I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga akhir hayat (long life

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada

BAB I PENDAHULUAN. masuh belum cukupnya kualitas SDM yang menangani pembangunan. Disamping kualitas SDM, kualitas jenjang pendidikan di Dinas-dinas

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu aset sehingga perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan berkualitas. Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kepribadian, berbudi luhur, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki integritas dan wawasan kebangsaan, berdisiplin serta memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya tersebut, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Perpustakaan telah menetapkan dan melaksanakan arah, langkah dan kebijakan bagi peningkatan pelaksanaan pendidikan nasional sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan sosial budaya masyarakat yang berkembang. Pembangunan pendidikan juga merupakan kunci keberhasilan pembangunan. Kemajuan bidang pendidikan diharapkan dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memajukan pendidikan telah direalisasikan secara konsisten dan konsekuen sesuai dengan Undang-Undang 1945 Bab XIII Pasal 31 yang menyatakan bahwa:

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. 4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan amanat UUD 1945 dan menyukseskan tujuan pembangunan di Kota Bandar lampung, adalah melalui kebijakan pembangunan pada sektor pendidikan di semua jenjang dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (intelektual, keahlian/keterampilan), berbudaya, beriman dan bertaqwa, baik melalui pendidikan sekolah maupun luar sekolah, dengan terus memperluas pemerataan kesempatan pendidikan, khususnya bagi penduduk kurang mampu di daerah terpencil. Sementara isu globalisasi dengan diberlakukannya AFTA pada tahun 2003, serta adanya perdagangan bebas Asia-Pasifik dalam rangka APEC tahun 2020, menuntut bangsa Indonesia khususnya Pemerintah Kota Bandar Lampung agar lebih meningkatkan pembangunan di bidang

pendidikan. Dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, selama ini telah dilaksanakan tiga tema pokok kebijakan pembangunan di bidang pendidikan, yaitu: 1. Pemerataan dan perluasan kesempatan pelayanan pendidikan. 2. Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan. 3. Peningkatan manajemen pendidikan. Untuk menghadapi tantangan globalisasi diperlukan suatu kebijakan yang mampu mempertahankan keberlangsungan proses pendidikan dan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang dicanangkan sebagai suatu gerakan nasional pada tanggal 2 Mei 1994. Penanganan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun harus memperoleh perhatian di samping melaksanakan perintisan Wajib Belajar Dua Belas Tahun. Pendidikan merupakan salah satu upaya pengem Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan yang paling penting adalah bahwa pendidikan merupakan hal yang utama jika dibandingkan dengan pengem Sumber Daya Alami demi pembangunan bangsa, meskipun keduanya saling berkaitan. Pembangunan pendidikan merupakan tantangan yang mendasar dalam upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi krisis ekonomi, mengantisipasi era global, dan sejalan dengan otonomi daerah. Kesungguhan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam membina pendidikan terlihat dari usahanya dalam meningkatkan mutu pendidikan, pengadaaan dana pendidikan, pengadaan tenaga pendidik, pengadaan fasilitas belajar mengajar serta pemeliharaannya.

Pembiayaan pelaksanaan pendidikan di Kota Bandar Lampung dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan kemampuan masyarakat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat perkemnya pada Tabel 1. Tabel 1. Anggaran Alokasi Sektor Pendidikan di Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008. Anggaran Tahun (Rp) 2004 13.687.905.000-2005 35.164.000.000 156,89 2006 61.684.195.000 75,41 2007 82.103.000.000 33,10 2008 88.893.008.000 8,27 Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kota Bandar Lampung Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2004 anggaran yang dialokasikan pada pembangunan pendidikan untuk menunjang kelangsungan pendidikan jenjang SD, SLTP, dan SLTA sebesar Rp.13.687.905.000.-. Pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2005 menunjukkan adanya peningkatan anggaran yang signifikan sebesar Rp.21.476.095.000,- atau sebesar 156,89% dari tahun sebelumnya. Secara umum, pada setiap tahun anggaran alokasi pendidikan mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 75,41% dan di tahun 2007 peningkatan sebesar 33,10%, kemudian di tahun 2008 terjadi peningkatan yaitu sebesar 18,69%. Anggaran alokasi sektor pendidikan di wujudkan melalui pembangunan pendidikan yang terpusat pada pengem pendidikan pada jenjang SD, SLTP, SLTA se-kota Bandar Lampung sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2, 3, dan 4. Tabel 2. Sekolah Dasar, Guru dan Murid Negeri dan Swasta di Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008 Tahun SD Guru Murid

