,68 0,86 0,60 Teliti 0,81 0,93 1,00 Jujur 0,92 0,86 1,00 Tanggung 0,44 0,73 0,37 jawab Santun 1,00 1,00 1,00 Percaya diri 0,08 1,00 0,97 Pada aspek penilaian sikap sosial yang terdiri atas sikap santun dan percaya diri menunjukkan peningkatan dari pra siklus hingga siklus 2. Sikap santun siswa dari pra siklus ke siklus 1, pra siklus ke siklus 2, dan siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria peningkatan tinggi dengan nilai N g mencapai 1,00. Sementara sikap percaya diri siswa mengalami peningkatan pada kriteria rendah dengan nilai N g sebesar 0,08 dari pra siklus ke siklus 1. Nilai N g dari pra siklus ke siklus 2 dan dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 1,00 dan 0,97 dengan kriteria peningkatan tinggi. Sikap percaya diri siswa semakin meningkat pada siklus ke 2. Hal ini terjadi karena siswa mulai terbiasa dengan penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. 3) Kompetensi Keterampilan Peningkatan skor kompetensi keterampilan siswa pada setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 5. Pada aspek penilaian merangkai alat diperoleh nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 1,00 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Sementara perolehan nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,00. Hasil ini menunjukkan bahwa perolehan skor rata-rata siswa pada siklus 1 dan siklus 2 tidak berbeda. Peningkatan yang signifikan terjadi dari pra siklus ke siklus 1 dan 2 karena siswa semakin serius dalam mengikuti ujian responsi. Pada aspek mengamati terjadi peningkatan kriteria tinggi dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2, dan dari siklus 1 ke siklus 2 dengan nilai N g sebesar 0,85; 0,86; dan 0,86. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kemampuan mengamati siswa semakin baik dalam kegiatan eksperimen. Pada tahap mengumpulkan diperoleh N g dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 1,00 dengan kriteria peningkatan tinggi. Sementara N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,00 dengan kriteria peningkatan rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa perolehan rata-rata skor siswa pada siklus 1 dan siklus 2 tidak berbeda. Kemampuan siswa dalam mengumpulkan yang diperlukan pada kegiatan eksperimen semakin baik. Tabel 5. Peningkatan Skor Kompetensi Keterampilan Siswa pada Setiap Aspek Kompetensi keterampilan Aspek penilaian Ng pra- sik 1 Ng pra-sik 2 Ng sik 1 -sik Merangkai alat 1,00 1,00 0,00 Mengamati 0,85 0,86 0,86 Mengumpulkan 1,00 1,00 0,00 Menganalisis 0,69 0,84 0,76 Menarik kesimpulan 0,53 0,72 0,79 Merapikan alat 1,00 1,00 0,00 Pada aspek penilaian merangkai alat diperoleh nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 1,00 yaitu kriteria peningkatan tinggi. Sementara perolehan nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,00. Hasil ini menunjukkan bahwa perolehan skor rata-rata siswa pada siklus 1 dan siklus 2 tidak berbeda. Peningkatan yang signifikan terjadi dari pra siklus ke siklus 1 dan 2 karena siswa semakin serius dalam mengikuti ujian responsi. Pada aspek mengamati terjadi peningkatan kriteria tinggi dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2, dan dari siklus 1 ke siklus 2 dengan nilai N g sebesar 0,85; 0,86; dan 0,86. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kemampuan mengamati siswa 2

6 semakin baik dalam kegiatan eksperimen. Pada tahap mengumpulkan diperoleh N g dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 1,00 dengan kriteria peningkatan tinggi. Sementara N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,00 dengan kriteria peningkatan rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa perolehan rata-rata skor siswa pada siklus 1 dan siklus 2 tidak berbeda. Kemampuan siswa dalam mengumpulkan yang diperlukan pada kegiatan eksperimen semakin baik. Pada aspek penilaian menganalisis, diperoleh nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 0,69 dengan kriteria peningkatan sedang. Peningkatan pada kriteria tinggi dicapai dari pra siklus ke siklus 2 dengan N g sebesar 0,84. Serta nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,76 dengan kriteria peningkatan tinggi. Berdasarkan peningkatan tersebut membuktikan bahwa penggunaan LKS Terbimbing sangat efektif dalam membantu siswa menganalisis hasil eksperimen. Selain itu, efektif pula dalam membantu siswa menyusun kesimpulan akhir pada kegiatan eksperimen. Hal tersebut nampak dari perolehan nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 sebesar 0,53 dengan kriteria peningkatan sedang. Peningkatan mencapai kriteria tinggi dari pra siklus ke siklus 2 dan dari siklus 1 ke siklus 2 dengan nilai N g sebesar 0,72 dan 0,79. Aspek penilaian terakhir adalah merapikan alat dan bahan. Diperoleh nilai N g dari pra siklus ke siklus 1 dan dari pra siklus ke siklus 2 sebesar 1,00 dengan kriteria peningkatan tinggi. Sedangkan nilai N g dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,00 dengan kriteria peningkatan rendah. Siswa sudah terbiasa merapikan kembali alat eksperimen yang mereka gunakan. Kebiasaan baik ini harus terus dipupuk oleh guru agar dapat mengkarakter dalam diri setiap siswa. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing disertai LKS Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Fisika) siswa kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA (Fisika) siswa di kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015 dari pra siklus ke siklus 1 mencapai kriteria sedang, dari pra siklus ke siklus 2 mencapai kriteria tinggi, dan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria sedang. 2) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA (Fisika) siswa di kelas 8A SMPN 10 Jember tahun ajaran 2014/2015 pada kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan kompetensi keterampilan dari pra siklus ke siklus 1 mencapai kriteria sedang, dari pra siklus ke siklus 2 mencapai kriteria tinggi, dan dari siklus 1 ke siklus 2 mencapai kriteria sedang. Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut. 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif penyelesaian apabila guru menemukan permasalahan pembelajaran yang sama di dalam kelas, 2) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri disertai LKS Terbimbing membutuhkan waktu yang panjang, sehingga dibutuhkan keterampilan guru dalam mengelola kelas dan manajemen waktu. Daftar Pustaka [1] Asyhari, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing Terintegrasi Pendidikan Karakter. Jurnal Sains, Vol. 3 No. 1. [2] Dewi, dkk. 2012. Peningkatan Kemampuan Kerja Ilmiah dan Hasil Belajar Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Tapen Bondowoso. Jurnal Pend. Fisika, 1 (1): Juni 2012. [3] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud. [4] Lestari, Y. A. 2010. Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Hukum Newton untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses dan Hasil Belajar Siswa SMA (Skripsi). Tidak diterbitkan. [5] Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press. [6] Muslich. 2011. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. [7] Sofiani, E. 2011. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing (guided inquiry) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Listrik Dinamis (Skripsi). Tidak diterbitkan. [8] Sukamsyah, S. 2011. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing Tipe A Pada Konsep Kalor Siswa Kelas Vii SMPN 5 Seluma. Jurnal Exacta. Vol. IX No. 1. [9] Zahara, L. 2012. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Education. Vol. 6 No. 2.