ARTI PENTINGNYA PERNIKAHAN. Oleh: Drs. Asbar Tantu, MH 1.



dokumen-dokumen yang mirip
ARTI PENTINGNYA PERNIKAHAN. Oleh: Drs. Asbar Tantu, MH 1.

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

E٤٢ J٣٣ W F : :

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

#Jokam Community Website

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

SATUAN KEGIATAN LAYANAN DASAR UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan


Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).


SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Bukti Cinta Kepada Nabi

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Written by Andi Rahmanto Friday, 28 November :43 - Last Updated Friday, 28 November :55

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Ku anfusakum wa ahlikum naaro... Penggalan al-qur an surat at-

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

LAPORAN AGAMA K-07. Hukum dan HAM dalam Islam. Kelompok 3.a. Anngota kelompok: Kartika Trianita Zihnil Adha Islamy Mazrad

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Tauhid Yang Pertama dan Utama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

Bismillahirrahmanirrahim

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

PENGAJIAN PENCERAH LAZISMU & MAJELIS TABLIGH PDM SURABAYA

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

P U T U S A N. Nomor: 0087/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

Transkripsi:

Asbar Tantu Arti Pentingnya Pernikahan ARTI PENTINGNYA PERNIKAHAN Oleh: Drs. Asbar Tantu, MH 1. Abstract Perkawinan telah menjadi bagian dari sunnatullah pada setiap makhluk yang bernyawa, termasuk manusia di dalamnya. Kebutuhan manusia terhadap perkawinan bukanlah karena semata-mata pemenuhan biologis, tetapi memiliki banyak makna. Oleh karena itu, mengapa perkawinan atau pernikahan itu menjadi sesuatu yang memang dibutuhkan manusia? merujuk pada kajian pustaka dengan analisis deskripsi akan diketahui arti pentingnya pernikahan tersebut. Pernikahan ikatan lahir batin antara dua orang yang berlainan jenis (laki-laki dan perempuan) untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga dengan mengharapkan keturunan berdasarkan ketentuan syari at Islam. Diharapkan dengan memahami arti pentingnya pernikahan, akan memberikan kedamaian hidup berumah tangga bagi setiap suami dan istreri. Keyword: Nikah, Sunnatullah dan Keturunan. I. Pendahuluan A. Pengantar dan Pengertian Nikah Perkawinan merupakan peristiwa yang paling sakral dialami oleh setiap manusia, nikah/perkawinan artinya suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki - laki dan seorang perempuan yang bukan muhrim dan minimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Dalam pengertian yang luas, pernikahan adalah merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syari at Islam. 2 Dalam undang-undang Pernikahan/perkawinan bab 1 pasal 1 mengemukakan yaitu perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Olehnya itu perkawinan dalam ajaran agama Islam merupakan nilai ibadah, sehingga pasal 2 Kompelasi Hukam Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat Kuat (mitsqan ghalidhan) untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakan merupakan ibadah. Perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun dalam bentuk tidak dilihat, orang yang Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201 257

Arti Pentingnya Pernikahan Asbar Tantu berkeinginan untuk melakukan pernikahan, tetapi belum mempunyai persiapan bekal (fisik maupun nonfisil) di anjurkan oleh Nabi Muhammad saw, untuk berpuasa. Karena orang berpuasa akan memiliki kekuatan atau peng halang dari berbuat tercela yang sangat keji. Prinsip-prinsip hukum perkawinan yang bersumber dari Alquran dan Alhadits, yang kemudian dituangkan dalam garis-garis hukum melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 197 tentang perkawinan dan Kompelasi Hukum Islam Tahun 1991 mengandung 7 (tujuh) asas atau kaidah hukum, yang sebagai berikut: 1. Asas membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Suami dan istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material. 2. Asas keabsahan perkawinan didasarkan pada hukum agama dan kepercayaan bagi pihak yang melaksanakan perkawinan, dan harus dicatat oleh petugas yang berwenang.. Asas monogami terbuka. Artinya, jika suami tidak mampu berlaku adil terhadap hak-hak istri bila lebih dari seorang maka cukup seorang istri saja.. Asas calon suami dan calon istri telah matang jiwa raganya dapat melangsungkan perkawinan, agar mewujudkan tujuan perkawinan secara baik dan mendapat keturunan yang baik dan sehat, sehingga tidak berpikir kepada perceraian. 5. Asas mempersulit terjadinya perceraian. 6. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, baik dalam kehidupan ruamah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat. Oleh karena itu, segala sesuatu dalam keluarga dapat dimasyawarahkan dan diputuskan bersama oleh suami istri. 7. Asas pencatatan perkawinan. Pencatatan perkawinan mempermudah mengetahui manusia yang sudah menikah atau melakukan ikatan perkawinan. 5 Asas-asas perkawinan akan diungkapkan beberapa garis hukum yang dituangkan melalui undang-undang Nomor 1 Tahun 197 tentang perkawinan (selanjutnya disebut UUP) dan Kompelasi Hukum Islam Tahun 1991 (selanjutnya disebut KHI). Selain itu, keabsahan perkawinan diatur dalam pasal 2 ayat 1 UUP: 258 Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing masing agamanya dan kepercayaannya itu, ayat 2 mengungkapkan: Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang undangan yang berlaku, dalam garis hukum Kompelasi hukum Islam diungkapkan bahwa pencatatan perkawinan diatur dalam pasal 5dan 6. Oleh karena itu, pencatatan perkawinan merupakan syarat administratif, sehingga diungkapkan kutipan keabsahan dan tujuan perkawinan sebagai berikut: Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Asbar Tantu Arti Pentingnya Pernikahan Dalam Pasal 2 KHI: Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan atau akad yang sangat kuat atau mitsaqan galidtzan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Sedangkan Pasal KHI: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Apabila Undang-undang Nomor 1 Tahun 197 mengunakan istilah yang bersifat umum, maka Kompelasi Hukum Islam mengunakan istilah khusus yang tercantum di dalam Alquran. Misalnya: mitsaqan qalidzan, ibadah, sakinah, mawaddah, dan rahmah. Pasal KHI: Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 197 tentang perkawinan. Awal perkawinan didahului dengan peminangan, peminangan adalah langkah awal menuju perjodohan antara seorang pria dengan seorang calon istri/wanita. Hukum perkawinan Islam menghendaki calon mempelai saling mengenal dan memahami karakteristik pribadi. Calaon suami melakukan pinangan berdasarkan kriteria calon istri yang didasarkan oleh hadits Nabi Muhammad saw, yaitu wanita dikawini karena (empat) hal: (1) hartanya, (2) keturunannya, () kecantikannya dan () agamanya. Menurut hadits Nabi Muhammad saw, dimaksud bila (empat) hal itu tidak dapat ditemukan oleh calon suami terhadap perempuan yang akan menjadi calon istri, maka calon suami harus memilih yang mempunyai kriteria agamanya. Sejalan dimaksud mengenai peminangan, Kompelasi Hukum Islam memberikan definasi mengenai peminangan. Peminangan adalah upaya yang dilakukan oleh pihak laki - laki atau pihak perempuan kearah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita dengan cara-cara yang baik (ma ruf) (pasal 1 bab 1 huruf a KHI) yaitu peminangan dapat langsung dilakukan oleh orang yang ingin mencari pasangan jodoh, tetapi dapat pula dilakukan oleh perantara yang dapat dipercaya, pasal 11 KHI yaitu peminangan dapat juga dilakukan secara terang-terangan dan/atau sindirin. Sebagai contoh Firman Allah swt, dalam surah Al-Baqarah ayat 25 sebagai berikut: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran dan/atau dalam keadaan kamu menyembunyikan keinginan dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam hal itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan perkataan yang baik. Pada umumnya ulama berpendapat bahwa ayat ini dapat dipahami bahwa peminangan tidak wajib dalam pengertian definisi yang telah diungkapkan. Namun, kebiasaan masyarakat dalam praktik menunjukkan bahwa peminangan merupakan pendahuluan yang hampir pasti pelaksanaan perkawinan dilakukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dawwud Al-Dzahiry yang menyatakan bahwa peminangan hukumnya wajib karena peminangan itu merupakan suatu tindakan yang menuju kebaikan. Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201 259

