I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. (income multiplier) dan pengganda tenaga kerja (employment multiplier).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Pembangunan memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan orientasi kepada pengurangan tingkat pengangguran dengan penciptaan lapangan kerja baru yang sebanyak-banyaknya. Tantangan ke depan terhadap pembangunan ekonomi Indonesia juga tidaklah mudah dimana dinamika ekonomi domestik dan global selalu mengharuskan Indonesia siap menghadapi setiap perubahan yang akan muncul. Untuk itu perencanan pembangunan yang efektif dan efisien perlu dipersiapkan dalam menghadapi tantangan yang sudah ada maupun akan muncul. Sasaran utama program pembangunan jangka panjang Indonesia adalah untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri. Karena bidang pertanian khususnya masih menjadi salah satu sektor basis atau sektor unggulan untuk kebanyakan wilayah di Indonesia. Menurut Saragih (2001) dalam upaya penguatan ekonomi rakyat, industrialisasi pertanian merupakan syarat keharusan (necessary condition). Selain itu, pengembangan potensi unggulan daerah dapat

2 dilakukan melalui pengembangan sektor industri karena adanya tiga alasan utama (Tambunan, 2006). Pertama, industri adalah satu-satunya sektor ekonomi yang bisa menghasilkan nilai tambah paling besar sehingga menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB). Kedua, industri bisa sebagai penarik (lewat keterkaitan produksi ke belakang) dan pendorong (lewat keterkaitan produksi ke depan) terhadap perkembangan dan pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lainnya. Ketiga, industri merupakan sektor terpenting bagi pengembangan teknologi, dan penciptaan inovasi baru yang selanjutnya mampu memberikan multiplier effect. Dalam program percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang tertuang dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, pertanian menjadi salah satu program utama. Untuk sektor pertanian dengan subsektornya perkebunan, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi utamanya adalah kelapa sawit. Peranan sektor perkebunan memang begitu besar bagi peningkatan pemanfaatan petani dan penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri serta sebagai sumber devisa negara (Arifin, 2001). Berdasarkan data potensi sumber daya alam Indonesia dalam MP3EI, sampai tahun 2010, produsen dan eksportir terbesar untuk minyak kelapa sawit adalah Indonesia dengan nilai lebih dari 19 juta ton per tahun. Sentra produksi kelapa sawit berdasarkan pengembangan kegiatan ekonomi utama berada di daerah Sumatera. Ini menjadikan Sumatera sebagai bagian dari koridor ekonomi. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Menurut (Soetrisno, 2008) peranan komoditas kelapa sawit cukup besar dalam

3 perekonomian Indonesia, karena yang pertama, minyak sawit merupakan bahan utama minyak goreng, sehingga pasokan yang berkelanjutan akan menjaga kestabilan harga minyak goreng. Hal ini sangat penting karena minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditas andalan ekspor non migas. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (dalam Utami, 2010). Pengembangan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit memiliki tiga konsep, yaitu pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), pola Unit Pelayanan dan Pengembangan (UPP), dan terakhir adalah pola swadaya. Konsep pembangunan perkebunan PIR atau Pola Inti Rakyat merupakan konsep yang secara umum telah dilaksanakan selama ini dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal (2004). PIR mulai dirancang pada tahun 1974/1975 dan diperkenalkan dalam bentuk proyek NES/PIR-BUN di daerah perkebunan pada tahun 1977/1978. Dalam konsep PIR, perusahaan perkebunan, baik pemerintah maupun swasta berperan sebagai inti, sedangkan perkebunan rakyat sebagai plasma atau peserta. Tujuan PIR adalah untuk mengangkat harkat hidup petani dan keluarganya dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan usaha taninya (Fauzi dkk, 2002). Pemerintah daerah Provinsi Lampung mengembangkan sub sektor perkebunan sebagai salah satu alternatif pembangunan ekonomi pedesaan dengan komoditi utama yang dikembangkan adalah kelapa sawit. Menurut Budhijana alasan

