TUGAS AKHIR STUDI SISTEM PEMELIHARAAN JALAN KERETA API

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANAN NYA

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB IV ANALISA DATA Umum. Komponen dan struktur Jalan rel yang telah dibangun dan sudah digunakan untuk

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB III STRUKTUR JALAN REL

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

REL. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

KAJIAN SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN REL DAERAH OPERASI 2 BANDUNG: STUDI KASUS DISTRIK 23C KIARACONDONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Data Kecelakaan Kereta Api

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejalan dengan perkembangan teknologi automotif, metal, elektronik dan

STUDI MANAJEMEN DAN BIAYA PEMELIHARAAN SERTA PENINGKATAN REL KERETA API

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

BAB III LANDASAN TEORI

KA Nomor Urut Kecelakaan:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

Kuliah Prasarana Transportasi Kode MK.CEC 611 Kuliah Minggu Ke-2 STRUKTUR JALAN REL DAN POLA DISTRIBUSI BEBAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

ANJLOK KA 155 BENGAWAN DI KM PETAK JALAN ANTARA KARANGGANDUL KARANGSARI, KABUPATEN PURWOKERTO JAWA TENGAH DAOP V PURWOKERTO 16 JANUARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Penambat. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB III LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

DESAIN GEOMETRIK, STRUKTUR BESERTA PERKIRAAN BIAYA PERENCANAAN JALAN REL SEBAGAI ALTERNATIF TRANSPORTASI ANGKUTAN TAMBANG PASIR DI KABUPATEN LUMAJANG

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO-PROBOLINGGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Lengkung Horizontal Jalan Rel Kandangan-Rantau Provinsi Kalimantan Selatan

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN

LAPORAN AKHIR KNKT

LAPORAN AKHIR KNKT

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

PERENCANAAN UNDERPASS SIMPANG TUJUH JOGLO SURAKARTA

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TUGAS AKHIR TINJAUAN PERHITUNGAN BETON DINDING DIAFRAGMA PADA PROYEK UNDERPASS KEBAYORAN LAMA MENUJU PONDOK INDAH

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

Transkripsi:

TUGAS AKHIR STUDI SISTEM PEMELIHARAAN JALAN KERETA API (STUDI KASUS KORIDOR STA. DURI STA. TANGERANG) Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Teknik (S-1) Disusun oleh: Nama : Riko Harjono NIM : 41105110025 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009

LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Q No.Dokumen 010 423 4 55 00 Distribusi Tgl. Efektif 12 DESEMBER 2009 Semester : VIII & IX (Delapan & Sembilan) Tahun Akademik : 2009/2010 Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-1), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Judul Tugas Akhir : Studi Sistem Pemeliharaan Jalan Kereta Api (Studi Kasus Koridor Sta. Duri Sta. Tangerang) Disusun Oleh : Nama : Riko Harjono NIM : 41105110025 Fakultas / Program Studi : Teknik Sipil dan Perencanaan / Teknik Sipil Telah diajukan dan dinyatakan lulus sidang sarjana : Jakarta, 12 Desember 2009 Pembimbing, Ir. Alizar, MT Ketua Sidang, KaProdi Teknik Sipil, Ir. Silvy Indriany, MT Ir. Silvy Indriany, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA Q No.Dokumen 010 423 4 55 00 Distribusi Tgl. Efektif 12 DESEMBER 2009 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Riko Harjono NIM : 41105110025 Jurusan : Teknik Sipil Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan Menyatakan bahwa tugas akhir ini merupakan karya asli, bukan jiplakan (duplikat) dari karya orang lain. Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipertanggung jawabkan sepenuhnya. Jakarta, 12 Desember 2009 Yang memberikan pernyataan, ( Riko Harjono )

ABSTRAK Judul : Studi Sistem Pemeliharaan Jalan Kereta Api (Studi Kasus Koridor Sta. Duri Sta. Tangerang), Nama : Riko Harjono, NIM : 41105110025, Pembimbing Utama : Ir. Alizar MT, Tahun : 2009 Kereta api telah menjadi salah satu moda transportasi darat yang aman, nyaman dan ekonomis. Dalam pengoperasiannya, hal tersebut tergantung kepada kesempurnaan kondisi sarana dan prasarananya. Jalan rel sebagai prasarana transportasi memerlukan sistem pemeliharaan yang baik demi kualitas kinerja kegiatan operasional. Tugas Akhir ini bertujuan mengidentifikasi parameter pemeliharaan jalan kereta api melalui Track Quality Index (TQI) yaitu : lestrengan, lebar sepur, angkatan dan pertinggian. Dapat diketahui bahwa jalan rel mengalami kerusakan diakibatkan oleh gaya-gaya dinamis, termis, hydrodinamis dan kimiawi pada rel. Selain itu dapat disimpulkan bahwa database dan ketersediaan sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Sebagai tahap awal pengembangan kedua sektor ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelaksanaan sistem pemeliharaan jalan kereta api. Dari pembahasan analisis indeks kualitas rel pada Jurusan Duri Tangerang bahwa kondisi geometri jalan rel dalam kondisi baik sebesar 82 % dan kondisi sedang pada petak duri grogol sebesar 18 % dari hasil kereta ukur bulan Pebruari 2009. Dari hasil analisis kebutuhan volume pemeliharaan tahunan jalan rel berdasarkan passing tonnage dan klasifikasi jalan kereta api pada Jurusan Duri Tangerang diperoleh hasil bahwa : 1. Volume penggantian rel R.54 untuk tahun ini tidak ada penggantian. 2. Volume penggantian penambat kaku sejumlah 1126 bh/tahun 3. Volume penggantian penambat elastis sejumlah 1802 bh/tahun 4. Volume penggantian bantalan kayu sejumlah 606 bh/tahun 5. Volume penggantian bantalan beton sejumlah 181 bh/tahun 6. Volume penggantian plat sambung sebanyak 60 bh/tahun 7. Volume penggantian baut sambung sebanyak 540 bh/tahun 8. Volume penambahan balas sebanyak 1746 m3/tahun Kata kunci: Lestrengan, Lebar sepur, Angkatan, Pertinggian, Gaya gaya dinamis, Passing tonnage xiii + 85 halaman; 26 tabel; 26 gambar;

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir yang berjudul Studi Sistem Pemeliharaan Jalan Kereta Api (Studi Kasus Koridor Sta. Duri Sta. Tangerang) ini ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Sipil Strata Satu di jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, Jakarta. Selama mengerjakan tugas akhir ini saya dapat banyak pelajaran tentang teknik jalan rel yang ada di Indonesia, sehingga pada akhirnya nanti apabila saya telah menyelesaikan kuliah ini pada nantinya saya akan kembangkan ilmu yang saya peroleh ini untuk pembangunan bangsa Indonesia dimasa masa yang akan datang. Penyusunan tugas akhir ini tidak akan tercipta tanpa bimbingan, nasehat serta petunjuk dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah saya dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tinginya kepada yang terhormat : 1. Bapak Ir. Alizar, MT, selaku dosen pembimbing utama dalam tugas akhir ini. 2. Ibu Ir.Hanny Gambiro, MS selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Mercu Buana. 3. Ibu Ir. Silvy Indriany, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. 4. Bapak Kepala.Resort 13 Tanah abang & Staff, PT.Kereta Api Indonesia. 5. Bapak Kepala.Distrik 13.C Tangerang & Staff, PT.Kereta Api Indonesia. 6. Orang tua yang telah memberikan dukungan moril, doa, dan memberikan dorongan agar saya dapat menyelesaikan kuliah dengan baik.

7. Saudara dan sahabat sahabatku terutama Angkatan - 7 yang telah memberikan dukungan moral untuk terus menyelesaikan tugas akhir. 8. Dan seluruh semua pihak yang telah membantu, mulai dari persiapan sampai dengan penyelesaian tugas akhir ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat banyak kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat bermanfaat bagi penulis. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Jakarta, 20 Desember 2009 Penulis ( Riko Harjono )

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN... iii HALAMAN KARTU ASISTENSI... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Maksud dan Tujuan... 2 1.4 Ruang Lingkup Pembahasan... 3 1.5 Metodologi... 3 1.6 Sistematika Pembahasan... 5 BAB II STUDI PUSTAKA... 6 2.1 Umum... 6 2.2 Pemeliharaan Jalan Rel... 6 2.2.1 Pemeliharaan Rel... 6 2.2.2 Pemeliharaan Alat Penyambung Rel... 7 2.2.3 Pememeliharaan Alat Penambat Rel... 8 2.2.4 Pememeliharaan Bantalan... 8 2.2.5 Pememeliharaan Alas Balas... 9 2.2.6 Pememeliharaan Wesel... 10 2.3 Pemeliharaan Geometri... 10 2.3.1 Melistring (Meluruskan)... 13 2.3.2 Angkatan... 13

2.3.3 Recording System... 13 2.4 Perawatan Jalan Baja Berencana (Perjana)... 14 2.4.1 Perawatan Sempurna... 17 2.4.2 Perawatan Khusus... 18 2.4.3 Pekerjaan Yang Bersifat Khusus... 18 2.5 Alat Perawatan Dan Perbaikan Jalan Kereta Api... 19 2.6 Struktur Jalan Rel... 21 2.6.1 Gaya Vertikal... 21 2.6.2 Gaya Tranversal... 23 2.6.3 Gaya Longitudinal... 23 2.7 Pengelompokkan Jalan Rel... 24 2.8 Rel (Rail)... 25 2.8.1 Karakterisitik Rel... 27 2.8.2 Jenis Rel... 27 2.8.3 Sambungan Rel... 29 2.9 Bantalan (Sleeper)... 29 2.10 Penambat Rel... 30 2.11 Balas (Ballast)... 31 2.11.1 Balas Atas... 31 2.11.2 Balas Bawah... 32 2.12 Wesel (Switch) Dan Persilangan... 33 2.13 Jalan Perlintasan... 35 2.14 Peraturan Tentang Pemeliharaan Jalan Kereta Api... 36 BAB III METODOLOGI STUDI... 38 3.1 Umum... 38 3.2 Persiapan Penelitian... 41 3.3 Model Penelitian... 42 3.4 Pengumpulan Data... 43 3.5 Pengolahan Data... 50 3.5.1 Validasi data... 50 3.5.2 Perhitungan Data... 52 3.6 Proses Pemeliharaan... 58

3.6.1 Pemeriksaan Jalan Rel... 59 3.6.2 Perbaikan Genjotan Disambungan (Aligment Track).. 63 3.6.3 Memelihara Jalan Kereta Api... 63 BAB IV ANALISIS DATA... 70 4.1 Umum... 70 4.2 Daya Angkut Lintas (Passing Tonnage)... 71 4.3 Hitung Tegangan... 72 4.4 Hitung Ketebalan Minimum Balas... 73 4.5 Analisis Perjana... 74 4.6 Analisis Kerusakan Material... 77 4.7 Analisa SWOT... 79 4.8 Analisa Track Quality Index (TQI)... 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 83 5.1 Kesimpulan... 83 5.2 Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA... 85

DAFTAR TABEL 1. TABEL 2.1. Siklus Perawatan Sempurna Pada Bantalan Jalan Rel... 17 2. TABEL 2.2. Peralatan Untuk Perawatan Dan Perbaikan Jalan Kereta Api... 19 3. TABEL 2.3. Standar Jalan Rel Indonesia... 25 4. TABEL 2.4. Karakteristik Rel... 27 5. TABEL 2.5. Panjang Minimum Rel Panjang... 28 6. TABEL 2.6. Perhitungan Dimensi Rel pada Kelas Jalan Rel Perumka... 28 7. TABEL 2.7. Ukuran ukuran pada Lapisan Balas... 33 8. TABEL 2.8. Tangent Sudut Simpangan Arah, Nomor Wesel dan Kecepatan Ijin... 34 9. TABEL 3.1. Jadwal Perjalanan Kereta Api... 44 10. TABEL 3.2. Data Material Jalan Rel Lintas Duri Tangerang (Mei 2009)... 45 11. TABEL 3.3. Data Pemeriksaan Wesel Distrik 13.C... 45 12. TABEL 3.4 Data Pemeriksaan Lengkung... 46 13. TABEL 3.5. Data Pemeriksaan Perlintasan... 47 14. TABEL 3.6. Data Pemeriksaan Perlintasan Liar... 48 15. TABEL 3.7. Data Pemeriksaan Perlintasan Resmi Yang Tidak Dijaga... 48 16. TABEL 3.8. Daftar Kapasitas Jenis Pekerjaan... 49 17. TABEL 3.9. Klasifikasi Tonase Kereta Api... 51

18. TABEL 3.10. Frekuensi Perjalanan KA/hari... 51 19. TABEL 3.11. Tonase Kereta Api Harian... 51 20. TABEL 3.12. Prosentase Kerusakan Material Jalan Rel 2009... 52 21. TABEL 3.13. Track Quality Index... 52 22. TABEL 3.14. Exception Report Distrik 1.3 C Tangerang... 56 23. TABEL 4.1. Perbedaan Kegiatan Pembangunan dan Pemeliharaan... 70 24. TABEL 4.2. Matriks Kategori Kerusakan dan Perbaikan Jalan Rel... 77 25. TABEL 4.3. Matriks SWOT... 80 26. TABEL 4.4. TQI per Kilometer Distrik 1.3 C Tangerang... 81

DAFTAR GAMBAR 1. GAMBAR 1.1. Flowchart Makro Pemikiran Tugas Akhir... 4 2. GAMBAR 2.1. Anak Panah Lengkung... 11 3. GAMBAR 2.2. Menentukan Titik Pedoman Dan Titik Tinggi... 12 4. GAMBAR 2.3. Perbedaan Tinggi 4 Titik (Skilu)... 12 5. GAMBAR 2.4. Struktur Organisasi Dinas Jalan Rel Distrik 13.C Tangerang... 15 6. GAMBAR 2.5. Struktur Jalan Rel... 21 7. GAMBAR 2.6. Macam-macam Bentuk Rel... 26 8. GAMBAR 2.7. Potongan Melintang pada Jalur Lurus... 32 9. GAMBAR 2.8. Potongan Melintang pada Lengkung / Tikungan... 32 10. GAMBAR 2.9. Komponen Wesel... 33 11. GAMBAR 2.10 Wesel Biasa dan Skema Wesel Biasa... 34 12. GAMBAR 2.11. Persilangan Tajam... 35 13. GAMBAR 2.12. Persilangan Tumpul... 35 14. GAMBAR 2.13. Perlintasan Sebidang... 36 15. GAMBAR 3.1. Flowchart Pembuatan Tugas Akhir... 39 16. GAMBAR 3.2. Model Penelitian... 42 17. GAMBAR 3.3. Peta Lokasi Studi... 43 18. GAMBAR 3.4. Diagram Alir Perawatan Jalan Rel... 59 19. GAMBAR 3.5. Perbaikan Genjotan Disambungan... 63 20. GAMBAR 3.6. Pemecokan Berpasangan - Pasangan... 63 21. GAMBAR 3.7. Pecokan HTT... 69 22. GAMBAR 4.1. Peta Lokasi Studi... 74 23. GAMBAR 4.2. Perjalanan Kereta Api... 75 24. GAMBAR 4.3. Prosentase Kerusakan Material Jalan Kereta Api... 78 25. GAMBAR 4.4. Diagram Cartesius SWOT... 79 26. GAMBAR 4.5. TQI Rata Rata / Kilometer... 81

BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini disampaikan cuplikan dari kerangka acuan mengenai beberapa hal pokok terkait dengan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metodologi sistematika pembahasan, sebagai arahan dalam melaksanakan penulisan laporan tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang Kereta api telah menjadi salah satu alternatif moda transportasi darat yang aman, nyaman dan ekonomis. Dalam pengoperasiannya, hal tersebut tergantung kepada kesempurnaan kondisi sarana dan prasarananya. Jalan rel sebagai prasarana transportasi memerlukan sistem pemeliharaan yang baik demi kelancaraan kegiatan operasional. Jalan kereta api yang tidak dipelihara akan mengalami penurunan kualitas kinerja yang secara fisik hal tersebut ditandai dengan terjadinya kerusakan misalnya rel rusak (patah, aus, bergelombang), sambungan rel, wesel rusak, bantalan rusak, rel amblas karena balas tidak baik, penambat rel sudah longgar dan genjotan di sambungan serta pada lengkungan. Untuk mempertahankan kondisi kemampuan pelayanan jalan kereta api yang layak sehingga dapat memberikan keselamatan, kenyamanan, keamanan dan ketepatan waktu waktu perjalanan kereta api, maka perlu dilakukan perawatan dan perbaikan sesuai kelas jalan rel. Pemeliharaan rutin mencakup pemeliharaan harian dan pemeliharaan berkala dilaksanakan secara teratur dalam waktu satu tahun. Dimana siklus perawatan yang dibagi dalam dua kategori, yaitu perawatan sempurna dan perawatan khusus. Perawatan sempurna mencakup pemeriksaan bantalan - bantalan dan pemeriksaan material secara rinci sesuai kelas jalan rel berdasarkan klasifikasi UIC (Union Internationale des Chemins de Fer), secara teratur dalam waktu satu tahun, misalnya pemeriksaan wesel, pemeriksaan perlintasan dan persilangan, pemeriksaan lengkung dan

pekerjaan perbaikan kerusakan. Perawatan khusus misalnya kereta api anjlok dan kecelakaan kereta api. Dalam pengelolaan jaringan jalan kereta api yang dilakukan PT. Kereta Api, setiap tahun banyak jalur jalan kereta api yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan. Di sisi lain dana yang tersedia pemeliharaan jalan kereta api terbatas. Oleh karena itu PT. Kereta Api melakukan siklus perawatan terhadap jalur jalur jalan kereta api yang akan dipelihara, sehingga penggunaan dana efektif dan efisien. Karena sifatnya sebagai angkutan massal efektif, sehingga kereta api dianggap sebagai tulang punggung sistem transportasi darat diberbagai wilayah di belahan dunia, baik untuk angkutan barang ataupun penumpang 1.2 Rumusan Masalah Merujuk pada kondisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pemeliharaan jalan kereta api yang diterapkan PT. Kereta Api terhadap konstruksi jalan rel saat ini dalam mempertahankan kondisi kemampuan pelayanan jalan kereta api yang layak. tetapi dalam pelaksanaannya diduga masih belum efektif. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor antara lain baik dari sisi peraturan perundangan yang menjadi pedoman sistem pemeliharaan, peraturan perusahaan, komitmen dari pelaku jasa angkutan kereta api. Hal ini yang mendasari tema tugas akhir penulis, yaitu menganalisis sistem pemeliharaan jalan kereta api. 1.3 Maksud Dan Tujuan Maksud dan tujuan tugas akhir ini adalah untuk mendapat gambaran umum mengenai sistem pemeliharaan jalan kereta api. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan hal hal sebagai berikut : a. Mengindetifikasi permasalahan yang terjadi di lintas jurusan Duri Tangerang. b. Mengkaji karakteristik dari penggunaan dan kebutuhan pemeliharaan jalan kereta api pada Distrik 13.C Tangerang. c. Mengkaji alternatif solusi dari permasalahan yang ada

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan tugas akhir ini pada sistem pemeliharaan jalan kereta api yang dibatasi pada prasarananya, yaitu sistem dan konstruksi jalan rel, sehingga prasarana yang lain tidak dibahas. Jalur jalan kereta api yang akan akan diamati adalah jalur Jurusan Duri Tangerang (Distrik 13.C Tangerang) dan data pemeliharaan yang digunakan untuk analisis adalah data tahun 2009. 1.5 Metodologi Metodologi yang digunakan dalam pembahasan di tugas akhir ini antara lain sebagai berikut : 1. Identifikasi Permasalahan dan Penentuan Tujuan Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari praktek pemeliharaan jalan kereta api. Dari kondisi yang didapat kemudian ditetapkan tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan karya tulis ini. 2. Studi Pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mencari informasi tertulis segala sesuatu yang berhubungan mengenai sistem pemeliharaan jalan kereta api sehingga penulis mendapatkan gambaran mengenai pemeliharaan jalan kereta api. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data, sebagai berikut : a. Pengumpulan data dengan survey data pada instansi terkait, bertujuan untuk mengetahui sistem pemeliharaan jalan kereta api yang sedang dikerjakan. b. Wawancara, bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi sistem pemeliharaan jalan kereta api. c. Pengolahan data di lakukan dengan metode statistik deskriptif, metode statistik ini memberikan penyajian dan analisa secara deskriptif yang sederhana dan mudah dipahami. 4. Menganalisis dan perhitungan dari data pemeliharaan jalan kereta api.

