BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kasus HIV-

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 1 juta orang mendapatkan Penyakit Menular Seksual (PMS) setiap hari. Setiap tahun sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ialah virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi Setiap orang berhak

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I: PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Penyakit ini dilaporkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan telah berkembang menjadi masalah kesehatan global. Pada akhir tahun 2010, sekitar 34 juta orang diperkirakan hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia, termasuk 3,4 juta anak yang berumur kurang dari 15 tahun. Ada 2,7 juta infeksi baru HIV pada tahun 2010. Perkiraan jumlah remaja yang hidup dengan HIV/AIDS meningkat dari 110.000 pada tahun 2001 menjadi 180.000 pada tahun 2010. Jumlah anak yang meninggal berkisar antara 15.000 17.000 dalam dekade terakhir ini (UNAIDS, 2011). Kasus HIV/AIDS di negara berkembang sungguh sangat mengerikan karena kasusnya mengalami kenaikan yang luar biasa yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada penduduk usia produktif. Dan hal ini berdampak sangat buruk terhadap pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa. Epidemi HIV yang bersifat multidimensi, sudah meningkat sampai pada tingkat terkonsentrasi, dimana prevalensi HIV sudah melampaui angka 5% pada populasi kunci yang rawan tertular HIV yaitu wanita pekerja seks, pengguna narkoba suntik, warga binaan lembaga pemasyarakatan, dan homoseksual (Kemenkes RI, 2012a). Indonesia adalah salah satu negara di Asia dengan epidemi yang berkembang cepat, sejak pertama kali ditemukan di Bali pada tahun 1987. Sampai dengan tahun 2011, kasus HIV/AIDS tersebar di 368 dari 498 kabupaten atau kota di Indonesia. Kasus terbanyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Jumlah kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan tahun 2011 sebanyak 76.879 kasus, sedangkan kasus AIDS sebanyak 29.789 kasus (Kemenkes RI, 2012a). 1

Kementerian Kesehatan memperkirakan, Indonesia pada tahun 2014 akan mempunyai hampir 3 kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS dibandingkan pada tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720 orang). Ini dapat terjadi bila tidak ada upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang bermakna dalam kurun waktu tersebut (KPAN, 2010). Persentase kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun sebesar 40,42%, umur 30-39 tahun sebesar 35% dan umur 40-49 tahun sebesar 12,5%. Kasus AIDS bergeser ke kelompok umur yang lebih muda, dengan 2 penyebab utama penularan, yakni: melalui hubungan seks dan jarum suntik di antara pengguna narkoba. Kelompok umur kasus AIDS tertinggi adalah kelompok umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun, dengan usia terendah adalah 20 dan 29 tahun. Ini berarti jika sejak terinfeksi sampai masuk kondisi AIDS lamanya 5 tahun, maka usia terendah saat terinfeksi sekitar 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2012b). Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang mengalami peningkatan kejadian kasus HIV/AIDS. Data kasus AIDS pada tahun 2010 tercatat sebanyak 13 kasus, tahun 2011 naik 19 kasus dan tahun 2012 kembali naik menjadi 29 kasus. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus AIDS sebanyak 83 kasus dengan 54 kematian. Dari penularan HIV/AIDS tersebut, sebanyak 13% karena jarum suntik narkoba, 9% penularan lewat ibu hamil, dan 71% lewat pekerja seks komersial atau berganti-ganti pasangan (Dinkes Kab. Wonogiri, 2012a). Berita Harian Solo Pos (2012) memberitakan bahwa Kabupaten Wonogiri perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap HIV/AIDS. Pasalnya, Kabupaten Wonogiri terkenal sebagai kantong kaum perantau, warga urban yang memiliki mobilitas tinggi, termasuk berisiko terjangkiti penyakit HIV/AIDS. Penduduk Wonogiri yang diketahui menderita HIV/AIDS rata-rata tertular virus tersebut ketika berada di luar daerah. Menurut Trubus dan Nuriadi (2009), mobilitas penduduk yang tinggi akan meningkatkan kemampuan daya beli dan diikuti dengan meningkatnya jumlah hubungan seks di luar nikah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kabupaten Wonogiri tahun 2010 menyatakan baru 14,45% penduduk umur 15 24 tahun yang memiliki pengetahuan 2

