RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH DIMENSI RESONATOR SILINDRIS TERHADAP KINERJA SUATU PENDINGIN TERMOAKUSTIK

Agung B.S.U, Ikhsan Setiawan Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pengembangan Pendingin Termoakustik dengan Menggunakan Penukar Kalor Tambahan dalam Resonator

PENGARUH LOKASI PENUKAR PANAS COLD HEAT EXCHANGER TERHADAP KINERJA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK STACK BAHAN ORGANIK GAMBAS

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Penentuan Kondisi Optimum Panjang Pipa Resonator dan Daya Input Listrik Terhadap Kinerja Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri

Pengaruh Stack Terhadap Periode Gelombang Tekanan Dalam Tabung Resonator Termoakustik Ramah Lingkungan

PENGARUH FREKUENSI RESONANSI DAN PANJANG STACK PADA KINERJA PENDINGIN TERMOAKUSTIK MENGGUNAKAN STACK BERPORI ACAK BAHAN ORGANIK (GAMBAS)

A.Cahyono, Ikhsan Setiawan dan Agung Bambang Setio Utomo Jurusan Fisika, FMIPA-UGM. Intisari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Mesin Pendingin Termoakustik Performance Analysis of Thermoacoustic Refrigerator

DAFTAR ISI BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

PENGARUH PANJANG PIPA, POSISI STACK DAN INPUT FREKWENSI ACOUSTIC DRIVER/AUDIO SPEAKER PADA RANCANG BANGUN SISTEM REFRIGERASI THERMOAKUSTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN PIRANTI PENDINGIN TERMOAKUSTIK GELOMBANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROTOTIPE PENDINGIN TERMOAKUSTIK RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN VARIASI BAHAN RESONATOR DAN PERANGKAT INTERFACE BERBASIS MICROCONTROLLER ATMEGA8535

penukar panas. Ukuran pori regenerator lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pori stack. Ketiga, berdasarkan beda fase antara osilasi tekanan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PANJANG STACK SELUBUNG KABEL TERHADAP PERUBAHAN SUHU PADA SISTEM PENDINGIN TERMOAKUSTIK

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

Pengaruh Jejari Hidrolik Stack terhadap Beda Suhu Onset pada Prime Mover Termoakustik Gelombang Berdiri

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK OSCILLOSCOPE 2.51 DAN CURVEEXPERT 1.3 DALAM PENGUKURAN FAKTOR KUALITAS AKUSTIK RESONATOR

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Berjalan

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

RESONANSI. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai

LATIHAN UJIAN NASIONAL

ALAT YANG DIPERLUKAN TALI SLINKI PEGAS

3. Resonansi. 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

Antiremed Kelas 11 FISIKA

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

MAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA

UNIVERSITAS INDONESIA KARAKTERISTIK TERMOAKUSTIK BERDASARKAN VARIASI MODEL STACK SKRIPSI. Gilang Arrahman Ikhsan Varian FAKULTAS TEKNIK

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

SISTEM RESONANSI AKUSTIK BERBANTUAN KOMPUTER DAN PENGARUH DIAMETER TERHADAP FAKTOR KUALITAS RESONATOR AKUSTIK SILINDRIS

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

Perancangan Sistem Pendingin Air Menggunakan Elemen Peltier Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG - GELOMBANG

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

INTERFERENSI GELOMBANG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

Pipa Organa Terbuka. Gambar: 3.7. Organa Terbuka. Dengan demikian L = atau λ 1 = 2L. Dan frekuensi nada dasar adalah. f 1 = (3.10)

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

Getaran, Gelombang dan Bunyi

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PERCOBAAN MELDE TUJUAN PERCOBAAN II. LANDASAN TEORI

Wardaya College SAINS - FISIKA. Summer Olympiad Camp Sains SMP

UN SMA IPA Fisika 2015

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Pembuatan dan Pengujian Prime Mover Termoakustik Tipe Gelombang Tegak

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA 2015 TIPE C. gambar. Ukuran setiap skala menyatakan 10 newton. horisontal dan y: arah vertikal) karena pengaruh gravitasi bumi (g = 10 m/s 2 )

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

Fisika I. Gelombang Bunyi

Fisika UMPTN Tahun 1986

GETARAN DAN GELOMBANG STAF PENGAJAR FISIKA DEP. FISIKA IPB

Mata Pelajaran : FISIKA

BAB II LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Frekuensi Gender Barung Laras Slendro Menggunakan Perangkat Lunak SpectraPlus

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

UN SMA IPA 2008 Fisika

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL TRY OUT FISIKA 2

FISIKA TRY OUT - IV UN SMA CENDANA MANDAU T.A 2008 / Waktu :90 Menit LEMBAR SOAL UN 56 HARI LAGI.