Flowchart makro tugas akhir dirumuskan pada gambar dibawah ini. Mulai Permasalahan (Isu Strategis) - Penurunan Kinerja Sepur Terhadap Kondisi Layan Faktor Pengaruh (Lingkungan Strategis) - Globalisasi Ekonomi - Kemampuan Pendanaan - Ketersedian SDM Proses (Lingkup Kegiatan) - Sudi Pustaka - Survey Lapangan - Identifikasi Masalah Instrumental Input - UU Perkeretaapian - KepMen - REGLEMEN - PERJANA Hasil (Keluaran) - Hasil Identifikasi Masalah - Arah Prioritas Pemeliharaan Sasaran - Meningkatkan Kinerja Sepur - Mengurangi Volume Kecelakaan Manfaat (Tercapainya Tujuan) - Kereta Api Aman dan Tepat Waktu Selesai Gambar 1.1. Flowchart Makro Pemikiran Tugas Akhir.

1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan tugas akhir ini secara garis besar dibagi dalam 5 (enam) bab, dan tiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, yang perinciannya adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini menerangkan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup pembahasan, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II Studi Pustaka Bab ini menyajikan teoritis tentang hal hal mengenai pemeliharaan jalan kereta api yang terkait dengan topik tugas akhir yang dibahas untuk analisis ataupun metoda selanjutnya. BAB III Metodologi Studi Bab ini penulis menjelaskan metode pengumpulan data dan hasil pengolahan data, bagaimana data tersebut diperoleh, dikelompokkan dan diolah dengan metode yang benar. BAB IV Analisis Data Bab ini menjelaskan analisis data mengenai hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan teori dan metode yang telah ada. BAB V Kesimpulan Dan Saran Dalam bab ini menjelaskan atau menyimpulkan keseluruhan hasil analisis maupun metoda yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini, dan memberikan saran terhadap permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini.

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Umum Pemeliharaan jalan rel sangat penting artinya bagi kecelakaan dan mutu operasional. Beberapa hal yang merugikan dapat terjadi sebagai akibat tidak dilakukannya pemeliharaan yang sebaik baiknya, misalnya berkurangnya kecepatan izin, hilangnya kenyamanan dan bahkan bisa terjadi derailment (kereta anjlok). Jalan rel mengalami berbagai macam perubahan yang diakibatkan oleh adanya beban beban yang bekerja padanya dan juga akibat beberapa fenomena alam yang merugikan, berkaitan dengan sifat sifat fisik bahan. Mengingat hal hal tersebut diatas, tindakan pemeliharaan mutlak dilakukan dengan tujuan jalan rel tetap dalam kondisi baik sehingga dapat digunakan seoptimal mungkin. Pemeliharaan harus dilakukan secara berkala dan tidak hanya berupa perbaikan kerusakan kerusakan, melainkan juga perbaikan keadaan jalan rel (peningkatan jalan). 2.2 Pemeliharaan Jalan Rel 2.2.1 Pemeliharaan Rel Kerusakan yang umum terjadi pada rel disebabkan oleh gaya yang bekerja pada rel, baik berupa gaya horisontal maupun vertikal. Berikut beberapa macam kerusakan yang dapat terjadi pada rel dan uraian tentang cara perbaikan dan pemeliharaannya : 1. Aus pada bagian kepala rel, hal ini disebabkan adanya gesekan antara kepala rel dengan flens roda, yang biasanya banyak terjadi terutama pada lokasi di tikungan. Usaha yang dilakukan untuk memperkecil kerusakan tersebut antara lain : a. Rel dibuat miring 1 : 20 ke arah dalam. b. Pada tikungan, diberikan penambahan lebar sepur dan peninggian rel pada bagian luar lengkungan.

c. Rel diganti bila keausan melebihi batas yang ditentukan. 2. Aus pada sambungan rel (Battered Ends), hal ini terjadi karena adanya siar dilatasi pada sambungan sehingga timbul suatu pukulan atau genjotan dari roda yang makin lama menambah keausan rel. Untuk mengurangi impact tersebut, perlu dibuat dilatasi yang tidak melebihi syarat yang ditetapkan (maks.10 mm). Bila keausan yang ada menyebabkan tingkat kenyamanan dan keselamatan tidak dijamin sebaiknya rel diganti. 3. Retak pada lubang penyambung, disebakan oleh gaya gaya horisontal dalam arah longitudinal akibat accelerating, slowing down, stopping of train, perubahan temperatur dan unballanced traffic. Kerusakan itu bisa diatasi dengan cara antara lain : a. Pemasangan anti creepers. b. Penggunaan elastic fastening. c. Menjaga tingkat kekencangan baut baut sambungan. Bila retak menyebabkan tidak terjaminnya keselamatan, rel harus diganti 2.2.2 Pemeliharaan Alat Penyambung Rel Sambungan sambungan rel merupakan titik titik lemah pada jalan kereta api, karena impact / genjotan roda kereta sangat mempengaruhi stabilitas stabilitas sambungan. Beberapa kerusakan yang terjadi dan cara cara pemeliharaannya sebagai berikut : 1. Retak pada plat penyambung, diakibatkan oleh gaya dalam arah longitudinal. Plat yang retak dapat mengakibatkan rel patah yang bisa mengakibatkan derailment, penanggulangannya dengan mengurangi besarnya gaya gaya tersebut, antara lain dengan : a. Memasang anti creepers. b. Menjaga tingkat kekencangan baut sambungan. Bila keretakan cukup mengkhawatirkan, plat harus di ganti. 2. Aus pada plat penyambung, disebabkan gesekan antara rel dengan plat oleh adanya gaya dalam arah longitudinal. Plat yang

aus sukar untuk dikencangkan dan akibatnya adalah naikturunnya getaran pada sambungan, rel turun / miring. Perbaikan yang dilakukan diatur dengan memperhatikan jumlah angka keausan rel dan plat penyambung, yaitu : a. Keausan lebih kecil dari 1,5 mm, tanpa pelat penyambung. b. Keausan antara 1,6 mm s/d 2,5 mm, pelat isi 1 mm. c. Keausan antara 2,6 mm s/d 3,5 mm, pelat isi 2 mm. d. Keausan antara 3,6 mm s/d 4,5 mm, pelat isi 3 mm. e. Keausan antara 4,6 mm, pelat harus di ganti. Jika digunakan plat baru, harus diadakan pengukuran lagi. 2.2.3 Pemeliharaan Alat Penambat Rel Kerusakan yang umum terjadi adalah penambat yang sudah longgar sehingga rel bergerak naik turun diatas bantalan, yang mengakibatkan konstruksi di bawahnya mendapat penambahan beban. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut : a. Pencegahan penambat secara berkala. b. Jika banyak yang sudah kendor, dilakukan perbaikan yang harus dapat menjamin ketahanan bantalan selama mungkin. c. Jika penambat rusak / hilang, maka diganti dengan yang baru. 2.2.4 Pemeliharaan Bantalan Kerusakan kerusakan yang umum menimpa pada bantalan antara lain retak, robek, membusuk / keropos, terlalu banyak lubang dan patah. Cara cara pemeliharaan bantalan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Bantalan yang jelak / rusak masih bisa digunakan apabila : a. Masih mendukung rel di atas balas. b. Bantalan bantalan disampingnya masih dalam keadaan baik dan lebar sepur masih dapat dipertahankan. 2. Bantalan diganti jika keadaannya sedemikian rupa sehingga : a. Lebar sepur tidak dapat dipertahankan. b. Rel tidak lagi mendapat dukungan

Sedangkan pekerjaan penggantian bantalan dapat dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut : a. Mengorek balas di sekitar bantalan yang rusak. b. Melepas alat penambat dan mengeluarkan bantalan yang rusak. c. Membersihkan balas, sehingga merupakan dasar pendukung baik untuk bantalan yang baru. d. Memasukkan bantalan yang baru. e. Memasukkan plat landas antara rel dengan bantalan. f. Mengukur lebar sepur dan melubangi bantalan. g. Memasang penambat yang baru / penambat yang lama jika keadaannya masih baik. h. Mengembalikan balas. 2.2.5 Pemeliharaan Alas Balas Kerusakan kerusakan yang umum terjadi pada balas adalah material alas balas kotor dan alas balas hilang atau berkurang (biasanya terjadi pada daerah tikungan) sehingga kemantapan jalan rel akan menurun. Selain itu, terdapatnya kantong kantong balas yang ada di bawah balas dapat menimbulkan mud pumping. Bila ada kereta lewat, maka tanah dari kantong kantong balas akan mengotori balas di atasnya karena terjadinya pumping. Ada beberapa cara dalam pemeliharaan alas balas sebagai berikut : a. Balas harus dalam keadaan bersih. b. Bagian bawah balas diberi stabilisasi seperti pemakaian aspal, geotekstile, dan lain lain. c. Balas harus dapat memberikan dukungan pada bantalan. d. Permukaan balas harus rata dengan permukaan bantalan, baik di sisi maupun di antara kedua rel. e. Kelandaian alas balas harus dipelihara > 5 % untuk menjamin mengalirnya air secara sempurna. f. Kemiringan talud balas sebesar 1 : 2 harus dapat tetap terpelihara.

2.2.6 Pemeliharaan Wesel Wesel disepur raya harus diperiksa / dirawat tiap 3 bulan dan wesel disepur lainnya setiap 6 bulan (dengan bentuk D.145). angkah kerja merawat wesel, sebagai berikut : a. 1. Minyaki baut, ganti yang mati / rusak 2. Seluruh alat penambat yang hilang / kosong dilengkapi. 3. Beri tanda benang putih di rel letak bantalan, normalka jarak bantalan sesuai plat landas. 4. Tambah balas bila kurang, gorek dan bersihkan balas kotor atau kecrot. Angkatan, listringan diperbaiki. 5. Semua baut wesel dinormalkan posisi dan daya ikatnya. 6. Perhatikan gambar album wesel. b. 1. Periksa / normalkan ukuran pada : - Lidah terbuka ukuran pada : Wesel R.54 < 1 : 10 = 130 mm Wesel R.54 < 1 : 12 = 140 mm Wesel R.54 < 1 : 12 x type = 140 mm - Jarum ukuran pada : Lebar alur paksa = 34 mm Lebar alur terhadap klos = 38 mm Dalam alur minimal terhadap klos = 38 mm - Jaga ukuran point protection (sisi ujung jarum terhadap sisi dalam rel paksa) = 1033 mm, toleransi ± 1 mm. - Ujung jarum tidak boleh tersentuh, roda terinjak roda setelah lebar ujung jarum minimal = 30 mm 2.3 Pemeliharaan Geometri Selain kerusakan kerusakan pada material jalan rel, terjadi juga kerusakan / cacat pada geometri jalan kereta api dan toleransinya : a. Lebar sepur, lebar sepur normal / standar (L= 1067 mm) dan toleransi / penyimpangan yang diizinkan adalah -2 (1065) dan +5 (1072) harus diperbaiki / dirawat. Lebar sepur untuk lengkung, untuk jari jari lebih kecil dari 500 m sesuai PD.10 (1986) sebagai berikut :

R = 550 600 m = 1072 mm R = 400 550 m lebar sepur = 1072 = 1077 mm R = 350 400 m lebar sepur = 1092 mm R = 300 m lebar sepur = 1072 = 1087 mm R = 250 m lebar sepur = 1077 = 1087 mm R = 150 m lebar sepur = 1087 = 1087 mm R = 100 m lebar sepur = 1087 = 1087 mm Rumus pelebaran sepur (W), menurut (PD.10) 1986 d = jarak gandar 3 m R = jari jari W = Perlebaran sepur (2.1) b. Pertinggian, pada jalan lurus T = 0 dan toleransi pertinggian ±7 mm, penyimpangan dari toleransi harus segera di rawat / diperbaiki. Besarnya pertinggian menurut R.10 dengan rumus (2.2) T max = 110 mm ; T min = 8,87. V 2 /R = 56,5 T = pertinggian ; V = kecepatan max KA T(h) normal R = jari jari lengkung maximum PD.10, h = 5,95. Vr 2 /R W = Perlebaran sepur c. Anak panah (AP / F) Gambar 2.1. Anak Panah Lengkung.

Untuk tali busur = 20 m AP (F) = ±10 % x nilai anak panah. Pada jalan lurus AP = O, penyimpanagn dari toleransi harus di listring (digeser). F = anak panah tali busur = 10 m; y1,y2 = anak panah tali busur = 5 m dan f = ¼ f ; y1, y2 = ¾ f. d. Kedataran rel pada potongan memanjang jalan KA Gambar 2.2. Menentukan Titik Pedoman dan Titik Tinggi. Rel ambles bisa sebelah, atau bisa kedua duanya, toleransi sama dengan toleransi pada level ±7 mm. e. Ketidak rataan rel pada 4 tempat Gambar 2.3. Perbedaan Tinggi 4 Titik (Skilu). Atau perbedaan pertinggian AB dan CD atau disebut skilu (s) = twist. Contohnya timbangan di AB 20 mm, pertinggian di CD = 10 mm, maka nilai skilu adalah 20 10 = 10 mm. toleransi skilu 7 mm / 2,5 mm permeter untuk kecepatan 90 km/jam = 3 mm/m atau mm/m dan kecepatan dibawah 60 km/jam = 4 mm/m atau 12 mm /3 m. f. Voeg (celah) disambungan rel, minimum 1 mm pada siang hari (suhu maksimum). Maksimum lebar selah / siar diwaktu dingin malam hari / pagi hari = 15 mm.

g. Keausan rel maksimum, pada kepala rel ±10 % dari tingginya rel atau seperti rumus tersebut dibawah ini, sesuai PD.10. Rel > 33 kg/m maka e = 0,54 h - 4 Rel < 33 kg/m maka e = 0,54 h 3 2.3.1 Melistring (Meluruskan) Sebenarnya Listringan dapat dikerjakan tersendiri, tetapi pada umumnya, dikerjakan bersama sama dengan angkatan. Listringan dan angkatan dikerjakan dengan urutan sebagai berikut : a. Listringan dengan penggeseran kecil dari jalan kereta api, angkatan dikerjakan terlebih dahulu dan selanjutnya dilistring. b. Listringan dengan penggeseran lebar dari jalan kereta api, listringan besar dilakukan ditempat jalan kereta api, dilakukan angkatan dan dilistring lagi setelah jalan kereta api tepat pada kedudukannya. 2.3.2 Angkatan Langkah pengerjaan angkatan adalah sebagai berikut : a. Mengeluarkan balas (mengorek balas) dari kedua sisi dibawah rel sepanjang 70 80 cm agar dapat melakukan pemecokkan (dandang) dibawah bantalan. b. Melakukan pengukuran cacat yang ada. c. Mengangkat dua rel agar sejajar sama tinggi (water passing) dengan dongkrak. d. Memecok bantalan dalam keadaan rel sama tinggi. e. Mengembalikan / mengatur balas setelah angkatan dan pemecokan selesai. Penampang akhir dari balas harus menjamin drainase yang baik. 2.3.3 Recording System Tujuan pencatatan / pengukuran adalah mengetahui keadaan / kondisi jalan rel, baik penyimpangan vertikal maupun horisontal. Dengan mengambil suatu batas toleransi kondisi jalan rel tertentu,

hasil pengukuran tersebut dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan rel secara berkala. Untuk mengetahui kondisi jalan rel, terdapat dua tipe pengukuran, yaitu pengukuran akselerasi vertikal dan horisontal dan pengukuran karakteristik geometrik. 2.4 Perawatan Jalan Baja Berencana (Perjana) Prinsip dari metoda perjana adalah membeda bedakan kelas jalan tergantung dari passing tonase (tonase harian) kereta api yang melewatinya dan penentuan kelasa jalan ditetapkan berdasar standar UIC (Union Internationale Des Chemis Fer) yang merupakan persatuan jalan rel internasional dan banyak dipakai oleh perkeretaapian dunia. Keunggulan lain dari metoda perjana adalah merupakan sistem manajemen perawatan yang mempunyai fungsi fungsi, yaitu : a. Planning (perencanaan). b. Organizing (organisasi). c. Actuating (pelaksanaan). d. Controlling (pengawasan / pengendalian). dimana pelaksanaan fungsi fungsi tersebut diwujudkan dalam RPT (Rencana Perawatan Tahunan) kemudian RKM (Rencana Kerja Mingguan) serta Rencana Kerja Harian sedangkan untuk pelaksanaan pekerjaan perawatan dilengkapi dengan buku pedoman untuk perawatan jalan rel bagi juru jalan rel dan Kepala Distrik. Dalam pekerjaan pemeliharaan jalan kereta api memiliki struktur organisasi yang dimulai dari Kepala Distrik, yang kemudian dibawah nya Anak Kepala Distrik yang tugasnya adalah pembantu Kepala Distrik dalam pemeliharaan jalan kereta api sepanjang daerah lintas yang telah ditentukan oleh Kepala Distrik, yang selanjutnya dibawahnya terdapat dua mandor, yang fungsinya adalah untuk mengawasi para petugas pelaksana pemeliharaan yang urutannya berada dibawah mandor, seperti gambar dibawah ini.