(unit) (jiwa) (jiwa) 2004 296-4215 - 103539-2005 295-0,33 4266 1,30 104715 1,13 2006 298 1,02 4470 4,78 109026 4,11 2007 332 11,41 5994 34,09 114049 4,60 2008 295-11,14 4850-19,08 135941 19,19 Sumber : Kantor Biro Pusat Statistik, 2008 Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2004 jumlah Sekolah Dasar negeri dan swasta ada sebanyak 296 gedung, jumlah guru yang mengajar sebanyak 4.215 orang, sedangkan jumlah murid sebanyak 103.539 siswa. Sekolah dasar baik dalam jumlah Sekolah dasar negeri dan swasta, jumlah guru dan murid mengalami penimgkatan yang cukup stabil. Tahun 2008 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dalam sektor pendidikan, dimana jumlah Sekolah dasar negeri dan swasta menurun sebesar -11,14 persen, jumlah guru menurun sebesar -19,08 persen sedangkan di tahun yang sama jumlah murid mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 19,19 persen. Pada jenjang pendidikan dasar merupakan langkah pertama dalam rangka memperkenalkan perlunya ilmu pengetahuan bagi setiap manusia, yang selanjutnya diharapkan dapat ditindaklanjuti pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3 Tabel 3. SLTP, Guru, dan Murid Negeri dan Swasta di Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008 Tahun SLTP (unit) Guru (jiwa) Murid (jiwa) 2004 121-3304 - 44181-2005 122 0,82 3354 1,51 43362-1,85 2006 126 2,46 3450 2,86 44011 1,50 2007 125-0,79 3312-4,00 42597-3,21 2008 125 0 3362 1,50 43744 2,69 Sumber: Kantor Biro Pusat Statistik, 2008

Tabel 3 menunjukkan tahun 2004 jumlah gedung SLTP negeri dan swasta sebanyak 121 gedung, tenaga pengajar sebanyak 3.304 orang, jumlah murid sebanyak 44.181 siswa. Penurunan pendidikan pada jenjang SLTP yang sangat berarti dan menjadi perhatian yaitu pada tahun 2007, yaitu pengurangan dari gedung sebesar 0,79 persen, jumlah tenaga pengajar sebesar 4,00 persen dan jumlah murid yang menurun sebesar 3,21 persen. Akan tetapi penurunan pendidikan pada jenjang SLTP di tahun 2007 tidak diikuti di tahun berikutnya, dimana terjadi peningkatan kembali sebesar 1,50 persen pada jumlah tenaga pengajar dan 2,69 persen pada jumlah siswa. Pada jenjang SLTP ini belumlah menghasilkan sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik, untuk itu perlu adanya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sebagaimana di tunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. SLTA, Guru, dan Murid Negeri dan Swasta di Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008 Tahun SLTA (unit) Guru (jiwa) Murid (jiwa) 2004 100-3568 - 44743-2005 100 0 3602 0,95 43433-2,92 2006 101 1,00 3683 2,24 42270-2,67 2007 100-1,00 3360-8,77 42763 1,16 2008 100 0 3428 2,02 43634 2,03 Sumber: Kantor Biro Pusat Statistik, 2008 Tabel 4 menunjukkan tahun 2004 jumlah gedung SLTA Negeri dan Swasta sebanyak 100 gedung, tenaga pengajar sebanyak 3.568 orang, dan 44.743 orang siswa. Penurunan jumlah

murid terjadi pada tahun 2005 sebesar 2,92 persen dan pada tahun 2006 sebesar 2,67 persen. Penurunan jumlah guru atau tenaga pengajar secara drastis terjadi tahun 2007 yaitu sebesar 8,77 persen. B. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik permasalahan dalam penulisan ini adalah Bagaimanakah alokasi anggaran sektor pendidikan dalam upaya meningkatkan pendidikan di Kota Bandar Lampung?. C. Tujuan Penulisan Berdasarkan acuan pada permasalahan diatas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alokasi anggaran sektor pendidikan dalam meningkatkan pendidikan di Kota Bandar Lampung. D. Kerangka Pemikiran Kesatuan dan persatuan bangsa yang merupakan cita-cita dari masyarakat Indonesia yang dicetuskan melalui Proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, bukanlah hal yang semu dengan cukup menjadi kebanggan, melainkan menjadi suatu tuntutan untuk tetap mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dengan wujud pembangunan. Wujud nyata pemerintah dan masyarakat dalam mempertahankan kedaulatan negara tercermin dari program-program pembangunan. Yang menitikberatkan pada realisasi kehidupan ekonomi