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. 5. Resonansi

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Fisika EBTANAS Tahun 1996

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG MEKANIS

Antiremed Kelas 12 Fisika

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

FISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1993

Dibuat oleh invir.com, dibikin pdf oleh

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Transkripsi:

SIGMA, Vol. 10, No. 1, Januari 2007: 25-33 ISSN: 1410-5888 RANCANG BANGUN PIRANTI TERMOAKUSTIK SEBAGAI PEMOMPA KALOR Ikhsan Setiawan, Agung B.S. Utomo, dan Guntur Maruto Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Sekip Utara, Yogyakarta 55281. Alamat e-mail: ikhsan_s@ugm.ac.id Andi R. Wijaya Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2 Yogyakarta 55281 Abstract A simple thermoacoustic device as a heat pump has been successfully constructed and operated. The main parts of the device consist of a cylindrical resonator made of PVC pipe, a loudspeaker as a sound source, and a stack as a heat transfer element. The device was operated at a resonance frequency of the resonator, i.e. about 151 Hz, using atmospheric air as a working medium. A heat transfer from cold reservoir to hot reservoir has been observed where the cold reservoir temperature decreased about 5 C and the hot reservoir temperature increased about 8 C after 6 minutes of the device operation. Keywords: thermoacoustic device, heat pump, heat transfer 1. Pendahuluan Termoakustika (thermoacoustics) adalah suatu bidang yang berhubungan dengan fenomena fisis di mana perbedaan suhu dapat membangkitkan gelombang bunyi, dan sebaliknya gelombang bunyi dapat menghasilkan perbedaan suhu. Suatu gelombang bunyi (akustik) di dalam gas biasanya hanya dipandang sebagai osilasi-osilasi tekanan dan gerak, padahal osilasi suhu juga selalu terjadi. Bila bunyi merambat dalam kanal-kanal kecil, maka kalor yang berosilasi juga akan mengalir ke dan dari dinding-dinding kanal. Gabungan semua osilasi ini akan menghasilkan fenomena atau efek termoakustik. Alat yang digunakan untuk menimbulkan efek termoakustik disebut piranti termoakustik. Piranti termoakustik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) mesin kalor termoakustik yang dapat membangkitkan gelombang akustik dengan adanya perbedaan suhu, dan (b) pendingin termoakustik atau pompa kalor termoakustik yang dapat menghasilkan perbedaan suhu dengan menggunakan gelombang akustik. Artikel-artikel tentang termoakustik yang dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah populer seperti yang ditulis oleh Swift (1995) dan oleh Garret dan Backhaus (2000) telah menjadikan konsep-konsep yang mendasari fenomena termoakustik dapat dipahami oleh khalayak luas. Sebelumnya, Wheatley et al. (1985) telah menyajikan pemahaman beberapa fenomena dalam termoakustik dan aplikasinya pada mesin kalor akustik. Sebuah pustaka acuan yang banyak dirujuk berbagai artikel tentang termoakustik dan sangat berharga bagi pemahaman kita tentang konsep-konsep yang terlibat dalam termoakustik telah ditulis oleh Swift (2002). Beberapa piranti termoakustik untuk tujuan demonstrasi telah dibuat. Sebuah pendingin termoakustik telah dibuat dan beroperasi dengan baik, di mana suatu perbedaan suhu sekitar 15 C antara bagian panas dan bagian dingin dapat dicapai dalam waktu 4 menit pengoperasian (Russell & Weibull, 2002). Jeromen (2003) telah menghasilkan sebuah mesin kalor termoakustik yang dapat menghasilkan gelombang akustik dengan frekuensi sekitar 200 Hz dan intensitas sekitar 60 db. Mesin kalor Stirling-termoakustik frekuensi tinggi yang dapat menghasilkan gelombang akustik dengan intensitas lebih dari 100 db pada frekuensi 560 Hz telah berhasil dibuat oleh Bastyr & Keolian (2003). Demonstrasi eksperimental tentang konversi energi termoakustik dalam sebuah resonator telah dilakukan oleh Biwa et al. (2004). Se- Alamat penulis untuk korespondensi 25

