BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PECUT KUDA JURNAL

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOL DARI EKSTRAK METANOL BIJI PEPAYA (Carica Papaya Linn)

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

3 Percobaan dan Hasil

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM EKSTRAK KENTAL BUAH PARE (Momordica Charantia L)

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

III. BAHAN DAN METODA

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder pada Ekstrak Metanol Tumbuhan Suruhan

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil determinasi tumbuhan yang dilakukan di LIPI-UPT Balai. Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali menunjukkan

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Pada Daun Sirih Hutan. Oleh NURYAN TAHA NIM:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

ISOLASI DAN KARAKTERISASI GOLONGAN SENYAWA FENOLIK DARI KULIT BATANG TAMPOI (Baccaurea macrocarpa) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

3. METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA TOKSIK DARI DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.) I G. A. Gede Bawa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

Isolasi Senyawa Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BABm METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI METANOL BUNGA NUSA INDAH (Mussaenda erythrophylla)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID HASIL ISOLAT DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN MATOA (Pometia pinnata J.R.Forst &G.Forst)

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

SENYAWA FENOLIK DARI FRAKSI METANOL BATANG TANAMAN ANDONG (Cordyline fruticosa) DAN AKTIVITAS SITOTOKSIKNYA TERHADAP SEL HeLa

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih dahulu dibersihkan dan dikeluarkan biji-bijinya dari daging buah sirsak, selanjutnya ditimbang. Hasil yang diperoleh daging buah sirsak sebanyak 1000 gram. 2.2 Ekstraksi dan Fraksinasi Ekstraksi dari jaringan tumbuhan dilakukan dengan metode maserasi, yaitu perendaman sampel dengan pelarut organik pada suhu ruang. Maserasi pada sampel daun sirsak menggunakan metanol karena metanol bersifat seperti cairan sel dan bersifat universal yang dapat mengikat semua komponen kimia yang terdapat dalam tumbuhan bahan alam baik yang bersifat non polar, semi polar maupun polar. Daging buah sirsak sebanyak 1000 gram di ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan metanol dalam suhu kamar. Maserasi dilakukan selama 4 24 jam, di mana setiap 24 jam ekstrak di saring dan di maserasi lagi dengan metanol baru. Kemudian ekstrak yang di peroleh diuapkan dengan menggunakan penguap putar vakum (rotary vacum evaporator) pada suhu 30-40 o C sampai diperoleh ekstrak metanol sebanyak 364,14 gram. Terhadap ekstrak metanol ini dilakukan uji flavonoid.

Pada uji flavonoid yang pertama ekstrak metanol dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Pada tabung pertama dijadikan sebagai tabung kontrol dengan warna dasar kuning, pada tabung kedua ditambahkan dengan NaOH berubah menjadi kuning keruh, untuk tabung yang ketiga ditambahkan Mg-HCl warnanya berubah menjadi kuning keruh, dan tabung yang ke empat ditambahkan H 2 SO 4 pekat warnanya berubah menjadi kuning keruh. Berdasarkan hasil uji flavonoid yang dilakukan ternyata ekstrak metanol positif flavonoid. Selanjutnya ekstrak metanol sebanyak 100 gr disuspensi dengan campuran metanol-air (2:1) dan dipartisi dengan pelarut n-heksan terlebih dahulu, kemudian etil asetat dan selanjutnya dengan klorofom yang bersifat semi polar. Pada saat partisi sampel yang di tambahkan n-heksan kemudian etil asetat tidak terbentuk dua lapisan sehingganya di tambahkan pelarut kloroform, saat penambahan klorofom sampel terbentuk dua lapisan. Ekstrak ini dilakukan partisi untuk mendapatkan fraksi berdasarkan tingkat kepolarannya, hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan pada saat pemisahan dan pemurnian. Fraksi yang didapatkan adalah fraksi kloroform. Hasil partisi selanjutnya diuapkan dengan alat vakum pada suhu paling tinggi 40 0 C sehingga diperoleh 32,77 gr ekstrak kloroform. Terhadap ekstrak ini, dilakukan uji flavonoid. Hasil uji flavonoid yang pertama ekstrak kloroform dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Pada tabung pertama dijadikan sebagai tabung kontrol dengan warna dasar bening, pada tabung kedua ditambahkan dengan NaOH berubah menjadi kuning terang, untuk tabung yang ketiga ditambahkan Mg-HCl warnanya berubah menjadi keruh, dan tabung yang ke empat ditambahkan H 2 SO 4 pekat warnanya berubah menjadi kuning tua.

