BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian.

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017

GUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan kualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas Sumber

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEBIJAKAN- KEBIJAKAN PENDIDIKAN FORMAL. Rahmania Utari, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 23 TAHUN No. 23, 2017 TENTANG

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

Smart, Innovative, Professional

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar adalah tolok ukur yang dipakai dalam mengukur

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

NOMOR : % TAHUN 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pendidikan dipandang bermutu diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan berkepribadian. Pendidikan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis. Sebagai lawan dari penyelenggaraan pendidikan yang menjadikan pendidikan hanya sebagai sarana untuk memilih dan memilah. Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat membangkitkan generasi muda untuk menggali potensi dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa (Mulyasa : 2005). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman 1

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyatakan bahwa Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a). Penilaian hasil belajar oleh pendidik; b). Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c). Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah seperti yang tertera pada Pasal 66 menyatakan bahwa (1) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir c bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. (2) Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, dan akuntabel. (3) Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Smp/Mts), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (Smplb), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (Sma/Ma), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (Smalb), Dan Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Tahun Pelajaran 2009/2010 Pasal 3 menyatakan bahwa Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: a. Pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; b. Seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; c. Penentuan kelulusan 2

peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; d. Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Ujian Nasional dilaksanakan sebagai wujud pelaksanaan standarisasi pendidikan. Ujian Nasional dimaksudkan untuk mengukur standar kompetensi. Objek yang terkait adalah sekolah dan guru. Artinya, akibat dari hasil ujian nasional, sekolah dan guru yang pertama akan menuainya. Sekolah dan guru yang memiliki peserta didik berhasil baik ujian nasionalnya, dikategorikan memenuhi stándar. Sekolah yang demikian ini akan mudah mendapatkan suntikan dana untuk sarana pengembangan dan sekolah yang tidak memenuhi standar sulit mendapatkan bantuan. Sekolah di daerah pinggiran dan terlebih terpencil tak akan mampu berhasil baik seperti sekolah di perkotaan, oleh karena sarana dan prasarana pendidikan yang jauh kurang memadai. Anehnya, soal ujian nasional tidak berbeda dengan sekolah yang sarana dan prasaranya cukup memadai. Ibarat mengadu seorang petinju kelas berat dengan petinju kelas terbang. Pelanggaran yang sengaja diciptakan. Peserta Ujian Nasional SMK tahun 2010 ini mencapai 912 ribu peserta di seluruh Indonesia, Sebanyak 767.944 siswa (88,83 persen) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mengikuti Ujian Nasional Utama dinyatakan lulus, sedangkan yang harus mengulang sebanyak 96.537 siswa (11,17 persen). Hasil kelulusan Ujian Nasional sangat beragam, terutama antara daerah yang maju dan yang kurang maju tingkat pendidikannya. Yang memiliki 3

kelulusan tertinggi adalah Provinsi Bali dengan jumlah kelulusan 97,49 %, Sumatera Selatan, dengan jumlah kelulusan 97,05 %, kemudian Lampung sebanyak 96,10 %. Sedangkan untuk tingkat kelulusan yang rendah adalah NTB dengan jumlah kelulusan 48,13 %, kemudian Sulawesi Tenggara, sebanyak 53.84 % dan kemudian Maluku Utara, dengan jumlah kelulusan 45,23 % Pro dan kontra adanya ujian nasional pun tak terelakkan. Para pelaku ujian nasional, yakni siswa, orang tua siswa dan para guru yang merasa dilangkahi kewenangannya tidak sedikit yang menyatakan tidak tertarik terhadap kebijakan ujian nasional. Secara alami, pro dan kontra tak pernah berhenti baik pada tataran bawah maupun pada level atas yakni MA dan Mendiknas. Pro dan kontra ada dan tidak adanya ujian nasional merupakan dua sisi berlainan yang mempunyai kekuatan seimbang. Oleh karenanya sangat wajar, pro dan kontra itu muncul saling menyedot perhatian masyarakat penerima dampak kebijakan keterlaksanaan ujian nasional. Jika Ujian Nasional (UN) dijadikan salah satu syarat kelulusan, pemerintah harus melakukan perbaikan sistem dan standar mutu pendidikan seperti yang diputuskan Mahkamah Agung (MA) yang menguatkan putusan pengadilan negeri (PN) Jakarta Pusat dan Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta. Dalam putusan PN Jakarta Pusat, PT Jakarta yang dikuatkan MA itu ditegaskan, pemerintah harus meningkatkan kualitas guru, kelengkapan sarana prasarana sekolah, akses informasi yang lengkap di seluruh daerah Indonesia sebelum mengeluarkan kebijakan pelaksanaan UN lebih lanjut. Juga 4