4 Pemerintah Daerah Lampung mengutamakan kelapa sawit, antara lain : Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan daerah Lampung memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit. Kedua, kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Ketiga, daerah Lampung merupakan pintu masuk daerah pengembangan dan kawasan MP3EI koridor 8, yang telah menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani. Berikut adalah data dari BPS Provinsi Lampung tentang potensi kelapa sawit di Lampung. Tabel 1 Potensi Kelapa Sawit di Lampung Tahun Produksi (Ton) Rasio Pertumbuhan (%) 2008 204.379 2009 364.862 78,52 2010 162.857-55,36 2011 162.863 0 2012 173.376 6,46 Sumber Data : Lampung Dalam Angka 2013 BPS Provinsi Lampung Berdasarkan tabel potensi kelapa sawit di Provinsi Lampung diatas, produksi kelapa sawit di Provinsi Lampung dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 produksi kelapa sawit di Provinsi Lampung meningkat cukup besar tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan lebih dari setengah produksi. Rasio pertumbuhan produksi kelapa sawit di Provinsi Lampung juga menunjukkan trend yang kurang bagus, karena meski meningkat sebesar 78,52 persen pada tahun 2009 tapi menurun drastis sampai minus 55,36 persen, tetapi mulai berangsur naik pada tahun-tahun berikutnya.

5 Tabel 2 Wilayah Potensi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit di Provinsi Lampung No Nama Daerah Luas Lahan (Ha) 1 Kabupaten Lampung Barat 2.007 2 Kabupaten Lampung Selatan 4.169 3 Kabupaten Lampung Tengah 11.714 4 Kabupaten Lampung Timur 2.805 5 Kabupaten Lampung Utara 8.571 6 Kabupaten Mesuji 22.231 7 Kabupaten Pesawaran 511 8 Kabupaten Pringsewu 1.005 9 Kabupaten Tanggamus 174 10 Kabupaten Tulangbawang 10.018 11 Kabupaten Tulang Bawang Barat 5.612 12 Kabupaten Waykanan 14.872 13 Kota Bandar Lampung 30 14 Kota Metro 3 Sumber Data : Lampung Dalam Angka 2013 BPS Provinsi Lampung Berdasarkan data wilayah potensi pengembangan kelapa sawit di Provinsi Lampung daerah paling potensial jika dilihat dari besarnya lahan yang telah digunakan adalah Kabupaten Mesuji dengan 22.231 Ha. Terendah adalah Kota Metro yaitu sebesar 3 Ha. Kabupaten Mesuji merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Provinsi Lampung. Kabupaten Mesuji mengalami pemekaran pada tahun 2009 dari Kabupaten Tulang Bawang. Berdasarkan Kecamatan Dalam Angka tahun 2010, Kabupaten Mesuji terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kecamatan Mesuji, Tanjung Raya, Rawajitu Utara, Mesuji Timur, Simpang Pematang, Wayserdang, dan Panca Jaya yang dibagi dalam 75 desa dengan memiliki luas wilayah 218.400 Ha yang tercantum dalam UU pendiriannya. Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji berkembang pada dua tipologi lahan, yaitu lahan kering dan lahan basah (lahan

6 gambut). Pada lahan basah kadar air lebih banyak dan salinitas lebih tinggi daripada lahan kering. Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013) pertanian utama yang ada di Kabupaten Mesuji adalah tanaman perkebunan. Menurut hasil ST2013 usaha pertanian di Mesuji didominasi oleh jenis usaha rumah tangga pertanian. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau usaha pertanian lainnya. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Mesuji hasil ST2013 tercatat sebanyak 40.588 rumah tangga. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum hasil ST2013 tercatat sebanyak 5 perusahaan. Berdasarkan hasil ST2013, Kecamatan Way Serdang tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu sebanyak 9,173 rumah tangga. Peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbesar terjadi di Kecamatan Mesuji Timur sebanyak 698 rumah tangga, dengan pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian sebesar 11,13 persen. Menurut Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji, usaha perkebunan di Kabupaten Mesuji dikelola dalam bentuk perkebunan besar yang dikelola oleh perusahaan swasta dan perkebunan rakyat yang dikelola oleh rumah tangga dalam bentuk perorangan (swadaya). Untuk perkebunan besar mereka juga mengembangkan konsep PIR dengan perkebunan rakyat sebagai plasmanya atau peserta.

