BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I.PENDAHULUAN. Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. yang ada saat ini seperti Course Builder, Visual Basic, atau Dream weaver

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses, produk,

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pemikir yang jauh lebih baik dari makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biologi belum secara maksimal diterapkan, terutama dalam pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUA N A.

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem pencernaan termasuk ke dalam mata pelajaran Biologi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung, untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami dan mengamati alam sekitarnya (Depdiknas, 2006). Pada KTSP pembelajaran dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap secara ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Dengan demikian kemampuan KTSP lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses atau kerja ilmiah (Rohaeti, 2009). Paidi (2013) melaporkan kerja ilmiah belum dikembangkan oleh sebagian besar Guru MIPA. Sekalipun GBPP IPA tahun 1994 dan 1997, baik untuk SD, SLTP, maupun SLTA, telah menunjuk dengan jelas macam pendekatan yang perlu diimplementasikan oleh setiap Guru MIPA dalam pembelajaran MIPA di kelasnya, pendekatan keterampilan proses (PKP), namun sampai bertahun-tahun kurikulum itu bergulir, keterampilan tersebut belum bisa dikembangkan pada para siswa dengan baik. Bahkan ketika diintroduksikan KTSP (Kurikulum 2006), kerja ilmiah (scientific process) tetap saja jarang dikembangkan oleh para Guru MIPA 1

2 di kelas mereka. Salah satu penyebabnya adalah belum terbiasanya Guru MIPA mengembangkan kerja ilmiah. Kerja ilmiah merupakan salah satu bentuk pendekatan proses sains. Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran sains di lingkungan SMP Swasta Tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan, didapati siswa masih belum terampil mengimplementasikan prosedur kerja praktikum (pembelajaran sains) walaupun kemampuannya dalam observasi atau mengamati (salah satu indikator keterampilan dasar sains) sudah cukup baik. Rezba (1995), menyetujui bahwa observasi merupakan aspek proses sains (scintific skill) yang terendah; Observasi dipandang sebagai keterampilan proses yang dasar (basic competency) dalam belajar sains. Dari keterampilan dasar ini pada seseorang (siswa) dapat dikembangkan keterampilan lainnya, ialah keterampilan melakukan pengukuran, klasifikasi, pengkomunikasian, prediksi, dan penyimpulan (inferensi). Lebih lanjut dijelaskan oleh Rezba (1995), bahwa dari keterampilan-keterampilan proses ini, masih dapat dikembangkan untuk aspek kerja ilmiah lainnya, antara lain keterampilan tabulasi data, membuat grafik, mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel, membangun hipotesis, membuat rancangan pengamatan, menganalisis data, mendiskripsikan hubungan antar variabel, dan melakukan percobaan. Menurut Subali (2010), rendahnya penguasaan keterampilan proses sains dalam mata pelajaran IPA di SMP dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggunakan model pengukuran pola divergen. Subali (2010) melaporkan tidak adanya peningkatan penguasaan keterampilan proses sains sejalan dengan peningkatan jenjang kelas. Subali (2010) juga menambahkan, bahwa kelemahan

3 peserta didik pada mata pelajaran IPA di SMP tidak hanya dalam penguasaan keterampilan proses sains tetapi juga pada penguasaan produk sains. Hal itu dapat dilihat pada kegagalan peserta didik menyelesaikan ujian bentuk uraian nonobjektif dalam mengikuti Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Laporan TIMSS menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi matematika siswa kelas VIII Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32 dari 38 negara dengan skor rata-rata 435, tahun 2003 berada di peringkat ke 37 dari 46 negara dengan skor rata-rata 420, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 35 dari 49 negara dengan skor rata-rata 427. Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti dalam matematika, untuk rata-rata skor prestasi sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35 (Laporan Kementerian Pendidikan, 2011). Selanjutnya Romlah (2009) menyatakan bahwa, proses sains sebaiknya diajarkan melalui praktikum. Tetapi berdasarkan hasil observasi pembelajaran berbasis proses sains jarang dilakukan oleh guru karena beberapa alasan, diantaranya ketidak mampuan guru dalam menguasai cara kerja di laboratorium dan menyusun atau merancang bahan ajar berupa lembar kerja siswa untuk kegiatan praktikum. Menurut Rustaman (2005), empat alasan penting kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA yaitu: (1) praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA; (2) praktikum mengembangkan keterampilan dasar bereksperimen; (3) praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah; (4) praktikum

4 menunjang materi pelajaran. Dari penjelasan diatas bahwa kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA, khususnya Biologi sangat penting. Menurut Wulan (2008) penggunaan lembar kerja siswa pada kegiatan laboratorium atau pembelajaran dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains sebagaimana yang tercantum dalam KTSP. Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memacu siswa agar secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang dibahas. Lembar kerja siswa merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa belajar secara terarah untuk menemukan pengetahuan, mengembangkan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan proses sains. Ditambahkan oleh Rustaman (2008), lembar kerja siswa berisi petunjuk dan langkah-langkah bagi siswa untuk menyelesaikan suatu tugas yang bertujuan mengembangkan keterampilan proses siswa. Keterampilan proses yang dikembangkan dalam lembar kerja siswa dapat berupa keterampilan observasi, interpretasi, klasifikasi, prediksi, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan suatu percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep atau prinsip, maupun keterampilan mengajukan pertanyaan. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di lapangan. Menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa siswa sekolah menengah pertama di Hamparan Perak, bahwa siswa mengaku jarang melakukan praktikum, hanya menjawab soal-soal yang terdapat dalam lembar kerja siswa saja, sehingga siswa merasa bosan karena hanya membahas materi dan mengerjakan soal dalam lembar kerja siswa. Berdasarkan hasil penelitian Wulan (2008) bahwa saat ini masih banyak guru yang enggan membuat lembar kerja siswa sendiri sehingga dalam proses pembelajaran lebih memilih menggunakan lembar kerja siswa yang sudah jadi