memerintahkan agar pemerintah mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengatasi gangguan psikologis dan mental peserta didik akibat penyelenggaraan UN, dan meninjau kembali sistem pendidikan nasional. Amar putusan pengadilan itu belum dilaksanakan pemerintah, bahkan dengan sengaja mengabaikannya. Dalam pelaksanaan UN telah terjadi kecurangan yang sistematis, menimbulkan akibat psikologis bagi siswa, terutama yang tidak lulus, tidak mencerminkan peta mutu pendidikan nasional yang sesungguhnya (palsu). Buktinya banyak dari siswa sekolah yang masuk dalam kategori berkualitas tidak lulus, dan sebaliknya para siswa sekolah yang tidak berkualitas justru lulus semuanya. Untuk itu Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yang menjadi payung hukum penyelenggaraan Ujian Nasional perlu dikaji ulang, khususnya yang berkaitan dengan subtansi evaluasi pendidikan, sebagaimana diatur dalam pasal 68 dan 72 Peraturan Pemerintah tersebut, karena bertentangan dengan peraturan di atasnya, yaitu pasal 58, 59 dan 61 Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam kaitan itu pula, model evaluasi Ujian Nasional seperti saat ini harus dihentikan agar tidak menimbulkan keresahan berkepanjangan di masyarakat, perguruan tinggi, LSM, sekaligus mengakhiri polemik antara pemerintah dan DPR serta memastikan dunia pendidikan tetap ilmiah dan akademis dengan tidak masuk dalam ranah hukum dan politik. Sesungguhnya dari sudut pandang keseluruhan makna maupun kepentingan pendidikan, khususnya untuk penstandaran pendidikan nasional 5

dalam berbagai jenis dan jenjang, Ujian Nasional itu perlu dan penting. Langsung maupun tidak langsung Ujian Nasional itu secara keseluruhan hasilnya akan menggambarkan kualitas pendidikan nasional. Nilai rata-rata untuk suatu mata pelajaran yang diuji secara nasional pada hakikatnya merupakan salah satu model tolok ukur capaian sekolah (SD, SMP, SMA dan yang sederajat) dalam apa yang sering disebut the basics (reading, writing, and arithmatic). Artinya, merupakan modal dasar untuk pengembangan potensi akademik peserta didik dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. (A. Malik Fajar, 2010). Kepekaan, penafsiran dan kemampuan membedakan terhadap rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang dikehendaki. Berangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program ujian nasional sangat penting bagi setiap guru. Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan mempunyai kompetensi yang memadai. Disamping itu sarana dan prasarana sekolah juga belum semuanya memadai. Apalagi sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil yang belum terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi seperti di SMK Negeri 1 Kebonsari. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul Analisis Implementasi Ujian Nasional di SMK Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun 6

B. Fokus Penelitian Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu ditetapkan suatu fokus. Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batasan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi Ujian Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun? 2. Apakah kendala yang dihadapi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun dalam pelaksanaan Ujian Nasional? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang: 1. Implementasi Ujian Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun. 2. Kendala yang dihadapi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun dalam pelaksanaan Ujian Nasional. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan. b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan. 7

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka pelaksanaan Ujian Nasional di SMK Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun dan sekolah harus berusaha membantu guru meningkatkan kompetensi dan meningkatkan sarana dan prasarana. b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan cermin tentang pelaksanaan Ujian Nasional di Kabupaten Madiun dan Dinas Pendidikan harus membuat programprogram yang dapat membantu keberhasilan pelaksanaan Ujian Nasional seperti mengadakan diklat mata pelajaran maupun diklat strategi pembelajaran yang baik. E. Penegasan Istilah 1. Kebijakan Kebijakan adalah suatu tindakan tujuan yang dilakukan seorang pelaku/administrator yang berhadapan dengan masalah sosial. 2. Impelementasi Kebijakan Implementasi Kebijakan adalah pelaksanaan program kerja suatu kebijakan tertentu yang berorientasi pada kegiatan yang mengarah pada kegiatan yang positif yakni peningkatan mutu di segala bidang. 3. Ujian Nasional Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar peserta didik dan salah satu syarat lulus dari satuan pendidikan. 8

4. Kendala Kendala adalah suatu hambatan atau tantangan yang dihadapi, sehingga proses terhambat tidak bisa terpenuhi, maka harapan tidak dapat tercapai dengan maksimal. 9