masyarakat, yang kemudian ditindaklanjuti dengan titik pembangunan pada bidang ekonomi, dan pengem bidang-bidang lainnya sebagai penunjang. Akselerasi pertumbuhan ekonomi terus terjadi dan disesuaikan pada pembangunan kebutuhan masyarakat banyak. Kebijakan-kebijakan pembangunan memunculkan kebijakan-kebijakan mengenai pertumbuhan dan pemerataan dalam bidang sosial mengenai Basic Human Needs, hal inilah yang menjadi kerangka kebijakan bidang pendidikan memperoleh prioritas yang tinggi. Pembentukan modal manusia adalah proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi dan politik suatu negara. Pembentukan modal manusia karenanya dikaitkan dengan investasi pada manusia dan pengemnya sebagai suatu sumber yang kreatif dan produktif (Jhingan, 1994:521). Schultz dalam Jhingan (1994), menyatakan bahwa ada lima cara pengem sumber daya manusia yang salah satu diantaranya yaitu pendidikan formal pada tingkat dasar, menengah pertama dan atas. Sehubungan tujuan penyelenggara pendidikan umumnya yaitu untuk menyiapkan anggota masyarakat yang mempunyai dan memiliki kemampuan yang berkualitas tinggi/profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi dalam rangka mencapai dan mewujudkan tujuan nasional, maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan nasional dengan menambah dan meningkatkan sarana pendidikan, meningkatkan mutu tenaga pengajar dan peningkatan kemampuan tenaga kepemimpinan.

Salah satu indikator rendahnya kualitas pendidikan ialah dana pendidikan yang merupakan penunjang terlaksananya proyek-proyek pembangunan pendidikan sebagai salah satu sarana penting dalam pengem sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik sebagai pendorong utama di dalam pembangunan. Dalam usaha melaksanakan pemupukan sumber daya manusia tersebut tentunya alokasi dana sangat dibutuhkan dalam bentuk investasi dalam wujud proyek-proyek pendidikan. Dalam pengertian luas, investasi pada modal manusia berarti pengeluaran di bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan sosial pada umumnya dan dalam pengertian sempit ia berarti pengeluaran di bidang pendidikan dan latihan. Dalam pengertian sempit orang sering membicarakan investasi sumber daya manusia lebih dapat diukur dibandingkan dengan pengeluaran untuk pelayanan masyarakat/pelayanan kesehatan (Jhingan, 1994:522). Beberapa pihak mengatakan bahwa pendidikan tidak memerlukan dana yang besar, ini merupakan pendapat masyarakat tradisional. Tetapi di dalam masyarakat yang modern pendidikan yang baik selalu berarti pendidikan yang memerlukan investasi atau modal. Enoch (1992) mengutip suatu penelitian Bank Dunia yang menghasilkan laporan The East Asian Miracle menunjukkan bahwa keberhasilan yang disebut High Performance Economies (HPE) dari delapan negara yang diteliti menunjukkan betapa negara tersebut mengadakan investasi yang cukup signifikan di dalam pengem sumber daya manusia yaitu melalui pemerataan pendidikan. Chailani S, dalam Setijadi (1999: 332), menyatakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar merupakan program pendidikan yang selalu harus diupayakan sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional untuk hal tersebut perlu dipikirkan skala prioritas pembangunan sarana dan prasarana yang dirasakan sangat penting. Menanggapi tuntutan pembangunan, pendidikan perlu memperhitungkan penyediaan tenaga kerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pendidikan yang diintegrasikan pada pembangunan, dari segi pembangunan tidak saja bertujuan menyediakan tenaga kerja, tetapi menimbulkan dan menanamkan hasrat membangun dikalangan generasi muda sebagai penerus kelangsungan hidup bangsa dan negara (Moertopo, 1982: 72). Bagi perkem ekonomi, titik tolak yang wajar dalam mengintegrasikan pendidikan dalam perencanaan ekonomi adalah konfrontasi antara kebutuhan akan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh proses pembangunan ekonomi di satu pihak dan arus penawaran tenaga kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan di lain pihak, masing-masing demi pemuasan tuntutan alokasi tenaga kerja yang efisien, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat.