BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

ma>l mitsli> untuk kemudian dibayar atau

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PREKTEK ARISAN DI KOPERASI MITRA BAHAGIA DINOYO DEKET LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STRATEGI PROMOSI SISTEM PERSUADE PADA PEMBELIAN SEPEDA MOTOR SECARA KREDIT DI UD. YAMAHA RAYA MOJOKERTO

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

BAB IV ANALISIS SADD ADH-DHARI< AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KONDOM SECARA BEBAS DI ALFAMART CABANG BOLODEWO

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TAKE OVER PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS TAKE OVER KPR DARI BMI KE BRI SYARIAH

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sejak itu hingga sekarang perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB 5. Prinsip Dasar Bank Syariah. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB III PRAKTEK ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Arisan Bahan Pokok Untuk Resepsi Di Desa Bunut Seberang Kecamatan Way Ratay Kabupaten Pesawaran

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibadah dan muamalah. Hukum beribadah maupun muamalah berlaku bagi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Allah SWT

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

PENGGABUNGAN AKAD AL-ISTISHNA DENGAN AL-WAKALAH BERPOTENSI MENIMBULKAN RIBA TERSELUBUNG. Oleh Drs. Herman Supriyadi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada sekarang ini. Selain itu sebagai mahluk sosial manusia yang tidak

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Praktek Arisan Tembak Pada umumnya arisan yang diketahui oleh masyarakat adalah kegiatan dimana setiap anggota mengumpulkan dana sesuai dengan kesepakatan berdasarkan waktu yang ditentukan, lalu diadakan pengundian untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan arisan tersebut tiap bulannya. Hal ini dilakukan bergilir secara terus menerus hingga seluruh anggota telah mendapatkan begiannya masing-masing. Hasil yang didapatkan oleh anggota arisan biasanya berupa uang atau benda, hal ini ditentukan sesuai kesepakatan anggota yang mengikuti arisan. Sifat utama dalam melaksanakan kegiatan arisan adalah adil dan jujur sebagaimana prinsip hukum Islam. Transaksi arisan dalam Islam belum ditentukan atau dibahas secara terperinci oleh para ulama, serta al-quran, dan Hadits. Namun, apabila transaksi arisan diterapkan ke dalam hukum Islam maka terdapat banyak akad yang dapat digunakan salah satunya yaitu akad qarḍ sebagaimana yang telah dipilih oleh penulis. 56

57 Dalam segala bentuk transaksi muamalah tidak terlepas dari beberapa syarat dan rukunnya, sehingga transaksi tersebut menjadi sah sesuai dengan yang ditentukan dalam akad-akad yang ada. Salah satunya yaitu syarat dan rukun Qarḍ untuk diterapkan sebagai peraturan dalam praktik arisan. Pada bab sebelumnya telah di uraikan bahwa arisan tembak adalah pengumpulan uang yang bernilai sama oleh beberapa orang, dimana pada saat pengundian dilakukan sistem tembak yaitu pembayaran yang dilakukan oleh anggota guna mendapatkan dana arisan, dimana anggota yang menembak atau membayar dengan nominal yang paling tinggi yang akan mendapatkan arisan. Arisan tembak beranggotakan sepuluh orang dengan penarikan sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) perbulan setiap anggota dan diundi dalam kurun waktu satu bulan sekali. Jadi, dana arisan yang terkumpul adalah sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Pada bulan pertama, ketua arisan akan mendapatkan uang arisan sebesar Rp. 10.000.000,- tanpa di undi, berarti masih tersisa sembilan anggota yang belum mendapatkan giliran. Pada bulan kedua peserta arisan akan menggunakan sistem tembak dengan membayar sejumlah uang kepada ketua arisan dengan jumlah uang yang tidak diketahui oleh anggota lain. Misalkan anggota satu membayar sebesar Rp. 50.000,-, anggota dua membayar sebesar Rp. 100.000,-, kemudian anggota lain membayar sebesar Rp.150.000,- maka yang akan mendapat giliran kedua adalah peserta dengan membayar uang terbanyak dan kemudian dia harus membayar sejumlah uang dengan nominal yang sama yaitu sebesar Rp.

58 150.000,- kepada delapan orang peserta yang belum mendapatkan giliran dan uang yang dibayar oleh anggota arisan dikembalikan kepada anggota masingmasing sesuai dengan nominal yang diberikan pada saat pengundian. Jadi, uang yang seharusnya diterima oleh anggota arisan sebesar Rp. 10.000.000,- menjadi berkurang karena anggota tersebut harus membayar anggota lain yang tidak mendapatkan giliran dengan nominal yang sama pada saat ia menembak atau membayar pada saat pengundian arisan. Sebagaimana yang telah diuraikan pada pada pembahasan sebelumnya bahwa syarat dan rukun qard yaitu : a. Aqidani, muqrid dan muqtarid atau para pihak yang terlibat langsung dengan akad. b. Mauqud alaih, yaitu uang atau barang c. Sighat, yaitu ijab dan Kabul Dalam hal ini, praktek arisan tembak di Desa Senayang sudah memenuhi syarat dan rukun qarḍ yaitu adanya pihak yang terlibat langsung dengan akad, uang atau barang yang diakadkan, ada ijab dan qabul berupa kehendak para pihak yang mengikuti arisan. akan tetapi dalam arisan tembak ini terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip muamalah karena adanya sistem tembak yaitu pembayaran yang dilakukan oleh anggota guna mendapatkan dana arisan sehingga dana yang didapatkan setiap anggota menjadi berkurang dan tidak sama rata. Semakin besar nominal yang di bayar oleh anggota arisan tembak untuk mendapatkan dana arisan maka semakin

59 banyak pula dana yang berkurang. Sedangkan landasan utama dalam melakukan transaksi arisan adalah adil dan jujur, hal ini telah melenceng dari hukum Islam sebagaimana arisan pada umumnya. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Arisan Tembak. Transaksi arisan jika diterapkan ke dalam hukum Islam maka terdapat banyak akad yang dapat digunakan salah satunya yaitu akad qarḍ. Menurut Muhammad Syafi i Antonio, dalam bukunya yang berjudul Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, sebagaimana yang telah di uraikan pada bab II, Qarḍ adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Pada pembahasan bab II telah di uraikan bahwa Qard atau hutang piutang diperbolehkan dalam hukum Islam sesuai dengan surat al Baqarah ayat 282. Jika dikaitkan dengan rukun Qard, maka anggota arisan atau penerima arisan merupakan Muqrid (orang yang berhutang) sedangkan orang yang membayar arisan merupakan Muqtarid (orang yang memberikan hutang). Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, pada pembahasan bab III telah di uraikan bahwa kegiatan Arisan tembak ini dibentuk dengan sepuluh orang anggota termasuk satu ketua anggota arisan dengan penarikan atau pembayaran sebesar Rp. 1.000.000,- setiap bulannya. Jika dijumlah dengan

60 banyaknya anggota arisan tersebut maka seharusnya dana yang akan diperoleh anggota setiap bulannya adalah sebesar Rp. 10.000.000,-. Namun dalam arisan ini, dana yang diterima oleh peserta berbeda-beda bahkan tidak mencapai Rp.10.000.000,- karena adanya sistem tembak yang berupa pembayaran pada saat pengundian dilakukan. Contoh praktek arisan tembak di Desa Senayang: Jika arisan ini dilakukan pengundian setiap bulan dengan beranggotakan sepuluh orang, maka jangka waktu yang ditempuh hingga kegiatan arisan tembak ini berakhir yaitu sepuluh bulan. Pada bulan pertama, ketua arisan akan mendapatkan dana arisan sebesar Rp. 10.000.000,- tanpa diundi karena ia bertugas sebagai penanggung jawab arisan. Pada bulan kedua, Sembilan anggota arisan yang tersisa akan menggunakan sistem tembak yaitu dengan cara membayar sejumlah uang kepada ketua arisan, pada proses pelaksanaanya ketua arisan akan mengumpulkan seluruh anggota arisan, kemudian anggota arisan diberikan potongan kertas untuk ditulis besarnya nominal yang akan dibayar pada saat pengundian, setelah kertas diisi, anggota arisan menyerahkan kembali kertas beserta uang yang akan dibayar kepada ketua arisan. Misalkan pada saat pengundian, anggota satu menulis nominal sebesar Rp. 50.000,-, anggota