yang benar dan komprehensif tentang HIV/AIDS. Sementara itu, hasil survei tentang pengetahuan remaja terhadap penyakit HIV/AIDS dan pencegahannya dalam rangka pencapaian tujuan Milenium Development Goal s (MDGs) yang dilakukan bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri terhadap siswa SMP di Kabupaten Wonogiri di tahun 2011 sebesar 41,28% dan tahun 2012 sebesar 43,12%. Hal ini menunjukkan bahwa pencapaiannya masih jauh dari target yang ditetapkan, yaitu sebesar 95% dari tujuan MDGs sampai dengan tahun 2015 (Bappenas, 2010). Kurangnya pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS, juga dibuktikan oleh penelitian Nichols et al. (2009), yang menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku siswa kurang baik mengenai HIV/AIDS, meskipun mereka menyadari bahwa penyakit ini menyebabkan kematian. Coates et al. (2009) juga menyatakan bahwa pengetahuan mengenai pencegahan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS masih bercampur antara pengetahuan yang benar dan mitos yang salah. Di Kabupaten Wonogiri terdapat 862 SD/MI, 132 SMP dan 21 SMU dengan jumlah siswa sebanyak 838.233 atau sekitar 66,9% dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan potensi yang cukup besar jika dapat diberdayakan dalam program pencegahan HIV/AIDS, dengan meningkatkan pengetahuan remaja yang komprehensif tentang HIV/AIDS. Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis dalam upaya promosi kesehatan. Banyaknya waktu yang dihabiskan remaja di sekolah akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Pembelajaran di sekolah dapat dijadikan sarana untuk membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan dalam melindungi diri dari infeksi HIV/AIDS. Berbagai masalah dan risiko kesehatan yang dihadapi remaja, salah satunya disebabkan karena kurangnya akses informasi pendidikan kesehatan, sehingga potensi tertular HIV/AIDS semakin tinggi. Promosi kesehatan yang diberikan pada remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS, sehingga risiko penularan HIV/AIDS saat ini dan di masa mendatang dapat dikurangi. Salah satu upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media promosi kesehatan, seperti yang dikemukakan oleh Egger et al. (2000) 3

bahwa melalui media promosi kesehatan mampu mempengaruhi individu, kelompok, dan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit. Penggunaan media promosi kesehatan selama ini kurang efektif dalam meningkatkan perubahan. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Krahe et al. (2005), yang menyatakan bahwa pemberian media leaflet tidak mengakibatkan perubahan kognitif yang signifikan dalam penggunaan kondom. Sementara itu penelitian Muhammad (2011) menyatakan bahwa promosi kesehatan dengan layanan pesan pendek dan leaflet tidak lebih efektif dibandingkan dengan ceramah dan tanya jawab dalam meningkatkan pengetahuan dan intensi tentang kesiapsiagaan bencana. Penggunaan media promosi kesehatan, agar dapat bermanfaat secara optimal, perlu dipilih media yang tepat ditinjau dari segi biaya, pembaruan, dukungan, dan teknologi. Buku tulis merupakan media yang tepat karena memenuhi unsur-unsur tersebut. Buku tulis mudah diakses oleh semua kalangan, tidak memerlukan media lain untuk mengaksesnya, sehingga biaya pengadaannya menjadi lebih murah (Waluyanto, 2005). Buku tulis juga merupakan salah satu sarana visual yang dekat dengan keseharian pelajar, karena selalu digunakan untuk kegiatan belajar, baik di rumah maupun di sekolah, sehingga buku tulis merupakan komunikasi yang dapat diulang-ulang untuk pemahamannya. Sesuatu yang diulang-ulang cenderung lebih tertanam pada jiwa manusia (Sanyoto, 2006). Selama ini, sampul buku tulis yang secara tidak langsung menjadi sarana untuk belajar, disain-disainnya kurang memberikan kontribusi yang edukatif. Sebagian besar sampul buku tulis bergambarkan kartun-kartun biasa yang lucu, gambar binatang, gambar bunga, tokoh film, olahragawan, dan bahkan beberapa bergambar foto artis yang bersifat promotif. Seharusnya sampul buku tulis merupakan sarana untuk mengembangkan daya imajinasi dan sarana edukasi yang efektif bagi para pelajar (Rujito dkk., 2011). Perlu upaya promosi kesehatan yang tepat bagi remaja, untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS. Salah satu upaya promosi kesehatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP. 4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan remaja yang komprehensif tentang HIV/AIDS di Kabupaten Wonogiri. Kurangnya pengetahuan ini perlu mendapatkan perhatian lebih serius dari banyak pihak, sehingga perlu dilakukan upaya promosi kesehatan dengan sasaran remaja dan didukung menggunakan media sebagai penunjang. Penggunaan dan pemilihan sampul buku tulis sebagai media promosi kesehatan adalah untuk memperlancar pesan yang akan disampaikan sehingga akan terjadi proses pengulangan informasi karena dapat dibaca, dipelajari dan dikaji ulang setiap saat. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengembangan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP di Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengembangkan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP di Kabupaten Wonogiri. 2. Tujuan khusus a. Mengkaji masalah pengembangan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP di Kabupaten Wonogiri. b. Mengkaji disain media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP di Kabupaten Wonogiri. c. Mengkaji faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP di Kabupaten Wonogiri. d. Mengkaji respon terhadap penggunaan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP di Kabupaten Wonogiri. 5