7 Tabel 3 Data Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Mesuji Tahun 2014 SWADAYA PLASMA Luas Luas Kecamatan Produksi (Ton) Petani -haan si (Ton) Jumlah Perusa Produk- Areal Areal (Ha) (Ha) Wayserdang PT.BNI 6.888 297.000 9.003 L 3.864,80 92.755,2 Simpang 133.791, 3.805 8.500 1.465 PT.SIP 5.205,88 Pematang 116 Panca Jaya 1.546,2 PT.BS 39.821,0 3.448 2.018 2.212,28 5 MI 4 Tanjung Raya 3.631 3.679 2.873 Mesuji 537 456 227 Mesuji Timur 4.081 339.04 3.125 Rawajitu Utara 1.175 7.800 1.196 Jumlah 21.663, 321.222, 132.576, 19.907 11.282.96 25 16 24 Sumber Data : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji Menurut data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji di atas, luas areal, jumlah produksi dan jumlah petani tertinggi berada di Kecamatan Wayserdang untuk perkebunan swadaya. Dan terendah adalah Kecamatan Mesuji. Sedangkan untuk perkebunan plasma luas areal dan jumlah produksi terbesar adalah PT. SIP. Selain itu menurut data tersebut luas areal lahan dan produktivitas perkebunan swadaya lebih besar daripada perkebunan plasma, ini menunjukkan bahwa sebagian besar perkebunan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Mesuji adalah perkebunan swadaya atau perkebunan rakyat yang dikelola oleh rumah tangga dalam bentuk perorangan. Aktivitas perkebunan kelapa sawit dan produk turunannya mampu memberikan nilai tambah yang tinggi di sektor perekonomian, karena kelapa sawit memberi-

8 kan pendapatan yang lebih tinggi kepada petani jika dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya (Syahza, 2011). Tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman yang cukup tangguh, karena tidak memerlukan perawatan yang intensif dan tahan terhadap hama dan penyakit (Hutabarat 2011). Selain itu permintaan dari tahun ke tahun untuk produk kelapa sawit terus mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri tetapi juga luar negeri. Karena alasan tersebut maka kelapa sawit menjadi primadona dan dijadikan salah satu tumpuan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dampak berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji ditunjukkan dengan tumbuhnya industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) yaitu dengan munculnya perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Ada 5 perusahaan besar swasta di Kabupaten Mesuji menurut data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mesuji tahun 2010, yaitu PT. Sumber Indah Perkasa, PT. Barat Selatan Makmur Investindo, PT. Bangun Tata Lampung Abadi, PT. Tunas Baru Lampung, dan PT. Lampung Inter Pertiwi, kelima perusahaan ini mampu menyerap sekitar 2.305 orang pekerja, baik itu sebagai karyawan tetap, harian tetap, maupun harian lepas. Berdasarkan hasil penelitian Syahza (2005) berkembangnya perkebunan kelapa sawit juga akan merangsang tumbuhnya industri pengolahan yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya, pembangunan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda terhadap ekonomi wilayah, terutama dalam penciptaan kesempatan dan peluang kerja. Semakin besar perkembangan perkebunan kelapa sawit maka akan semakin terasa dampaknya terhadap tenaga

9 kerja yang bekerja pada sektor perkebunan dan turunannya. Pendapatan petani akan meningkat dan akan meningkatkan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan tumbuhnya kesempatan berusaha, seperti : kios makanan, minuman, industri rumah tangga, jasa transportasi, jasa perbankan. Potensi dalam pengembangan sektor perkebunan kelapa sawit merupakan kebijakan yang strategis dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Dengan efek pengganda pendapatannya perkebunan kelapa sawit dapat menentukan peningkatan pendapatan suatu daerah. Hal bisa dilihat dari adanya pembangunan industri hulu-hilir kelapa sawit dan tumbuhnya sektor ekonomi, sosial yang akan memunculkan kesempatan usaha baru. Pendapatan dan konsumsi petani juga akan meningkat, sehingga akan terjadi peningkatan juga pada kesejahteraan mereka. Sehingga pada akhirnya dorongan sektor ini pada tumbuh dan berkembangnya sektor lain akan membuat perekonomian wilayah meningkat. Berdasarkan peranan kelapa sawit terhadap perekonomian daerah sekitar maka penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi seberapa besar dampak dari perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji terhadap perekonomian masyarakat sekitar. B. Rumusan Masalah Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis di daerah Mesuji karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian masyarakat. Dengan luas penggunaan lahan sebesar 17.164,75 ha pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 22.231 ha menurut data BPS 2013 menunjukkan