Ikhsan Setiawan, et al. dangkan studi eksperimental tentang mesin Stirling termoakustik dan aplikasinya sebagai pendingin telah dilakukan oleh Ueda et al. (2004). Makalah ini memaparkan penelitian tentang pembuatan sebuah piranti termoakustik sebagai pemompa kalor. Tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya sebuah pompa kalor termoakustik sederhana yang dapat melakukan transfer kalor dari tandon dingin ke tandon panas yang ada pada piranti termo-akustik yang dibuat tersebut dengan menggunakan gelombang bunyi. 2. Dasar Teori Pompa kalor termoakustik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu sumber bunyi, resonator, dan stack yang diletakkan di dalam resonator. Stack merupakan salah satu jenis pemindah kalor yang terdiri atas sejumlah kanal-kanal kecil atau permukaan-permukaan sejajar dengan sumbu tabung resonator, dan digunakan untuk tujuan menghasilkan gradien suhu di sepanjangnya. Gambar 1 memperlihatkan skema prinsip dasar sebuah pendingin atau pompa kalor termoakustik, di mana suatu kerja W dari luar memindahkan kalor Q C dari tandon dingin bersuhu T C ke tandon panas bersuhu T H. Dalam hal ini kerja dilakukan oleh gelombang akustik tegak di dalam tabung resonator. (a) (b) Gambar 1. Diagram skematik prinsip dasar: (a) pendingin atau pompa kalor, (b) pendingin atau pompa kalor termoakustik. T H adalah tandon panas, T C adalah tandon dingin, Q C adalah kalor yang memasuki stack, Q H adalah kalor yang keluar dari stack, dan W adalah kerja dari luar (bunyi) Gambar 2. Distribusi amplitudo tekanan gas saat terjadi gelombang bunyi tegak pada frekuensi nada dasar di dalam resonator dengan panjang L = λ/4, dengan λ adalah panjang gelombang bunyi nada dasar Pada resonator silindris dengan satu ujung tertutup, distribusi amplitudo tekanan gas saat terjadi gelombang bunyi tegak dengan frekuensi nada dasar diperlihatkan oleh Gambar 2. Dalam kondisi ini, tekanan maksimum (perut tekanan) terjadi di ujung tertutup, sedangkan tekanan minimum (simpul tekanan) terjadi di ujung terbuka. Ketika osilasi gelombang bunyi menyebabkan suatu paket gas bergerak ke kiri, maka volume paket gas tersebut mengecil, 26 SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007

Rancang Bangun Piranti Termoakustik Sebagai Pemompa Kalor tekanannya meningkat dan suhunya naik sebagai akibat sifat adiabatik gas. Sebaliknya, saat paket gas bergerak ke kanan, volume paket gas membesar, tekanannya berkurang dan suhunya turun. Dengan demikian, selain osilasi tekanan dan simpangan molekul gas, osilasi suhu terjadi pula dalam gelombang bunyi. Siklus proses pendinginan atau pemompaan kalor secara termoakustik dilukiskan oleh Gambar 3. (Bagian sebelah kanan pada Gambar 3 merujuk pada sebuah kanal pada stack.) Saat gelombang akustik menyebabkan paket gas di dalam stack bergerak ke kiri (ke bagian panas) gas termampatkan dan tekanan meningkat. Paket gas yang termampatkan ini sekarang lebih panas dari pada dinding stack di dekatnya sehingga ia melepaskan kalor ke stack dan volume paket gas tersebut menyusut. Saat gelombang tegak melanjutkan siklusnya, paket gas bergerak kembali ke kanan di mana tekanannya lebih rendah, dalam hal ini paket gas menjadi lebih renggang dan lebih dingin dari pada dinding stack di dekatnya, sehingga ia menyerap kalor dari dinding stack dan mengembang. Siklus ini terus berulang dan efeknya adalah transfer kalor dari bagian dingin ke bagian panas stack. Gambar 3. Kiri: Diagram P V yang memperlihatkan empat tahap dalam siklus pendingin / pompa kalor termoakustik. Kanan: Proses transfer kalor pada stack (Russell & Weibull, 2002) Batasan utama dalam merancang stack adalah bahwa lebar kanal stack haruslah beberapa kali dari besar kedalaman penetrasi termal gas medium, dan empat kali kedalaman penetrasi termal adalah nilai jarak optimumnya (Swift, 1995). Kedalaman penetrasi termal (δ κ ) didefinisikan sebagai jarak difusi kalor melalui gas dalam selang waktu t = 1/πf, dengan f adalah frekuensi gelombang akustik tegak (Swift, 1997). Kedalaman penetrasi termal ini bergantung pada konduktivitas termal gas (κ ) dan kerapatan gas (ρ) serta kalor spesifik isobarik per satuan massa gas (c p ) menurut persamaan (Swift, 1997) δ κ κ π f ρ c p =. (1) Jika jarak antara lapisan-lapisan stack terlalu besar, maka gas tidak dapat memindahkan kalor secara efektif ke dan dari dinding-dinding stack. Akan tetapi, jika lapisan-lapisan stack terlalu berdekatan, maka akan menghambat gerak partikel-partikel gas. Faktor lain yang juga sangat penting pengaruhnya terhadap unjuk kerja pendingin termoakustik adalah gradien suhu longitudinal kritis (Swift, 1997): SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007 27

Ikhsan Setiawan, et al. p T kritis =, (2) ξ ρ dengan p dan ξ berturut-turut adalah amplitudo tekanan dan amplitudo pergeseran akustik. Dalam hal ini, transfer kalor tidak akan terjadi bila variasi suhu puncak ke puncak yang disebabkan oleh kompresi adiabatik gas ( 2 p ρ c ) tepat sama dengan variasi suhu dinding lokal p ( 2 ξ T ) antara simpangan-simpangan maksimum gerak partikel-partikel gas. Transfer kalor kritis dari bagian dingin ke bagian panas stack yang mengakibatkan pendinginan hanya akan terjadi jika variasi suhu di dalam gas yang diinduksi oleh gelombang bunyi lebih besar dari pada gradien suhu antara bagian panas dan bagian dingin stack. Hal ini memerlukan gelombang bunyi dengan intensitas yang agak tinggi di dalam resonator. 3. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan dan penyusunan bagian-bagian piranti pompa kalor termoakustik serta perakitannya menjadi sistem pompa kalor termoakustik. Sedangkan tahap kedua adalah pengujian kinerja piranti tersebut. Sebagaimana telah disebutkan pada awal Bagian 2, piranti pompa kalor termoakustik yang dibuat pada penelitian ini terdiri atas sistem sumber bunyi, resonator, dan stack. Sistem sumber bunyi terdiri atas sebuah loudspeaker 60W 8Ω dengan kotaknya yang dihubungkan ke keluaran penguat audio dari AFG (audio function generator) digital. Dengan AFG ini, frekuensi bunyi yang digunakan dapat diatur dengan mudah, dengan ketelitian 1 Hz. Selain itu, sebuah voltmeter digunakan untuk memonitor tegangan masukan loudspeaker berkaitan dengan kuat bunyi yang dihasilkannya. Pada penelitian ini, piranti termoakustik yang dibuat adalah jenis gelombang tegak dengan alasan kemudahan dan kesederhanan desainnya. Selain itu, dengan alasan yang sama, bentuk resonator yang dipilih adalah bentuk silinder, meskipun pendingin termoakustik dengan bentuk seperti ini memiliki efisiensi rendah (Swift, 1988). Resonator ini terbuat dari pipa PVC dengan panjang L = 55 cm dan diameter D = 4 cm. Salah satu ujung resonator dibuat terbuka dan dihadapkan ke sistem sumber bunyi, sedangkan ujung lainnya dibuat tertutup dengan menggunakan sumbat karet. Gas pengisi resonator adalah udara atmosfer pada suhu ruang sekitar 30 C. Dengan demi-kian, frekuensi nada dasar gelombang bunyi tegak (frekuensi resonansi) resonator ini ditaksir sekitar 154 Hz (λ = 4L = 220 cm), dengan menganggap bahwa cepat rambat bunyi di udara sebesar 340 m/s. Ada dua buah stack yang digunakan pada penelitian ini, keduanya terbuat dari bahan yang berbeda, yaitu kertas kardus dan film fotografi 35 mm. Stack dari kertas kardus (Gambar 4.a) dibuat dengan cara menumpuk dan merekatkan kertas-kertas kardus dan kemudian membentuknya sehingga berbentuk silinder dengan arah lubang kanal-kanal sepanjang sumbu silinder. Panjang stack kardus dibuat sama dengan panjang stack film, yaitu 35 mm. Sedangkan stack dari film (Gambar 4.b) dibuat dengan cara menggulung film fotografi 35 mm dengan terlebih dahulu merekatkan benang-benang nylon (tali pancing) secara melintang pada film tersebut dengan jarak yang sama, seperti disarankan oleh Hofler (1986). Di sini, diameter benang nylon yang digunakan adalah 1,3 10 3 m dan jarak antar benang nylon adalah 0,5 cm. c p (a) Gambar 4. (a) Stack terbuat dari kertas kardus. (b) Stack terbuat dari film (b) 28 SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007

