ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DI KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PASAMAN JURNAL OLEH : GUSPA YENI

ANALISIS DETERMINAN KORUPSI DI ERA OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah)

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, INFLASI, SUKU BUNGA, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI SURAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya ekonomi daerah yang berdaya guna dan berhasil

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.8 No.2 Juli Tahun 2008

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI KOTA BOGOR PERIODE

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi

PENGARUH INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT SUKU BUNGA RIIL DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TAYLOR RULE

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sasaran penelitian ini berkaitan dengan obyek yang akan ditulis, maka

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR KOPI SUMATERA BARAT KE MALAYSIA. Indria Ukrita 1) ABSTRACTS

FLUKTUASI TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP TABUNGAN DI INDONESIA TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

PENGARUH SEKTOR EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI RIAU. Dian Alfira Kasmita

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jombang Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN EKSPOR TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI KOTA SEMARANG TAHUN

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH BELANJA LANGSUNG DAN BELANJA TIDAK LANGSUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, JUMLAH PENDUDUK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURAKARTA

Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum terhadap kemiskinan di Kota Jambi

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

ANALISIS PENGARUH SIMPANAN WAJIB ANGGOTA DAN PINJAMAN ANGGOTA TERHADAP SISA HASIL USAHA ANGGOTA

NOVI NURUL ALIYAH B

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kredit Konsumsi Bank Persero di Indonesia Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

ANALISIS PENGARUH UPAH DAN PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENCARI KERJA DI INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

Herminawaty A Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Ekonomi Universitas Bosowa Makassar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

Disusun Oleh: NURUL FAJRINA B

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TANGERANG PADA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

ABSTRACT. entertainment tax revenue, inflation rate, economic growth. vii. Universitas Kristen Maranatha

Embun Rahmawati. Universitas Bina Nusantara Palem Puri No 2 Rt 005/007, Pondok Aren Tangerang 15229, , 1 Murtedjo, Ak.

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

PENGARUH REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif

Pengaruh pendidikan, upah dan kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jambi

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PENERIMAAN PPN

1. Pendahuluan A. Latar Belakang. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 19, Nomor 2, Desember 2015, hlm 79-88

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MUZAKKI MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI LEMBAGA AMIL ZAKAT DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA DAN KONSUMSI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA PADANG. Oleh AMINAH NPM.

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah adalah kuantitatif. Penelitian

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA, PENDAPATAN PER KAPITA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP KREDIT KONSUMSI PADA BANK UMUM DI SUMATERA UTARA SKRIPSI

PENGARUH JUMLAH INDUSTRI, PDRB, DAN PENDAPATAN PER KAPITA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK REKLAME SEBAGAI PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional identik dengan pembangunan daerah karena

BAB I PENDAHULUAN. (Groos Domestic Product) dan GNP (Gross National Product) tanpa

PENGARUH PENDAPATAN RIIL, SUKU BUNGA DEPOSITO DOMESTIK, SUKU BUNGA DEPOSITO VALUTA ASING, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DEPOSITO VALUTA ASING

Diajukan oleh : F.X. Riza Febri Kurniawan NIM: F

1. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA Tahun

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP REALISASI BELANJA MODAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, jenis disain penelitian yang adalah kausalitas. Kausalitas

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KONSUMEN TRAVEL JOGLOSEMAR (Studi kasus pada Para Pengguna Jasa Travel Joglosemar Yogyakarta)

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME DI KOTA SEMARANG TAHUN

ANALISIS EFEK PERTUMBUHAN EKONOMI PADA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN JOMBANG

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN SEKTOR PERDAGANGAN DI JAWA TENGAH TAHUN SKRIPSI

Salah satu pelayanan yang mendasar bagi pemerintah daerah adalah pelayanan di bidang kesehatan. Untuk meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan kepad

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

Oleh: KURNIAWAN HASLAMIYANTO B / I

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT INFLASI DAN PENDAPATAN PERKAPITA TERHADAP BESARNYA JUMLAH TABUNGAN NASABAH PADA PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

PERBANDINGAN REGRESI METODE ROBUST DENGAN METODE OLS STUDY KASUS PENGARUH INFLASI DAN PDRB TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI JAWA TEGAH

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

JURNAL ILMIAH BUSSINESS PROGRESS ISSN April 2015, Volume 3, No. 1, 9-14

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU KW (IMITASI) DI PASAR KLITHIKAN YOGYAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

