BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dio Angga Dewa, 2012, Pembimbing 1 : Jo Suherman,dr.,MS.,AIF. Pembimbing 2 : Jeanny Ervie Ladi, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertama meningkatnya jumlah kendaraan di kota Medan sebagai dampak dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I A. LATAR BELAKANG. meningkatnya kebutuhan akan alat transportasi lalu-lintas atau yang secara umum disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL. 4.1 Koleksi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

Peningkatan atau penurunan kemampuan pemecahan masalah dan kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap

1 Universitas Kristen Maranatha

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Mengemudi Beresiko (Risky Driving Behavior) 1. Pengertian Perilaku Mengemudi Beresiko

Bab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang

BELAJAR KIMIA ASYIK DAN MENYENANGKAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswanto (2007, h.65) menyebutkan bahwa konsentrasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. siapapun dan dimanapun tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, dan ras.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

AGAR MENDAPAT LEBIH DARI YANG ENGKAU INGINKAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak. diselenggarakan pada jalur formal, nonformal maupun informal.

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peserta didik temasuk didalamnya mahasiswa banyak mengalami peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita xerostomia

MANFAAT HEADSET BLUETOOTH BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan sekumpulan nada dan irama yang disatupadukan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kecelakaan Tahun

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus oleh setiap diri

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

II. Deskripsi Kondisi Anak

Emosi P S I K O L O G I U M U M I I

BAB I PENDAHULUAN. Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan mempunyai makna upaya-upaya dan pemberian layanan agar

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dengan orang lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

No : 12 / IV / SEMAKU / 2017 Yogyakarta, 17 April Dengan ini Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter SEMAKU mengucapkan terima kasih kepada:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

Anesty Claresta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

Prinska Damara Sastri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menguasai ilmu statistika turut menjadi salah satu kompetensi utama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Dalam arti yang lain, musik berarti nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (Ali, 1993). Musik memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan musik untuk berkomunikasi dengan individu lain. Manusia mengenal berbagai macam jenis musik, antara lain musik rock, pop, klasik, metal, jazz. Mayoritas masyarakat di Indonesia sering mengerjakan suatu aktivitas sambil mendengarkan musik, antara lain ketika melakukan aktivitas belajar, pekerjaan rumah tangga, dan ketika sedang mengendarai kendaraan bermotor. Musik memiliki efek terhadap berbagai sistem tubuh, termasuk sistem saraf pusat (SSP).Tempo musik berhubungan erat dengan emosi manusia. Musik dengan tempo cepat menggambarkan kesenangan, kemarahan, atau kecemburuan. Sedangkan, musik dengan tempo lambat menggambarkan kesedihan, ketenangan, kelembutan, penderitaan, atau rasa malu (Blake dan Sekuler, 2006). Musik dengan tempo yang cepat, melodi yang keras, gelombang suara yang besar dapat menimbulkan pola pikir yang terganggu, tegang, dan tidak konsentrasi. Musik rock dapat merangsang gerakan aktif, melepaskan ketegangan, menutup rasa sakit, dan mengurangi efek bunyi-bunyian keras lain yang tidak menyenangkan di dalam lingkungan yang bersangkutan (Campbell, 2001). Apabila manusia mengikuti gerak dari musik rock maka menimbulkan perubahan fisik dan emosi pada manusia tersebut. Reaksi yang biasanya muncul ketika mendengarkan musik rock akan mengakibatkan emosi menjadi tidak menentu dan tidak stabil bahkan dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, orang yang menyukai musik rock biasanya suka berperilaku kasar (Schwartz & Fouts, 2003).

Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab suatu rangsangan secara sadar dan terkendali dihitung mulai saat rangsang diberikan (Houssay, 1955). Waktu reaksi sederhana adalah percobaan yang dilakukan dengan memberikan satu rangsang dan harus dijawab dengan satu respon secepat mungkin. Dalam waktu reaksi terdapat 3 proses yaitu kesadaran, konsentrasi dan proses memilih. Welford (1980) dan Broadbent (1971) mempelajari bahwa, adanya gangguan dapat memperlambat waktu reaksi. Trimmel dan Poelzl (2006) menemukan bahwa, suara bising dapat memperpanjang waktu reaksi dengan menghambat bagian-bagian pada konteks serebri (Kosinski & Robert, 2011). Pemanjangan waktu reaksi sederhana dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas menurut WHO (1984) adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (Venter, 2011). Data dari National Highway Traffic Safety Administration, pada tahun 2012, sebanyak 3328 orang meninggal dunia, dan diperkirakan 421.000 orang terluka dalam kecelakaan kendaraan bermotor disebabkan karena gangguan saat mengemudi. Gangguan saat mengemudi terdiri dari texting, penggunaan telepon genggam, mendengarkan musik dengan earphone, berbicara dengan orang lain, makan, dan minum saat berkendara. Keadaan tersebut dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan visual dari pengendara (NHTSA, 2013). Musik rock bertempo cepat dapat merangsang peningkatan aktivitas gelombang beta dalam otak (Hurless, et al., 2013). Gelombang beta meningkatkan kemampuan untuk berpikir, perasaan gembira, performa tinggi, membantu seseorang untuk berpikir positif, di sisi lain, aktivitas gelombang beta yang terlalu tinggi dapat menyebabkan timbulnya kecemasan, stress, ketegangan otot, sulit tidur, sulit berkonsentrasi, peningkatan tekanan darah, nadi, dan laju pernapasan yang semakin cepat (Hurless, et al., 2013; Guyton & Hall, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Hurless, et al (2013) mengguakan musik rock dan musik Jazz dengan berbagai tempo menunjukkan, tempo musik yang semakin cepat berhubungan dengan peningkatan aktivitas gelombang beta.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yuan et al. (2009) menunjukkan penurunan aktivitas gelombang alpha dan meningkatkan aktivitas gelombang beta seiring dengan meningkatnya tempo musik (Hurless, et al., 2013). Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pengaruh mendengarkan musik rock bertempo cepat dan berintensitas tinggi terhadap waktu reaksi sederhana. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah waktu reaksi selama mendengarkan musik rock bertempo cepat lebih lambat daripada sebelum mendengarkan musik rock bertempo cepat. 1.3 Maksud dan Tujuan Mengetahui pengaruh musik rock yang dapat memperpanjang waktu reaksi sederhana. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademis Untuk menambah wawasan pembaca mengenai pengaruh dari musik rock terhadap waktu reaksi sederhana. 1.4.2 Manfaat Praktis Memberikan informasi kepada masyarakat, bahwa, mengemudi sambil mendengarkan musik rock dapat memengaruhi risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka pemikiran Salah satu hal yang memengaruhi waktu reaksi adalah konsentrasi. Pada penelitian Galotti (2004) menunjukkan bahwa, setiap individu memiliki batas penerimaan informasi untuk diproses dalam waktu yang bersamaan. Konsentrasi seseorang dapat menurun apabila melakukan dua macam aktivitas secara bersamaan. Suatu aktivitas membutuhkan fungsi kognitif, sensoris, dan motoris yang baik. Ketika melakukan aktivitas yang membutuhkan fungsi kognitif lebih tinggi, musik bertempo cepat dan berintensitas tinggi akan memengaruhi kecepatan pemrosesan informasi (Venter, 2011). Secara umum, pemrosesan informasi visual terjadi terutama di cortex cerebri lobus oksipitalis. Jaras penglihatan dan pendengaran juga melalui supramarginal dan gyrus angularis dari lobus parietalis inferior yang kemudian bergabung dengan Wernicke s area. Ketika impuls saraf penglihatan dan pendengaran melalui daerah ini, dapat diperkirakan bahwa inilah lokasi dimana sumber perhatian dibatasi sebagai dua stimulasi yang sedang berlangsung bersamaan (Culbertson, et al., 2008). Musik rock bertempo cepat dapat merangsang peningkatan aktivitas gelombang beta pada regio temporalis kiri otak (Hurless, et al., 2013). Musik rock bertempo cepat juga akan meningkatkat kadar kortisol plasma, adenocorticotropic hormone (ACTH), prolaktin, growth hormone, norepinephrine, peningkatan derajat hypothalamus-pituitary-adrenal (HPA) axis, peningkatan aktivitas system saraf simpatis. (Chandra & Levitin, 2013; Juslin & Vastfjall, 2008). Peningkatan aktivitas gelombang beta di otak, dan peningkatan aktivitas HPA axis akan menyebabkan gelisah, stres, sehingga berpotensi meningkatkan kebutuhan fungsi kognisi (Chandra & Levitin, 2013). Mendengarkan musik rock bertempo cepat membutuhkan kapasitas kognitif yang lebih besar. Musik bertempo cepat dan berintensitas tinggi menuntut perhatian lebih banyak dari pada musik berintensitas rendah. Apabila perhatian sudah tertuju pada suatu hal, maka informasi lain yang datang hanya akan di

proses sedikit atau diabaikan sepenuhnya (Culbestron et al., 2008), sehingga akan memperlambat waktu reaksi sederhana. 1.5.2 Hipotesis Penelitian Waktu reaksi sederhana selama mendengarkan musik rock bertempo cepat lebih lambat dari pada sebelum mendengarkan musik rock bertempo cepat.