Berdasarkan hasil uji flavonoid yang dilakukan ternyata ekstrak kloroform positif flavonoid. 4.3 Pemisahan dan Pemurnian Ekstrak kental kloroform sebanyak 10 gram dipisahkan secara kromatografi kolom dengan menggunakan fasa diam silika gel GF 254 dan menggunakan fasa gerak terlebih dahulu n-heksan : etil asetat dengan variasi perbandingan (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1;9), kemudian etil asetat : metanol (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), dan selanjutnya kloroform : metanol (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), (4:6), (3:7), (2:8), (1;9), sampai terjadi pemisahan. Eluat ditampung pada botol vial. Hasil pemisahan kromatografi kolom di peroleh 48 fraksi. Dari fraksi-fraksi tersebut di uji kromatografi lapis tipis dimana diambil perwakilan fraksi yang warnanya sama. Pemilihan pemurnian difokuskan pada kelompok fraksi nomor 42, 43, dan 44. Selanjutnya fraksi ini diuji dengan kromatografi lapis tipis dengan eluen kloroform : metanol (2:8). Hasilnya dapat di lihat pada gambar 6 berikut ini : Gambar 6. Profil Kromatografi Lapis Tipis fraksi hasil kromatografi kolom [fasa diam: silika gel GF 254, ukuran plat 5x1 cm, fasa gerak : kloroform:metanol (2:8)]

Berdasarkan Gambar 6 diatas, dapat dilihat bahwa fraksi 42, 43, dan 44 ini memiliki harga Rf yang berbeda yaitu fraksi 42 = 0,66 dan fraksi 43-44 = 0,82. Terhadap fraksi 42 dilakukan uji kemurnian dengan menggunakan KLT. 4.4 Uji Kemurnian Fraksi 42 diuji kemurnian KLT satu dimensi dengan adsorben silica gel GF 254 menggunakan eluen yang cocok yaitu kloroform : metanol (2:8) dan aseton : metanol (7:3) Hasil analisis kromatografi lapis tipis dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini : A B Gambar 7. Profil Kromatografi Lapis Tipis Fraksi 42 [fasa diam: silika gel GF 254, ukuran plat 5x1 cm, fasa gerak : kloroform:metanol (2:8), aseton:metanol (7:3)] Keterangan : A = Eluen kloroform : metanol (2:8) B = Eluen Aseton : metanol (7:3) Berdasarkan hasil KLT, menunjukan fraksi 42 memiliki nilai kemurnian yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari pola noda yang memberikan satu noda pada berbagai fasa gerak. Nilai Rf fraksi 42 pada kromatografi lapis tipis ditunjukan pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Nilai Bercak Fraksi 42 Pada Dua Variasi Eluen No Fasa gerak (eluen) Nilai Rf 1 2 Kloroform : Metanol (2:8) Aseton : Metanol (7:3) 0,64 0,62 Selanjutnya analisis kemurnian isolat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis dua dimensi dengan adsorben silica gel GF 254 dengan menggunakan eluen kloroform : metanol (2:8) dan Aseton : metanol (7:3) menghasilkan bercak noda tunggal. Dari hasil uji ini mengindikasikan bahwa isolat yang diperoleh merupakan isolat murni. Hasil uji kemurnian terhadap isolat yang dilakukan dengan teknik kromatografi lapis tipis dua dimensi disajikan pada Gambar 8 berikut ini : 2 1 Gambar 8. Profil Kromatografi Lapis Tipis Dua Dimensi [fasa diam: silika gel GF 254, ukuran plat 5x1 cm, fasa gerak : kloroform:metanol (2:8), aseton:metanol (7:3)] Keterangan : 1. Eluen kloroform : metanol (2:8) 2. Eluen Aseton : metanol (7:3) Nilai Rf isolat pada kromatografi lapis tipis dua dimensi ditunjukkan pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Nilai Rf Isolat dengan Eluen Berbeda Hasil KLT Dua Dimensi No Fasa Gerak (eluen) Harga Rf 1 2 Eluen kloroform : metanol (2:8) Eluen aseton : metanol (7:3) 0,62 0,62 Pola noda pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil pemisahan telah murni terhadap isolat. 4.5 Uji Fitokimia Uji fitokimia yang dilakukan adalah uji flavonoid pada isolat fraksi 42 dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini : Tabel 5. Hasil uji flavonoid pada fraksi 42 Warna Larutan Isolat Dalam Metanol Pereaksi Perubahan Warna Hasil Uji Flavonoid Orange NaOH H 2 SO 4 pekat Mg-HCl Merah Kuning Kuning Muda (+) (+) (+) Berdasarkan Tabel 5 di atas, isolat fraksi 42 positif terhadap flavonoid karena terjadi perubahan warna pada masing-masing tabung reaksi. Pada tabung pertama isolat fraksi 42 dijadikan tabung kontrol dengan warna dasar orange, kemudian pada tabung kedua isolat fraksi 42 ditambahkan NaOH berubah menjadi warna merah, pada tabung ketiga ditambahkan H 2 SO 4 berubah menjadi warna kuning, dan tabung keempat ditambahkan Mg-HCl warnanya berubah menjadi kuning muda. Selanjutnya isolat yang didapatkan dikarakterisasi dengan spektrofotometri UV-Vis dan IR.