D. Manfaat Penelitian Secara teoritis, data dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan media promosi kesehatan HIV/AIDS bagi siswa SMP, dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi studi lebih lanjut bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian serupa. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan instansi-instansi yang terkait dalam upaya pengendalian penyakit HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah, dan khususnya di Kabupaten Wonogiri. Bahan masukan yang dapat disampaikan adalah informasi untuk merancang suatu kebijakan yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS, serta kajian media promosi kesehatan yang sesuai untuk kalangan remaja dalam upaya pencegahan HIV/AIDS. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan referensi yang ada, belum ada penelitian tentang pengembangan media promosi kesehatan pencegahan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis bagi siswa-siswa SMP. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan selama ini. Penelitian-penelitian yang dilakukan dalam bentuk pengembangan media promosi kesehatan yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain : 1. Suiraoka (2003), melakukan penelitian mengenai pengembangan media promosi kesehatan pencegahan GAKY pada anak SD di daerah endemik di Provinsi Bali. Media yang dikembangkan berupa leaflet, booklet dan buku cerita bergambar. Subjek penelitian adalah anak SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi, saluran dan media promosi kesehatan yang cocok adalah media yang banyak ilustrasi gambar seperti leaflet, booklet dan buku cerita bergambar. 2. Gozali (2004), melakukan penelitian mengenai pengembangan media promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan perilaku minum tuak, studi kasus di Kecamatan Buleleng, Singaraja, Bali. Media yang dikembangkan berupa tape 6

recorder. Subjek penelitian adalah siswa SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tape recorder dapat digunakan sebagai media promosi kesehatan. 3. Suweni (2006), melakukan penelitian mengenai pengembangan folder sebagai alat bantu pendidikan kesehatan untuk mencegah perilaku minum alkohol di SMA Advent Kecamatan Manokwari. Media yang dikembangkan berupa folder. Subjek penelitian adalah siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa folder sebagai alat bantu pendidikan merupakan media yang tepat dalam pencegahan minum alkohol. 4. Ariyani (2009), melakukan penelitian mengenai buku cerita bergambar sebagai media promosi kesehatan untuk prevensi dini kekerasan seksual pada siswa SD di Kota Yogyakarta. Medianya dengan menggunakan buku cerita bergambar. Subjek penelitian siswa SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SD dapat menerima dan memahami isi pesan kekerasan seksual anak melalui media buku cerita bergambar. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media promosi kesehatan HIV/AIDS dalam bentuk sampul buku tulis. Media yang dikembangkan berupa sampul buku tulis, dengan subjek penelitian siswa-siswa SMP. Lokasi penelitian di Kabupaten Wonogiri, dengan mengambil tema penelitian tentang HIV/AIDS. 7