Kepala Distrik 13.C Tangerang Administrasi Kepala Anak Distrik 13.C Tangerang Mandor 1 Mandor 1 - Juru Periksa Jalan Rel (Jpj) - Juru Jalan Kereta Api (Jrj) - Penjaga Jalan Perlintasan (Pjl) - Pekarya Jalan Rel (Pkj) - Juru Periksa Jalan Rel (Jpj) - Juru Jalan Kereta Api (Jrj) - Penjaga Jalan Perlintasan (Pjl) - Pekarya Jalan Rel (Pkj) Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas Jalan Rel Distrik 13.C Tangerang. Petunjuk pelaksanaan dalam pekerjaan pemeliharaan jalan kereta api : 1. Menentukan siklus perawatan sesuai kelas UIC, masing masing lintas. 2. Pendataan volume dan kondisi instalasi : a. D.143 = Pemeriksaan suku suku jalan. b. D.144 = Pemeriksaan bantalan 3. Mengisi buku lampiran (D.141 = Buku lampiran perhitungan kebutuhan tenaga dan material untuk perjana). 4. Membuata rencana perawatan tahunan (RPT). 5. Membuat usulan dan penetapan anggaran belanja. 6. Membuat rencana kerja mingguan dan laporan kerja mingguan (D.140) dengan lampiran (D.146). 7. Membuat laporan bulanan, (D.148, D.148A). 8. Mengisi (D.142) perawatan tahunan hasil kerja tiap tiap bulan.

Langkah langkah ini dikerjakan oleh Kepala Distrik yang tanggung jawab memelihara, mengawasi instalasi di daerahnya dan dibuat dari urutan 1 s/d 5 untuk menentukan rencana kerja mingguan yang diberikan pada mandor untuk dilaporkan kembali pada Kepala Distrik (No.6) selanjutnya dilaporkan pada Kepala Resort (No.7) dan dikembalikan pada Kepala Distrik (No.8). Syarat syarat untuk tercapainya tujuan Perjana ialah tenaga yang terampil, alat alat yang memadai dan sistem perawatan yang memadai. Ada beberapa kegiatan dalam Perjana, yaitu : 1. Perecanaan Perencanaan terdiri dari : a. Pendataan, material (D.143, D.144, D.145) dan geometri (Tkplw I, Lokrit, dll). Pengisian buku lampiran, jam orang (pemeriksaaan, penjagaan dan pendidikan latihan), jam orang (perawatan jalan rel). Jam orang artinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya : 1 orang dalam 3 jam : 3 jam orang. b. Pembuatan RPT (Rencana Pemeliharaan Tahunan), pembuatan rancangan anggaran belanja dan pedoman pelaksanaan. c. Pembuatan RKM (Rencan Kerja Mingguan), intruksi Kepala Distrik dan Laporan mandor. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan terdiri dari : a. - Memeriksa lintas, dll. - Penjagaan perlintasan. dll. - Pendidikan dan latihan. b. Perawatan sempurna, sesuai siklus UIC. c. Perawatan khusus, siklus 1 tahun. d. Perawatan geometri, siklus 2 sampai 6 bulan

Tabel 2.1. Siklus Perawatan Sempurna Pada Bantalan Jalan Rel. KLASIFIKASI UIC BANTALAN BETON & BANTALAN BESI 1 s/d 4 4 tahun 6 tahun 5 s/d 6 6 tahun 6 tahun 7 s/d 9 dengan kereta penumpang kecepatan > 90 km/jam 7 s/d 9 dengan kereta penumpang kecepatan < 90 km/jam 7 s/d 9 tanpa kereta penumpang kecepatan < 90 km/jam SIKLUS PERAWATAN SEMPURNA BANTALAN KAYU 6 tahun 8 tahun 8 tahun 10 tahun 8 tahun 12 tahun catatan : Siklus berkala ini dapat dipersingkat pada lintas dengan tikungan tajam / bila jalan rel sudah sangat tua umurnya. 3. Evaluasi dan penjagaan. a. Backlog mengenai : perawatan sempurna (RS), perawatan khusus (RK) dan perawatan geometri (RG). b. Produktifitas kerja mengenai : material dan geometri. 2.4.1 Perawatan Sempurna Perawatan sempurna dibagi dalam beberapa tipe pekerjaan yang berbeda seperti berikut : a. Pemasangan anti retakan bantalan b. Penggerindaan siar rel c. Pelumasan sambungan rel d. Pemeriksaan dan perbaikan patok pada lengkung e. Perbaikan jarak bantalan, penyikuan dan pengaturan jarak f. Pelepasan, pengukuran keausan dan perbaikan sisi dalam pelat sambung g. Pemeriksaan, perbaikan dan pengencangan alat penambat h. Pemeriksaan lebar sepur dan variasi lebar sepur i. Penggantian bantalan yang tidak berfungsi lagi

j. Melengkapi balas pada wesel dan persilangan k. Pemeriksaan siar rel, pengedrekan rel dan penyikuan rel. Daftar pekerjaan ini bisa berubah sesuai dengan komponen jalan rel yang ada. Beberapa tipe pekerjaan terdiri dari penelitian dan pemeriksaan (pemeriksaan yang dihasilkan bila parameter tidak di ikuti atau material harus diganti) 2.4.2 Perawatan Khusus Perawatan khusus harus dikerjakan untuk melengkapi suatu siklus tanpa pekerjaan ekstra meskipun beberapa pekerjaan harus dikerjakan dengan teratur, yang tergantung pada kondisi jalan rel : kebanyakan dari pekerjaan ini terdiri dari penelitian dan harus direncanakan, diantaranyat : a. Penelitian rel secara terperinci, setiap tahun. b. Perawatan sambungan sambungan elektrik, secara periodik berdasarkan pengalaman. c. Pelumasan sambungan rel, dua kali setahun. d. Pemeriksaan siar rel dan pengedrekan rel, setiap tahun. e. Pemeriksaan komponen jalan rel, setiap tahun dalam wilayah perawatan tahun ini + 1. f. Penggantian rel yang kondisinya membahayakan kereta api atau merusak kenyaman, sekali setahun atau dua kali setahun sesuai dengan rencana penyerahan. 2.4.3 Pekerjaan yang Bersifat Khusus Perawatan dibagi dalam beberapa tipe pekerjaan yang berbeda. Masing masing tipe pekerjaan, selama perawatan sempurna dan perawatan khusus memerlukan penyelenggaraan khusus yang gunanya : a. Mengkhususkan regu untuk melaksanakan satu tipe pekerjaan pada satu waktu dengan peralatan yang pantas. b. Memperbaiki kondisi jalan rel.

Perubahan kondisi dari jalan rel umumnya lambat dan berapa besar masalah tersebut tidak akan langsung kelihatan. Karena itu, pekerjaan bias didahulukan, diteliti dan dilengkapi pada waktu yang terbaik dan dengan peralatan dan material yang diperlukann yang diantaranya : a. Angkatan (menyeluruh, pilih pilih dan pada sambungan). b. Wesel, wesel inggris dan persilangan) c. Sepur simpang sepur penyimpanan kereta / gerbong. d. Perawatan lain lain (pembersihan drainase, Pembersihan tubuh ban, pembersihan sekitar jembatan dan kelayakan perlintasan dan sinyal sinyal. 2.5 Alat Perawatan Dan Perbaikan Jalan Kereta Api Tabel 2.2. Peralatan Untuk Perawatan Dan Perbaikan Jalan Kereta Api.

No. Nama Alat Penggunaan Untuk Pekerjaan 1 Mistar Angkatan dengan benang nylon 30 m Angkat listring Timbangan rel dengan waterpass 2 a. dari kayu - Mengukur pertinggian rel angkat lestreng b. dari logam - Pengukur lebar sepur c. kombinasi dengan pengukur lebar sepur - Pengukur kerataan rel dan lebar sepur 3 Teropong 1. pendek Pengoptikan sebelum di MTT 2. dengan statif Angkat lestreng 4 Danso meter Pengukur genjotan 5 Thermometer rel Untuk suhu rel 6 Blok rit Pengukur goyangan 7 Macktrak (inggris) Pengukur goyangan 8 Jokosida (jepang) Pengukur goyangan 9 Pengukur profil rel 10 KA ukur TKPLW Pengukur goyangan 11 KA ukur HITACHI Jalan rel KA ukur PLASER Vertikal 12 KA ukur THEERER Horisontal KA ukur EM.120 Lebar spur skilu 13 Dongkrak rel Robel 5 ton Angkat lestrengan 14 Dongkrak rel Elephant 10 ton Angkat lestrengan 15 Dongkrak hydrolik 510 ton Angkat lestrengan 16 Gal.angkatan/listringan terbuat dari kayu pete Angkat / lestreng 17 Linggis listringan terbuat dari pipa besi 18 Ganto biasa puter penambat Angkat / lestreng

19 Ganto/dandang kombinasi, sebagian blencong 20 Mesin peck ringan (HIT) buatan, Penambat Shibaura, Uima, Geismar Balas Mesin pecok berat (MTT) Angkat lestreng dan pemadatan balas 21 1. Theurer buatan austria a. dengan 16 daun pecok u/ pecokan biasa Pecokan diluruskan & dilengkung tanpa b. dengan 4 daun pecok u/pecokan di wesel Pecok diwesel dan lengkung R < 200 yang dan rel garysol 22 Mesin pecok sedang HTT ex.rrc BLH 10A Untuk pemadatan balas 23 Mesin balas cleaner Untuk gorek pembersih balas 24 Mesin las rel pleser & Therer, las rel fesh Penyambung rel panjang 25 Mesin PBR 4 HP Pembersih balas profil balas 26 Mesin USP, VDM Timbris balas sesudah dipecok 27 Treck relaying unit Mengganti rel lengkap 28 Stone Blower Pemadat balas dengan tiupan angin 29 Mesin gerinda rel a. gerinda profil, gerinda belalai gerinda rel b. gerinda permukaan rel HP 14 Pengelasan rel Mesin potong rel Pekerjaan ganti rel 30 a. biasa (gergaji biasa) Ganti wesel b. abrasive dengan gerinda type 4 31 Mesin pengeras tirefond / baut rel Perawatan alat penambat 32 Mesin bor rel Ganti rel 33 Mesin bor bantalan Ganti bantalan 34 Mesin stral rel Untuk lengkung rel < 200 m 35 Mesin gergaji bantalan kayu (chainsaw) Potong bantalan kayu Macam - macam kunci alat penambat 36 a. kunci pas, kunci inggris, kunci de Clip b. gerinda permukaan rel HP.12 Pekerjaan Perbaikan pemasangan alat c. pandrol spilel puller penambat rel 37 Bor rel kotrel 30 mm & 25 mm Ganti rel 38 Bor bantalanel 14 & 16 Ganti bantalan 39 Gergaji rel Ganti rel potong rel 40 Gaj ajuterlyderhk Ngedrek rel 41 Tirpez Ngedrek rel 42 Garpu rel, cepitan rel Ganti rel 43 Alat angkat rel - rel lifter, rel looder, rel camer & rel changer 44 Rel bander Pembengkok rel sungu kebo (tanduk kerbau) Pelurus rel 45 Lori lori motor, lori dorong, lori lontrok, lori endel dan lori sepeda Alat pengangkut rel di jalan rel 46 Alat penerangan kerja mesin dengan genset Sumber : Distrik 13.C Tangerang

2.6 Struktur Jalan Rel Struktur jalan rel adalah struktur elastis, dengan pola distribusi beban yang cukup rumit, sebagai gambaran adalah tegangan kontak antara rel dan roda adalah sekitar 6000 kg/cm 2, dan harus ditransfer ke tanah dasar yang berkekuatan hanya sekitar 2 kg/cm 2. Secara grafis struktur jalan rel dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.5. Struktur Jalan Rel. Gaya yang ditimbulkan oleh kereta api yang melintas di atas jalan rel harus ditahan oleh struktur jalan rel, ialah : gaya vertikal, gaya horisontal tegak lurus sumbu sepur (gaya tranversal) dan gaya horisontal membujur searah sumbu sepur (gaya longitudinal.) 2.8.1 Gaya Vertikal Gaya ini adalah beban yang paling dominan dalam struktur jalan rel, gaya ini menyebabkan defleksi vertikal, dan defleksi vertikal ini adalah indikator terbaik dan kwalitas, kekuatan dan umur jalan rel. Secara garis besar, besarnya beban vertikal dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Gaya Lokomotif (Locomotive), Jenis lokomotif dapat dilihat dari cara penomorannya, - Lokomotif BB artinya beban ditumpu oleh 2 bogie, yang masing- asing bogie terdiri 2 gandar dan satu gandar terdiri dari dua roda sehingga : Jika berat lokomotif ( W lok ) = 56 ton, maka ; Gaya bogie (P bogie = P b ) = W lok /2 = 56/2 ton = 28 ton; Gaya gandar (P gandar = P g ) = P b /2 = 28/2 ton = 14 ton; Gaya roda statis (P statis = P s ) = P g /2 = 14/2 ton = 7 ton Gaya gandar, lebih dikenal dengan beban gandar (axle load) - Lokomotif Jenis CC, lokomotif ditumpu 2 bogie, masingmasing bogie terdiri 3 gandar. b. Gaya Kereta (Cai; Goach), Kereta dipakai untuk angkutan penumpang, sehingga karakteristiknya adalah kenyamanan (perlu ruang yang cukup) dan kecepatan yang tinggi (faktor gaya dinamis), Berat Kereta jika dimuati adalah sekitar 40 ton, dan ditumpu dengan 2 bogie (P b = 20 ton), dengan masing-masing bogie terdiri 2 gandar (P g = 10 ton), sehingga Ps = 5 ton. c. Faktor Dinamis, Faktor dinamis diakibatkan oleh getaran-getaran dari kendaraan rel, akibat angin, dan kondisi geornetri (ketidakrataan) jalan. Untuk mentransformasikan gaya statis kepada gaya dinamis, diformulasikan faktor dinamis sebagai berikut : Ip = 1 + 0,01 (V/1,609-5) (2.3) dengan : Ip = faktor dinamis V = kecepatan kereta api ( km/jam) Selanjutnya gaya dinamis dapat dihitung sebagai berikut : Pd = Ps x Ip (2.4) dengan : Pd = gaya dinamis (ton),

Ps = gaya statis (ton), dan Ip = faktor dinamis. λ = 4 k 4EIx (2.5) dengan : k = modulus elastisitas jalan rel =180 λ = dumping factor / characterisitc of the system Ix = momen inersia terhadap sumbu x x E = modulus elastisitas rel = 2,1 x 10 6 kg/cm 2 P =Pd = beban vertikal (dinamis roda) σ = M 1. y Ix (2.6) dengan : y = jarak tepi bawah rel ke garis netral M 1 = 0,85 Mo akibat super posisi beberapa gandar Ix = momen inersia terhadap sumbu x x = 2346 cm 4 2.8.2 Gaya Transversal Gaya ini disebabkan adanya gaya sentrifugal, Snake motion, dan ketidakrataan geometri jalan rel, bekerja pada titik yang sama dengan gaya vertikal di rel. 2.8.3 Gaya Longitudinal Gaya ini diakibatkan terutama oleh perubahan suhu pada rel ( thermal strees ), dan untuk konstruksi kereta api modern, dimana dipakai rel panjang (long welded nails), gaya ini sangat memegang peranan penting. Tambahan pada gaya longitudinal ini adalah gaya adhesi (akibat gesekan roda dan rel) dan gaya rem (akibat pengereman kendaraan rel).

2.7 Pengelompokkan Jalan Rel Perencanaan dan perancangan jalan rel di Indonesia sejak tahun 1986 (PD 10) menggunakan satu macam beban gandar saja, yaitu 18 ton. Penggunaan satu macam beban gandar sebesar 18 ton tersebut mempunyai maksud sebagai berikut : a. Perpindahan kereta api, baik kereta api penumpang maupun barang dari sepur satu sepur ke sepur lainnya yang kelasnya lebih rendah, dapat dilakukan tanpa harus mengurangi muatannya lebih dahulu. b. Setiap lokomotif dapat digunakan di semua sepur meskipun kelasnya berbeda. Kapasitas angkut lintas ialah jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu lintas dalam jangka waktu satu tahun, dengan satuan ton/tahun. Untuk menghitung besarnya kapasitas angkut lintas PT. Kereta Api (persero) menggunakan cara perhitungan berdasarkan atas persamaan di bawah ini : T = 360 x S x TE (2.7) TE = Tp + ( Kb x Tb) + (K1 x Tl) (2.8) dengan : T = kapasitas angkut lintas (ton/hari) TE = tonase ekivalen (ton/tahun) Tp = tonase penumpang dan kereta harian Tb = tonase barang dan gerbong harian Tl = tonase lokomotif harian S = koefisien yang besarnya tergantung pada kualitas lintas, yaitu : S = 1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang dengan kecepatan maksimum 120 km / jam. S = 1,0 untuk lintas tanpa kereta penumpang K b = koefisien yang besarnya tergantung pada beban gandar, yaitu : K b = 1,5 untuk beban gandar < 18 ton K b = 1,3 untuk beban gandar > 18 ton K 1 = koefisien yang besarnya ditentukan sebesar 1,4

Tergantung pada besarnya tonase fiktif T, klasifikasi lintas adalah sebagai berikut : Golongan 1 T > 120.000 Golongan 2 120.000 T > 85.000 Golongan 3 85.000 T > 50.000 Golongan 4 50.000 T > 28.000 Golongan 5 28.000 T > 14.000 Golongan 6 14.000 T > 7.000 Golongan 7 7.000 T > 3.500 Golongan 8 3.500 T > 1.500 Golongan 9 1.500 T Dalam menentukan komponen jalan rel, selalu dihitung berdasarkan beban (tegangan, passing tonnage), umur ekonomis, jenis konstruksi dan cara pemeliharaan. Berdasarkan hal hal tersebut, maka struktur jalan rel dibagi lima kelas, dengan pembagian sebagai berikut : Tabel 2.3. Standar Jalan Rel Indonesia. Kelas Jalan Rel Daya Angkut Lintas (ton/ tahun) V maks (km/jam) P maks Gandar (ton) Tipe Rel Jenis Bantalan Jarak (mm) Jenis Penambat Tebal Balas Atas (cm) Lebar Bahu Balas (cm) I > 20.10 6 120 18 R.60/R.54 Beton 600 EG 30 50 II 10.10 6-20.10 6 110 18 R.54/R.50 Beton /Kayu EG 30 50 600 III 5.10 6-10.10 6 100 18 R.54/R.50 Beton/Kayu/ EG 30 50 / R.42 Baja 600 IV 2,5.10 6-5.10 6 90 18 R.54/R.50 Beton/Kayu/ EG/ET 25 50 / R.42 Baja 600 V < 2,5.10 6 80 18 R.42 Kayu/Baja 600 EG 25 50 Catatan : ET = Elastis Tunggal ; EG = Elastik Ganda 2.8 Rel (Rail) Rel pada jalan kereta api mempunyai fungsi sebagai pijakan menggelindingnya roda kereta api dan untuk meneruskan beban dan roda

kereta api kepada bantalan. Rel ditumpu oleh bantalan - bantalan, sehingga rel merupakan batang yang ditumpu oleh penumpu-penumpu. Pengembangan dan bentuk dasar profil I tersebut terdapat tiga macam bentuk rel, yaitu (lihat Gambar 2.6) : rel berkepala dua, rel alun (Grooved Rail), dan rel Vignota. (a) Rel berkepala dua (b) rel alur (c) Rel Vignola Gambar 2.6. Macam-macam Bentuk Rel. Disajikan secara melintang, bagian rel pada gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kepala Rel (Head) yang dirancang sesuai dengan bentuk permukaan kasut roda kereta api untuk memperoleh kombinasi antara kualitas perjalanan yang baik dan tegangan kontak yang minimum. b. Badan Rel (Web) yang dirancang untuk dapat menghasilkan kuat geser yang cukup untuk melindungi terhadap kerusakan, terutama di sekitar lubang sambungan rel. c. Kaki Rel (Foot) yang dirancang untuk memberi kestabilan akibat guling (overturning) dan bidang yang cukup luas bagi penambat rel untuk menjepitnya secara efektif.

2.8.1 Karakteristik Rel Karakteristik Rel Karakteristik Tabel 2.4. Karakteristik Rel. Notasi dan satuan Tipe Rel R.42 R.50 R.54 R.60 Tinggi rel H (mm) 138,00 153,00 159,00 172,00 Lebar kaki B (mm) 110,00 127,00 140,00 150,00 Lebar kepala C (mm) 68,50 65,00 70,00 74,30 Tebal badan D (mm) 13,50 15,00 16,00 16,50 Tinggi kepala E (mm) 40,50.49,00 49,40 5 1,00 Tinggi kaki F (mm) 23,50 30,00 30,20 3 1,50 Jarak tepi bawah kaki rel ke garis horisontal dan pusat kelengkungan badan rel Jari-jari kelengkungan badan rel G (mm) R (mm) 72,00 76,00 74,97 80,95 320,00 500,00 508,00 120,00 Luas penampang A (cm2) 54,26 64,20 69,34 76,86 Berat rel Momen Inersia Terhadap Sumbu x Jarak tepi bawah Kaki rel ke garis netral W (kg/m) 42,59 50,40 54,43 60,34 I x 1.369 1.960 2.364 3.055 cm 4 Y b mm 68,50 71,60 76,20 80,95 Penampang melintang 2.8.2 Jenis Rel Terdapat tiga jenis rel menurut panjangnya, yaitu: rel standar, rel pendek dan rel panjang. Rel standar mempunyai panjang 25 meter. Penggunaan panjang 25 meter sebagai pengganti panjang rel standar 17 meter. Panjang minimum rel panjang tergantung pada

Kelas Jalan jenis bantalan yang digunakan dan tipe rel, seperti yang tercantum pada tabel 2.5. Tabel 2.5. Panjang Minimum Rel Panjang. Tipe Rel Jenis Bantalan R.42 R.50 R.54 R.60 Bantalan Kayu 325 m 375 m 400 m 450 m Bantalan Beton 200 m 225 m 250 m 275 m Penentuan panjang minimum rel panjang ialah berdasarkan pada pemuaian rel, gaya normal pada rel dan gaya lawan bantalan seperti uraian berikut ini. Dilatasi pemuaian rel ialah : dengan : L = L x λ x T (2.9) L : Pertambahan panjang (m) L : Panjang net (m) λ : Koefisien muai panjang T : Pertambahan temperatur ( C) Perumka dalam peraturan barunya, memakai dasar kelas jalan, sehingga tegangan ijin didasar rel, makin besar untuk kelas di bawahnya, dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6. Perhitungan Dimensi Rel pada Kelas Jalan Rel Perumka. Daya Kecepatan Beban Beban Tegangan Tegangan Angkut Rencana Gandar Roda Jenis Dasar Rel Ijin Lintas (kpj) (ton) Dinamis Rel (kg/cm2) (kg/cm2) (juta ton/thn) I > 20 150 18 19940 R-60 1042,3 1325 R-54 1176,8 (kg) II 10-20 140 18 16241 R-54 1128,2 R-50 1231,8 R-54 1097,7 III 5-10 125 18 15542 R-50 1178,8 1663 IV 2,5-5 115 18 14843 R-42 1476,3 R-54 1031 R-50 1125,8 R-42 1410 1325 1843 V > 2,5 100 18 14144 R-54 1343,5 2000

2.8.3 Sambungan Rel Sambungan rel ialah suatu konstruksi yang mengikat dua ujung rel, sedemikian sehingga kereta api dapat berjalan diatasnya dengan aman dan nyaman. Persyaratan sambungan rel secara lebih rinci dapat disampaikan seperti di bawah ini : a) Mempunyai kuat tarik yang mencukupi. b) Mampu mempertahankan dua ujung rel yang disambung. c) Mampu menahan gaya lateral yang terjadi sehingga lebar sepur dapat dipertahankan. d) Memberikan elastisitas yang cukup sehingga getaran dan goncangan pada rel dapat diserap. 2.9 Bantalan (Sleeper) Bantalan rel adalah landasan tempat rel bertumpu dan diikat dengan penambat rel oleh karena itu harus cukup kuat untuk menahan beban kereta api yang berjalan diatas rel. Secara praktis di Indonesia digunakan jarak bantalan sebagai berikut : jarak bantalan pada lintas lurus ialah 60 cm, pada tikungan jarak bantalan ialah sebesar 60 cm (diukur pada rel luar). Jarak ini seragam sepanjang jalur, kecuali pada bantalan tempat sambungan rel. Jarak bantalan tidak boleh lebih besar dibandingkan jarak bantalan biasa, panjang bantalan wesel minimal 50 cm di luar rel. 1. Bantalan Kayu, keunggulan yang menonjol pada bantalan kayu ialah : a. Elastisitas baik, mampu meredam getaran dan kebisingan. b. Ringan, mudah dibentuk sesuai ukuran yang dikehendaki. c. Penggantian bantalan mudah dilakukan. Kelemahan utama yang ada pada bantalan kayu ialah : a. Akibat dari pelapukan dan serangan rayap dan sejenisnya, umur penggunaan menjadi berkurang. b. Kayu merupakan bahan yang mudah terbakar. 2. Bantalan Baja, keunggulan pada bantalan baja di antaranya ialah : a. Ringan dan mudah diangkut. b. Tidak mudah lapuk, tidak diserang oleh binatang binatang kecil (rayap dan sejenisnya).

c. Elastisitas yang lebih besar. d. Pada balas yang baik, bantalan baja lebih tahan lama dibandingkan dengan bantalan kayu. e. Mudah dan relatif murah dalam pembuatannya. Kelemahan pada bantalan baja ialah : dapat terkorosi dan berkarat yang apabila ini terjadi dapat lebih mudah retak, konduktor listrik sehingga tidak cocok untuk kereta listrik yang aliran listriknya berada di bawah (diletakkan di atas bantalan). 3. Bantalan Beton, keunggulan bantalan beton ialah : a. Stabilitas baik, dapat menjaga lebar sepur dengan baik. b. Umur konstruksi panjang. c. Tidak dapat terbakar. d. Pengendalian mutu bahan mudah dilaksanakan, cocok untuk produksi massal (mass production). e. Beton bukan kondukor listrik. Kelemahan bantalan beton ialah : a. Kurang elastik dibandingkan dengan bantalan kayu. b. Pemasangan secara manual sulit karena berat bantalan. c. Kemungkinan kerusakan pada pengangkutan dan pengangkatan. 2.10 Penambat Rel Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian sehingga kedudukan rel menjadi tetap, kokoh dan tidak bergeser terhadap bantalannya. Sesuai dengan kemampuan elastisitas yang dapat diberikan oleh penambat rel, terdapat dua jenis penambat rel, yaitu : penambat kaku dan penambat elastis. Mengingat fungsinya penambat rel yang sedemikian, maka bahan yang digunakan harus berkualitas baik sehingga : a. Kuat jepitnya akan tetap mencukupi untuk jangka panjang. b. Dapat mempertahankan elastisitas dalam jangka panjang. c. Harus mampu mempertahankan lebar sepur.

d. Alas karet harus mampu mencegah merangkaknya rel, meredam getaran, melindungi permukaan bantalan dan mampu menahan beban yang bekerja padanya. 2.11 Balas (Ballast) Fungsi mekanik balas harus dapat menahan gaya yang diteruskan langsung melalui bantalan dan meneruskan gaya tersebut ke lapisan dasar jalan rel dengan menyebarkannya. Balas merupakan material yang baik karena gesekan bagian yang bersudut tajam akan menyerap tegangan. Fungsi fisik balas harus memungkinkan untuk mengalirkan air hujan yang dapat mengurangi kemantapan jalan rel dan lapisan dasar balas dapat bernapas. Bahwa ketebalan lapisan balas yang diperlukan tergantung pada : kuat dukung tanah dasar badan jalan rel, beban roda kereta api, kecepatan kereta api dan bahan balas Tebal minimum balas yang diperlukan, menurut Schramm (1961) tergantung pada jarak bantalan, lebar bantalan dan sudut gesek internal bahan balas, seperti yang ditunjukkan dengan formula berikut : Z min dengan : Z min = tebal minimum balas (m) S = jarak bantalan (m) B = lebar bantalan (m) θ = sudut gesek internal bahan balas ( o ) = S B (2.10) 2 tg θ 2.11.1 Balas Atas Persyaratan bahan lapisan balas atas ialah seperti berikut : a) Batu pecah yang keras, tidak mudah pecah oleh pembebanan. b) Tidak cepat aus oleh beban dan tahan terhadap cuaca. c) Bersudut (angular) d) Mempunyai gradasi tertentu sehingga mempunyai sifat saling kunci yang baik dan koefisien permeabilitas yang tinggi.

e) Subtansi yang merugikan tidak boleh terdapat dalam bahan balas melebihi prosentase tertentu, yaitu : Bahan yang lunak dan mudah pecah < 3 % Bahan yang lolos saringan no.200 < 1 % Gumpalan lempung < 0,5 % Keausan pada uji Los Angeles < 40 % Partikel tipis / panjang < 5 % 2.11.2 Balas Bawah Pada umumnya bahan balas bawah tidak memerlukan kualitas yang sangat baik seperti yang disyaratkan untuk bahan balas atas. Lapisan balas bawah terdiri atas kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar. Lapisan balas bawah ini berfungsi juga sebagai lapisan filter antara tanah dasar dan lapisan balas atas dan harus dapat mengalirkan air dengan baik. Gambar 2.7. Potongan Melintang pada Jalan Lurus. Gambar 2.8. Potongan Melintang pada Lengkung/Tikungan. Ketebalan lapisan balas yang diperlukan sesuai dengan kelas jalan rel seperti yang tercantum pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Ukuran ukuran pada Lapisan Balas. Kelas Jalan Rel I II III IV V d 1 (cm) 30 30 30 25 25 B (cm) 150 150 140 140 135 C (cm) 235 235 225 215 235 k 1 (cm) 265-315 265-315 240-270 240-250 240-250 d 2 (cm) 15-60 15-60 15-50 15-35 15-35 E (cm) 25 25 22 20 20 k 2 (cm) 375 375 325 300 300 2.12 Wesel (Switch) dan Persilangan Wesel adalah penghubung antara dua jalan rel dan berfungsi untuk mengalihkan / mengantarkan kereta api dari satu sepur ke sepur yang lain. Wesel biasa terdiri atas sepur lurus dan sepur belok yang membentuk sudut terhadap sepur lurus. Komponen komponen wesel sebagai berikut : lidah, jarum beserta sayap, rel lantak, rel paksa dan penggerak wesel. Perpotongan antara sumbu sumbu jalan rel (lurus dan belok) disebut titik pusat wesel. Gambar 2.9. Komponen Wesel. Jarum dan sayap untuk memberikan kemungkinan flens roda kereta api berjalan melalui perpotongan rel dalam wesel dipasang jarum beserta sayapnya. Sambungan antara jarum dengan kedua rel dalam atau sisi belakang jarum disebut akhir wesel. Rel lantak mengarahkan kereta api pada jalan rel yang dikehendaki maka lidah harus menempel dan menekan rel lantak. Kira kira 100 cm di depan ujung lidah, rel rel lantak disambung dengan penyambung rel sepertipada sambungan rel biasa, yang sering disebut sebagai awal wesel.

Pada sepur lurus hingga jarum, bantalan dipasang tegak lurus sepur, sesudah jarum bantalan dipasang tegak lurus garis bagi sudut simpang arah, pemasangan bantalan tegak lurus garis bagi sudut simpang arah ini hanya pada batas dimulainya pemasangan bantalan biasa. Kecepatan yang diijinkan saat kereta api melewati wesel tergantung pada sudut simpangan arah weselnya. Untuk memudahkan dalam komunikasi teknik digunakan istilah nomor wesel. Tangen sudut simpangan arah (),nomor wesel dan kecepatan ijin dapat dilihat tabel 2.8. Tabel 2.8. Tangent Sudut Simpangan Arah, Nomor Wesel dan Kecepatan Ijin. tg 1 : 8 1 : 10 1 : 12 1 : 14 1 : 16 1 : 18 Nomor Wesel W 8 W 10 W 12 W 4 W 16 W 18 Kecepatan ijin ( km/jam ) 25 35 45 50 60 70 Dalam gambar rencana emplasemen, sepur dan wesel digambar dengan garis tunggal. Supaya panjang wesel pada gambar dimaksud dapat mudah diketahui, wesel digambar dengan skema wesel yang menggambarkan ukuran wesel sehingga dapat digunakan untuk menggambar skema emplasemen secara berkala. Gambar 2.10. Wesel Biasa dan Skema Wesel Biasa. Keterangan gambar 2.10 : M : titik pusat wesel, yaitu titik potong antara sumbu sepur lurus dengan sumbu sepur belok. A : awal wesel, yaitu tempat sambungan rel lantak dengan rel biasa. B : akhir wesel. 1 : n ialah tangen sudut simpang arah.

Apabila dua jalan rel dari dua arah yang terletak pada satu bidang saling berpotongan, ditempat perpotongan tersebut harus dibuat suatu konstruksi yang memungkinkan roda dan flensnya dapat lewat je kedua arah dimaksud. Konstruksi itu disebut dengan persilangan berdasar atas sudut perpotongannya, terdapat dua jenis persilangan, yaitu : a. Persilangan siku siku, sudut perpotongannya 90 o. b. Persilangan miring, sudut perpotongannya kurang dari 90 o. dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Persilangan tajam, sudut perpotongannya kurang dari 40 o. 2. Persilangan tumpul, sudut perpotongannya lebih dari 40 o. Gambar 2.11. Persilangan Tajam. Persilangan tumpul dan siku-siku dapat dilihat pada gambar 2.12. Gambar 2.12. Persilangan Tumpul. 2.13 Jalan Perlintasan Bila jalan kereta api atau jalan baja menyilang jalan umum yang permukaannya sama tinggi dengan jalan baja itu sendiri, persilangan itu dinamai jalan perlintasan atau perlintasan atau juga lintasan. Pada pokoknya ada dua macam perlintasan :

a. Jalan perlintasan yang tidak dilalui kendaraan dan hanya untuk lalu lintas orang saja atau orang dan hewan b. Jalan perlintasan yang dilalui kendaraan. Sangat penting untuk diperhatikan pada perlintasan perlintasan ialah keamanan lalu lintas, baik lalu lintas dijalan umum maupun kereta api. Tabrakan antara kereta api dan kendaraan di jalan raya atau terlindasnya orang atau hewan yang melalui jalan perlintasan tak boleh terjadi. Untuk lintasan yang digunakan lalu lintas kendaraan, keamanannya harus memenuhi syarat syarat tertentu. Jalan lintasan yang penting diberi rel rel lawan untuk menjamin tetap adanya alur utnuk flens flens roda. Alur ini lebarnya 40 mm, dan harus selalu bersih dari batu batu. Dilengkung lebar alur pada rel dalam ditambah dengan besarnya perlebaran sepur supaya roda roda dalam tidak terjepit. Gambar 2.13. Perlintasan Sebidang 2.14 Peraturan Tentang Pemeliharaan Jalan Kereta Api Pemerintah telah menerbitkan undang undang dan peraturan pemeliharaan jalan kereta api secara umum, diantaranya sebagai berikut : a. Undang undang No.13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian. Mengenai penyelenggaraan perkeretaapian pada ruang lingkup semua tempat kerja dalam wilayah kekuasaaan hukum Republik Indonesia, dalam penyediaan dan perawatan prasarana dilimpahkan kepada badan penyelenggara, yaitu pemerintah. b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api.

Peraturan ini mencakup penyediaan, perawatan, pengusahaan, pemeriksaaan dan pengujian dalam penyelenggara perkeretaapian. c. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 52 Tahun 2000 tentang Jalur Kereta Api. Menjelaskan mengenai standar perawatan jalan kereta api dan ketentuan umum perawatan dan kegiatan perawatan. d. Undang undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Mengenai perawatan prasarana perkeretaapian, kelaikan prasarana perkeretaapian, pada ruang lingkup semua tempat kerja dalam wilayah kekuasaaan hukum Republik Indonesia, dalam penyelenggara prasarana wajib merawat prasarana perkeretaapian agar tetap laik operasi.

BAB III METODOLOGI STUDI 3.1 Umum Bab Metodologi Studi ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Pengumpulan data lapangan yang dilakukan berfungsi sebagai representasi dari keadaan sebenarnya di lapangan yang bervariasi. Bab ini akan menjelaskan tentang prosedur dalam melakukan studi yang menjadi topik laporan tugas akhir ini. Semua ini dilakukan agar data data yang menunjang studi tentang permasalahan ini dapat tersusun rapi dan sistematis sehingga tujuan studi ini dapat tercapai. Metodologi pelaksanaan studi meliputi : 1. Persiapan penelitian yang meliputi studi literatur mengenai topik topik yang sekiranya berhubungan dengan arah tujuan studi ini. 2. Metode pengumpulan data yang mencakup data lapangan dan data obyek studi (jalan rel). 3. Metode analisis data yang akan digunakan dalam studi. Hal hal yang akan dibahas antara lain adalah pembahasan mengenai data yang diperlukan, pemilihan lokasi studi, prosedur dalam pengumpulan data lapangan, prosedur penyajian data dan beberapa rekapitulasi data yang diperoleh dari survey lapangan. Metodologi ini diperlukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, terutama karena dibutuhkan waktu, tenaga, serta biaya ketika melakukan survey lapangan. Secara umum program kerja dapat dilihat pada flowchart yang terdapat pada Gambar 3.1. Skema tersebut menjelaskan gambaran menyeluruh terhadap urutan pengerjaan tugas akhir ini yang dilakukan secara teratur dan sistematis

Mulai Identifikasi Masalah dan Penentuan Tujuan Studi Pustaka - Literatur, Perjana, Reglemen - UU Perkeretaapian Pengumpulan Data Data Sekunder - Frekuensi Lalu Lintas KA - Frekuensi Pemeriksaan - Total Quality Index (TQI) Data Primer - Data Material Jalan Kereta Api - Wawancara Dengan Ka. Distrik Pengolahan Data - Validasi Data - Perhitungan Data Analisis Data Kesimpulan Dan Saran Selesai

Gambar 3.1. Flowchart Pembuatan Tugas Akhir. Identifikasi masalah dilakukan dengan mengambil fokus pada permasalahan pemeliharaan jalan kereta api yang dibatasi pada prasarananya, konstruksi jalan rel yaitu material jalan kereta api dalam pelaksanaan pemeliharaan. Langkah kedua adalah melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan informasi tertulis mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem pemeliharaan jalan kereta api, sehingga penulis mendapatkan gambaran mengenai pemeliharaan dan perbaikan jalan kereta api. Studi pustaka lebih diarahkan pada tinjauan makalah, jurnal, artikel, undang undang perkeretaapian mengenai pemeliharaan jalan kereta api serta standar pedoman pemeliharaan jalan kereta api di Indonesia, text book, dan juga media lainnya. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data primer dan data sekunder yang didapat dari hasil survey data dan wawancara dengan pihak pihak yang terlibat langsung dengan pemeliharaan jalan kereta api yang ditinjau. Penggunaan wawancara disini berfungsi untuk mengantisipasi keterbatasan komunikasi yang mungkin terjadi dengan kalangan tertentu serta meningkatkan tingkat validitas dari survey data. Target data yang dibutuhkan adalah pemeliharaan pada jalur lintas duri tangerang, Distrik 13.C Tangerang. Sehingga penulis berasumsi bahwa PT. Kereta Api setidaknya mengetahui peraturan pemerintah mengenai pemeliharaan dan mempunyai sistem pemeliharaan kereta api. Data yang diperlukan antara lain adalah frekuensi lalu lintas KA, Frekuensi pemeliharaan, data Total Quality Index (TQI) dan inventaris material jalan kereta api serta faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses pemeliharaan dilapangan. Dalam penelitian tugas akhir ini, jalur lintas yang menjadi obyek penelitian adalah jurusan duri tangerang masuk dalam Distrik 13.C Tangerang yang berlokasi di provinsi DKI Jakarta dan Banten. Dari informasi yang diperoleh, kemudian dilakukan rekapitulasi dan pengolahan data pemeliharaan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Metode ini menggunakan data kualitatif berupa kata, kalimat, ataupun gambar, dan disajikan dalam bentuk tabularis dan grafik. Dengan digunakan metode ini diharapkan data dapat menjadi lebih mudah dibaca dan dipahami. Selanjutnya data dianalisis dan diambil hubungannya antara satu data dengan data yang lainnya sehingga menghasilkan suatu kesimpulan mengenai sistem pemeliharaan jalan kereta api beserta faktor faktor yang mempengaruhi dalam pemeliharaan jalan kereta api secara keseluruhan. Dari kesimpulan yang diambil ini, penulis kemudian memberikan saran baik untuk pemeliharaan yang lebih optimal, maupun untuk keperluan penelitian di masa yang akan datang. Secara lebih singkat, tahapan tahapan dalam program kerja pembuatan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi masalah dengan mengambil fokus pada pemeliharaan jalan kereta api pada jalur lintas jarusan duri tangerang. 2. Melakukan studi pustaka untuk mengumpulkan informasi tertulis mengenai studi pemeliharaan jalan kereta api. 3. Melakukan studi lapangan dengan cara survey data pada instansi terkait dan wawancara dengan pihak pihak yang terlibat langsung dalam pemeliharaan jalan kereta api yang sedang ditinjau. 4. Mengolah data yang diperoleh dari studi lapangan yang dilakukan dan menyajikan data tersebut melalui berbagai bentuk tabel dan grafik yang dapat mempresentasikan keadaan lapangan sebenarnya. 5. Analisis data dari hasil pengolahan data untuk dianalisis apakah kebutuhan material dan pelaksanaan pemeliharaan sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat apakah dalam pelaksanaannya, dengan sumber daya, peralatan dan sistem perawatan yang ada dapat memenuhi kebutuhan sehingga tidak terjadi backlog. 6. Mengambil kesimpulan dari hasil analisa data yang diperoleh dan memberikan saran baik untuk pemeliharaan yang lebih optimal, maupun untuk keperluan penelitian di masa yang akan datang. 3.2 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan studi lapangan, penulis perlu melakukan beberapa persiapan. Persiapan yang dilakukan meliputi studi pustaka dan survey data dan wawancara. Penjelasan mengenai persiapan penelitian akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Studi literatur Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, studi pustaka lebih diarahkan pada tinjauan makalah, artikel pada jurnal, undang undang perkeretapian mengenai pemeliharaan jalan rel serta standar pedoman pemeliharaan, text book, dan juga media lainnya untuk mengumpulkan informasi mengenai sistem pemeliharaan jalan kereta api. 2. Pengumpulan dan Pengolahan Data, sebagai berikut : a. Pengumpulan data dengan survey data pada instansi terkait, bertujuan untuk mengetahui sistem pemeliharaan jalan kereta api yang sedang dikerjakan. b. Wawancara, bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi sistem pemeliharaan jalan kereta api. c. Pengolahan data di lakukan dengan metode statistik deskriptif, metode statistik ini memberikan penyajian dan analisa secara deskriptif yang sederhana dan mudah dipahami. 3. Menganalisa dan perhitungan pemeliharaan jalan kereta api. 3.3 Model Penelitian Model proses pada penelitian ini berdasarkan atas pendekatan teori dan fenomena yang terjadi. Dengan cara mengindetifikasi faktor faktor yang berpengaruh dalam proses penelitian. sistem pemeliharaan jalan kereta api Jurusan Duri Tangerang (INPUT) dengan parameter pemeliharaan (PROSES) terhadap mutu operasional kereta api (OUTPUT). Sistem Pemeliharaan Jalan KA Parameter Pemeliharaan Mutu Operasional Kereta Api INPUT PROSES OUPUT

Gambar 3.2. Model Penelitian. 3.4 Pengumpulan Data Pada pelaksanaannya, penulis melakukan pemgumpulan data dengan cara mendatangi langsung ke instansi terkait, dengan mengajukan permohonan izin untuk survey data kepada kantor pusat DAOPS 1 Jakarta. Data data yang diperlukan untuk analisis antara lain : a. Data primer meliputi, yaitu : 1. Data material jalan rel. 2. Wawancara dengan Ka.Distrik. b. Data sekunder meliputi, yaitu : 1. Frekuensi lalu lintas KA (Jadwal perjalanan kereta api). 2. Frekuensi pemeriksaan. 3. Data Track Quality Index (TQI) dari kereta ukur (terlampir). Dimana Distrik 13.C Tangerang mempunyai batas wilayah pemeliharaan sepanjang di mulai dari Sta.0+600 km s/d Sta.19+293 km. Sta.Bojong Indah 7 + 713 KM Sta.Duri 0 + 000 KM Sta.Poris Indah 13 + 949 KM Sta.Rawa Buaya 9 + 241 KM 0 + 600 KM Sta.Batu Ceper 15 + 776 KM Sta.Pesing 3 + 680 KM Sta.Tangerang 19 + 293 KM StaKalideres 11 + 440 KM Sta.Grogol 1 + 881 KM

No. Nomor KA Gambar 3.3. Peta Lokasi Studi. Tabel 3.1. Jadwal Perjalanan Kereta Api. Berangkat Datang Jenis Tangerang Jakarta KA Keterangan 1 731 06.00 07.00 Ekonomi 2 339 06.45 Ke Thb - Sud Ke Depok Cisadane sabtu/minggu/lbr tidak jalan 3 341 07.00 07.45 Benteng minggu/lbr tidak jalan 4 391A 08.05 08.55 Benteng jalan hanya sabtu/minggu lbr 5 733 08.45 09.53 Ekonomi 6 343 09.00 09.45 Benteng 7 393A 10.00 10.45 Benteng sabtu/minggu/lbr tidak jalan 8 345 11.00 11.45 Benteng 9 735 12.00 13.00 Ekonomi 10 347 13.00 13.45 Benteng 11 737 14.45 15.54 Ekonomi 12 349 15.00 15.45 Benteng 13 351 17.05 17.50 Benteng sabtu/minggu/lbr tidak jalan 14 739 17.40 18.48 Ekonomi No. Nomor KA Berangkat Datang Jenis Jakarta Tangerang KA Keterangan 1 732 07.30 08.30 Ekonomi 2 342 08.00 08.44 Benteng minggu/lbr tidak jalan 3 392A 09.00 08.45 Benteng jalan hanya sabtu/minggu lbr 4 344 10.05 10.50 Benteng 5 734 10.30 11.40 Ekonomi 6 394A 11.15 12.00 Benteng jalan hanya sbtu/mggu lbr 7 346 12.00 12.45 Benteng 8 736 13.30 14.25 Ekonomi 9 348 14.00 14.44 Benteng 10 350 16.05 16.50 Benteng 11 738 3045 17.28 Ekonomi 12 340 Dr.Sud - Thb 17.45 18.36 Cisadane sabtu/minggu/lbr tidak jalan 13 352 18.00 18.45 Benteng minggu/lbr tidak jalan 14 740 19.00 19.57 Ekonomi Sumber : Distrik 13.C Tangerang

Tabel 3.2. Data Material Jalan Rel Lintas Duri Tangerang (Mei 2009). KATEGORI TOTAL NO MATERIAL JALAN REL SAT. ASSET (MATERIAL) ASSET BAIK RUSAK 1 REL TYPE R54 (KM'SP) KM 21.453-21.453 2 PENAMBAT PANDROL BH 143.304 1.802 145.106 PENAMBAT KAKU BH 11.256 1.126 12.382 BANTALAN BETON BH 35.826 181 36.007 3 BANTALAN KAYU (U/WESEL) BH 511 136 647 BANTALAN KAYU (U/SAMB.) BH 640 470 1.110 BANTALAN KAYU (U/JEMB.) BH 72-72 4 PLAT SAMBUNG BH 640 60 700 5 BAUT SAMBUNG BH 3.840 540 4.380 6 BALAS M3 32.179 1.746 33.925 Sumber : Distrik 13.C Tangerang Tabel 3.3. Data Pemeriksaan Wesel Distrik 13.C. Emplasemen Pesing Nomor Jenis Kanan / System Sudut Bulan Pemeriksaan Urut Wesel Rel Kiri Layanan Wesel 1 2 1 11B R54 KANAN PUSAT 1 : 12 2 13B R54 KIRI PUSAT 1 : 12 Emplasemen Rawa Buaya Nomor Jenis Kanan / System Sudut Bulan Pemeriksaan Urut Wesel Rel Kiri Layanan Wesel 1 2 1 11 R54 KIRI PUSAT 1 : 12 2 13 R54 KANAN PUSAT 1 : 12 Emplasemen Poris Nomor Jenis Kanan / System Sudut Bulan Pemeriksaan Urut Wesel Rel Kiri Layanan Wesel 1 2 1 11B R54 KANAN PUSAT 1 : 12 2 13B R54 KIRI PUSAT 1 : 12

Emplasemen Poris Nomor Jenis Kanan / System Sudut Bulan Pemeriksaan Urut Wesel Rel Kiri Layanan Wesel 1 2 1 11 R54 KIRI PUSAT 1 : 08 2 13 R54 KANAN PUSAT 1 : 08 3 23 R54 KANAN PUSAT 1 : 08 Sumber : Distrik 13.C Tangerang

NOMOR PETAK KM / HM URUT LENGK. JALAN BB EB 1 DU - PSG 0 + 911 1 + 218 2 DU - PSG 1 + 482 1 + 547 3 DU - PSG 1 + 602 1 + 662 4 DU - PSG 1 + 991 2 + 051 5 DU - PSG 2 + 111 2 + 171 6 DU - PSG 3 + 504 3 + 565 7 PSG -BOI 4 + 131 4 + 171 8 PSG -BOI 4 + 231 4 + 271 9 9 PSG -BOI 4 + 497 4 + 543 10 10 PSG -BOI 4 + 631 4 + 721 11 11A PSG -BOI 4 + 925 4 + 989 12 11B PSG -BOI 5 + 034 5 + 114 13 12A PSG -BOI 5 + 182 5 + 224 14 12B PSG -BOI 5 + 290 5 + 352 15 13 PSG -BOI 5 + 727 6 + 013 16 14 PSG -BOI 6 + 701 6 + 764 17 15 PSG -BOI 7 + 246 7 + 555 18 16 BOI - RW 7 + 722 7 + 937 Sumber : Distrik 13.C Tangerang R 708 2400 2400 2400 2400 600 2000 2000 3000 1680 2000 2000 1700 1700 985 5000 900 970 Tabel 3.4. Data Pemeriksaan Lengkung P SUDUT T L PLA AP 306,59 24 49' 00" 20 1067 69,21 70 60,01 01 26' 00" 0 1067 30 20 60,01 01 26' 00" 0 1067 30 20 60,01 01 26' 00" 0 1067 30 20 60,01 01 26' 00" 0 1067 30 20 61,72 05 51' 00" 30 1067 30 20 40,00 01 09' 00" 30 1067 30 82 40,00 01 09' 00" 0 1067 0 25 37.125 00 43' 00" 0 1067 0 17 90,5 03 05' 00" 0 1067 0 30 64,34 01 05' 00" 0 1067 30 25 64,34 01 51' 00" 0 1067 30 25 62.725 02 07' 00" 0 1067 0 29 62.725 02 07' 00" 0 1067 0 29 286.107 16 39' 00" 55 1067 30 50 62.284 00 44' 00" 0 1067 0 10 293,39 18 43' 00" 37 1067 27,89 55 214,33 12 40' 00" 27 1067 30 51 BULAN PEMERIKSAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KETERANGAN

NOMOR PETAK LETAK URUT PLT. JALAN KM / HM 1 DU - PSG 0 + 861 2 DU - PSG 1 + 641 3 DU - PSG 1 + 696 4 DU - PSG 2 + 235 5 DU - PSG 3 + 285 6 DU - PSG 3 + 976 7 PSG - BOI 4 + 000 8 PSG - BOI 4 + 296 9 8A PSG - BOI 4 + 731 10 8C BOI - RW 8 + 247 11 13A BOI - RW 8 + 735 12 13B BOI - RW 8 + 820 13 18 RW - KDS 11 + 290 14 27 BPR - TNG 18 + 051 15 28A BPR - TNG 18 + 770 16 28 BPR - TNG 18 + 775 17 29 BPR - TNG 19 + 935 Sumber : Distrik 13.C Tangerang Tabel 3.5. Data Pemeriksaan Perlintasan. LEBAR NAMA BULAN PEMERIKSAAN PLT. JALAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 6,00 SEMERU 11,00 MAKALIWE 11,00 SATRIA 5,00 HADIYAH 6,00 KARYA 11,00 DAAN MOGOT 1 11,00 DAAN MOGOT 2 6,00 KONENG 6,00 KEDOYA GARDEN 6,00 BOJONG INDAH 6,00 LINGKAR LUAR 6,00 LINGKAR LUAR 27,00 KALIDERES 6,00 JEND. SUDIRMAN 6,00 T.M.PAHLAWAN 6,00 T.M.PAHLAWAN 6,00 DAMYATI KETERANGAN DIJAGA DINAS OPERASI

Tabel 3.6. Data Pemeriksaan Perlintasan Liar. NOMOR PETAK LETAK LEBAR NAMA BULAN PEMERIKSAAN URUT PLT. JALAN KM / HM PLT. JALAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 18 DU - PSG 4 + 731 6,00 INSPEKSI BANJIR KANAL 19 DU - PSG 8 + 247 6,00 INSPEKSI BANJIR KANAL 20 DU - PSG 8 + 735 6,00 HEMAT 21 PSG - BOI 8 + 820 6,00 TAMAN KOTA 22 PI - BPR 11 + 290 5,00 BATU CEPER 23 BPR - TNG 18 + 051 4,00 TANAH TINGGI Tabel 3.7. Daftar Pemeriksaan Perlintasan Resmi yang tidak Dijaga. NOMOR PETAK LETAK LEBAR NAMA BULAN PEMERIKSAAN URUT PLT. JALAN KM / HM PLT. JALAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 24 8 B1 PSG - BOI 6 + 401 2,00 INSP.CENGAKARENG DRAIN 25 8 B2 PSG - BOI 6 + 485 2,00 INSP.CENGKARENG DRAIN 26 8 C1 BOI - RW 8 + 321 4,00 MARGA JAYA 27 14 BOI - RW 8 + 850 6,00 RAWA BUAYA 28 16A RW - KDS 10 + 205 2,00 KP SEMANAN 29 20 KDS - PI 12 + 645 4,00 PORIS GAGA 30 21 PI - BPR 14 + 099 6,00 AMPERA Sumber : Distrik 13.C Tangerang 10 10 11 11 12 12 KETERANGAN PERLINTASAN RESMI TIDAK DIJAGA KETERANGAN PERLINTASAN LIAR

Tabel 3.8. Daftar Kapasitas Jenis Pekerjaan. KAPASITAS / JAM NO URAIAN PEKERJAAN MANUAL BERAT MEKANIK RINGAN 1 PENGGANTIAN BANTALAN 0,3 BANTALAN 2 PENGGANTIAN REL 1,5 M' 3 PENAMBAHAN BALAS 0,5 M3 4 PENAMBAHAN PASIR 1 M3 5 MENGURAS BALAS 0,33 M'LINTAS 165 M'LINTAS 6 PEMELIHARAAN SAMBUNGAN REL 0,5 SAMB. REL 7 MENGEDREK REL 3 M'REL PENGENCANGAN ALAT-ALAT PENAMBAT 8 - BALOK KAYU 10 M'LINTAS - BALOK BESI 7 M'LINTAS - BALOK BETON 9 PERBAIKAN ALAT-ALAT PENAMBAT 2 ALT. PNBT 10 PENYIKUAN BANTALAN 5 BANTALAN 11 PENGATURAN JARAK BANTALAN 4 BANTALAN 12 PERAPATAN REL ANGKER 20 ANGKER 13 PEMASANGAN REL ANGKER 10 ANGKER 14 PENGGESERAN PELAT LANDAS 1 PELAT 15 PEMASANGAN PELAT JEPIT 11 PL. JEPIT 16 PEMASANGAN PELAT LANDAS 1 PL. LANDAS 17 PERBAIKAN LEBAR SEPUR 3 M'LINTAS 18 PENGGANTIAN BAUT BANTALAN BESI 3 BAUT 19 PENELITIAN ANAK PANAH DALAM LENGKUNG 40 M'LINTAS 20 PEMERIKSAAN REL 0,5 KM LINTAS 21 PENGIKIRAN SIAR REL 1 SAMBUNGAN 22 PENELITIAN PENGEMBANGAN SIAR REL 300 M'LINTAS 23 PELUMASAN SAMBUNGAN 10 SAMB. 24 PENYIAPAN PROGRAM TAHUNAN UNTUK 1/15 TAHUN YANG AKAN DATANG 25 ANGKATAN / LISTRINGAN 0,3 SAMB.

KAPASITAS / JAM NO URAIAN PEKERJAAN MANUAL BERAT MEKANIK RINGAN ANGKATAN SETEMPAT 26 - BALOK KAYU 3 M'LINTAS - BALOK BESI 3 M'LINTAS - BALOK BETON 2,5 M'LINTAS ANGKATAN MEYELURUH 27 - BALOK KAYU 1,1 M'LINTAS 250 M'LINTAS - BALOK BESI 1,1 M'LINTAS - BALOK BETON 0,9 M'LINTAS 28 LISTRINGAN SAJA 7 M'LINTAS 29 PENELITIAN PENGAMANAN / PENGUKURAN 0,5 WESEL 30 PENGENCANGAN BAUT - BAUT 0,2 WESEL 31 PELUMASAN 0,5 WESEL 32 PERBAIKAN KECIL (BAHAN-BAHAN) 0,2 WESEL 33 PENYIAPAN PROGRAM TAHUN DEPAN 0,33 WESEL 34 ANGKUTAN REL 0,1 TON 35 ANGKUTAN BALAS 0,5 M3 36 ANGKUTAN BANTALAN 0,5 BANTALAN 37 ANGKUTAN PASIR 0,5 M3 38 ANGKUTAN ALAT-ALAT PENAMBAT 0,025 TON 39 PENCABUTAN RUMPUT 3 M'LINTAS 40 BABATAN 5 M'LINTAS 41 MEMBERSIHKAN SELOKAN 5 M'LINTAS Sumber : Perjana 3.5 Pengolahan Data 3.5.1 Validasi Data Setelah melakukan kunjungan lapangan, dan wawancara ke lokasi pemeliharaan dan peningkatan jalan rel, data dan informasi yang diperoleh kemudian direkapitulasi dan ditetapkan untuk diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan barchart dengan tujuan agar mudah dibaca dan dipahami.

Tabel 3.9. Klasifikasi Tonase Kereta Api. No. Jenis KA Tempat Gross Jumlah Berat KA Duduk Ton Gerbong Ton Keterangan 1 Ekonomi 100 35 6 240 Berat KRL 2 Cisadane 100 35 6 240 Jika dimuati 3 Benteng 100 35 6 240 sekitar 40 ton Tabel 3.10. Frekuensi Perjalanan KA/hari. No. Jenis KA Jumlah Perjalanan (Hari) Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 1 Ekonomi 10 10 10 10 10 10 10 2 Cisadane 2 2 2 2 2 0 0 3 3 3 3 3 3 0 3 Benteng Total 3 3 3 3 3 3 0 8 8 8 8 8 8 8 2 2 2 2 2 0 0 28 28 28 28 28 24 18 Tabel 3.11. Tonase Kereta Api Harian. No. Jenis KA Berat KA Jumlah Berat Ton Perjalanan Ton/Hari Keterangan 1 Ekonomi 240 10 2400 2 Cisadane 240 2 480 3 Benteng 240 16 3840 Total 28 6720 Diambil yang terbanyak

Tabel 3.12. Prosentase Kerusakan Material Jalan Rel 2009. KATEGORI BOBOT NO MATERIAL JALAN REL SAT. ASSET (MATERIAL) RUSAK BAIK RUSAK (%) 1 REL TYPE R54 (KM'SP) KM 21.453-0,00% 2 PENAMBAT PANDROL BH 143.304 1.802 1,26% PENAMBAT KAKU BH 11.256 1.126 10,00% BANTALAN BETON BH 35.826 181 0,51% 3 BANTALAN KAYU (U/WESEL) BH 511 136 BANTALAN KAYU (U/SAMB.) BH 640 470 BANTALAN KAYU (U/JEMB.) BH 72-49,55% 4 PLAT SAMBUNG BH 640 60 9,38% 5 BAUT SAMBUNG BH 3.840 540 14,06% 6 BALAS M3 32.179 1.746 5,43% TOTAL 249.721 90,18% 3.5.2 Perhitungan Data Dari hasil kereta ukur yang dilakukan pada Distrik Tangerang didapat hasil, sebagai acuan dalam perawatan geometri jalan kereta api. Dibuat interval panjang 200 meter pada tiap petak jalan, untuk membuat TQI rata rata berdasarkan pembobotan nilai TQI. Data Track Quality Index (TQI) yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini. Tabel 3.13. Track Quality Index ANTARA DARI KM KE KM PANJANG KELAS TOTAL TQI KETERANGAN DU - TNG 0 + 600 0 + 800 200 4 45,5 DU - TNG 0 + 800 1 + 000 200 4 44,7 0-20 = 0 M'SP DU - TNG 1 + 000 1 + 200 200 4 41,1 21-30 = 200 M'SP DU - TNG 1 + 200 1 + 400 200 4 33,3 31-40 = 400 M'SP DU - TNG 1 + 400 1 + 600 200 4 31,7 41-50 = 800 M'SP DU - TNG 1 + 600 1 + 800 200 4 46,5 DU - TNG 1 + 800 2 + 000 200 4 28,0 PETAK JALAN DU - GRO J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 270,8 39

DU - TNG 2 + 000 2 + 200 200 4 32,9 DU - TNG 2 + 200 2 + 400 200 4 31,1 0-20 = 0 M'SP DU - TNG 2 + 400 2 + 600 200 4 25,3 21-30 = 982 M'SP DU - TNG 2 + 600 2 + 800 200 4 30,7 31-40 = 600 M'SP DU - TNG 2 + 800 3 + 000 182 4 28,6 41-50 = 200 M'SP DU - TNG 3 + 000 3 + 200 200 4 24,7 DU - TNG 3 + 200 3 + 400 200 4 23,1 PETAK JALAN GRO - PSG DU - TNG 3 + 400 3 + 600 200 4 37,7 DU - TNG 3 + 600 3 + 800 200 4 21,0 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 255,1 28 DU - TNG 3 + 800 4 + 200 400 4 39,3 DU - TNG 4 + 200 4 + 400 200 4 52,6 0-20 = 0 M'SP DU - TNG 4 + 400 4 + 600 200 4 41,7 21-30 = 0 M'SP DU - TNG 4 + 600 4 + 800 200 4 39,7 31-40 = 1400 M'SP DU - TNG 4 + 800 5 + 000 200 4 37,5 41-50 = 400 M'SP DU - TNG 5 + 000 5 + 200 200 4 44,8 > 50 = 200 M'SP DU - TNG 5 + 200 5 + 400 200 4 38,1 DU - TNG 5 + 400 5 + 600 200 4 32,7 PETAK JALAN PSG - TKO DU - TNG 5 + 600 5 + 800 200 4 36,7 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 363,1 40 DU - TNG 5 + 800 6 + 000 198 4 40,1 DU - TNG 6 + 000 6 + 200 200 4 35,9 DU - TNG 6 + 200 6 + 400 200 4 35,4 0-20 = 0 M'SP DU - TNG 6 + 400 6 + 600 200 4 42,4 21-30 = 200 M'SP DU - TNG 6 + 600 6 + 800 200 4 29,8 31-40 = 997 M'SP DU - TNG 6 + 800 7 + 200 399 4 35,4 41-50 = 200 M'SP J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 219,0 PETAK JALAN TKO - BOI 37 DU - TNG 7 + 200 7 + 400 200 4 35,3 DU - TNG 7 + 400 7 + 600 200 4 30,1 0-20 = 0 M'SP DU - TNG 7 + 600 7 + 800 200 4 25,8 21-30 = 1200 M'SP DU - TNG 7 + 800 8 + 000 200 4 26,0 31-40 = 600 M'SP DU - TNG 8 + 000 8 + 200 200 4 24,2 41-50 = 400 M'SP DU - TNG 8 + 200 8 + 400 200 4 34,7 DU - TNG 8 + 400 8 + 600 200 4 34,4 PETAK JALAN BOI - RW DU - TNG 8 + 600 9 + 000 400 4 44,1 DU - TNG 9 + 000 9 + 200 200 4 25,3 DU - TNG 9 + 200 9 + 400 200 4 21,4 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 301,3 30

DU - TNG 9 + 400 9 + 600 200 4 34,5 DU - TNG 9 + 600 9 + 800 200 4 21,6 0-20 = 200 M'SP DU - TNG 9 + 800 10 + 000 200 4 31,1 21-30 = 1200 M'SP DU - TNG 10 + 000 10 + 200 200 4 26,9 31-40 = 797 M'SP DU - TNG 10 + 200 10 + 400 200 4 30,5 41-50 = 0 M'SP DU - TNG 10 + 400 10 + 600 200 4 26,4 DU - TNG 10 + 600 10 + 800 200 4 24,2 PETAK JALAN RW - KDR DU - TNG 10 + 800 11 + 000 200 4 20,1 DU - TNG 11 + 000 11 + 400 397 4 32,3 DU - TNG 11 + 400 11 + 600 200 4 26,5 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 274,1 27 DU - TNG 11 + 600 11 + 800 200 4 28,3 DU - TNG 11 + 800 12 + 000 200 4 40,4 0-20 = 200 M'SP DU - TNG 12 + 000 12 + 200 200 4 32,5 21-30 = 1400 M'SP DU - TNG 12 + 200 12 + 400 200 4 33,5 31-40 = 800 M'SP DU - TNG 12 + 400 12 + 600 200 4 24,2 41-50 = 0 M'SP DU - TNG 12 + 600 12 + 800 200 4 26,3 DU - TNG 12 + 800 13 + 000 200 4 28,4 PETAK JALAN KDR - PI DU - TNG 12 + 600 13 + 200 200 4 18,1 DU - TNG 13 + 200 13 + 400 200 4 21,0 DU - TNG 13 + 400 13 + 600 200 4 22,2 DU - TNG 13 + 600 13 + 800 200 4 35,6 DU - TNG 13 + 800 14 + 000 200 4 22,8 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 333,3 28 DU - TNG 14 + 000 14 + 200 200 4 34,6 DU - TNG 14 + 200 14 + 400 200 4 40,2 0-20 = 200 M'SP DU - TNG 14 + 400 14 + 600 200 4 31,3 21-30 = 1000 M'SP DU - TNG 14 + 600 14 + 800 200 4 25,6 31-40 = 600 M'SP DU - TNG 14 + 800 15 + 000 200 4 27,2 41-50 = 0 M'SP DU - TNG 15 + 000 15 + 200 200 4 22,3 DU - TNG 15 + 200 15 + 400 200 4 19,8 PETAK JALAN PI - BPR DU - TNG 15 + 400 15 + 800 400 4 24,1 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 225,1 28

DU - TNG 15 + 800 16 + 000 200 4 20,9 DU - TNG 16 + 000 16 + 200 200 4 25,4 0-20 = 200 M'SP DU - TNG 16 + 200 16 + 400 200 4 26,0 21-30 = 1800 M'SP DU - TNG 16 + 400 16+ 600 200 4 28,8 31-40 = 0 M'SP DU - TNG 16+ 600 16 + 800 200 4 25,3 41-50 = 0 M'SP DU - TNG 16 + 800 17 + 000 200 4 27,9 DU - TNG 17 + 000 17 + 200 200 4 25,0 PETAK JALAN BPR - TNT DU - TNG 17 + 200 17 + 400 200 4 23,7 DU - TNG 17 + 400 17 + 600 200 4 25,5 DU - TNG 17 + 600 17 + 800 200 4 27,0 J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 255,5 26 DU - TNG 17 + 800 18 + 000 200 4 28,0 DU - TNG 18 + 000 18 + 200 200 4 32,4 0-20 = 16 M'SP DU - TNG 18 + 200 18 + 400 200 4 26,9 21-30 = 800 M'SP DU - TNG 18 + 400 18 + 600 200 4 22,9 31-40 = 400 M'SP DU - TNG 18 + 600 18 + 800 200 4 33,5 41-50 = 0 M'SP DU - TNG 18 + 800 19 + 000 200 4 27,5 DU - TNG 19 + 000 19 + 024 16 4 4,3 PETAK JALAN TNT - TNG J U M L A H TQI TQI RATA-RATA 175,5 18 Total TQI Distrik 1.3 C Tangerang 1. Total Quality Index 0 20 816 M SP 2. Total Quality Index 21 30 8.782 M SP 3. Total Quality Index 31 40 6.594 M SP 4. Total Quality Index 41 50 2.000 M SP 5. Total Quality Index > 50 200 M SP Jumlah Terukur 18.392 M SP + Keterangan : TQI 10 20 : Amat Baik ; TQI 20 40 : Baik TQI 40 60 : Sedang ; TQI 60 80 : Jelek TQI 80 100 : Sangat Jelek Data identifikasi dari Exception Report kereta ukur, sebagai berikut : a. Angkatan kanan dan kiri b. Lestrengan kanan dan kiri c. Lebar sepur d. Pertinggian

Tabel 3.14. Exception Report Distrik 1.3 C Tangerang ANTARA DARI KE KM PANJANG PARAMETER KERUSAKAN LOKASI KELAS KM MM' DU - TNG 0 + 153 0 + 155 1 Angkatan Kanan -22 0 + 154 4 DU - TNG 0 + 151 0 + 153 2 Lestrengan Kanan 33 0 + 151 4 DU - TNG 0 + 151 0 + 159 8 Lestrengan Kiri 19 0 + 156 4 DU - TNG 0 + 154 0 + 159 5 Lebar Sepur 22 0 + 157 4 DU - TNG 0 + 203 0 + 204 1 Angkatan Kanan -25 0 + 203 4 DU - TNG 0 + 198 0 + 205 7 Lestrengan Kanan -41 0 + 198 4 DU - TNG 0 + 198 0 + 205 8 Lestrengan Kiri -45 0 + 198 4 DU - TNG 0 + 263 0 + 274 11 Lebar Sepur 22 0 + 274 4 DU - TNG 0 + 273 0 + 274 2 Angkatan Kanan 22 0 + 273 4 DU - TNG 0 + 274 0 + 278 4 Lebar Sepur 27 0 + 275 4 DU - TNG 0 + 305 0 + 333 28 Lebar Sepur 40 0 + 315 4 DU - TNG 0 + 333 0 + 336 3 Lebar Sepur 40 0 + 336 4 DU - TNG 0 + 390 0 + 392 2 Angkatan Kanan 23 0 + 391 4 DU - TNG 0 + 395 0 + 397 1 Angkatan Kiri -23 0 + 396 4 DU - TNG 0 + 336 0 + 423 87 Lebar Sepur 40 0 + 346 4 DU - TNG 0 + 423 0 + 425 2 Angkatan Kiri -24 0 + 424 4 DU - TNG 0 + 423 0 +432 9 Lebar Sepur 42 0 + 431 4 DU - TNG 0 + 429 0 +432 3 Angkatan Kiri 28 0 + 431 4 DU - TNG 0 + 429 0 +432 3 Angkatan Kanan 25 0 + 431 4 DU - TNG 0 + 432 0 + 433 1 Angkatan Kiri 27 0 + 432 4 DU - TNG 0 + 440 0 + 442 2 Angkatan Kanan -24 0 + 441 4 DU - TNG 0 + 252 0 + 490 239 Pertinggian 17 0 + 262 4 DU - TNG 0 + 498 0 + 550 52 Pertinggian 18 0 + 502 4 DU - TNG 0 + 432 0 + 551 119 Lebar Sepur 46 0 + 500 4 DU - TNG 0 + 555 0 + 574 19 Pertinggian 18 0 + 567 4 DU - TNG 0 + 577 0 + 584 7 Lebar Sepur 23 0 + 579 4 DU - TNG 0 + 584 0 + 586 2 Lebar Sepur 20 0 + 584 4 DU - TNG 0 + 270 0 + 590 320 Lestrengan Kiri 86 0 + 500 4 DU - TNG 0 + 269 0 + 590 321 Lestrengan Kanan 79 0 + 499 4 DU - TNG 0 + 824 0 + 825 1 Angkatan Kanan -21 0 + 824 4 DU - TNG 0 + 940 0 + 944 4 Lestrengan Kanan 21 0 + 940 4 DU - TNG 0 + 940 0 + 944 4 Lestrengan Kiri 21 0 + 940 4 DU - TNG 0 + 998 1 + 002 3 Lestrengan Kiri 21 0 + 998 4 DU - TNG 0 + 998 1 + 002 4 Lestrengan Kanan 20 0 + 998 4 DU - TNG 1 + 026 1 + 030 4 Lestrengan Kiri 21 1 + 026 4 DU - TNG 1 + 026 1 + 031 5 Lestrengan Kanan 21 1 + 026 4 DU - TNG 1 + 037 1 + 041 4 Lestrengan Kiri 20 1 + 037 4 DU - TNG 1 + 037 1 + 042 5 Lestrengan Kanan 20 1 + 037 4

ANTARA DARI KE KM PANJANG PARAMETER KERUSAKAN LOKASI KELAS KM MM' DU - TNG 1 + 053 1 + 158 5 Lestrengan Kiri 44 1 + 156 4 DU - TNG 1 + 053 1 + 158 5 Lestrengan Kanan 20 1 + 153 4 DU - TNG 1 + 067 1 + 168 1 Lestrengan Kanan 20 1 + 167 4 DU - TNG 1 + 123 1 + 126 3 Lestrengan Kanan 20 1 + 123 4 DU - TNG 1 + 124 1 + 126 3 Lestrengan Kiri 21 1 + 124 4 DU - TNG 1 + 150 1 + 158 7 Lestrengan Kiri 20 1 + 150 4 DU - TNG 1 + 150 1 + 158 8 Lestrengan Kanan 20 1 + 150 4 DU - TNG 1 + 188 1 + 192 3 Lestrengan Kiri 20 1 + 188 4 DU - TNG 1 + 188 1 + 192 3 Lestrengan Kanan 19 1 + 189 4 DU - TNG 1 + 732 1 + 734 2 Angkatan Kiri -22 1 + 733 4 DU - TNG 1 + 737 1 + 740 2 Angkatan Kiri 23 1 + 738 4 DU - TNG 3 + 525 3 + 534 9 Lestrengan Kiri 20 3 + 525 4 DU - TNG 3 + 526 3 + 534 9 Lestrengan Kanan 21 3 + 526 4 DU - TNG 3 + 550 3 + 558 7 Lestrengan Kiri 20 3 + 550 4 DU - TNG 3 + 550 3 + 558 8 Lestrengan Kanan 21 3 + 550 4 DU - TNG 3 + 982 3 + 984 2 Angkatan Kiri -22 3 + 982 4 DU - TNG 4 + 011 4 + 014 3 Angkatan Kiri 25 4 + 013 4 DU - TNG 4 + 011 4 + 014 2 Angkatan Kanan 25 4 + 013 4 DU - TNG 4 + 351 4 + 353 1 Angkatan Kanan 24 4 + 352 4 DU - TNG 4 + 353 4 + 356 3 Angkatan Kiri 24 4 + 354 4 DU - TNG 4 + 353 4 + 355 3 Angkatan Kanan 27 4 + 353 4 DU - TNG 4 + 416 4 + 419 3 Pertinggian -19 4 + 416 4 DU - TNG 4 + 658 4 + 660 2 Pertinggian 18 4 + 659 4 DU - TNG 4 + 676 4 + 677 1 Pertinggian 18 4 + 676 4 DU - TNG 5 + 054 5 + 061 7 Pertinggian 18 5 + 055 4 DU - TNG 5 + 067 5 + 071 4 Pertinggian 18 5 + 069 4 DU - TNG 5 + 138 5 + 140 1 Angkatan Kiri 21 5 + 139 4 DU - TNG 5 + 800 5 + 805 6 Lestrengan Kiri -21 5 + 800 4 DU - TNG 5 + 799 5 + 805 6 Lestrengan Kanan -20 5 + 709 4 DU - TNG 5 + 849 5 + 853 4 Lestrengan Kanan -20 5 + 849 4 DU - TNG 5 + 848 5 + 854 6 Lestrengan Kiri -20 5 + 848 4 DU - TNG 5 + 875 5 + 877 2 Lestrengan Kanan -21 5 + 875 4 DU - TNG 5 + 984 5 + 992 8 Lestrengan Kanan -21 5 + 984 4 DU - TNG 5 + 984 5 + 992 8 Lestrengan Kiri -21 5 + 984 4 DU - TNG 5 + 735 6 + 014 276 Pertinggian -42 5 + 749 4 DU - TNG 6 + 020 6 + 024 4 Pertinggian -18 6 + 020 4 DU - TNG 6 + 481 6 + 484 3 Angkatan Kiri 26 6 + 483 4 DU - TNG 6 + 481 6 + 484 3 Angkatan Kanan 25 6 + 483 4 DU - TNG 7 + 324 7 + 331 7 Lestrengan Kanan -20 7 + 324 4 DU - TNG 7 + 324 7 + 332 7 Lestrengan Kiri -21 7 + 324 4 DU - TNG 7 + 339 7 + 342 3 Lestrengan Kiri -21 7 + 339 4 DU - TNG 7 + 339 7 + 342 4 Lestrengan Kanan -20 7 + 339 4 DU - TNG 7 + 386 7 + 387 1 Lestrengan Kiri -21 7 + 386 4 DU - TNG 7 + 368 7 + 401 34 Pertinggian -19 7 + 368 4 DU - TNG 7 + 427 7 + 442 15 Pertinggian -18 7 + 427 4 DU - TNG 7 + 455 7 + 460 6 Lestrengan Kanan -20 7 + 455 4

ANTARA DARI KE KM PANJANG PARAMETER KERUSAKAN LOKASI KELAS KM MM' DU - TNG 7 + 455 7 + 461 6 Lestrengan Kiri -21 7 + 455 4 DU - TNG 7 + 457 7 + 468 11 Pertinggian -19 7 + 457 4 DU - TNG 7 + 472 7 + 474 2 Lestrengan Kiri -21 7 + 472 4 DU - TNG 7 + 472 7 + 474 3 Lestrengan Kanan -20 7 + 472 4 DU - TNG 7 + 483 7 + 491 8 Pertinggian -18 7 + 483 4 DU - TNG 7 + 498 7 + 515 18 Pertinggian -18 7 + 498 4 DU - TNG 7 + 755 7 + 759 4 Pertinggian 19 7 + 755 4 DU - TNG 7 + 778 7 + 779 2 Lestrengan Kiri 20 7 + 778 4 DU - TNG 7 + 781 7 + 793 13 Pertinggian 18 7 + 788 4 DU - TNG 7 + 849 7 + 851 2 Lestrengan Kiri 22 7 + 849 4 DU - TNG 7 + 801 7 + 925 125 Pertinggian 18 7 + 861 4 DU - TNG 8 + 492 8 + 503 12 Pertinggian 18 8 + 498 4 DU - TNG 8 + 735 8 + 739 4 Angkatan Kanan 33 8 + 738 4 DU - TNG 8 + 736 8 + 739 4 Angkatan Kiri 30 8 + 738 4 DU - TNG 8 + 810 8 + 813 3 Angkatan Kiri 29 8 + 811 4 DU - TNG 8 + 809 8 + 813 3 Angkatan Kanan 30 8 + 811 4 DU - TNG 8 + 858 8 + 861 2 Lestrengan Kiri 20 8 + 858 4 DU - TNG 11 + 300 11 + 301 1 Lebar Sepur 17 11 + 300 4 DU - TNG 11 + 360 11 + 365 5 Pertinggian -18 11 + 360 4 DU - TNG 11 + 394 11 + 402 8 Pertinggian -18 11 + 394 4 DU - TNG 11 + 448 11 + 449 2 Pertinggian -18 11 + 448 4 DU - TNG 11 + 463 11 + 468 5 Pertinggian -19 11 + 463 4 DU - TNG 11 + 917 11 + 919 2 Angkatan Kanan 24 11 + 918 4 DU - TNG 12 + 278 12 + 283 5 Pertinggian -18 12 + 278 4 DU - TNG 13 + 701 13 + 702 2 Angkatan Kiri 23 13 + 701 4 DU - TNG 18 + 769 18 + 771 3 Lestrengan Kiri 22 18 + 769 4 DU - TNG 18 + 991 19 + 016 25 Lestrengan Kiri 20 18 + 998 4 DU - TNG 18 + 992 19 + 016 25 Lestrengan Kanan 20 18 + 992 4 Tabel 3.9. Exception Report Distrik 1.3 C Tangerang 3.6 Proses Pemeliharaan Jumlah setiap tipe pekerjaan yang akan dicapai dengan memakai personil yang tetap (seperti banyaknya perincian yang dimungkinkan) yang merupakan rencana kerja. Jadwal pekerjaan yang diambil sebagai perhitungan untuk luasnya daerah pekerjaan prioritas dan hal hal lain seperti waktu penyerahan material, kondisi iklim yang sesuai, kesepakatan pelaksanaan untuk waktu kosong antara kereta kereta dan pembatasan kecepatan. Material yang akan dipakai untuk perawatan jalan rel sesuai kebutuhan yang tepat dari material, ini memungkinkan untuk perkiraan dan

kontrol anggaran perawatan, dan untuk revisi yang disesuaikan rencana sebenarnya serta kemampuan yang benar benar tersedia. Tahapan awal yang dilakukan dalam melaksanakan penanganan pemeliharaan adalah mengidentifikasi jenis asset yang akan dipelihara. Tahap selanjutnya adalah melakukan inspeksi terhadapa asset asset yang akan dipelihara. Berdasarkan data data tersebut kemudian dilaksanakan rekapitulasi terhadap semua jenis kerusakan yang diperoleh. PEMELIHARAAN JALAN REL START PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI PERBAIKAN Gambar 3.4. Diagram Alir Pemeliharaan Jalan Rel. 3.6.1 Pemeriksaan Jalan Rel Pemeriksaan jalan rel dapat dilaksanakan dengan : 1. Jalan kaki. Untuk mandor (juru jalan KA) setiap hari jalan kaki seluruh wilayahnya (± 6 km). Untuk DK, setiap hari jalan kaki maksimal ± 6 km (satu daerah regu atau 1 petak jalan dalam 1 bulan ± 144 km (26 hari) atau 6 kali sebulan seluruh daerahnya. Untuk SK, sekali dalam 6 minggu untuk seluruh wilayahnya (± 96 km) jadi 2 hari sekali sepanjang ± 6 km (satu petak jalan). Petugas pemeriksaan jalan kaki harus membawa bentuk check list dan buku catatan.

Semua temuan supaya dicatat yang perlu diperiksa dalam jalan kaki ialah : - Bangunan atas, rel, alat penambat, bantalan, balas segala kerusakan dan kekurangannya dicatat dan yang sudah bahaya segera ditindak lanjuti. - Bangunan bawah, badan tanah, drainase, selokan, bangunan hikmat, gejala longsoran lereng, dll. - Batas tanah perumka, pagar pagar, piket piket, gardu, tanda tanda, semboyan yang dipasang, dll. - Pekerjaan regu JPJ dan JPL. - Pekerjaan pekerjaan yang dikerjakan pihak ketiga oleh pemborongan dalam wilayah batas tanah perumka. 2. Lori (lori sepeda, lori motor). Pemeriksaan dengan lori objeknya sama dengan jalan kaki tapi waktunya terbatas, jadi hanya untuk pemeriksaan yang perlu saja. 3. Dengan kereta api ( lokrit dan borderesrit). a. Lokrit dengan menggunakan KA Ekspres yang berhentinya hanya stasiun besar saja. Cara lokrit : - Tulis nama jabatan dilaporan harian masinis (LMH). - Pemeriksaan daftar semboyan di LMH. - Cacat di laporan lokrit nomor lokomotif, nomor KA, antar petak jalan apa, cocokan dengan daftar semboyan di lintas. - Perhatikan orang regu kerja, PJL, JPJ, JPTW dan tenaga lain yang di tugaskan merawat jalan rel. - Catat goyang goyangan dengan kode kode / singkatan : A : Genjotan (vertikal) B : Goyangan / siklu C : Listringan (horizontal) x : Keras xx : Lebih keras

xxx : Keras sekali dan berbahaya harus segera diperbaiki dan langsung di informasikan ke regu perawatan. WS : Wesel LK : Lengkung P : Plat sambung JPL : Jalan perlintasan b. Bordesrit hamper sama dengan lokrit tetapi yang dicatat dan obyeknya lebih luas. Dalam bordesrit dapat dicatat alat penambat kendor, pandangan bebas perlintasan, tanah perumka yang ditempati pihak lain. 4. Dengan kendaraan lain : mobil, bus, sepeda dan sepeda motor. Pemeriksaan dengan kendaraan lain hanya dilakukan dalam hal yang mendesak dan obyeknya tertentu yang mudah dijangkau dengan kendaraan, seperti : pemeriksaaan wesel, lengkung, pekerjaan pemborong, dll. 5. Pemeriksaaan dengan KA ukur. Alat ukur track di PT. Kereta Api ada beberapa macam : Yoshidha portable jepang, matrack portable inggris dan alat ukur blok. Macam macam KA ukur : Ka ukur accelerometer ditarik lokomotif, KA ukur hitachi ditarik lokomotif dan KA ukur EM_120 buatan plasser dan theure Austria biasa. Kereta Api Ukur menghasilkan ukuran kerusakan jalan rel antara lain : - Angkatan rel kiri dan kanan. - Skilu, perbedaan tinggi pada 2 titik jalan rel dengan jarak 3 m. - Lebar sepur. - Pertinggian lengkung - Listringan rel kiri dan kanan. Yang dimaksud dengan kerusakan di atas ialah ukuran - ukuran yang melebihi toleransi harus segera diadakan perbaikan.

Persiapan perawatan jalan rel sebelum KA ukur lewat, sebagai berikut : a. Timbang jalan rel dengan water pas rel pada setiap 3 m. diluruskan timbangan harus 0, dilengkung sesuai dengan pertinggian yang ditentukan. b. Pecoki tempat tempat yang diangkat / ditimbang persis dibawah bantalan dibawah rel ± 20 cm kiri kanan rel. c. Pecok padat ditempat sambungan rel, dipangkal jembatan, dipangkal jalan perlintasan, pada lidah ada jarum wesel. d. Luruskan rel kearah horisontal dengan listringan memakai mistar benang nilon. e. Uji jalan rel dengan lokrit / bordesrit seiring mumgkin, jalankan mactrack / yoshida sebelum dijalankan KA ukur. f. Ulangi, perbaiki tempat tempat yang masih goyang / genjot. g. Perbaikan perbaikan harus sudah selesai minimal 3 hari sebelum KA ukur lewat dengan maksud untuk pemamtapan, kecuali terjadi goyangam keras harus segera diperbaiki. 6. Pemeriksaan dengan KA Inspeksi (KAIS) oleh Direksi. Biasanya setiap tahun minimal satu kali direksi mengadakan inspeksi keseluruh lintas KA khususnya (bagian belakangnya transparan / ditutup kaca). Persiapan kais hamper sama dengan persiapan KA ukur ditambah dengan memperhatikan K3 disekitar jalan rel yaitu : bersih dari rumput, selokan diperbaiki, bangunan hikmat dilebur, pagar pagar dan batas tanah diperbaiki, piket piket km/hm, tanda tanda, rambu rambu, semboyan semboyan dicat lagi sehingga dapat terbaca dengan jelas. Pandangan bebas jalan perlintasan diperhatikan, babat dan tebang bila ada yang menghalangi ruang bebas pandang. Persiapkan laporan checklist, daftar pemeriksaan lengkung, bangunan hikmat, jalan perlintasan, wesel dan bangunan dinas.

Persiapkan juga daftar / grafik lokrit, KA ukur, bosderit daftar taspat, daftar material, daftar alat alat, tenaga regu : penjaga jalan perlintasan, juru periksa jalan rel, dll. 3.6.2 Perbaikan Genjotan Disambungan (Aligment Track) Gambar 3.5. Perbaikan Genjotan Disambungan Langkah langkahnya : 1. Bila rel depect, tambal dengan las 2. Angkatan dilebihkan 2 3 mm 3. Pecok padat dari 4 arah 4. Balas kotor dikuras 5. Ganti dengan balas cersih 6. Alirkan ke sisi kanan kiri, jangan ada air dibawah bantalan 7. Ganti bantalan yang pecah atau lapuk (rusak) 8. Kerasi alat penambat Cara pemecokan biasa (manual) Gambar 3.6. Pemecokan berpasang pasangan.

3.6.3 Memelihara Jalan Kereta Api Untuk check list kebutuhan peralatan, sebagai berikut : 1. Periksa daftar hadir / rencana kerja mingguan (D.140) 2. Check alat alat regu : 2 Bendera merah 3 Bendera hijau 2/4 Dongkrak 6 Pacul 4 Dandang 2 Arit 1 Kunci Inggris 4 Kunci dop, panpuler, palu, bor bantalan (menurut kebutuhan) 4 Linggis perjana 2 Waterpass rel 2 Mall sepur 2 Skop 1 Gergaji rel, bor rel dll. 1 Mistar angkatam lengkap dengan nylon 30 m (teriping angkatan) 2 Garuk (garpu) balas 2 Pengki balas dari seng / bambu 1 Set lengkap mesin pecok (untuk regu mekanik) 1 Handy talkie untuk regu mekanik 1 Lori lontrok (endel) a). Pekerjaan Angkatan, langkah langkahnya : 1. Kerasi alat alat penambat 2. Tentukan titik tinggi sebagai pedoman 3. Angkat sesuai kebutuhan dengan menggunakan benang (pengorekan sesuai kebutuhan yang berlaku) b). Pekerjaan Listringan Angkatan, langkah langkahnya : 1. Kerasi alat alat penambat

2. Mengukur lebar sepur yang melebar / menyempit dibetulkan 3. Tentukan salah satu rel sebagai pedoman 4. Mengukur besarnya geseran 5. Gorek ujung bantalan sesuai arah lestrengan 6. Melistring dengan benang dan mistar c). Pekerjaan Ganti Bantalan, langkah langkahnya : 1. Balas disamping bantalan digorek secukupnya sedalam 5 cm dari dasar bantalan tembus kesamping 2. Bantalan baru disiapkan ditepi dan di boor sebelah dan diter seluruhnya 3. Bantalan yang akan diganti penambatnya dilepas kemudian bantalan dikeluarkan 4. Bantalan baru dimasukkan ketempat yang telah ditentukan, penambat dipasang untuk rel sebelah / kerasi penambat 5. Pasang sepur mall/lebar sepur sesuai ukuran siku kepala rel 6. Bor bantalan untuk rel sebelah 7. Penambat pasang dan kerasi. 8. Dandangi sampai padat dan cek dengan timbangan 9. Balas masukan dan profil 10. Bantalan bekas angkut ke emplasemen setasiun terdekat d). Pekerjaan Ganti Rel, langkah langkahnya : 1. Diawasi oleh Kepala Distrik 2. Pasang semboyan 3 3. Rel yang diganti di ukur tepat, perhitungkan siarnya 4. Rel untuk gantinya siap disamping dengan ukuran tepat sama dengan yang diganti 5. Bongkar rel yang akan diganti 6. Pasang rel pengganti tersebut lengkap dengan alat penambat 7. Selesai penggantian lapor pada Kepala Satsiun atau cabut semboyan 3 dengan telegram (oleh Kepala Distrik) 8. Rel bekas angkut ke stasiun terdekat 9. Dalam mengganti rel laksanakan diantara KA-KA e). Pekerjaan Rel Putus (untuk sementara), langkah langkahnya :

1. Gorek balas tepat dibawah rel yang putus 2. Memasang bantalan dibawah rel yang putus 3. Memasang alat penambat tepat pada rel yang putus 4. Padatkan kedudukan bantalan tersebut f). Pekerjaan Alat Penambat, langkah langkahnya : 1. Penambat yang dol pada bantalan kayu 2. Penambat dilepas 3. Membuat lubang bor baru (sebelumnya bor lama ditumbeng) 4. Lubang bor lama ditumbeng (tumbeng bor lama harus di teer) 5. Penambat dikerasi 6. Mengganti alat penambat pada bantalan kayu 7. Penambat lama dilepas 8. Penambat diteer 9. Pasang penambat / kerasi (ukur lebar sepur) g). Pekerjaan Balas Kotor, langkah langkahnya : 1. Gorek balas sedalam 5 sm dibawah bantalan buat miring kesamping tembus kanan/kiri tubuh ban 2. Balas dikeluarkan kesamping tubuh ban 3. Balas kotor di ayak dan masukkan balas yang bersih ke tubuh ban sesuai profil h). Pekerjaan Tubuh Baan, langkah langkahnya : 1. Tumbuh tumbuhan yang tinggi dibabat 2. Cabut rumput 3. Tubuh ban yang longsor diperbaiki dan dibuat tangga tangga 4. Kantong balas 5. Badan tanah digali sedalam / sampai kantong balas selebar 50 cm sampai tembus keluar tubuh ban dan dibuat miring 6. Galian diisi batu batu belah dan dilapisi ijuk (merupakan drainase) secukupnya 7. diatasnya diisi balas kemudian didandang sampai padat. 8. Sesuai dengan profil balas.

i). Pekerjaan Pembuangan Air (Selokan), langkah langkahnya : 1. Gali selokan dari tempat yang tinggi 2. Galian disesuikan dengan kemiringan selokan yang ditentukan 3. laksanakan galian selokan sebelum musim hujan permulaan turun (tiap tiap tahun) j). Pekerjaan Rambu / Piket, langkah langkahnya : 1. Periksa piket piket kilometer boog board dan patok patok batas tanah, andreas kruis semboyan 35 2. Bila ada yang hilang segera diganti 3. Cat yang warnanya sudah kabur / pudar, untuk diperbaharui 4. tanda tanda perlintasan, pemandangan masinis k). Pekerjaan Jembatan / Terowongan, langkah langkahnya : 1. Periksa jembatan atau terowongan 2. Bersihkan kotoran kotoran (rumput dan sebagainya) 3. Bila terjadi perubahan pada jembatan / terowongan segera laporkan pada Kepala Distrik 4. Peninjauan sungai / kali yang ada disekitarnya 5. Perubahan dan penampang aliran sungai / kali. l). Pekerjaan Semboyan 2A, 2B, 2C, langkah langkahnya : 1. Pasang 100 m dimuka dan 100 m dibelakang bagian yang dilindungi semboyan tersebut Pasang 100 m kanan atau kiri dari tempat yang dilindunginya dan 200 m kemuka atau kebelakang pasang semboyan 2A pasang 100 m kanan atau kiri dari tempat yang dilindunginya dan 200 m dari tempat tersebut didahului semboyan 2B dan 200 m dari tempat ini didahului lagi semboyan 2A, pemasangan semboyan 3 dalam keadaan mendadak 500 m kanan kir dari tempat yang dilindungi kalau tidak mendadak dipasang diawali dengan semboyan 2a, 2B seperti pemsangan semboyan 2C. m). Pekerjaan Pemecokan, langkah langkahnya : a. Pemecokan manual

1. Mengorek balas 20 cm kiri kanan rel bersilangan untuk pemecokan sampai 5 cm dibawah bantalan 2. Ukur rel dengan teropong / mistar angkatan dengan benang nylon, ukur pertinggian dengan waterpas rel 3. Pasang dongkrak tiap 6 bantalan atau 3 m 4. Pecok oleh 4 orang untuk sebuah bantalan secara bersilangan sesuai lubang gorekan diatas arahkan daun pecok persis ke bawah bantalan dibawah rel 5. Cek kepadatan pemecokan dengan dipukul dengan linggis atau dipecok yang tumpul. b. Pemecokan dengan Mesin Pecok Ringan (HTT) 1. Siapkan / hidupkan genset 15 menit sebelum pemecokan dimulai cek oli dan BBM sebelum mesin dihidupkan, besarnya gas mencapai tegangan 220 volt 2. Letakan genset ditengah lokasi pekerjaan diluar bebas dan tempat yang rata, uraikan kabel kabel dalam posisi yang aman cara menghidupkan harus satu persatu tidak boleh sekaligus 3. Siapkan lokasi pecokan ditempat yang balasnya cukup minimal 5 cm dibawah bantalan 4. Angkatan dengan dongkrak diukur dengan timbangan rel, mistar angkatan atau teropong angkatan 5. Pecok secara berpasangan berhadap hadapan 4 pecok sekaligus dioperasikan dalam satu bantalan, lamanya ±2 menit/bantalan pecokan dimulai dari dekat rel dengan jarak dari rel paling ajauh 40 cm meletakkan daun pecok berjarak 7 cm dari sisi bantalan 6. Bila angkatan tinggi lebih dari 25 mm maka pecokan harus bagian bantalan sebelah luar rel dulu kemudian sebelah dalam sisi rel. 7. Cek hasil pemecokan dengan dipukul pukul dengan linggis 8. Ulangi pecokan bila belum padat cek dengan timbangan dan sawangan

9. Diharapkan hasil pecokan HTT tahan sampai dengan 6 bulan 1 1 2 2 3 4 3 4 Gambar 3.7. Pecokan HTT c. Pemecokan dengan Mesin Berat (MTT) 1. Pengoperasian MTT ditentukan oleh Kasi jalan rel dan jembatan atas usulan Kepala Seksi / Kepala Distrik 2. Operasi MTT harus berdasarkan telex (surat kawat) yang diatur oleh Kasi JJ (Ikd) 3. MTT harus dikawal oleh Kepala Distrik / Anak Kepala Distrik atau petugas pengawal yang ditunjuk oleh Kasi jalan rel dan jembatan 4. Jalan KA yang akan dipecok oleh MTT harus cukup balasnya dan minimal punya ketebalan balas 15 cm dibawah bantalan 5. Alat penambat harus dikencangi dulu dan bantalan harus baik dan jaraknya teratur dan siku 6. Ada 2 metoda pecokan dengan MTT yaitu metoda persisi dan metoda kompensasi 7. Dimana metoda persisi harus dioptik dulu dengan terpong angkatan rel 8. Setelah di MTT mandor mengikuti dengan mengecek hasilnya ditimbang dengan waterpas rel dan bila timbangan tidak baik pecokan diulang lagi. 9. Waktu MTT kerja regu standby dengan bersih bersih babat rumput beresi balas dan bila sewaktu waktu MTT ada gangguan regu siap membantu dan melaksanakan hasil angkatan MTT.

BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Umum Setelah jalan rel dibangun dan digunakan untuk lalu lintas kereta api, seluruh komponen dan struktur jalan rel dapat rusak akibat beban dan gerakan kereta api, serta pengaruh cuaca. Apabila tidak dilakukan perawatan yang terus menerus, baik dan tepat, komponen dan struktur jalan rel dapat semakin memburuk sehingga dapat mengakibatkan perjalanan kereta api menjadi tidak aman, tidak nyaman dan tidak lancar. Maka kegiatan sekarang berubah penekanannya, yaitu dari pekerjaan pembangunan jalan rel baru menuju ke pekerjaan pemeliharaan jalan rel. Pemeliharaan jaringan jalan rel lebih rumit dan kompleks, dibandingkan dengan pembangunan jalan rel, pekerjaan pemeliharaan jalan bukanlah pekerjaan yang mudah. Persoalannya menjadi lebih rumit pada saat adanya keterbatasan anggaran serta adanya beberapa kendala teknis, misalnya beban lalu lintas kereta api yang cenderung semakin besar, kondisi cuaca yang kurang mendukung, serta gangguan lalu lintas pada saat pelaksanaan pemeliharaan. Tabel 4.1. Perbedaan Kegiatan Pembangunan dan Pemeliharaan. Item Pembangunan Pemeliharaan Pendekatan pelaksanaan Proyek Proses Waktu Relatif singkat Berjalan terus / Jangka pendek / Jangka panjang Lokasi Terbatas Tersebar Biaya per kilo meter Relatif tinggi Relatif rendah Kebutuhan ketrampilan Teknik, Teknik, Pengelolaan proyek Pengelolaan bisnis

4.2 Daya Angkut Lintas (Passing Tonnage) Untuk menghitung daya angkut lintas (Passing Tonnage) pada Jurusan Duri Tangerang, menggunakan cara perhitungan berdasarkan atas persamaan di bawah ini : T = 360 x S x TE TE = Tp + ( Kb x Tb) + (Kt x Tl) dengan : T = kapasitas angkut lintas (ton/hari) TE = tonase ekivalen (ton/hari) Tp = tonase penumpang dan kereta harian Tb = tonase barang dan gerbong harian Tl = tonase lokomotif harian S = koefisien yang besarnya tergantung pada kualitas lintas, yaitu : S = 1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang dengan kecepatan maksimum 120 km / jam. S = 1,0 untuk lintas tanpa kereta penumpang K b = koefisien yang besarnya tergantung pada beban gandar, yaitu : K b = 1,5 untuk beban gandar < 18 ton K b = 1,3 untuk beban gandar > 18 ton K 1 = koefisien yang besarnya ditentukan sebesar 1,4 TE = Tp + ( Kb x Tb) + (Kt x Tl) TE = 6.720 + ( 1,5 x 0) + (1,4 x 0) TE = 6.720 + ( 1,5 x 0) + (1,4 x 0) = 6.720 ton T = 360 x S x TE T = 360 x 1,1 x 6720 ton = 2.661.120 ton/tahun Dengan demikian Jurusan Duri Tangerang termasuk dalam kelas jalan IV (PD 10) = 5.000.000 2.661.120 2.500.000 (ton /tahun) dan golongan UIC 7 = 7.000 6.720 > 3.500

4.3 Hitung Tegangan Perhitungan tegangan tegangan pada komponen jalan rel pada Jurusan Duri Tangerang, dengan data sebagai berikut : Kelas jalan IV dengan V rencana = 115 km/jam dan beban gandar 18 ton serta rel R-54, transformasi beban roda yang dinamis ke statis ekivalen memakai persamaan TALBOT. Pd = Ps + 0,01 x P ( V 5) Pd = [ 9000 + 0,01 x 9000 ( 115/1,609 5 )] kg Pd = 14982,56 kg λ = 4 k 4EIx dengan : k = modulus elastisitas jalan rel =180 λ = dumping factor / characterisitc of the system Ix = momen inersia terhadap sumbu x x E = modulus elastisitas rel = 2,1 x 10 6 kg/cm 2 P = Pd = beban vertikal (dinamis roda) λ = 4 180 = 0,0098 cm 4 x 2,1 x 10 6 x 2346 Mo = Pd 4λ = 382208,16 kg/cm σ = M 1. y Ix dengan : y = jarak tepi bawah rel ke garis netral M 1 = 0,85 Mo akibat super posisi beberapa gandar Ix = momen inersia terhadap sumbu x x = 2346 cm 4

σ = 0,85 x 382208,16 x 7,62 Kg/cm 2 2346 = σ = 1055, 23kg/cm2 < 1843 kg/cm2... (ok!) Dari hasil perhitungan tegangan terhadap komponen jalan rel, maka tegangan yang ada masih 57,25 % dari tegangan yang diijinkan sehingga kinerja komponen jalan rel akan lebih maksimal. 4.4 Hitung Ketebalan Minimum Balas Tebal minimum balas yang diperlukan, menurut Schramm (1961) tergantung pada jarak bantalan, lebar bantalan dan sudut gesek internal bahan balas, seperti yang ditunjukkan dengan formula berikut : dengan : Z min S B 2 tg θ Z min = tebal minimum balas (m) S B = = jarak bantalan (m) = lebar bantalan (m) θ = sudut gesek internal bahan balas ( o ) Perhitungan tebal minimum balas : 1. Pada bantalan kayu, dimensi (2000 x 220 x 130) mm Z min = 0,6 0,22 2 tg 45 o = 0,19 m 19 cm 2. Pada bantalan baja dimensi (2000 x (144 + 232) x 7) mm Z min = 0,6 0,188 2 tg 45 o = 0,206 m 21 cm 3. Pada bantalan beton dimensi (2000 x (230 + 260) x 220) mm Z min = 0,6 0,26 2 tg 45 o = 0,1775 m 18 cm

Jadi ketebalan balas sangat dipengaruhi oleh luas perletakan bantalan dan mutu material balas terhadap sudut penyebaran gaya gesernya. Sedangkan menurut standar jalan rel di Indonesia pada kelas jalan rel IV tebal balas atas adalah 25 cm, untuk semua jenis bantalan. Jadi kinerja balas akan lebih maksimal dan penambahan / penggantian balas akan mempunyai tempo waktu yang cukup lama. 4.5 Analisis Perjana Bahwa jalur Koridor Sta.Duri Sta.Tangerang masuk dalam kategori kelas jalan IV (PD 10) dengan tonase ekivalen sebesar 2.661.120 ton/tahun dan golongan UIC dengan tonase anggapan sebesar 76.720 ton. Wilayah Distrik 13.C Tangerang ini mempunyai panjang sepur ± 19,293 km, dengan frekuensi lalu lintas kereta api listrik dalam sehari 28 KA/hari Sta.Bojong Indah 7 + 713 KM Sta.Duri 0 + 000 KM Sta.Poris Indah 13 + 949 KM Sta.Rawa Buaya 9 + 241 KM Sta.Batu Ceper 15 + 776 KM Sta.Pesing 3 + 680 KM Sta.Tangerang 19 + 293 KM StaKalideres 11 + 440 KM Sta.Grogol 1 + 881 KM Gambar 4.1. Peta Lokasi Studi