4.6 Karakterisasi Isolat Fraksi 42 dengan Spektrofotometri UV-Vis dan IR 4.6.1. Spektrofotometer UV-Vis Hasil data spektrum UV-Vis isolat 42 dapat dilihat pada hasil spektrofotometer UV-Vis ditunjukkan pada Gambar 9 berikut ini: Gambar 9. Spektrum UV-Vis isolat murni fraksi 42 dengan panjang gelombang pada serapan pita I = 340,5 nm absorbansinya 0,016 dan pita II = 205,5 nm absorbansinya 0,320 Spektrum UV-Vis isolat dalam pelarut metanol memberikan dua puncak serapan pada panjang gelombang 340,5 nm dan 205,5 nm. Serapan pada panjang gelombang 205,5 nm diduga karena adanya transisi n σ* oleh gugus fungsional OH (disebabkan oleh kromofor tidak terkonyugasi). Menurut Creswell (1982) Senyawa yang mempunyai transisi n σ* mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang sekitar 200 nm yang mengandung gugus -OH. Hal ini juga didukung oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 3419.56 cm -1 menunjukan adanya serapan uluran -OH. Serapan pada panjang gelombang 340,5 nm diduga adanya ikatan π π*. Menurut Sastrohamidjojo (1991) adanya ikatan π π* muncul

pada panjang gelombang antara 300-500 nm seperti ikatan C=C. Gugus-gugus seperti ini spesifik dimiliki senyawa metabolit sekunder. 4.6.2. Spektrofotometer IR Spektrum inframerah isolat dapat dilihat pada Gambar 10 dan tabulasi data bilangan gelombang, intensitas, dan gugus fungsi terkait disusun pada tabel 6. Gambar 10. Spektrum Inframerah dari Isolat Murni Spektrofotometer inframerah digunakan untuk mengkarakterisasi gugus fungsi pada suatu senyawa. Hasil spektrum inframerah menunjukan adanya serapan melebar pada daerah bilangan gelombang 3419.56 cm -1 yang diduga adalah serapan uluran O-H terikat. Hal ini didukung pustaka Creswell (1982).

Absorpsi OH terikat hidrogen muncul pada daerah 3450-3200 cm -1 sebagai pita yang agak melebar dan kuat. Serapan C-H (regang) yang tajam muncul pada daerah bilangan gelombang 2943,17 cm -1, hal ini diperkuat dengan adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1454,23, 1398,3, 1338,51 cm -1 yang mengindikasikan adanya lentur C-H. Serapan pada bilangan gelombang 1731.96 cm -1 menunjukan adanya regang C=O. Serapan C=C (regang) yang tajam muncul pada daerah bilangan gelombang 1643.24, 1542.95, 1515.94 cm -1. Dugaan ini diperkuat dengan adanya serapan lentur C=C yang muncul pada daerah bilangan gelombang 879.48, 781.12, 663.47 cm -1. Adanya pita tajam dengan intensitas sedang pada bilangan gelombang 1217,00, 1137,92, 1078,13, 1002,92 cm -1 merupakan regang C-O. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tabulasi Data Spektrum Inframerah (Bilangan Gelombang, Bentuk Pita, Intensitas, dan Gugus Fungsi) No Bilangan gelombang Bentuk Intensitas Kemungkin Isolat Pustaka (*Creswell, 1982, **Silverstein, 1986) pita gugus fungsi 1 3419,56 3750-3000* Melebar Kuat Regang O-H 2 2943,17 3300-2900* Tajam Sedang Regang C-H 3 1731,96 1650-1900* Tajam Sedang Regang C=O 4 1643,24 1542,95 1515,94 5 1454,23 1398,3 1338,51 6 1217,00 1137,92 1078,13 1002,92 7 879,48 781,12 663,47 1675-1500* Tajam Melebar Tajam 1475-1300* Tajam Melebar Tajam 1260-1000** Tajam Tajam Melebar Tajam 650-1000* Melebar Tajam Melebar Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Regang C=C Lentur C-H Regang C-O Lentur C=C Dari interpretasi data di atas dapat disimpulkan bahwa isolat mempunyai karakteristik gugus fungsi O-H terikat, C=O, C=C, C-H, C-O. Gugus-gugus fungsi tersebut spesifik dimiliki oleh senyawa metabolit sekunder.