SKRIPSI PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAERAH NON PRIMER JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator

III. METODE PENELITIAN. A. Daerah Penelitian dan definisi operasional variabel. Penelitian ini dilaksanakandi di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

Transkripsi:

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 1-8 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme ISSN (Online): 2337-3814 ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR DI KOTA SEMARANG Ardana Indra Permana, Herniwati Retno Handayani 1 Jurusan IESP Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851 ABSTRACT Markets retribution is one of the potential user charge in the Semarang city. The increased income of market retribution from year to year has the potential to be developed. However, during the year 2008-2010 market retribution revenue were never able to meet the target. This study aims to analyze market retribution revenue in the Semarang city in the year 2002-2010. The independent variables used in this study is the total population, GDP percapita and the rate of inflation. This study used a secondary data per quarter from 2002-2010. Methods of data collection documentation methods, were analyzed using multiple linear regression analysis. The results showed that the variables of population and GDP percapita has a significant influence on the market retribution. Both of these variables have a positive relationship to market retribution. The population greatly affect the market retribution, the more people who visit the market will increase market acceptance of retribution GDP percapita have the positive relationship and significant to market acceptance of retribution. When GDP percapita is high then the ability of people to shop will be higher because of the need to shop can be met. The inflation rate has a negative and insignificant relationship with the market acceptance of retribution. F test results indicate that the variable overall population, GDP percapita and inflation rate together to show its affect on market acceptance of retribution. R 2 value of 0,950, which menas a 95% market retribution receipts variation can be explained from the third variation of the independent variable while the rest is explained by other causes outside the model. Keywords: market retribution, population, GDP percapita, inflation rate PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Sedangkan arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat dapat tercapai secara optimal dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari pembangunan ekonomi tersebut, maka pembangunan harus didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembangaan, dan sumber daya fisik yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat harus mampu menaksir potensi sumber daya yang paling diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Raga, 2011). Pada dasarnya otonomi daerah diberlakukan untuk membantu penyelenggaraan pemerintah pusat terutama dalam penyediaan pelayanan kepada masyarakat dan pelaksanaan program-program pembangunan. Pemerintah daerah dipandang sebagai mitra kerja oleh pemerintah pusat dalam penyelenggaraan tugas tersebut di atas. Prinsip pemberian otonomi daerah adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada masing-masing daerah dalam menyelenggarakan pemerintahannya di daerahnya sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, daerah dituntut untuk lebih aktif dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kemandiriannya, menggali serta mengembangkan potensi sumber-sumber ekonomi dalam rangka mempercepat pertumbuhan 1 Corresponding author