10 bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji terus berkembang, hal ini disebabkan karena meningkatnya animo masyarakat untuk berkebun kelapa sawit. Pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pedesaan, dengan sasaran utama yaitu meningkatan pendapatan masyarakat pedesaan dengan peningkatkan produksi perkebunan. Hal ini dilakukan dengan pemberian penyuluhan teknologi baru pertanian dan menjadikannya sebagai program pemerataan baik bagi masyarakat maupun sebagai program pemerataan pembangunan yang diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan yang ada. Selain itu dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit akan merangsang perkembangan industri lain yang menggunakan kelapa sawit sebagai bahan baku. Semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit maka tenaga kerja yang berkerja pada sektor perkebunan dan turunannya akan meningkat. Berdasarkan peranan perkebunan kelapa sawit terhadap perekonomian masyarakat khususnya masyarakat pedesaan maka muncul pertanyaan yaitu sebagai berikut : 1. Apakah perkebunan kelapa sawit menimbulkan multiplier effect bagi perekonomian wilayah sekitar? 2. Bagaimana dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji? 3. Apa saja hambatan yang dihadapi petani dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji?

11 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui besarnya multiplier effect yang ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit. 2. Untuk mengetahui dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji. 3. Untuk menjelaskan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui besarnya multiplier effect yang ditimbulkan dari adanya perkebunan kelapa sawit. 2. Mengetahui dampak secara sosial dan ekonomi dari adanya perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji. 3. Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Mesuji. E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini menjelaskan mengenai peranan perkebunan kelapa sawit terhadap perekonomian masyarakat sekitar dan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini kerangka pemikiran dibentuk dari konsep tentang pengembangan ekonomi lokal dimana peran pemerintah, swasta, lembaga masyarakat, dan

12 masyarakat sangat penting untuk mendorong, merangsang, memelihara, aktivitas usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan wilayah. Peranan pemerintah sebagai koordinator, fasilitator, dan stimulator, diperlukan dalam hal pembangunan infrastruktur yang digunakan dalam kegiatan bisnis dan industri, serta peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Selain pemerintah daerah, peranan swasta dan kelompok atau lembaga masyarakat juga diperlukan dalam kegiatan manajemen wilayah dan pencarian solusi atas permasalahan tertentu. Dalam hal ini peranan penting pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit adalah perumusan kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong perkembangan perkebunan kelapa sawit dan perbaikan serta pembangunan sarana dan prasarana pendukung. Peran lembaga swasta disini diperlukan sebagai investor dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit, sedangkan peran lembaga atau kelompok masyarakat diperlukan untuk pemberian penyuluhan dan pengembangan sarana dan prasana dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Dengan keseimbangan antara peran seluruh lapisan maka pengembangan potensi perkebunan kelapa sawit pada akhirnya akan mendorong perkembangan industri hulu dan hilir serta muculnya kegiatan usaha baru. Hal ini akan membawa dampak secara ekonomi dan sosial dalam peningkatan taraf kehidupan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan konsumsi masyarakat. Adapun alur pemikiran penelitian ini bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

13 Partisipasi Masyarakat Peran Pemerintah Daerah Peran Lembaga Masyarakat Pengembangan Potensi Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit Multiplier Effect Peran Sektor Swasta Gambar 1 Kerangka Pemikiran F. Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian dibagi menjadi lima bab yang akan diuraikan sesuai dengan kaidah penulisan dan disusun dengan sistematika tulisan sebagai berikut : BAB 1 Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 Tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang melandasi dan mendukung penelitian ini yang diperoleh dari literatur dan sumber lainnya, dan kerangka pemikiran. BAB 3 Metodologi penelitian yang menguraikan bagaimana penelitian ini dilakukan yang terdiri dari jenis penelitian, deskripsi dan pemilihan data, sumber dan tehnik pemilihan data, definisi variabel yang diteliti,

14 model analisis data, pengujian model penelitian dari metode yang digunakan. BAB 4 Pembahasan, analisis hasil dari metode analisis data yang telah digunakan. BAB 5 Kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN