BAB II DASAR TEORI 2.1 Komposit ( Composite

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

MENILIK KELAPA & MINYAKNYA UNTUK BERBAGAI PELUANG USAHA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB I PENDAHULUAN. endemik. Bambu merupakan jenis rumput rumputan yang beruas. yang tinggi. Beberapa jenis bambu mampu tumbuh hingga sepanjang

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

Arang Tempurung Kelapa

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,

OPTIMASI KEKUATAN BENDING DAN IMPACT KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMIE BERMATRIK POLYESTER BQTN 157 TERHADAP FRAKSI VOLUME DAN TEBAL SKIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V BAHAN KOMPOSIT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian komposisi dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

BAB XII KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan menahan kelembaban, tidak mudah terbakar, tidak. mudah berjamur, tidak berbau dan lain-lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

Gambar 1.1. Tanaman Sagu Spesies Mitroxylon Sago

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

BAB XI KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

KAJIAN PERLAKUAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPOSIT EPOKSI SERAT SABUT KELAPA

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB I PENDAHULUAN. mulai banyak dikembangkan dalam dunia industri manufaktur. Penggunaan material komposit yang ramah lingkungan dan bisa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

STUDI MORPHOLOGY CAMPURAN PLASTIK PET DENGAN BAN BEKAS (RR), PLASTIK PET DENGAN KOMPON (NR) DAN BAN BEKAS (RR) DENGAN KOMPON (NR) DENGAN METODE HPHTS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Pengertian Perubahan Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

Penyelidikan Kuat Tekan Komposit Polimer yang Diperkuat Serbuk Kayu Sebagai Bahan Baku Konstruksi Kapal Kayu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbuat dari logam, proses pembentukannya yang relatif lebih sulit, dapat

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

SKRIPSI STUDI KETAHANAN API DAN UJI BIO-DEGRADASI KOMPOSIT POLYPROPYLENE RECYCLE (PP) BERPENGUAT SERBUK KAYU KELAPA DENGAN PERLAKUAN BORAX BORIC ACID

TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS KOMPOSIT SERBUK TIMAH PEREKAT EPOXY UKURAN SERBUK 60 MESH DENGAN FRAKSI VOLUME (20, 35, 50) %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Komposit (Composite) Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih material pembentuknya melalui pencampuran yang tak homogen, dimana sifat mekanik dari material pembentuknya berbeda-beda [4]. Dikarenakan karakteristik pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan material baru yaitu komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya. Komposit dikembangkan karena tidak ditemukannya material berstruktur homogen yang memiliki semua karakteristik yang diinginkan untuk penerapan tertentu. Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda yaitu: 1. Penguat (reinforcement / filler), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih rigid serta lebih kuat. 2. Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah. Secara umum, sifat-sifat komposit ditentukan oleh: 1. Sifat-sifat filler 2. Rasio filler terhadap plastik dalam komposit. 3. Geometri dan orientasi filler pada komposit. Jenis - Jenis Komposit Berdasarkan Penguat yang digunakan, yaitu : 1. Komposit serat (Fibrous Composites), 2. Komposit lapis (Laminates Composites), dan 3. Komposit partikel (Particulate Composites). Fibrous composite, yaitu komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapis dan berpenguat fiber. Kayu adalah komposit alam yang terdiri dari serat hemiselulosa dalam matriks lignin. Fiber yang digunakan untuk menguatkan matriks dapat pendek, panjang, atau kontinyu. 5

6 Laminated composite, yaitu komposit yang berlapis-lapis, paling sedikit terdiri dari dua lapis yang digabung menjadi satu, dimana setiap lapisan pembentuk memiliki karakteristik sifat tersendiri. Terdiri dari berbagai arah serat. Plywood, yang terdiri dari layer alternatif berupa kayu mengandung lem dengan layer serat kayu yang tegak lurus layer terdekat. Particulate composite, yaitu komposit dengan penguat berupa partikel/serbuk yang tersebar pada semua luasan dan segala arah dari komposit. (a). (b). (c). Gambar 2.1. Komposit (a). Serat, (b). Laminer, dan (c). Partikel Sumber: [5] 2.2 Polymer Polimer berasal dari kata poly yang berarti banyak dan mer (meros) yang berarti bagian. Jadi polimer dapat didefinisikan sebagai suatu material yang molekulnya dibentuk dari beberapa bagian (monomer). Umumnya polimer terbentuk dari hidrokarbon dimana atom karbon (C) sebagai tulang punggung dalam rantai ikatan kimianya. Berdasarkan sifatnya polimer dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Polymer Thermoplastic, merupakan polimer yang dapat dibentuk kembali (recycleable) melalui proses pemanasan, contoh: PVC (Polyvinyl Chloride), PE (Polyethylene), PP (Polypropylene). 2. Polymer Thermosetting, merupakan polimer yang tidak dapat dibentuk kembali dengan proses pemanasan seperti halnya polimer thermoplastik, contoh: Polyester, PF (Phenolic). 3. Elastomer, merupakan polimer yang dapat kembali ke bentuk asal setelah tegangan yang diberikan dihilangkan, contoh: karet.

7 2.2.1 Matrik Matrik dalam teknologi komposit didefinsikan sebagai suatu material yang berfungsi sebagai pengisi dan pengikat yang mendukung, melindungi dan dapat mendistribusikan beban dengan baik ke material penguat komposit. Untuk itu matrik haruslah memiliki sifat yang ideal yaitu tangguh, ulet dan cukup kuat. Berdasarkan fasa pengisi (matrix), komposit dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : 1. PMC (Polymers Matrix Composite) Merupakan komposit yang menggunakan material polimer sebagai matrik. Contohnya : polimer diperkuat serat gelas (GFRP) dan polimer diperkuat serat karbon (CFRP) 2. CMC (Ceramic Matrix Composites) CMC merupakan material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi sebagai reinforcement dan 1 fasa sebagai matriks, dimana matriksnya terbuat dari keramik. Reinforcement yang umum digunakan pada CMC adalah oksida, carbide, dan nitrid. Salah satu proses pembuatan dari CMC yaitu dengan proses DIMOX, yaitu proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi leburan logam untuk pertumbuhan matriks keramik disekeliling daerah filler (penguat). 3. MMC (Metal Matrix Composites) Metal Matrix composites adalah salah satu jenis komposit yang memiliki matrik logam. Material MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam aplikasi aerospace. 2.2.2 Sifat Matrik Sifat matrik yang ideal adalah tangguh, ulet dan cukup kuat. Matrik berfungsi untuk mengikat serat, meneruskan beban dan mencegah propagasi perpadatan serat ke seluruh komposit. Temperatur cair matrik yang rendah membatasi penggunaan komposit pada temperatur tinggi.

8 2.2.3 Ikatan Antara Matrik Dan Serbuk Koefisien ekspansi panas matrik dan serbuk harus sama agar ikatan keduanya baik. Serbuk sebaiknya dilapisi agar ikatan kuat terutama matrik polimer dan partikel. Ikatan antara lapisan juga harus bagus agar tidak terjadi delamination yaitu robeknya lapisan pada saat dibebani. 2.3 Material Kayu Kayu merupakan bagian keras dari jaringan struktur serat alam yang membentuk batang pohon dalam tumbuh tumbuhan yang digunakan sebagai penguat polimer komposit. penguat serat alam dipandang sangat efisien untuk menggantikan serat buatan atau serat sintetis karena serat alam mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah di dapat, harganya lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan serat sintetis [6]. Serat alami memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan serat sintetis, seperti beratnya lebih ringan, dapat diolah secara alami dan ramah lingkungan, dan serat alami juga merupakan bahan terbaharukan dan mempunyai kekuatan dan kekakuan yang relatif tinggi dan tidak menyebabkan iritasi kulit [7]. Keuntungan-keuntungan lainnya adalah kualitas dapat divariasikan dan stabilitas panas yang rendah. Sifat sifat kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya meliputi sifat fisik, sifat mekanik dan sifat kimia. Sifat kayu yang erat kaitannya dengan kekuatan kayu adalah sifat mekaniknya. Kekuatan dan ketahanan terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut sebagai sifat sifat mekaniknya [8]. Kekuatan kayu sangat erat kaitannya dengan berat jenis, semakin besar berat jenis kayu maka semakin kuat kayu tersebut. Secara umum, semakin besar rasio diameter partikel maka semakin baik sifatnya [9]. Diameter kecil partikel mengurangi cacat permukaan yang menyebabkan kerapuhan. Serbuk kayu merupakan limbah produksi sawmill, dihasilkan dari kayu yang telah melalui proses penggergajian, selama ini tidak dimanfaatkan dan terabaikan, serta dianggap tidak memiliki nilai ekonomis.