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 2 ekonomi di daerahnya. Pada saat ini titik berat pemberian otonomi daerah diberikan kepada pemerintah daerah kabupaten dan kota (Mardiasmo, 2002). Tabel 1 Kontribusi Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Total Realisasi Retribusi Daerah Kota Semarang Tahun 2006-2010 (Rupiah) Tahun Retribusi Pasar Laju Pertumbuhan Retribusi daerah Kontribusi retribusi pasar terhadap retribusi daerah 2006 7.905.585.985-0.83 71.725.388.543 11.02 % 2007 8.808.990.943 10,92 77.049.365.967 11,43 % 2008 9.824.245.886 11,53 84.757.259.284 11,59 % 2009 12.097.540.723 23,14 69.874.090.022 17,31 % 2010 12.819.305.894 5,97 80.558.718.995 15,91 % Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Semarang ( data diolah) Tabel 1.1 menunjukkan kontribusi realisasi penerimaan retribusi pasar terhadap total realisasi retribusi daerah Kota Semarang, cenderung berfluktuasi dari tahun 2006-2010. Nilai terendah kontribusi retribusi pasar terhadap retribusi daerah terjadi pada tahun 2006 sebesar 11,02 persen. Selanjutnya terjadi peningkatan hingga pada tahun 2009 kontribusi retribusi pasar terhadap retribusi daearah sebesar 17,31 persen, dimana angka tersebut adalah yang terbesar dalam kurun waktu tahun 2006-2010. Realisasi retribusi daerah tahun 2009 menurun menjadi Rp. 69.874.090.022 dari tahun 2008 sebesar Rp. 84.757.259.284. Hal ini disebabkan oleh penurunan beberapa retribusi dari dinas pendidikan, dinas pertamanan dan rumah sakit umum sudah tidak dianggarkan lagi. Pada tahun 2010 terjadi penurunan retribusi pasar dengan hanya memberikan kontribusi sebesar 15,91 persen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerimaan retribusi pasar di Kota Semarang pada tahun 2002-2010. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah jumlah penduduk, PDRB perkapita dan laju inflasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder per-triwulan dari tahun 2002-2010.Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Retribusi pasar adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar yang berupa halaman, pelataran, los, kios yang dikelola daerah dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh perusahaan daerah (Putra, 2010). Menurut Sunarto (2005) dalam Raga (2011), retribusi pasar adalah pungutan yang dikenakan pada pedagang oleh Pemerintah Daerah sebagai pembayaran atas pemakaian tempat-tempat berupa kios, los, dasaran, dan halaman pasar yang disediakan di dalam pasar daerah atau pedagang lain yang berada di sekitar pasar daerah lainnya yang berada di sekitar pasar daerah sampai dengan radius 200 meter dari pasar tersebut. Terdapat dua prinsip atas pengenaan retribusi, yang pertama adalah bahwa mereka yang menerima kenikmatan langsung dari suatu pelayanan harus membayar sesuai dengan kebutuhan mereka. Prinsip kedua adalah pengenaan retribusi berdasarkan kemampuan dari wajib retribusi. Semakin rendah penghasilannya, semakin kecil harga yang dikenakan (Mcmaster, 1991). Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Retribusi Pasar Dalam teorinya Malthus berpendapat bahwa penduduk bertambah sesuai dengan deret ukur, sedangkan kebutuhan pangan bertambah sesuai dengan deret hitung. Artinya semakin banyak jumlah penduduk maka akan semakin banyak kebutuhan pangan yang harus dipenuhi. Teori ini juga didukung oleh Solow (1956) yang berpendapat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk akan menciptakan labor yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan pendapat Malthus, semakin banyak jumlah penduduk maka kebutuhan hidup manusia semakin banyak sehingga dengan besarnya permintaan akan memicu timbulnya pelaku pasar baru untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan banyaknya pelaku pasar (pedagang) baru tersebut akan meningkatkan penerimaan retribusi pasar. 2

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 3 Pengaruh PDRB Perkapita Terhadap Retribusi Pasar Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan (Richardson, 1991). Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Mankiw memperkuat teori tersebut dengan menyatakan bahwa untuk mengukur pertumbuhan perekonomian adalah dengan mengukur PDRB perkapita suatu wilayah. Dalam hal ini berarti PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu wilayah. Artinya semakin besar pendapatan masyarakat maka kemampuan suatu masyarakat untuk berbelanja di pasar akan semakin besar sehingga akan meningkatkan penerimaan retribusi pasar. Pengaruh Inflasi Tehadap Retribusi Pasar Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar harga barang-barang lain. Menurut teori uang klasik, perubahan dalam tingkat harga keseluruhan adalah seperti perubahan dalam unit-unit ukuran. Karena sesungguhnya kesejahteraan ekonomi masyarakat bergantung pada harga relatif, bukan pada seluruh tingkat harga (Mankiw, 2007). Peacock dan Wiseman dalam Guritno (2008) berpendapat bahwa pemerintah senantiasa memperbesar pengeluaran pemerintah sedangkan masyarakat enggan untuk membayar retribusi yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah tersebut. Teori ini mendasarkan pada teori dimana masyarakat punya tingkat toleransi yaitu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya retribusi yang dibutuhkan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Apabila tingkat ini terlampaui maka akan terjadi inflasi. Dampaknya adalah pedagang akan enggan membayar retribusi bahkan bukan tidak mungkin ada yang gulung tikar. Hal ini akan menyebabkan menurunnya penerimaan retribusi pasar. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan Variabel Dependen Retribusi Pasar. Definisi operasional dari Variabel Retribusi Pasar adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas penggunaan fasilitas dan jasa pelayanan dalam lingkungan pasar yang diukur dengan satuan ukur rupiah. Variabel Independen dari penelitian ini adalah Jumlah Penduduk, PDRB Perkapita dan Laju Inflasi. Definisi operasional dari Variabel jumlah penduduk adalah orang yang tinggal di daerah tersebut atau secara hukum berhak tinggal di Indonesia yang diukur dengan satuan ukur per-orangan. Variabel PDRB Perkapita adalah salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi dan sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional. PDRB perkapita yang digunakan dalam variabel ini adalah PDRB perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000. Variabel diukur dengan satuan ukur rupiah. Variabel laju inflasi adalah suatu kecenderungan meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar. Selanjutnya laju inflasi adalah proses perubahan dari inflasi dalam periode waktu tertentu. Variabel ini akan diukur dalam satuan persentase. Seluruh variabel dalam penelitian ini menggunakan data times series per-triwulanan dari tahun 2002-2010. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dependen dengan variabel independen. Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan metode pangkat kuadrat kecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS). Inti dari penggunaan metode OLS ini adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan cara meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro,2001). Adapun model regresi dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: 3