Arti Pentingnya Pernikahan Asbar Tantu B. Dasar Hukum Nikah/Perkawinan Pada dasarnya pernikahan/perkawinan itu diperintah/dianjurkan syara. Firman Allah swt, (surah An-Nisa ayat ) Maka kawinlah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga dan empat, tetapi kalau kamu kuatir tidak dapat berlaku adil (antara perempuan-perempuan itu), hendaklah satu saja. Firman Allah swt, (surah An-Nisa ayat 2) Dan kawinlah orang-orang yang sendirian (janda) di antara kamu dan hamba sahaya laki-laki dan perempuan yang patut. Rasulullah saw, bersabda: Dari Abdullah bin Mas ud ra, ia berkata: Rasulullah saw, bersabda kepada kami: Hai kaum pemuda, apabila diantara kamu kuasa untuk kawin, hendaklah ia kawin, sebab kawin itu lebih kuasa untuk menjaga mata dan kemaluan,dan barang siapa tidak kuasa,hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu jadi penjaga baginya. (Muttafaq alaihi). Dalam hadits lain dikatakan: Dari Anas bin Malik ra, bahwasanya Nabi saw, memuji Allah dan menyanjung-nya beliau berkata: Akan tetapi aku shalat, aku tidur, aku berpuasa, aku makan, dan aku mengawini perempuan, barangsiapa yang tidak suka dengan perbuatanku, maka bukanlah dia dari golonganku. (H.R.Bukhari dan Muslim). C. Hukum Nikah Hukum nikah ada beberapa: 1. Jaiz (boleh), ini asal hukumnya. 2. Sunnat bagi orang yang berkehendak serta cukup nafkah sandang pangan dan lain-lainnya.. Wajib, bagi orang yang cukup sandang pangan dan dikhawatirkan terjerumus ke lembah perzinahan.. Makruh, bagi orang yang tidak mampu memberi nafkah. 5. Haram, bagi orang yang berkehendak menyakiti perempuan yang akan dinikahi. 260 D. Rukun Nikah 1. Pengantin laki-laki. 2. Pengantin perempuan.. Wali. Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Asbar Tantu Arti Pentingnya Pernikahan. Dua orang saksi. 5. Ijab dan qabul. E. Syarat-Syarat Perkawinan Perkawinan merupakan salah satu ibadah dan mimiliki syaratsyarat sebagaimana ibadah lainnya. Syarat dimaksud tersirat dalam Undangundang perkawinan dan KHI yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Syarat-syarat calon mempelai pria adalah a. Beragama Islam b. Laki-laki c. Jelas orangnya d. Dapat memberikan persetujuan e. Tidak terdapat halangan perkawinan 2. Syarat-syarat calon mempelai wanita adalah a. Beragama Islam b. Perempuan c. Jelas orangnya d. Dapat dimintai persetujuan e. Tidak terdapat halangan perkawinan Selain beberapa persyaratan di atas, calon mempelai pun dalam hukum perkawinan Islam di Indonesia menentukan salah satu syarat, yaitu persetujuan calaon mempelai. Hal ini berarti calon mempelai sudah menyetujui yang akan menjadi pasangannya (suami istri), baik dari pihak perempuan maupun pihak laki-laki yang akan mejalani ikatan perkawinan, sehingga mereka nantinya menjadi senang dalam melaksanakan hak dan kewajiban sebagai suami dan istri. Persetujuan calon mempelai merupakan hasil dari peminangan (khitbah) dan dapat Diketahui sesudah petugas pegawai pencatat nikah meminta calon mempelai untuk menandatangani blanko sebagai bukti persetujuannya sebelum dilakukan akad nikah. Selain itu, pasal 16 ayat 2 Kompelasi Hukum Islam mengungkapkan bahwa bentuk persetujuan calon mempelai wanita, dapat berupa pernyataan tegas dan nyata dengan tulisan, lisan atau isyarat, tetapi dapat juga berupa diam dalam arti selama tidak ada penolakan yang tegas. Sebagai bukti adanya persetujuan mempelai, pegawai pencatat nikah menanyakan kepada mereka, seperti yang diungkapkan dalam pasal 17 Kompelasi Hukum Islam. Pasal 17 KHI menyatakan (1) Sebelum berlangsungnya perkawinan, pegawai pencatat nikah menanyakan lebih dahulu persetujuan calon mempelai di hadapan dua orang saksi nikah. (2) Bila ternyata perkawinan tidak disetujui oleh salah seorang calon mempelai maka perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan. () Bagi calon mempelai yang menderita tunawicara atau tunarungu persetujuan dapat dinyatakan dengan tulisan atau isyarat yang dapat dimengerti. Ketentuan dapat dipahami sebagai antitesis terhadap pelaksanaan perkawinan yang sifatnya dipaksakan, yaitu pihak wali memaksakan kehendaknya untuk mengawinkan perempuan yang berada dalam perwaliannya dengan laki-laki yang ia sukai, walaupun laki-laki tersebut tidak disukai oleh Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201 261