Rancang Bangun Piranti Termoakustik Sebagai Pemompa Kalor Diameter nylon tidak lain adalah jarak antara lapisan stack, dan jarak yang digunakan di sini hanya sekitar 0,6 dari kedalaman penetrasi termal sebesar 2,1 10 3 mm untuk medium gas berupa udara dan frekuensi bunyi sekitar 154 Hz menurut persamaan (1). Stack diletakkan di dalam resonator dengan jarak 11 cm dari ujung tertutup resonator ke pertengahan stack. Jarak ini adalah 1/20 dari panjang gelombang bunyi yang digunakan dan merupakan jarak yang optimum (Swift, 2002). Selain bagian-bagian utama tersebut di atas, piranti pemompa kalor termoakustik dalam penelitian ini dilengkapi dengan sistem deteksi suhu dan sistem deteksi bunyi. Sistem deteksi suhu di sini adalah dua buah termometer digital yang masing-masing terdiri atas sebuah sensor suhu LM35 dan sebuah rangkaian penampil digital menggunakan IC JRC 4558. Sistem deteksi suhu ini dirakit sendiri dengan rangkaian seperti pada Gambar 5. Ketelitian termometer digital ini mencapai 0,1 C. Sistem ini perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk memantau suhu tandon panas dan suhu tandon dingin. Gambar 5. Skema rangkaian termometer digital dengan sensor suhu LM35 dan menggunakan IC JRC 4558 Gambar 6. Diagram rangkaian pre-amp dan mikrofon (mic condensor) Sistem deteksi bunyi digunakan untuk memonitor bentuk gelombang dan spektrum frekuensi bunyi di dalam resonator. Sistem ini terdiri dari sebuah mikrofon kecil (mic condensor) dengan pre-amp yang dibuat dengan rangkaian seperti ditunjuk-kan oleh Gambar 6, dan sebuah komputer yang dilengkapi dengan soundcard dan pe rangkat lunak Oscilloscope 2.51 (perangkat lunak ini bersifat freeware dan dapat diperoleh dalam format.zip yang berukuran hanya sekitar 100 KB dari http://polly.phys. msu.su/~zeld/oscill.html). Mikrofon diletakkan di ujung tertutup resonator, dan sinyal keluarannya diperkuat oleh pre-amp kemudian diteruskan ke komputer melalui sebuah soundcard. Pada komputer, sinyal ini diamati dengan menggunakan perangkat lunak Oscilloscope 2.51. Dengan perangkat lunak ini, bentuk gelombang bunyi dapat dipantau secara langsung (real time), dan jika fasilitas FFT (fast fourier transform) diaktifkan, maka spektrum frekuensi bunyi juga dapat diamati secara langsung. Skema susunan piranti pompa kalor termoakustik dan peralatan pengukuran serta monitornya secara keseluruhan diperlihatkan oleh Gambar 7. Ruang di sebelah kiri stack meru- SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007 29

Ikhsan Setiawan, et al. pakan tandon panas, sedangkan ruang di sebelah kanan stack merupakan tandon dingin. Suhu kedua ruang ini masing-masing diukur dengan menggunakan dua buah termometer digital yang telah dirakit. Setelah susunan ini terwujud, maka tahap berikutnya adalah pengujian kinerja piranti. Pengujian yang dimaksud di sini adalah apakah piranti ini telah dapat bekerja melakukan pemompaan atau transfer kalor dari tandon dingin ke tandon panas, dan seberapa besar penurunan suhu tandon dingin serta kenaikan suhu tandon panas akibat transfer kalor tersebut. Gambar 7. Skema susunan piranti pompa kalor termoakustik beserta peralatan pengukuran dan monitornya 4. Hasil Dan Pembahasan Piranti pompa kalor termoakustik yang telah disusun ini dioperasikan pada frekuensi resonansi tabung resonantor, yaitu 151 Hz untuk piranti yang menggunakan stack kardus dan 152 Hz untuk piranti yang menggunakan stack film. Tegangan masukan loudspeaker yang digunakan adalah tegangan maksimum yang dapat dicapai, yaitu sebesar 11 volt. Terjadinya resonansi dapat diketahui dari tampilan FFT pada perangkat lunak Oscilloscope 2.51, seperti ditunjukkan oleh Gambar 8. Di sana tampak pula komponen frekuensi lain yang hadir di dalam resonator saat terjadinya resonansi. Puncak spektrum yang paling tinggi pada Gambar 8 berkaitan dengan frekuensi nada dasar tabung resonator. Puncak-puncak spektrum lainnya berkaitan dengan kelipatan ganjil dari frekuensi nada dasar tersebut. Gambar 8. Tampilan perangkat lunak Oscilloscope 2.51 yang memperlihatkan spektrum frekuensi bunyi yang hadir di dalam tabung resonator saat terjadi resonansi pada frekuensi sekitar 151 Hz 30 SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007

Rancang Bangun Piranti Termoakustik Sebagai Pemompa Kalor 42 Suhu TH stack kardus Suhu TH stack film Suhu TC stack kardus Suhu TC stack film Suhu (derajat celcius) 38 34 30 26 22 0 2 4 6 8 10 Waktu (menit) Gambar 9. Grafik suhu tandon panas T H dan tandon dingin T C selama 10 menit pertama pengoperasian piranti pompa kalor termoakustik yang dibuat. Tegangan loudspeaker adalah 11 volt. 12 Hasil yang diperoleh dari piranti pompa kalor termoakustik selama pengoperasian 10 menit, diperlihatkan oleh Gambar 9, baik untuk piranti yang menggunakan stack kardus maupun stack film. Dari gambar tersebut tampak bahwa piranti ini telah dapat beroperasi sebagai pemompa kalor. Hal ini terlihat dari adanya penurunan suhu tandon dingin T C dan kenaikan suhu tandon panas T H yang mengindikasikan terjadinya transfer kalor dari tandon dingin ke tandon panas akibat adanya kerja yang dilakukan oleh ge lombang akustik. Suhu awal kedua tandon sebelum piranti dioperasikan adalah 30 C. Dalam dua menit pertama pengoperasian piranti, terjadi perubahan suhu tandon yang relatif cepat, kenaikan suhu tandon panas mencapai 5 C (stack film) hingga 6 C (stack kardus), sedangkan penurunan suhu tandon dingin mencapai 4 C (stack film) hingga 5 C (stack kardus). Suhu kedua tandon stabil setelah piranti dioperasikan selama 6 menit yang menandakan bahwa kesetimbangan termal antara sistem dan lingkungannya telah tercapai. Untuk piranti dengan stack kardus, kenaikan maksimum suhu tandon panas adalah sebesar 8 C dan penurunan maksimum suhu tandon dingin adalah sebesar 5 C. Sedangkan untuk piranti dengan stack film, kenaikan maksimum suhu tandon panas adalah sebesar 7 C dan penurunan maksimum suhu tandon dingin adalah sebesar 5,5 C. Dengan demikian, secara kasar kedua jenis stack yang telah digunakan di sini memperlihatkan kinerja yang tidak jauh berbeda. Perbedaan yang ada dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kapasitas kalor bahan stack dan luas penampang total kanal-kanal stack. Di sisi lain, baik untuk piranti dengan stack kardus maupun piranti dengan stack film, perubahan suhu tandon panas lebih besar dari pada perubahan suhu tandon dingin. Hal ini dapat disebabkan oleh volume ruang tandon panas yang jauh lebih kecil dari pada volume ruang tandon dingin, sehingga sejumlah kalor yang sama menyebabkan perubahan suhu yang berbeda. Selain itu, sumbat karet yang menjadi penutup tandon panas merupakan konduktor kalor yang buruk sehingga kalor yang terkumpul di dalam tandon panas sulit keluar ke lingkungannya. Selain itu, adanya sumbat karet dapat mengurangi optimasi suhu minimum tandon dingin melalui arus balik kalor yang melalui stack. Oleh karena itu, sebaiknya sumbat karet tersebut di atas diganti dengan penutup yang terbuat dari bahan koduktor kalor yang baik seperti tembaga. SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007 31