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 4 Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + b 3 X 3 + e i Dimana : Y = Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar X 1 = Jumlah Penduduk X 2 = Pendapatan Domestik Regional Bruto Perkapita X 3 = Laju inflasi a = konstanta b 1, b 2, b 3 = Koefisien regresi = Gangguan e i HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Berdasarkan Sensus Penduduk pada tahun 2010 Kota Semarang menempati urutan kedelapan kota-kota di Indonesia dengan jumlah penduduk 1.527.433 jiwa dalam kota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Semarang termasuk salah satu yang terbanyak di Indonesia. Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Semarang Per-kuartal Tahun 2002-2010 Tahun Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 Kuartal 4 2002 1.303.792 1.310.530 1.320.267 1.350.005 2003 1.351.052 1.354.099 1.360.146 1.378.193 2004 1.385.428 1.389.663 1.393.898 1.399.133 2005 1.406.219 1.411.306 1.416.392 1.419.478 2006 1.424.115 1.428.752 1.431.388 1.434.025 2007 1.438.257 1.442.490 1.449.722 1.454.954 2008 1.463.626 1.468.297 1.478.969 1.481.640 2009 1.487.961 1.490.282 1.500.603 1.506.924 2010 1.512.051 1.515.179 1.520.306 1.527.433 Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah Dalam Tabel 2 ditunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Semarang selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada kuartal pertama tahun 2002 penduduk Kota Semarang berjumlah 1.303.792 jiwa dan terus meningkat hingga kuartal keempat menjadi 1.350.005 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kota Semarang selalu mengalami peningkatan tiap kuartal hingga pada kuartal keempat tahun 2010 penduduk Kota Semarang berjumlah 1.527.433 jiwa. Struktur dan perkembangan perekonomian di kota Semarang dengan indikator yang digunakan adalah tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan atas dasar harga konstan tahun 2000. Tabel 3 menunjukkan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan di Kota Semarang tahun 2002-2010: Tabel 3 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Per-kuartal Tahun 2002-2010 (Rp) Tahun Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 Kuartal 4 2002 10.628.675 10.630.112 10.641.550 10.652.987 2003 10.756.312 10.789.637 10.812.961 10.826.286 2004 10.871.068 10.915.850 11.020.631 11.085.413 2005 11.189.815 11.294.218 11.398.620 11.503.022 2006 11.510.118 11.527.215 11.544.311 11.571.407 2007 11.604.723 11.738.040 11.871.356 12.104.672 2008 12.132.768 12.160.863 12.288.959 12.617.054 2009 12.643.259 12.969.465 13.098.670 13.121.875 2010 13.584.253 13.686.631 13.719.009 13.731.387 Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah 4