9 2.3.1 Kayu Kelapa (Cocos nucifera) Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman pinang (Arecacea) berbatang tunggal yang hanya tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam syarat pertumbuhan pada Kelapa antara lain : Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir, berabu gunung, dan tanah berliat, dengan ph tanah 5,2 hingga 8, mempunyai struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik. Sinar matahari banyak minimal 120 jam/bulan, jika kurang dari itu produksi buah akan rendah. Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi rata-rata 5-7ºC, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang produktif. Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/thn. Kekeringan panjang menyebabkan produksi berkurang 50%, sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan penyakit jamur. Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan mengalami pelambatan pertumbuhan. Kelapa bertumbuh di tanah berpasir, membutuhkan banyak cahaya matahari, dan curah hujan yang teratur. Tanaman kelapa umumnya mempunyai akar serabut, buah menggerombol dan daunnya bertulang sejajar, batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Batang pohon kelapa banyak digunakan untuk bagian atap dari sebuah bangunan rumah. Batang pohon kelapa tidak boleh terkena air atau lembab karena akan menyebabkan kerusakan. Untuk mengatasi keterbatasan dari batang pohon kelapa kebanyakan masyarakat memilih batang kelapa yang sudah tua, kering dan sebagian masyarakat mengolesinya dengan oli (oli bekas kendaraan atau oli tab). Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun hijau kekuningan. Pohon kelapa terdapat di kurang lebih 150 spesies kelapa yang tersebar di 80 negara [10].

10 Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Adapun kegunaan dari bagian-bagian pohon kelapa yaitu : Batang Pohon Kelapa Batang pohon kelapa selain dimanfaatkan sebagai kayu,bisa pula dijadikan sebagai (Glugu) bahan bangunan dan beberapa perkakas rumah lainnya. Batang Lidi kelapa Lidi dan daun kelapa bisa dijadikan sapu, tempat tisu dan tas etnik dll. Daun kelapa Daun kelapa bisa digunakan untuk pembungkus ketupat dan bahan kerajinan, serta untuk atap rumah. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa bisa dijadikan berbagai produk,seperti misalnya : arang untuk membuat karbon aktif (berguna untuk mengoperasikan kipas), filter air, briket, asap cair dan lainnya. Sabut Kelapa Produk berbahan sabut kelapa yang disebut coco peat bisa digunakan sebagai media tanam dan media ternak cacing karena bisa menahan serapan air. Limbah coco peat berupa serbuk kasar juga bisa digunakan sebagai bahan bakar Industri pembuatan batu bata dan tahu. Selain untuk coco peat, serabut kelapa juga bisa digunakan sebagai bahan baku coco fibre yang digunakan untuk bahan pembuat matras, pengisi jok pesawat, jok mobil, kasur pegas, sikat, tali, filter, sebagai penahan erosi pada lereng pegunungan ataupun daerah pantai, untuk peredam suara. Daging buah kelapa Pada bagian daging buah kelapa bisa untuk minyak kelapa, nata de coco, santan dan juga sebagai bahan minuman dan Iain-lainnya. Produk berupa minyak kelapa, yang diisukan sebagai minyak jahat atau minyak kampung, ternyata hanya propaganda pasar barat yang notabene mereka ingin melindungi pasar minyak kedelainya. Banyak ilmuwan yang menyatakan

11 bahwa minyak kelapa jauh lebih sehat dari minyak manapun, baik untuk kosmetik maupun konsumsi. Air Kelapa Air kelapa muda sering dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional dan kecantikan karena mengandung vitamin c, asam nikotinat, asam folat, dll. air kelapa juga merupakan minuman sumber oksien karena dapat menambah ion-ion yang hilang pada tubuh saat sedang berkeringat 2.3.2 Pengaruh Suhu Terhadap Kayu Dalam banyak macam proses, kayu mengalami perlakuan pada suhu tinggi, misal pengeringan, stabilisasi dimensi, pembuatan pulp, produksi papan partikel dan papan serat. Proses-proses tersebut membutuhkan suhu yang biasanya tidak lebih dari 200 C karena degradasi termal tidak diharapkan. Penyusutan kayu selama pengeringan berasal dari penyusutan dinding sel. Dimensi dinding sel berkurang dalam skala yang cukup besar. Boutelje menentukan penyusutan volumetrik dinding sel dalam kayu awal spruce sebesar 26,5% dan dalam kayu akhir sebesar 29,5% [11]. Penyusutan ini menghasilkan penurunan volume pori dalam kayu awal dan kenaikan dalam kayu akhir. Dari kenaikan suhu terjadi gaya penyusutan tambahan karena penyusutan volume naik oleh kehilangan zat akibat peruraian termal. Gambar 2.2. Pengaruh Suhu Terhadap Kayu Sumber: [11] 2.3.3 Perhitungan Massa Jenis Serbuk Metode pengukuran ini menggunakan metode gravitasi komparasi massa jenis dengan menggunakan neraca pegas sebagai alat ukur. Pengukuran dilakukan dengan tiga kali pengulangan dengan menggunakan rumus :

12 ρ f = ρm...(2.1) ρf =...(2.2) Dimana: ρ f : Massa jenis serbuk (gram/cm 3 ) m u m m : Massa benda di udara (gram) :Massa benda dalam minyak tanah (gram) ρ m : Massa jenis minyak tanah (0,83 gram/cm 3 ) 2.3.4 Fraksi Berat Sebuk Fraksi berat serbuk adalah perbandingan antara berat serbuk dengan berat komposit. Volume Cetakan (Vc) Vc = p x l x t...(2.3) Dimana : Vc : Volume Cetakan (cm 3 ) p : Panjang Cetakan (cm) l : Lebar Cetakan (cm) t : Tinggi Cetakan (cm) Fraksi Berat Serbuk ( FW ) FW = x 100%.....(2.4) Dimana : FW : Fraksi Berat Serbuk (%) Wf : Berat Serbuk (gram) Wp : Berat Plastik (gram)

13 2.4 Perlakuan Borax Boric Acid (BBA) pada Serbuk Borax atau Sodium Tetraborate Decahydrate (Na 2 B 4 O 7 10H 2 O), dan Boric Acid (H 3 BO 3 ) terdaftar di Environmental Protection Agency (EPA) sebagai pengawet kayu dikarenakan sifat-sifat yang dimiliki zat kimia tersebut, boraks borik sangat beracun bagi rayap, dan jamur pembusuk kayu, namun tidak terlalu beracun bagi mamalia, dan ikan, sifatnya yang larut dalam air, membantu penyerapan asam boraks borik ke permukaan kayu, senyawa kimia inorganik boraks borik merupakan fire retardant yang baik, terutama dikarenakan keefektifannya dalam mengurangi flammability pada bahan selulosa, perlakuan boraks borik yang relatif murah dan lebih aman dari pengawet kayu lain pada umumnya, menjadikan boraks borik sebagai pengawet kayu yang populer dalam industri perkayuan. American Wood Protection Association Standard P5 membahas mengenai standar aman untuk kadar Borax Boric Acid yaitu diantara ph 7.9-9.0 [3]. Sesuai rujukan dari The Chemistry Of Wood Preservation dengan mencampurkan per berat dari 65% air, 20% boraks, dan 15% asam borat akan mendapatkan larutan Borates dengan kadar 15,8% [12]. Dengan mencampurkan Borax dengan Boric Acid akan didapat senyawa kimia Disodium Octaborate Tetrahydrate (Na 2 B 8 O 13.4H 2 O) [13]. Borax, dan Boric Acid dicampur dengan perbandingan 1,5:1 untuk mendapatkan kelarutan maksimum borat dalam air [14]. Pembuatan larutan Borates dapat dilakukan menggunakan berat sebagai perbandingan dengan cara mencampurkan hasil campuran senyawa kimia Borax Boric Acid dengan air [14]. persentase kadar larutan menggunakan rumus : Concentration solute(w/v %) = () () x 100...(2.5) (a) (b) Gambar 2.3. (a). Boric Acid, (b). Borax

14 2.5 Uji Ketahanan Api Dipilihnya uji ketahanan api dalam penelitian ini adalah untuk menguji perubahan karakteristik ketahanan api dari serbuk kayu kelapa dikarenakan mudahnya kayu terbakar. Pengujian ketahanan api yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada ASTM D 635-03 [15] dari America Society for Testing and Materials (ASTM). Gambar 2.4. Alat Uji Ketahanan Api Sesuai ASTM D 635-03 perhitungan laju pembakaran linear (V), dari tanda 25 mm untuk setiap spesimen dimana bagian depan api mencapai 100 mm tanda dengan menggunakan persamaan: Laju Pembakaran Linier (V) = L / t...(2.6) Dimana: : Laju Pembakaran Linear (mm/detik) L : Panjang Terbakar (mm) t : Waktu Terbakar (detik) Kehilangan Berat (w) w = w 0 w 1.....(2.7) Dimana : w : Kehilangan Berat (gram) w 0 : Berat Awal (gram) w 1 : Berat Akhir (gram

15 Laju Kehilangan Berat W = w / t... (2.8) Dimana : W : Laju Kehilangan Berat (gram/detik) w : Kehilangan Berat (gram) t : Waktu Terbakar (detik) Presentase Kehilangan Berat w = Dimana : x 100%....(2.9) w : Kehilangan Berat (gram) w 0 : Berat Awal (gram) w 1 : Berat Akhir (gram ) 2.6 Uji Bio-Degradasi Dipilihnya uji bio-degradasi dalam penelitian ini adalah untuk menguji perubahan karakteristik bio-degradasi dari serbuk kayu kelapa dikarenakan mudahnya kayu terurai di alam bebas. Uji bio-degradasi dilakukan dengan mengubur spesimen uji di dalam medium kompos yang terbuat dari tanah incepticol, dan serbuk kayu dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian timbang berat spesimen uji dengan menggunakan timbangan digital [16][17][18]. Bio-degradasi ditentukan dengan mengukur berat yang hilang dari komposit setelah penanaman dalam kompos dengan rumus : W (%) = 100...(2.10) Keterangan : W W W : Presentase berat yang ter-degradasi dalam pengujian. : Berat spesimen sebelum pengujian. : Berat spesimen sesudah pengujian.

16 2.6.1 Tanah Incepticol Tanah incepticol adalah tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding tanah matang dan masih menyerupai sifat bahan induknya. Tanah incepticol di indonesia banyak digunakan untuk budidaya tanaman karena sifatnya yang memiliki kandungan unsur hara yang tidak. Sifat fisik tanah incepticol, dan morfologinya sebagai berikut : Memilii solum tanah agak tebal, yaitu 1-2 meter Warna tanahnya hitam atau kelabu sampai dengan coklat tua Teksturnya debu, lempung berdebu, bahkan lempung Struktur tanahnya remah, konsistensinya gembur memiliki ph 5.0 7.0 Memiliki kandungan organik yang cukup tinggi, yaitu antara 10% - 30% Memiliki kandungan unsur hara yang sedang sampai tinggi Produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi 2.7 Scanning Electron Microscope (SEM) Alat yang digunakan untuk menganalisa topografi, morfologi, dan komposisi dari komposit adalah SEM, alat ini bekerja dengan cara menembakkan electron ke permukaan sampel yang bereaksi dengan atom pada sampel yang kemudian membentuk sinyal-sinyal yang memiliki informasi tentang sampel tersebut.