61 kedua menulis sebesar Rp. 100.000,-, anggota ketiga menulis sebesar Rp. 150000,- maka yang akan mendapatkan giliran arisan pada putaran kedua adalah anggota dengan pembayaran uang terbanyak. Kemudian anggota tersebut harus membayar sejumlah uang dengan nominal yang sama pada saat pengundian yaitu sebesar Rp.150.000,- perorang kepada delapan orang anggota yang belum mendapatkan giliran dan uang yang dibayar oleh anggota arisan dikembalikan kepada anggota masing-masing sesuai dengan nominal yang sama pada saat pengundian. Jadi dana yang seharusnya di terima anggota arisan sebesar Rp. 10.000.000,- menjadi berkurang karena anggota tersebut harus membayar anggota lain yang belum mendapatkan giliran dengan nominal yang sama pada saat ia membayar ketika pengundian dilaksanakan. Misalkan pada pengundian kedua peserta dengan pembayaran terbanyak yaitu sebesar Rp. 150.000 8 = Rp. 1.200.000 maka dana arisan yang terkumpul Rp. 10.000.000 Rp. 1.200.000 = Rp. 8.800.000,-. Hal ini berlaku pada saat putaran ketiga hingga seterusnya, namun untuk peserta terakhir tidak dilakukan sistem penembakan karena seluruh peserta sudah mendapatkan giliran arisan. Dalam hal ini, arisan tembak di Desa Senayang terdapat unsur ketidak adilan karena dana yang diterima setiap anggota arisan tidak sama rata, hal ini dikarenakan adanya sistem penembakan atau pembayaran yang dilakukan pada saat pengundian, jumlah dana yang diterima anggota arisan

62 setiap bulannya tergantung dengan seberapa besar jumlah yang dibayar pada saat pengundian, semakin besar jumlah yang di bayar maka semakin kecil jumlah dana arisan yang diterima oleh anggota arisan. Adanya ketidak adilan dalam praktek arisan tembak ini yaitu pada anggota yang mendapatkan dana arisan di awal, di tengah dan di akhir pengundian, karena pada anggota pertama akan mendapatkan dana arisan utuh tanpa di undi serta tidak perlu membayar atau menembak karena biasanya dalam arisan ini peserta pertama merupakan ketua arisan. Pada anggota yang mendapatkan dana arisan di tengah pengundian dilakukan dengan sistem penembakan, dimana peserta yang menembak atau membayar dengan nominal yang paling tinggi yang akan mendapatkan giliran arisan serta ia harus membayar anggota arisan yang belum mendapatkan arisan dengan nominal yang sama pada saat pengundian. Sedangkan anggota yang mendapatkan dana arisan di akhir pengundian akan mendapat dana arisan utuh, karena anggota arisan lain sudah mendapatkan dana arisan, sehingga anggota tersebut tidak perlu membayar atau menembak pada saat pengundian.

63 Selain terdapat unsur ketidak adilan, arisan tembak di Desa Senayang terdapat unsur gharar dan spekulasi yaitu pada aspek sebagai berikut : 1. ketidak jelasan dana arisan yang didapat setiap bulannya, dimana para nggota arisan tidak mengetahui dengan jelas seberapa besar dana yang akan diterima pada saat pengundian 2. ketidak jelasan berapa jumlah anggota yang akan menembak pada saat pengundian dilangsungkan. 3. Ketidak jelasan dana yang harus ditembak atau dibayar pada saat pengundian, selain gharar, hal ini juga termasuk maisir karena menimbulkan persaingan antara anggota untuk mendapatkan dana arisan lebih dulu. Sebagaimana yang telah di uraikan pada bab II, gharar merupakan perbuatan yang dilarang karena merupakan transaksi yang masih belum jelas objeknya atau suatu transaksi muamalah yang mengandung spekulasi. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang dilarangnya gharar yaitu surat al Baqarah Ayat 188. Sedangkan maisir sebagaimana yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya merupakan perbuatan judi atau perbuatan mencari laba yang dilakukan dengan jalan untung-untungan.,

64 pelarangan judi atau maisir telah jelas di dalam al-quran surat al- Maidah ayat 90. Hukum Islam juga melarang segala aktivitas bisnis yang mengandung unsur judi atau maisir. Selain hal-hal di atas, arisan tembak ini juga mengandung unsur riba. Praktek arisan tembak ini dikatan riba terletak pada anggota yang mendapatkan giliran arisan terakhir karena anggota tersebut selain mendapatkan dana arisan utuh, ia juga mendapatkan dana tambahan pada saat pengundian tiap bulannya. Perbuatan riba diharamkan berdasarkan firman Allah Swt dalam surat Ali-Imran ayat 130 sebagaimana yang telah dibahas pada bab II karena riba merupakan perbuatan meminta tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Pada dasarnya, kegiatan arisan tembak ini sudah sesuai dengan syarat dan rukun qard sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, yaitu adanya pihak yang terlibat langsung dengan akad, uang atau barang yang diakadkan, ada ijab dan qabul berupa kehendak para pihak yang mengikuti arisan. Akan tetapi sistem tembak yang dilakukan pada saat pengundian bertentangan dengan prinsip muamalah, yaitu mengandung unsur ketidak adilan, gharar, maisir, riba dan spekulasi yang menjadikan arisan tembak ini menjadi tidak sah.