Arti Pentingnya Pernikahan Asbar Tantu calon mempelai perempuan. Selain itu, juga diatur mengenai umur calon mempelai. Pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 197 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Ketentuan batas umur seperti diungkapkan dalam pasal 15 ayat 1 Kompelasi Hukum Islam didasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan, bahwa calon suami istri harus telah matang jiwa raganya, agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian dan memdapat keturunan yang baik dan sehat. Oleh karena itu, perkawinan yang dilaksanakan oleh calon mempelai dibawah umur sebaiknya ditolak untuk mengurangi terjadinya perceraian sehingga akibat ketidakmatangan mereka dalam menerima hak dan kewajiban sebagai suami dan istri. Selain itu, perkawinan mempunyai hubungan dengan masalah kependudukan. Sebagai fakta yang ditemukan dalam kasus perceraian di Indonesia pada umumnya didominasi oleh usia muda, Undang - undang perkawinan dan Kompelasi Hukum Islam menentukan batas umur untuk kawin baik bagi pria maupun wanita (Penjelasan umum Undang-undang perkawinan, Nomor hurud d, pasal 15 ayat 1 KHI). Penentuan umur bersifat ijtihad ala Indanesia (fikih ala Indonesia) sebagai wujud dalam pembaharuan pemikiran fikih yang berkembang (sebelum lahirnya Undang-undang perkawinan). Namun demikian, bila dikaji sumber, kaidah, dan asas yang dijadikan tolak ukur penentuan batas umur dimaksud. F. Anjuran Untuk Kawim Islam sangat menyukai perkawinan, banyak sekali ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi yang memberikan anjuran untuk kawin diantaranya: Firman Allah swt, (surah Ar-Rum ayat 21) Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah, dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir. Firman Allah swt, (surah An-Nahl ayat 72) Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri, dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu anak cucu, dan memberimu rezki dari yang bai-baik. Firman Allah swt, (surah Ar-Rad ayat 8) Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka istri-istri dari keturunan. 262 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Asbar Tantu Arti Pentingnya Pernikahan Rasulullah saw, Bersabda: Ada tiga orang yang mendapatkan pertolongan Allah, orang yang berjuang dijalan Allah, hambah sahaya yang berniat akan menebus dirinya dan orang yang kawin untuk melindungi kehormatannya. (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah). Rasulullah saw, Bersabda: Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul yaitu: Berpacar, memakai wangi-wangian, bersiwak dan kawin. (HR. Tirmidzi dan abu Ayub). Rasulullah saw, Bersabda: Kawinlah perempuan yang kamu cintai dan yang subur, karena saya akan bangga dengan jumlahmu kepada Nabi-nabi lain di hari kiyamat. (HR. Ahmad). Firman Allah swt, (surah Adz-Dzariyat ayat 9). Dan dari segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasang supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. Islam menyukai perkawinan dan segala akibat baik yang bertalian dengan perkawinan, baik bagi yang bersangkutan, bagi masyarakat maupun bagi kemanusiaan pada umumnya. Diantara manfaat perkawinan adalah : Bahwa perkawinan itu menentramkan jiwa, menahan emosi, menutup pandangan dari segala yang dilarang Allah dan untuk mendapat kasih sayang suami istri yang dihalalkan Allah. Hikmah lain yaitu untuk menjalin ikatan kekeluargaan, keluarga suami dan keluarga istri, untuk memperkuat iakatan kasih sayang sesama mereka, karena keluarga yang diikat dengan ikatan cinta kasih adalah keluarga yang kokoh. G. Pencatatan Perkawinan Alquran dan Alhadits tidak mengatur secara rinci mengenai pencatatan perkawinan. Namun dirasakan oleh masyarakat mengenai pentingnya hal itu sehingga diatur melalui perundang-undangan, baik Undang-undang Nomor 1 Tahun 197 maupun melalui Kompelasi Hukum Islam. Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat, baik perkawinan yang dilaksanakan berdasarkan hukum Islam maupunperkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat yang tidak berdasarkan hukum Islam. Pencatatan perkawinan merupakan upaya untuk menjaga kesucian (mitsaqan galadzan) aspek hukum yang timbul dari ikatan Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201 26