Ikhsan Setiawan, et al. 5. Kesimpulan dan Saran Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rancang bangun piranti termoakustik sedehana sebagai pemompa kalor beserta peralatan-peralatan pendukung pengukurannya telah berhasil dilakukan dan piranti tersebut telah dapat melakukan transfer kalor dari tandon dingin ke tandon panas melalui kerja yang dilakukan oleh gelombang akustik. Piranti ini belum cukup efisien sebagai sebuah alat transfer kalor. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan menggunakan pemindah kalor yang dipasang pada kedua ujung stack. Pengembangan lain dapat dilakukan dengan memodifikasi geometri resonator atau menggunakan jarak antara lapisan stack film yang optimum. Kajian selanjutnya yang dapat dilakukan pada piranti ini diantaranya adalah bagaimana pengaruh intensitas bunyi terhadap kinerjanya. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan sangat banyak terima kasih kepada Dana Masyarakat FMIPA Universitas Gadjah Mada yang telah membiayai penelitian ini melalui kegiatan Penelitian Antar Bidang Ilmu Tahun 2005. Kepustakaan Bastyr, K. J. and Keolian, R. M. 2003. High-frequency Thermoacoustic-Stirling Heat Engine Demonstration Device. ARLO, 4: 37 40. Biwa, T., et al. 2004. Experimental Demonstration of Thermoacoustic Energy Conversion in a Resonator. Phys. Rev. E, 69 (66304): 1 6. Garret, S. L. and Backhaus, S. 2000. The power of sound. Am. Sci, 88: 516 525. Hofler, T. 1986. Ph.D. Thesis. Physics Department, University of California at San Diago, Appendix C. Jeromen, A. 2003. A Simplified Thermoacoustic Engine Demonstation. Am. J. Phys, 71:. 496 498. Russell, D. A. and Weibull, P. 2002. Tabletop Thermoacoustic Refrigerator for Demonstration. Am. J. Phys, 70: 1231 1233. Swift, G. W. 1988. Thermoacoustic Engines. J. Acoust. Soc. Am, 84: 1145 1180. Swift, G. W. 1995. Thermoacoustic Engines and Refrigerators, Phys. Today, 48: 22 28. Swift, G. W. 1997. Thermoacoustic Engine. Dalam: M. J. Crocker (Ed). Encyclopedia of Acoustics. New York: Wiley. 695 701. Swift, G. W. 2002. Thermoacoustics: A Unifying Perspective for Some Engines and Refrigerators. Los Alamos National Laboratory. Acoustical Society of America Publications. Ueda, Y. et al. 2004. Experimental Studies of a Thermoacoustic Stirling Engine Prime Mover and Its Application to a Cooler. J. Acoust. Soc. Am, 115: 1134 1141. Wheatley, J. et al. 1985. Understanding Some Simple Phenomena in Thermoacoustics with Applications to Acoustical Heat Engines. Am. J. Phys, 53: 147 162. 32 SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007

Rancang Bangun Piranti Termoakustik Sebagai Pemompa Kalor IKHSAN SETIAWAN Tahun 199 lulus S1 dan tahun 2002 lulus S2 keduanya dari Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada. Saat ini menjadi dosen tetap di Jurusan Fisika, FMIPA, UGM. Minat penelitian: Termoakustika, Akustika, Spektroskopi. AGUNG BAMBANG SETIO UTOMO Tahun 1982 lulus S1 dan tahun 1987 lulus S2 keduanya dari Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada. Lulus S3 di bidang Fisika dari University College of Swansea, Inggris tahun 1994. Saat ini menjadi dosen tetap di Jurusan Fisika, FMIPA, UGM. Minat penelitian: Spektroskopi Laser, Termoakustika. GUNTUR MARUTO Tahun 1978 lulus S1 dan tahun 1987 lulus S2 keduanya dari Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Gadjah Mada. Saat ini menjadi dosen tetap di Jurusan Fisika, FMIPA, UGM dan sedang menempuh S3 Fisika di UGM. Minat penelitian: Spektroskopi Laser. ANDI RAHADIYAN WIJAYA Lulus S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada pada tahun 1998, S2 di bidang Ergonomics (2001) dan Sound and Vibration (2003) dari Lulea Tekniska Universitet, Swedia. Saat ini bekerja sebagai dosen tetap di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UGM. Minat penelitian: Ergonomi, Vibrasi dan Bunyi. SIGMA Vol. 10, No. 1, Januari 2007 33