5 atau lembar kerja siswa yang dijual oleh penerbit. Berdasarkan survey LKS biologi oleh 3 (tiga) penerbit yang sering digunakan pada beberapa sekolah untuk tingkat SMP kelas VIII, LKS hanya berisi rangkuman materi dan soal-soal kognitif yang berorientasi pada kemampuan mengetahui, memahami dan mengaplikasikan saja. Hakekatnya lembar kerja siswa dirancang oleh guru sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran Biologi. Hal tersebut sejalan dengan hasil observasi yang peneliti temui di beberapa sekolah menengah pertama yang ada di Kecamatan Hamparan Perak, bahwa lembar kerja siswa pada pembelajaran biologi yang dipakai oleh siswa hanya berisi penjelasan materi dan pertanyaan seputar materi saja tanpa ada tuntunan kegiatan praktikum untuk membahas materi biologi yang seharusnya dilakukan dengan praktikum atau percobaan sederhana. Dalam rangka memperbaiki kualitas lembar kerja siswa yang digunakan oleh guru maupun siswa, maka perlu dilakukan penelitian pengembangan lembar kerja siswa berbasis keterampilan proses sains. Oleh karena itu, perlu disusun dan dikembangkan lembar kerja siswa pada pembelajaran Biologi untuk SMP kelas VIII semester 1 berbasis keterampilan proses sains. Lembar kerja siswa yang akan dikembangkan terdiri atas komponen pertanyaan, merumuskan hipotesis, merencanakan dan menggunakan alat/bahan, mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, serta berkomunikasi. Lembar kerja siswa tersebut diharapkan mengandung pertanyaan-pertanyaan dan kegiatan yang dapat menstimulus siswa untuk bekerja layaknya seorang ilmuwan dan melakukan keterampilan proses sains sesuai tuntutan kurikulum.

6 1.2. Identifikasi Masalah Untuk keakuratan penelitian yang akan dilakukan, maka berdasarkan latar belakang di atas dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut: 1) Kegiatan praktikum di tingkat SMP untuk kelas VIII belum berbasiss keterampilan proses sains 2) Guru belum mampu membuat lembar kerja siswa berbasis keterampilan proses sains dalam melaksanakan praktikum di SMP kelas VIII 3) Lembar kerjas siswa biologi untuk SMP kelas VIII dari penerbit yang sering digunakan di sekolah-sekolah belum memenuhi kriteria pembelajaran berbasis sains karena hanya berisi rangkuman materi dan soal-soal pembelajaran biologi. 1.3. Batasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1) Lembar kerja siswa yang dikembangkan hanya lembar kerja siswa pada pembelajaran Biologi kelas VIII semester ganjil. 2) Materi pembelajaran Biologi kelas VIII semester ganjil terdiri dari pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, sistem gerak pada manusia, sistem pencernaan pada manusia, sistem pernafasan pada manusia, sistem sirkulasi pada manusia, struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, fotosintesis dan gerak pada tumbuhan 3) Pengembangan lembar kerja siswa pada pembelajaran Biologi kelas VIII semester ganjil berbasis keterampilan proses sains berdasarkan KTSP.

7 4) Penelitian pengembangan ini dilakukan sampai tahap untuk mengetahui kelayakan lembar kerja siswa. 5) Uji coba lembar kerja siswa ini dilakukan di SMP Swasta Tarbiyah Islamiah Hamparan Perak. 6) Hasil belajar yang diperoleh merupakan ketercapaian kompetensi siswa terhadap 8 (delapan) materi Biologi berupa nilai pretes dan postes pada setiap materi untuk mengetahui keefektifan LKS berbasis keterampilan proses sains. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1) Apakah pengembangan LKS berbasis keterampilan proses sains pada pembelajaran Biologi layak digunakan pada siswa kelas VIII SMP Semester I? 2) Apakah LKS berbasis keterampilan proses sains yang dikembangkan efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Semester I? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian pengembangan ini yaitu untuk: 1) Untuk memperoleh LKS berbasis keterampilan proses sains yang layak digunakan pada siswa kelas VIII SMP Semester I. 2) Untuk mengetahui efektifitas hasil belajar siswa pada pengembangan LKS berbasis keterampilan proses sains

8 1.6. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis penelitian ini antara lain adalah (1) untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pengembangan lembar kerja siswa pada pembelajaran Biologi, dan (2) sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelola, pengembang, lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan mengembangkan secara lebih mendalam tentang pengembangan lembar kerja siswa pada pembelajaran Biologi. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini antara lain adalah: sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru dalam pemilihan dan membuat lembar kerja siswa pada pembelajaran Biologi, sehingga guru dapat merancang suatu rencana pembelajaran khususnya dalam praktikum yang berbasis keterampilan proses sains itu akan lebih baik karena siswa dapat dirangsang untuk berpikir, memotivasi diri, mengetahui penguasaan konsep diri, diarahkan dalam menemukan konsep, memeriksa ketercapaian konsep diri siswa, dan meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Siswa juga dapat menggunakan sebagian waktunya untuk kerja kelompok, kerja individual dan diskusi interaktif dengan difasilitasi lembar kerja siswa yang mengandung aspek dari keterampilan proses sains berdasarkan KTSP.