Arti Pentingnya Pernikahan Asbar Tantu perkawinan. Realisasi pencatatan melahirkan akta nikah yang masing-masing dimiliki oleh istri dan suami salinannya. Akta tersebut, dapat digunakan oleh masingmasing pihak bila ada yang merasa dirugikan dari adanya ikatan perkawinan itu untuk mendapatkan haknya. Undang-undang Nomor 1 Tahun 197 merupakan era baru bagi kepentingan umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Undang-undang dimaksud merupakan kodifikasi dan unfikasi hukum perkawinan yang bersifat nasional yang menempatkan hukum Islam mempunyai eksistensi tersendiri, tanpa diresepsi oleh hukum adat. Amat wajar bila ada pendapat yang mengungkapkan bahwa Undang-undang perkawinan merupakan ajal teori receptie (istilah Hazairin) yang dipolopori oleh Cristian Snouck Hourgronye. Pencatatan perkawinan berarti diatur dalam pasal 2 ayat (2) meskipun telah disosialisasikan selama 26 tahun lebih, sampai saat ini masih dirasakan adanya kendala - kendala. Upaya ini perlu dilakukan oleh umut Islam secara berkesinambungan di negara Republik Indonesia. Berdasarkan hal diatas, sebagai adanya pemahaman fikih imam Syafi i yang sudah membudaya dikalangan umat islam di Indonesia, menurut paham mereka, perkawinan telah diangkap cukup bila syarat dan rukunnya sudah terpenuhi, tanpa diikuti oleh pencatatan, apabila akan nikah. 6 Kondisi seperti ini terjadi dalam masyarakat sehingga masih ditemukan perkawinan dibawah tangan (perkawinan yang dilakukan oleh calon mempelai laki-laki kepada calon mempelai wanita tanpa dicatat oleh pegawia pencatat nikah dan tidak mempunyai akta nikah). Kenyataan dalam masyarakat seperti ini merupakan hambatan Undang-undang perkawinan pasal 5 dan 6 Kompelasi Hukum Islam mengenai pencatatan perkawinan mengungkapkan beberapa garis hukum sebagai berikut: Pasal 5 ayat (1) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat. (2) Pencatatan perkawinan tersebut, pada ayat (1) dilakukan oleh pegawai pencatat nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 195. Pasal 6 ayat (1) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai pencatat nikah. Ayat (2) Perkawinan yang dilakukan diluar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum. Akta Nikah menjadi bukti autentik dari suatu pelaksanaan perkawinan sehingga dapat menjadi jaminan hukum bila terjadi salah seorang suami atau istri melakukan suatu tindakan yang menyimpang. Sebagai contoh, seorang suami tidak memberikan nafkah yang menjadi kewajibannya, sementara kenyataannya ia mampu atau suami melanggar ketentuan taklik talak yang telah dibacanya, maka pihak istri yang dirugikan dapat mengadu dan mengajukan gugatan perkaranya ke pengadilan. Selain itu, akta nikah juga berfungsi untuk membuktikan keabsahan anak dari perkawinan itu, sehingga tanpa akta dimaksud, upaya hukum ke pengadilan tidak dapat dilakukan. Dengan demikian. Pasal 7 ayat (1) Kompelasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawia Pencata Nikah. Apabila suatu kehidupan suami 26 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Asbar Tantu Arti Pentingnya Pernikahan berlangsung tanpa akta nikah karena adanya sesuatu sebab, Kompelasi Hukum Islam membuka kesempatan kepada mereka untuk mengajukan permohonan Isbat nikah (penetapan nikah) kepada Pengadilan Agama sehingga yang bersangkutan mempunyai kekuatan hukum dalam ikatan perkawinannya. Endnotes: 1 Dosen Tetap Fakultas Agama Islam Universitas Alkhairaat Palu dan Alumnus Program PPs UMI Makassar. 2 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet. III (Sinar Grafika; Jakarta. 2009), h. 9. Lihat juga Eman Suparman, Hukum Perkawinan di Indonesia Dalam Perspektif, Islam, Adat, dan BW. Cet. I, (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 7. Wahyono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, Cet. II, (Jakarta: Badan Penerbit FH Universitas Indonesia, 200), h. 81. Ibid., h. 82. 1. 5 Moh. Idris Lamulyo, Hukum Perkawinan Islam (cet. ke-; Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 6 Rusdi Malik, Memahami Undang-Undang Perkawinan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, Halaman 59-60. Al-Qur an dan Terjemahnya. DAFTAR PUSTAKA Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet. III (Sinar Grafika; Jakarta. 2009). Suparman, Eman, Hukum Perkawinan di Indonesia Dalam Perspektif, Islam, Adat, dan BW. Cet. I, (Bandung: Refika Aditama, 2008) Darmabrata, Wahyono dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, Cet. II, (Jakarta: Badan Penerbit FH Universitas Indonesia, 200). Ramulyo, Moh. Idris, Hukum Perkawinan Islam (cet. ke-; Jakarta: Bumi Aksara, 2002). Malik, Rusdi, Memahami Undang-Undang Perkawinan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, 2009. Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201 265

Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Barsihannor KITAB-KITAB SUNAN ABI DAUD DAN SUNAN AL-TURMUDZI Oleh: Dr. Barsihannor, M.Ag. Abstract: Abu Daud dan Imam al-turmudzi dengan kitab hadisnya masing-masing, telah banyak mendapat penghargaan para ulama lain berupa komentar dan pujian, hal ini karena kitab tersebut dianggap standar dan berkualitas. Meskipun demikian ada juga sebagian ulama yang mengkritik kedua kitab tersebut, karena di dalamnya masih terdapat hadishadis dha if. Berbeda halnya dengan Abu Daud yang menggunakan istilah kitab dan bab di dalam sistematika penulisan hadisnya, al-turmudzi menulis istilah abwab dan bab, namun pada intinya sebenarnya maksudnya sama saja dengan istilah kitab yang dipakai oleh Abu Daud. Al- Turmudzi pula di dalam kitabnya al-jami, memperkenalkan istilah hadis hasan. Keywords: Sunan Abi Daud, Hadis, al-jami I. Pendahuluan Untuk memahami Islam secara mendalam dan benar, maka seseorang harus senantiasa mempelajari sumber ajarannya yakni Al- Qur an dan Hadis. Kedua sumber ini merupakan pegangan pokok yang dijadikan sumber hokum untuk mengatur tatanan kehidupan manusia. Al-Qur an dan Hadis meskipun sama-sama sebagai sumber hokum Islam, dilihat dari segi periwayatannya, Hadis Nabi berbeda dengan Al-Qur an. Untuk Al-Qur an, semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawatir, sedang untuk Hadis Nabi, sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad. 1 Dengan demikian bias kita pahami bahwa Al-Qur an merupakan sumber hokum yang mutlak kebenarannya, sedangkan Hadis masih diperlukan penelitian untuk mengetahui orisinilitasnya baik tentang matan, sanad, perawi dan berbagai aspek yang berkenaan dengan pembahasan Hadis Nabi. Untuk menjaga orisinilitas Hadis dan memelihara Hadis agar tidak hilang, maka para ulama terdahulu membuat metode pembahasan 266 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Barsihannor Kitab Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Hadis dan menyusun kitab-kitan Hadis agar bisa dijadikan bahan rujukan dalam menetapkan persoalan hokum atau lainnya. Kitab-kitab Hadis yang beredar di tengah kita sekarang merupakan hasil karya para ulama terdahulu. Kegiatan pengumpulan Hadis tersebut tidaklah dilakukan oleh suatu tim tertentu, tetapi dilakukan oleh ulama secara individual dan dalam masa yang tidak selalu bersamaan. 2 Proses penghimpunan Hadis Nabi telah berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan melibatkan para periwayat Hadis yang jumlahnya banyak. Kitab-kitab Hadis yang beredar di tengah kita antara lain adalah Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi yang termasuk di dalam kategori al-kutub al-khamsat. Dengan demikian kita bisa menilai bahwa kitab Sunan Abi Daud dan Sunan At-Turmudzi merupakan kitab Hadis yang standar yang bisa diperpegangi dan menjadi bahan referensi dalam memecahkan persoalan-persoalan agama. Adanya berbagai komentar terhadap Abi Daud dan Al-Turmudzi beserta kitab-kitabnya menunjukkan penghargaan yang besar terhadap karya Abi Daud dan Al-Turmudzi dalam mengoleksi Hadis Nabi. Untuk memahami lebih jauh tentang penyusun dan kitab-kitab Hadisnya, maka dibahas dalam makalah ini topik yang meliputi; Biografi singkat penyusun kitab Hadis, judul kitab, gambaran umum, kualitas hadis yang termuat, sistematika, kelebihan dan kekurangannya, kitab kamus dan syarahnya. II. Biografi Penyusun A. Abu Daud Nama lengkapnya adalah Sulaiman ibn al-asy as ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syidad ibn Amar ibn Imran. Beliau lebih dikenal dengan nama Abu Daud. 5 Nama Abu Daud ini begitu populer sehingga mengalahkan nisbahnya sendiri. Abu Daud lahir pada tahun 202 H. di Sajistan, yakni sebuah kota yang terletak di Asia Tengah yang diapit oleh Iran dan Afganistan, 6 karena itulah di akhir nama beliau disebut pula al-sajistani. 7 Sejak kecil beliau gemar menuntut ilmu dan kegemaran inilah yang memberikan motivasi untuk memperdalam pengetahuan yang dimilikinya. Setelah dewasa, beliau mengadakan perjalanan ke berbagai negeri untuk menimba ilmu. Beliau belajar dan meriwayatkan hadis dari 00 orang guru hadis dari Iraq, Khurasan, Syam, Mesir, Sagar, Jazirah dan Hijaz. 8 Namun guru beliau yang tercatat hanya berjumlah 9 orang. 9 Ketika beliau sudah menyelesaikan menyusun kitab Sunan, maka beliau memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad ibn Hambal. Setelah Imam Ahmad ibn Hambal melihat dan membaca kitab Sunan Jurnal Al Hikmah Vol. XIV nomor 2/201 267

Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Barsihannor tersebut, dengan bangga beliau memuji karya Abu Daud itu dan menyatakan bahwa kitab tersebut sangat bagus. 10 Sunan yang dikarang oleh Abu Daud merupakan sebuah karya agung yang banyak mendapat pujian dan penghargaan, dan kitab Sunan itulah yang dijadikan pegangan di Mesir, Iraq, Maroko dan lain-lain di samping kitab-kitab terkenal lainnya. Abu Daud yang mula-mula menyusun kitab Hadis yang mengumpul Hadis-hadis hukum, oleh karenanya Sunan Abi Daud mendapat kedudukan yang tinggi di kalangan ulama Hadis. 11 Abu Daud termasuk salah seorang al-ulama al-amilin yang disejajarkan dengan Imam Ahmad baik dalam hal ibadat, ilmu dan kewaraannya. 12 Penilaian seperti ini lebih tegas lagi dijelaskan oleh Abu Syubhat bahwa Abu Daud termasuk salah seorang ulama yang mencapai derajat tinggi dalam hal beribadah, kesucian diri, kesalihan dan wara yang patut diteladani. Sebagian ulama berkata; Perilaku Abu Daud, sifat dan kepribadiannya menyerupai Imam Ahmad ibn Hambal dan Imam Ahmad menyerupai Waki. Waki seperti Sufyan al-sauri, Sufyan seperti Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim al-nakha i, Ibrahim al-nakha i menyerupai al-qamah, al-qamah seperti Ibn Mas ud dan Ibn Mas ud seperti Nabi Muhammad saw. Sifat dan kepribadian seperti ini menunjukkan kesempurnaan beragama, perilaku dan akhlak Abu Daud. 1 Abu Daud mempunyai falsafah tersendiri dalam berpakaian. Salah satu lengan bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Bila ada yang bertanya, dia menjawab; Lengan yang lebar ini untuk membawa kitab, sedang yang satunya tidak diperlukan, sebab kalau dia lebar berarti pemborosan. 1 Di antara sekian banyak negeri yang dikunjunginya, Baghdad merupakan kota yang paling sering ia masuki dan tahun 272 merupakan tahun terakhir beliau masuk ke Baghdad. Amir Baghdad, setelah mengetahui kemasyhuran Abu Daud, meminta beliau untuk menetap di Basrah dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan di sana, karena banyak murid-murid yang menghajatkan kehadiran beliau untuk mengajar. 15 Di negeri inilah akhirnya beliau menetap sampai akhir hayatnya (w. 16 Syawal 275 H.) dan dimakamkan di samping kuburan Sufyan al- Sauri. 16 Dari 500.000 hadis yang diperoleh Abu Daud, hanya.800 hadis yang dimuat di dalam kitab Sunannya. 17 Ini menunjukkan bahwa Abu Daud memang sangat ketat dan hati-hati dalam mengoleksi hadis, sehingga kualitas hadis yang termuat di dalam kitab Sunan itu bisa dipertanggungjawabkan. Sebenarnya selama hidup, beliau banyak menulis mushnaf tentang hadis di antaranya banyak berkenaan dengan ilmu dan syari ah, 268 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Barsihannor Kitab Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi akan tetapi yang terkenal dan sampai ke tangan kita sekarang ini hanyalah Kitab Sunan. B. Judul Kitab, Gambaran Umum dan Komentar Ulama Judul kitab susunan Abu Daud adalah Al-Sunan, 18 dikenal dengan sebutan Sunan Abi Daud. Jumhur ulama menempatkan Sunan Abi Daud sebagai kitab hadis yang berstatus standar pada peringkat ketiga dari standar al-kutub al-khamsat yaitu: Shahih al-bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-turmudzi dan Sunan al- Nasa i. Penempatan Sunan Abi Daud pada urutan ketiga menunjukkan bahwa kualitas hadis dan uraiannya memiliki kelebihan tersendiri, karena itu wajar kalau ulama banyak memberikan komentar atau pujian terhadap kitab tersebut. Al-Munziri telah meneliti hadis-hadis di dalam kitab Sunan Abi Daud dan menerangkan mana-mana yang lemah yang oleh Abu Daud sendiri tidak diperhatikan. 19 walaupun demikian nampaknya Abu Daud telah berusaha menguraikan hadis yang dimuat dan menerangkan mana hadis yang dikategorikan dhaif. Imam ibn al-jauzi juga mengkritik beberapa hadis Abu Daud dan memandang sebagai hadis maudu (palsu). Jumlah hadis tersebut sebanyak sembilan buah. Namun kritikan ini dibantah oleh Jalal al-din al-suyuti yang mengatakan bahwa Imam ibn al-jauzi memang orang yang terlalu gampang mengatakan maudu. Menurutnya, seandainya kita menerima kritikan tersebut, maka sebenarnya hadis yang dikritik itu sedikit sekali jumlahnya dan tidak mempengaruhi ribuan hadis yang terdapat di dalam kitab Sunan itu. 20 Meskipun mendapat kritikan, kitab Sunan merupakan kitab yang dipengaruhi oleh ulama Iraq, Mesir, Maroko dan lain-lain. Abu Daud yang mula-mula menyusun kitab hadis yang mengumpulkan hadis-hadis hukum, oleh karena itu, Sunan Abi Daud mendapat kedudukan yang tinggi di kalangan ulama hadis. Untuk menanggapi persoalan di atas, ada baiknya dikemukakan pesan Abu Syubhat yang menyatakan bahwa kita seharusnya tidak mengambil beitu saja hadis-hadis yang tidak dijelaskan kedudukannya oleh Abu Daud, sebelun diketahui kedudukannya; shahih, hasan, dhaif. 21 Di dalam kitab Sunan hanya terdapat.800 hadis, namun Abu Daud cukup puas dengan satu atau dua hadis dalam setiap bab, hal ini bisa kita pahami dari tulisan beliau kepada para ulama Mekkah sebagaimana dikutip oleh M.M. Azami Saya tidak menulis atau membubukan lebih dari satu atau dua hadis dalam setiap bab, walaupun masih ditemukan hadis shahih lainnya yang juga berkaitan dengan masalah yang sama. Kalau semua hadis diambil sana-sini, maka Jurnal Al Hikmah Vol. XIV nomor 2/201 269

Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Barsihannor jumlahnya akan membanyak dan saya lihat hal itu akan menyulitkan, satu atau dua akan lebih memudahkan. 22 Perlu diingat bahwa tidak semua hadis yang dibukukan oleh Abu Daud di dalam kitabnya adalah shahih. Abu Daud sendiri telah memberikan catatan tentang sejumlah hadis dhaif dan ada juga sejumlah lainnya yang tidak sempat diberi catatan. Abu Daud memuat hadis lemah ini dengan alasan bahwa hal itu lebih baik dibandingkan dengan pendapat ulama sendiri, oleh karena itu beliau membukukan hadis dhaif tersebut sebagai ganti opini hukum dari para ulama terdahulu. 2 Terlepas dari berbagai kritikan para ulama mengenai hadis dhaif yang termuat di dalam kitab Sunan, di bawah ini dikemukakan komentar ulama terhadap Abu Daud dan kitabnya yang pada intinya memberikan penghargaan yang dalam terhadap karya Abu Daud. 1. Abu Sulaiman al-khatabi: Kitab Sunan Abu Daud merupakan kitab yang mulia, belum disusun sebelumnya kitab seperti itu yang menerangkan hadis-hadis hukum. Para ulama menerima kitab itu, karenanya kitab itu menjadi hakim antara para fuqaha yang berlainan mashab. 2 2. Ibrahim ibn Ishaq al-harabi: Hadis telah dilunakkan Abu Daud, sebagaiman besi dilunakkan untuk Nabi Daud. 25. Ibn Hibban: Abu Daud merupakan salah seorang tokoh dunia dalam bidang fiqh, ilmu, hafalan, ibadah, wara dan ketakwaan. 26. Ibn al-qayyim al-jauziyah: Kitab Sunan Abi Daud merupakan salah satu kitab agama yang telah diberi kekhususan oleh Allah dan menjadi rujukan bagi umat Islam dan para hakim untuk memutuskan perkara dan dengan hukumnya itu orang menjadi ridha, sebab kitab tersebut memuat berbagai hadis hukum, disusun dengan baik dan sistematis serta berkualitas dan tidak memuat hadis cacat. 27 5. Ali ibn Hasan: Saya telah mempelajari kitab tersebut sebanyak enam kali dari Abu Daud. Kitab Sunan ini adalah salah satu kitab terbaik dan terlengkap dalam bidang hadis-hadis hukum. 28 6. Abu Bakar al-khalil: Abu Daud adalah imam yang terkenal pada zamannya, belum ada seseorang yang muncul seperti Abu Daud pada zamannya, sehingga menguasai Takhrij al-hadis dan mengetahui judul-judulnya. 29 7. Musa ibn Harun: Abu Daud lahir ke dunia untuk mengumpul hadis-hadis dan nanti di akhirat beliau masuk surga. 0 270 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Barsihannor Kitab Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi 8. Maslamah ibn Qasim: Abu Daud adalah seorang yang kuat ingatannya, zahid, tahu banyak tentang hadis dan pemimpin zamannya waktu itu. 1 Dari beberapa komentar di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Abu Daud memang salah seorang ulama yang terkenal dan salah seorang Mukharrij al-hadis yang berkualitas, mampu memberikan kontribusi dalam aspek keagamaan. Para ulama sangat menghormati kemampuan adalah, kejujuran dan ketakwaan beliau yang luar biasa. Abu Daud tidak hanya seorang perawi, pengumpul dan penyusun hadis tapi juga seorang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang baik. Meskipun di dalam kitab Sunan terdapat hadis yang lemah, namun kitab itu tetap dikategorikan sebagai salah satu Kutub al- Shihhah 2 dan merupakan kitab yang dianggap standar dan dapat dijadikan sandaran. Menyangkut dengan pemuatan hadis shahih dan dhaif, nampaknya ini merupakan suatu karakteristikpenulisan yang dibuat oleh Abu Daud sebagai suatu metode dalam mengoleksi hadis. Meskipun demikian Abu Daud telah menerangkan metode-metode dalam pengumpulan hadis tersebut dengan memberikan keterangan hadis shahih, menyerupainya dan yang mendekati shahih. Hadis yang lemah dijelaskan letak kelemahannya, beliau tidak memuat hadis yang ditinggalkan ulama hadis, bila hadis itu mungkar maka dijelaskan pula bahwa hadis itu adalah mungkar. Cara penulisan hadis Sunan Abi Daud dikuatkan pula dengan sighat tahammul yang dipergunakan yakni Haddasana yang menunjukkan bahwa hadis terebut diterimanya melalui al-sama. 5 Pemakaian sighat tahammul: Haddasana ini menunjukkan bahwa hadis yang diterima atau diperoleh Abu Daud memang sejumlah hadis yang berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan. Sighat haddasana menduduki martabat pertama dalam istilah periwayatan hadis, ia sejajar dengan sighat; sami tu, sami nan qala li qala lana, dzakara li dan dzakara lana. C. Sistematika Sistematika penyusunan kitab Sunan menggunakan istilah kitab untuk bagian sebelum istilah bab. Setiap kitab mengandung bab, setiap bab mengandung beberapa riwayat hadis dan setiap riwayat hadis mengandung sanad dan matan. Jurnal Al Hikmah Vol. XIV nomor 2/201 271

Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Barsihannor Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: 6 جزء عذد اثىاة مل مزبة اسن النزبة رقن النزبة 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 251 11 20 27 10 8 2 6 20 96 9 50 81 170 25 17 18 1 80 25 90 1 1 22 5 2 15 9 2 5 21 الطهبرح الصالح صالح االسزسقبء صالح السفز الزطىع شهز رهضبى السجىد الىرز الزمبح اللقطخ الونبسل الننبح الطالق الصىم الجهبد ايجبة االضبحي الىصبي الفزائي الخزح واالهبرح والفيئ الجنبئز االيوبى والنذور الجيىع االقضيخ العلن االشزثخ االطعوخ الطت العزبق الحزوف والقزاءد الحوبم اللجبس الززجل 1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 15 16 17 18 19 20 21 22 2 2 25 26 27 28 29 0 1 2 جزء عذد اثىاة مل مزبة اسن النزبة رقم النزبة 8 7 12 18 8 الخبرن الفزي الوهذي الوالحن الحذود 5 6 7 272 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Barsihannor Kitab Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi 28 29 169 الذيبد السنخ االدة 8 9 0 Dari pembagian kitab-kitab tersebut tampak bahwa Kitab Sunan Abi Daud hanya merupakan kumpulan hadis-hadis hukum kecuali pada beberapa hadis seperti yang terdapat di dalam kitab al-ilm dan al-adab. Ada beberapa hal yang patut digaris bawahi dari metode pembagian kitab-kitab ini yakni: 1. Kitab al-nikah dan al-talaq ditempatkan di tengah-tengah ibadat. Nikah termasuk ibadat dan talaq ditempatkan setelahnya, karena itu masing-masing ada kaitannya. 2. Al-Luqatah ditempatkan setelah al-zakat karena sama-sama masalah harta.. Kitab al-jana iz dipisahkan dari al-shalat, karena juga ada kaitannya dengan harta (pembagian harta).. Kitab al-hammam ditempatkan tersendiri sekalipun dapat digabungkan dengan kitab al-adab. 5. Kitab al-tarajjul dibuat tersendiri, juga ak-khatam, sekalipun dapat ditempatkan di dalam kitab al-libas. 6. Kitab al-mahdi dibuat tersendiri, juga al-mulahim, sekalipun dapat ditempatkan di dalam kitab al-fitan. 7 Memperhatikan metode pembagian kitab hadis Sunan Abi Daud, kita bisa menilai bahwa adakalanya Abu Daud menyusun bab-bab tersebut sesuai dengan hubungan hadis antara satu dengan yang lainnya, tapi ada pula yang disusun secara tersendiri meskipun sebenarnya bisa digabungkan dengan kumpulan kitab lainnya. D. Kitab Syarh, Mukhtasar dan Kamus Banyak para ulama menulis kitab Syarh dan Mukhtasar 8 Sunan Abi Daud. Syarh tersebut ada yang lengkap dan dianggap berbobot dan ada juga yang tidak lengkap. Di antara kitab-kitab Syarh yang lengkap itu adalah: 1. Mu allim al-sunan Kitab syarh ini ditulis oleh Imam Abu Sulaiman Ahmad ibn Ibrahim ibn Khattab al-bisti al-khattabi (w. 88 H.). Kitab ini merupakan syarh sederhana, mengupas masalah bahasa, meneliti riwayat, menggali hukum dan membahas adab. Kitab ini telah dicetak. 2. Aun al-ma bud ala Sunan Abi Daud Jurnal Al Hikmah Vol. XIV nomor 2/201 27

Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Barsihannor Kitab ini ditulis oleh Syarafat al-haq Muhammad Asyaraf ibn Ali Haidar al-shiddiqi al-azim al-abadi, wafat pada abad ke 1 Hijriyah. Kitab ini hanya menjelaskan kata-kata sulit. Ia menguatkan hadis satu atau lainnya secara ringkas tanpa menjelaskan berbagai dalil yang ditonjolkan oleh mazhabmazhab secara menyeluruh kecuali hanya sebagian saja.. Al-Manhalu Azbu al-maurud Syarh Sunan Abi Daud Kitab ini disusun oleh seorang ulama makrifat Syaikh Mahmud ibn Muhammad ibn Khattab al-subki. Di dalam kitab ini al-subki menunjukkan nama-nama rawi hadis, menjelaskan kata-kata sulit, mengungkap hukum dan adat dari hadis tersebut. Di samping itu juga menyebutkan nama-nama rawi hadis tertentu selain Abu Daud dan menunjukkan derajat hadis shahih, hasan atau dha if. Penyusun kitab ini wafat pada bulan Rabi ul Awwal 152 H. 9. Badzl al Majhud fi Halli Abi Daud Kitab ini ditulis oleh Khalil Ahmad Al-Sahar Nafuri. Wafat pada tahun 16 H. Kitab ini menerangkan tentang isi dan penjelasan kitab serta menerangkan para rawi dan hadis-hadis yang termuat di dalam kitab Sunan. Di antara kitab syarh lainnya yang kebanyakan tidak lengkap dan tidak dibahas tuntas adalah: 1. Syarh al-nawawi 2. Syarh ibn al-mulaqqan Siraj al-din Umar ibn Ali. Syarh Syaikh al-qutub al-din ibn Bakr ibn Ahmad al-yamani. Syarh al-imam Wali al-din ibn Zara at Ahmad ibn al-hafiz ibn al-fadli Zain al-din al-iraqi. Syarh ini tidak lengkap 5. Syarh al-hafiz Alau al-din Mughlatai ibn Qalij. Syarh ini tidak lengkap. 6. Syarh al-hafiz Syihab al-din ibn Ruslan 7. Syarh al- Aini. Syarh ini tidak lengkap 8. Syarh al-suyuthi Miraqat al-shu ud ila Sunan Abi Daud. 9. Syarh Abi al-hasan al-sanadi Fath al-wurud ala Sunan Abi Daud. 0 Mukhtasar Sunan Abi Daud yang ditulis ulama antara lain: 1) Mukhtasar Sunan Abi Daud Imam al-hafiz Abd al-azim ibn Abd al-qawi al-munziri, penyusun kitab Al-Tarqib wa al-tarhib, mennulis ikhtisar Sunan Abi Daud yang diberi nama al-mujtaba. Setiap hadis, oleh al-munziri juga disebutkan nama rawi/ulama lain dari lima imam hadis yang juga 27 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201