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 5 Tabel 3 menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang selalu mengalami kenaikan tiap kuartalnya. Hal ini mengindikasikan semakin baiknya kesejahteraan masyarakat. Inflasi merupakan kecenderungan meningkatnya tingkat harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari hanya satu atau dua barang saja tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali apabila meluas sehingga mengakibatkan kenaikan harga sebagian besar barang-barang lainnya. Milton Friedman berpendapat bahwa inflasi merupakan sebuah fenomena moneter yang dapat terjadi dimanapun dan tidak dapat dihindari. Tabel 4 Laju Inflasi Di Kota Semarang Per-kuartal Tahun 2002-2010 Tahun Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 Kuartal 4 2002 4,18 1,16 3,04 4,45 2003 1,03 0,38 2,27 2,25 2004 1,02 1,46 0,78 2,57 2005 3,24 0,92 2,66 8,79 2006 2,03 0,87 1,57 1,56 2007 2,36 0,53 1,97 1,71 2008 4,12 4,05 2,81 0,17 2009 0,71 0,06 1,95 0,41 2010-1,02 1,23 3,3 1,35 Sumber: Badan Pusat Statistik, data diolah Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa laju inflasi selalu berubah-ubah tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan tingkat harga yang tidak selalu menetap. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah penawaran dan permintaan akan barang yang tidak menentu. Penerimaan retribusi pasar di Kota Semarang pada penelitian ini dibagi menjadi 4 kuartal untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 5 Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar Kota Semarang Per-kuartal Tahun 2002-2010 Tahun Kuartal 1 Kuartal 2 Kuartal 3 Kuartal 4 2002 1.300.539.688 1.596.623.648 1.555.759.706 1.769.902.654 2003 1.550.615.077 1.601.552.434 1.800.131.515 1.948.988.477 2004 1.813.887.577 1.989.551.242 2.017.699.958 2.003.712.506 2005 1.964.634.000 1.986.618.655 2.026.982.669 1.995.895.722 2006 1.941.730.725 2.107.936.730 1.973.176.327 1.982.742.204 2007 1.981.416.270 2.314.539.559 2.320.528.854 2.286.506.262 2008 2.291.709.475 2.374.466.257 2.453.732.415 2.704.937.741 2009 2.696.323.827 2.841.630.297 2.806.723.153 3.052.551.446 2010 3.057.247.948 3.060.679.719 3.244.257.375 3.290.280.802 Sumber: Dinas Pasar Kota Semarang, data diolah Tabel 5, menunjukkan bahwa realisasi penerimaan retribusi pasar mengalami pertumbuhan cenderung berfluktuasi. Namun pada kuartal 4 tahun 2004, 2005 dan 2007 realisasi penerimaan retribusi pasar mengalami penurunan. Hal ini disebabkan ada beberapa pasar yang sedang melakukan renovasi seperti Pasar Bulu sehingga pemasukan retribusi menjadi berkurang karena pemasukan pedagang lebih sedikit. Pembahasan Hasil Penelitian Model regresi yang menggambarkan pengaruh jumlah penduduk, PDRB perkapita dan laju inflasi terhadap realisasi penerimaan retribusi pasar adalah sebagai berikut: Y = -5124112673.609 + 1999.655 X 1 + 382.998 X 2-15284811.273 X 3 (-6,798) (2,056) (6,288) (1,311) F = 220,519 R 2 = 0,95 Hasil analisis regresi mendapatkan bahwa koefisien variabel jumlah penduduk dan PDRB perkapita memiliki arah koefisien positif, sedangkan variabel laju inflasi memiliki arah koefisien negatif. 5

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 6 Koefisien determinasi (adjusted R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai adjusted R 2 yang kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Tabel 6 Nilai Koefisien Determinasi Model R R 2 Adjusted R 2 1.977 a.954.950 Sumber: Data sekunder diolah Dari Tabel 6 diperoleh nilai adjusted R 2 sebesar 0,950. Hal ini berarti sebesar 95,0% variasi penerimaan retribusi pasar dapat dijelaskan oleh jumlah penduduk, PDRB dan inflasi, sedangkan sisanya sebesar 5,0% dijelaskan oleh variable lain di luar model. Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji signifikansi simultan (uji F). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi diperoleh F-statistik sebagai berikut : Tabel 7 Nilai F-Statistik Model F Sig. Regression 220.519.000 a Residual Total Sumber: Data sekunder diolah Hasil pengujian diperoleh nilai F sebesar 220,519 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti jumlah penduduk, PDRB perkapita dan laju inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dengan jumlah sampel sebanyak 36 dan α = 5% maka diketahui t tabel sebesar 1,697. Maka hasil analisisnya adalah sebagai berikut: Arah koefisien regresi variable jumlah penduduk adalah positif. Hasil pengujian regresi pengaruh jumlah penduduk terhadap Tingkat Retribusi pasar diperoleh nilai t sebesar 2,056 lebih besar nilainya dari t tabel sebesar 1,697. Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Penerimaan retribusi pasar. Dengan demikian Hipotesis 1 diterima. Semakin besar jumlah penduduk akan meningkatkan tingkat penerimaan retribusi pasar. Arah koefisien regresi variabel PDRB adalah positif. Hasil pengujian regresi pengaruh PDRB terhadap Tingkat Retribusi pasar diperoleh nilai t sebesar 6,288 lebih besar nilainya dari t tabel sebesar 1,697. Hal ini berarti bahwa PDRB memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Penerimaan retribusi pasar. Dengan demikian Hipotesis 2 diterima. Semakin besar PDRB akan meningkatkan tingkat penerimaan retribusi pasar. Arah koefisien regresi variable inflasi adalah negatif. Hasil pengujian regresi pengaruh inflasi terhadap Tingkat Retribusi pasar diperoleh nilai t sebesar -1,311 lebih kecil nilainya dari t tabel sebesar 1,697. Nilai sigifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Penerimaan retribusi pasar. Dengan demikian Hipotesis 3 ditolak. Model persamaan yang dibentuk dari hasil penelitian adalah sebagai berikut : Y = -5124112673.609+ 1999.655 X 1 + 382.998 X 2-15284811.273 X 3 Variabel bebas X1 (jumlah penduduk) memiliki arah koefisien positif sebesar 1999,655. Hal ini berarti bahwa penambahan 1 orang penduduk, akan meningkatkan penerimaan retribusi pasar sebesar Rp. 1999,655 dengan asumsi variabel lain tetap. Variable bebas X2 (PDRB) memiliki arah koefisien positif sebesar 382,998. Hal ini berarti bahwa peningkatan PDRB sebesar Rp. 1, akan meningkatkan penerimaan retribusi pasar sebesar Rp 382,998 dengan asumsi variabel lain 6

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 7 tetap. Variable bebas X3 (laju inflasi) memiliki arah koefisien negatif sebesar 15284811.273. Hal ini berarti bahwa peningkatan inflasi sebesar 1 satuan akan menurunkan penerimaan retribusi pasar Rp 15284811.273. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Kenaikan jumlah penduduk akan meningkatkan penerimaan retribusi pasar. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien positif sebesar 1999,655 dan t hitung sebesar 2,056 dengan signifikansi sebesar 0,048 < 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hasil analisis ini sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah penduduk memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Variabel PDRB Perkapita mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Kenaikan jumlah PDRB Perkapita akan menaikkan penerimaan retribusi pasar. Hal ini dapat dilihat dari besarnya koefisien nilai positif sebesar 382,998 dan t hitung sebesar 6,288 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hasil analisis ini sesuai dengan hipotesis bahwa PDRB Perkapita memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Variabel laju inflasi tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien negartif sebesar -15284811,273 dan t hitung sebesar -1,311 dengan signifikansi sebesar 0,199 > 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hasil analisis ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa laju inflasi memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan agar membenahi pendistribusian barang baik keluar atau masuk ke pasar agar semakin meningkatkan penerimaan retribusi pasar. Selanjutnya pembenahan dari sisi fasilitas dan pelayanan pasar juga harus ditingkatkan agar penerimaan retribusi pasar semakin meningkat. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu masih sedikitnya variabel-variabel yang mempengaruhi penerimaan retribusi pasar. Untuk itu disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menambah variabel lain agar penelitian lain kedepannya semakin baik. REFERENSI Akbar, Hadryan Putra K. 2010. Analisis Penerimaan Retribusi Pasar di Kota Surakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Boediono. 1985. Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro: Semarang. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang Gujarati, Damodar. 2003. Basics Econometrics. McGraw Hill International Company. Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: YKPM. Malthus. 1798. An Essay on The Principle of Population. London: Electronic Scholarly Publishing Project. Mangkoesoebroto, Guritno. 2008. Ekonomi Publik Edisi Ketiga. BPFE: Yogyakarta.Mankiw, Gregory N., 2007. Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. 7

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 8 Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset. Mcmaster, James. 1991. Urban Financial Management A Training Manual. The International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank 1818 H Street, N.W. Washington, D.C. 20433, U.S.A, p.23 Raga, Arjanggi Wisnu. 2011. Analisis Kinerja Penerimaan Retribusi Pasar di Kabupaten Demak Tahun 2006-2009. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Richardson, Harry W., 1991. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: LPFE-UI Solow, Robert. 1956. A Contribution to The Theory of Economic Growth. Quarterly Journal of Economics 70. 64-94 8