Barsihannor Kitab Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi meriwayatkan hadis tersebut. Dia juga menunjukkan kelemahan sebagian hadis. Mukhtaras ini disusun secara baik dan menarik. 2) Perbaikan Mukhtasar Mukhtasar al-munziri telah diperbaiki dan sekaligus disyarh oleh Imam Muhammad ibn Abu Bakr ibn al-qayyim al-jauziyat. Ibn al- Qayyim memberikan beberapa tambahan penjelasan mengenai kelemahan hadis-hadis yang dijelaskan oleh al-munziri, menegaskan kesahihan hadis yang belum disahihkan serta membahas matan hadis yang musykil. Dia juga menguraikan beberapa masalah secara panjang lebar yang tidak ditemui di dalam kitab lain. 1 KAMUS Ada beberapa kamus yang bisa dipakai sebagai penuntut mencari hadis yang terdapat di dalam kitab Sunan Abi Daud yakni: 1. Al-Jami al-shagir min Ahadis al-basyir al-nazir. Penyusunnya adalah Imam Jalal al-din Abd al-rahman, wafat tahun 911. 2 2. Al-Mu jam al-mufahras li Alfaz al-hadis al-nabawi. Penyusunnya adalah tim dari kalangan orientalis. Salah seorang dari tim yang sangat akrif dalam kegiatan penyusunan itu adalah Dr. Arnold John Wensinck (w. 199), seorang Profesor bahasabahasa Semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden Belanda.. Miftah Kunuz al-sunnat Kamus ini disusun berdasarkan topik masalah. Pengarangnya adalah Dr. A.J. Wensinck. Kamus ini aslinya berbahasa Inggris dengan judul a Handbook of Early Muhammadan. Kamus ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Fuad Abd al-baqi, sekaligus mengoreksi berbagai data yang salah. III. Sunan Al-Turmudzi A. Biografi Singkat Nama lengkap al-turmudzi adalah Abu Isa Muhammad ibn Musa ibn al-dahhak al-sulami al-turmudzi. Beliau adalah ulama hadis ternama dan penulis beberapa kitab terkenal. Beliau dilahirkan di kota Tirmiz pada tahun 209 H. Kakek Abu Isa al-tirmiz berasal dari daerah Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan hidup di sana. 5 Sejak kecil Imam al-turmudzi senang mempelajari ilmu-ilmu hadis. Beliau pergi ke beberapa negara seperti Hijaz, Iraq, Khurasan dan lain-lain. Dalam pengembaraannya itu, beliau banyak berguru kepada ulama-ulama hadis di antaranya adalah Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Qutaibah ibn Said, Ishaq ibn Musa, Muhammad ibn Ghilan, Said Jurnal Al Hikmah Vol. XIV nomor 2/201 275

Sunan Abi Daud dan Sunan Al-Turmudzi Barsihannor ibn Abd al-rahman, Muhammad ibn Basysyar, Ali ibn Hajar, Ahmad ibn Muni, Muhammad ibn al-musanna dan lain-lain. 6 Hadis-hadis yang didapatkan dari gurunya tersebut dicatat dan dihafalnya dengan baik di tengah perjalanan maupun ketika sudah berada di suatu tempat. Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Ketika beliau menjadi ulama besar, banyak orang-orang yang ingin menjadi muridnya untuk belajar hadis. Di antara murid-muridnya adalah: Makhul ibn al-fadlal, Muhammad ibn Mahmud Anbara, Hammad ibn Syakir, Abd ibn Muhammad al-nasfiyun, al-haisam ibn Kulaib al-sya asy, Ahmad ibn Yusuf al-nasafi, Abu al- Abbas Muhammad ibn Mahbub al-mahbubi. 7 Abu Isa al-turmudzi terkenal kuat hafalannya, kesalehannya dan ketakwaannya, amanah dan sangat teliti. Beliau juga adalah ahli fiqh yang menguasai berbagai macam mazhab. Selama hidupnya beliau banyak menghasilkan karya tulis antara lain Al-Jami (Sunan al- Tirmidzi), Kitab Illat, Kitab Tarikh, Kitab al-syamailan al-nabawiyah, Kitab al-zuhud, Kitab al-asma wa al-kuna. 8 Banyaknya buku yang dikarang oleh Imam al-turmudzi menunjukkan kecerdasan dan kreatifitasnya dan selama beliau menuntut ilmu, beliau banyak dipengaruhi oleh Imam Bukhari. Hal ini diungkapkannya secara eksplisit di dalam buku al- Ilal bahwa dia tidak menemukan seseorang yang lebih bila dibandingkan dengan Imam Bukhari, baik di Iraq maupun di Khurasan. 9 Imam al-turmudzi wafat pada tanggal 1 Rajab 279 H dalam usia sekitar 70 tahun. 50 B. Nama Kitab, Gambaran Umum dan Komentar Ulama Judul lengkap kitab hadis susunan al-turmudzi adalah al-jami al- Mukhtasar min al-sunan an Rasulillah saw. Sebagian ulama menyebut judul kitab tersebut dengan al-jami al-shahih, sebagian lagi menyebut Shahih al-turmudzi dan sebagian lagi menyebut dengan Sunan al- Turmudzi. 51 Kitab yang dikarang oleh Imam al-turmudzi, oleh jumhur ulama dianggap sebagai kitab hadis yang berstatus standar dan menempati peringkat keempat. Meskipun demikian ada juga pro dan kontra terhadap peringkat ini. Ulama yang mempertahankan Sunan al-turmudzi berada pada peringkat keempat antara lain al-suyuti, al-nawawi, al- Mubarakfuriy dan Abu Rayyat, dengan alasan bahwa hadis maudu yang termuat di dalam sunan tersebut telah dijelaskan oleh al-turmudzi. 52 Sedangkan ulama yang menolak antara lain al-zahabi, Ibn Rajab dan Abu Syubhat, dengan alasan adanya dua periwayat palsu pada Sunan al- Turmudzi. 5 Meskipun terjadi pro dan kontra terhadap kedudukan kitab ini, namun kitab ini tetap menjadi bahan rujukan yang standar. 276 Jurnal Al Hikmah Vol. XIV Nomor 2/201