PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

BAB 3 PERALATAN DAN PROSEDUR PENELITIAN

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Studi Pengaruh Sudut Potong Pahat Hss Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Orthogonal Terhadap Kekasaran Permukaan

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

Iman Saefuloh 1, Ipick Setiawan 2 Panji Setyo Aji 3

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

Analisa Nilai Kekasaran Permukaan Paduan Magnesium AZ31 Yang Dibubut Menggunakan Pahat Potong Berputar

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar,

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

PENGARUH FEEDING, KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KUALITAS PEMBUBUTAN BAHAN BAJA S45C. Rizwan Nur Agist, Joko Waluyo, Saiful Huda

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Pengaruh jenis proses pemotongan pada mesin milling terhadap getaran dan kekasaran permukaan dengan material aluminium 6061

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2, Juli 2017 P-ISSN : E-ISSN :

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PRASYARAT... HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS...

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

I. PENDAHULUAN. Setiap pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas permukaan (kekasaran

Pengembangan Sistem Identifikasi Fitur Dua Dimensi Kekasaran Permukaan Berbasis Machine Vision untuk Produk Hasil Permesinan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai selesai. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli Penelitian ini

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

OPTIMASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP KEAUSAN PAHAT DAN KEKASARAN PERMUKAAN BENDA HASIL PROSES CNC TURNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

PENGARUH KETEBALAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL S45C

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

Asep Wahyu Hermawan S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

TUGAS SARJANA OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN PROSES CNC FREIS TERHADAP HASIL KEKASARAN PERMUKAAN DAN KEAUSAN PAHAT MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA

Pengaruh Parameter Potong dan Geometri Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Proses Bubut

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INTEGRASI SISTEM INTERAKTIF DALAM SISTEM OPERASI MESIN BUBUT CNC UNTUK PENDIDIKAN

PENGARUH KECEPATAN SPINDEL, KECEPATAN PEMAKANAN DAN

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

Alfian Eko Hariyanto S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Kedalaman Potong, Kecepatan Putar Spindel, Sudut Potong Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubut Konvensional Bahan Komposit

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Transkripsi:

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C Yanuar Burhanuddin, Suryadiwansa Harun, Evans Afriant N., Tomy D.A. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, Bandar Lampung 35145 email: yanuar@unila.ac.id Abstrak Kekasaran permukaan sebuah benda kerja memegang peranan penting terhadap kualitas suatu produk dalam proses pemesinan. Kekasaran permukaan diukur secara langsung menggunakan alat pengukur kekasaran permukaan. Cara lain adalah dengan pengukuran secara tidak langsung. Pada penelitian ini kekasaran permukaan diukur secara tidak langsung menggunakan teknik pengolahan citra dijital yang diaplikasikan pada proses pemesinan. Benda kerja (material baja S45C) dibubut menggunakan pahat jenis HSS dilakukan dengan memvariasikan beberapa kondisi pemotongan. Kecepatan potong (ν) yang digunakan adalah 53,38 m/menit, 78,50 m/menit, dan 119,32 m/menit. Pemakanan (f) yaitu 0,1 mm/rev, 0,15 mm/rev dan 0,25 mm/rev. Sedangkan kedalaman potong ditetapkan konstan yaitu 0,5 mm. Untuk melihat pengaruh nose radius (rε) terhadap kekasaran permukaan maka digunakan pahat yang mempunyai nose radius 0,4 mm dan 0,8 mm. Setelah selesai pemotongan akan dilakukan pengukuran kekasaran permukaan menggunakan surface tester. Kemudian dilanjutkan dengan pengambilan citra permukaan benda kerja menggunakan kamera dijital biasa. Citra ini kemudian diolah dan dianalisis profil intensitasnya dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB 7.0. Dari pengukuran kekasaran permukaan menggunakan surface tester dan analisis citra dijital diperoleh perbandingan kekasaran permukaan beberapa spesimen. Selisih kekasaran permukaan hasil pengukuran dan analisis citra di antara 0,0018 0,0136 µm (sangat kecil). Kekasaran permukaan spesimen 3 (pada v=53,38 m/menit; f=0,1 mm/rev; r ε =0,4 mm) hasil pengukuran adalah 3,22 (µm) sedangkan hasil analisis citra adalah 3,2336 (µm). Pada spesimen dengan nomor citra 6 (v=53,38 m/menit; f=0,1 mm/rev; r ε =0,8 mm) kekasaran permukaan yang diperoleh dari pengukuran adalah 2,50 (µm) dan hasil analisis citra adalah 2,5044 (µm). Pada spesimen dengan nomor citra 13 (v=119,32 m/menit; f=0,25 mm/rev; r ε =0,4 mm) kekasaran permukaan yang diperoleh dari pengukuran adalah 2,15 (µm) dan nilai kekasaran permukaan yang diperoleh dari hasil analisis citra adalah 2,1518 (µm). Spesimen dengan nomor citra 15 (v=119,32 m/menit; f=0,1 mm/rev; r ε =0,4 mm) nilai kekasaran permukaan pengukuran adalah 2,86 (µm) dan nilai kekasaran permukaan yang diperoleh dari hasil analisis citra adalah 2,8524 (µm). Kata Kunci : kekasaran permukaan, pemrosesan citra dijital, machine vision 1. PENDAHULUAN Sebuah industri manufaktur tidak terlepas dari adanya proses pemesinan (metal cutting). Sekitar 70 % dari total proses produksi industri menggunakan proses pemesinan.keutamaan proses pemesinan adalah hasil prosesnya (produk) mempunyai dimensi dan kehalusan permukaan yang lebih presisi dibandingkan dengan proses produksi yang lain seperti pembentukan ataupun proses produksi lainnya. Kualitas produk hasil pemesinan dengan seberapa dekat spesifikasi produk yang dihasilkan (dimensi geometri, kekasaran permukaan dan reflektif geometri) itu terhadap spesifikasi yang ditentukan. Dalam proses bubut, akurasi dimensi, keausan pahat, dan kualitas dari kekasaran permukan adalah faktor-faktor yang dapat dikontrol. Diantara berbagai kondisi proses, kekasaran permukaan 22

adalah parameter utama untuk menentukan kualitas suatu benda kerja atau produk (Coker dan Shin, 1996). Monitoring kekasaran permukaan material (benda kerja) dapat dilakukan dalam proses atau on-line dengan menggunakan metode langsung atau tidak langsung (Cook, 1980). Kebutuhan alat dalam proses pemesinan dan proses monitoring kekasaran permukaan benda kerja telah berkembang sejak dikontrol secara otomasi komputer (mesin CNC) sehingga derajat kebebasan mesin secara otomatis menjadi lebih luas (Koren, 1989). Karenanya pemantauan proses pemesinan secara real time sangat penting untuk mengintegrasikan beberapa proses ke dalam sistem mesin secara keseluruhan. Hal ini dimungkinkan dengan konsep penginderaan atau pencitraan dijital. Metode ini dilakukan pada proses pemesinan sementara logam sedang dipotong tanpa mengganggu proses pemesinan. Dengan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pengukuran kekasaran permukaan dilakukan dengan menggunakan alternatif peralatan teknologi informasi dan komputerisasi sederhana yaitu dengan menggunakan visual web cam atau kamera dijital (digicam) kemudian dilakukan pengolahan citra (image processing) menggunakan aplikasi Matlab. Matlab adalah sebuah perangkat lunak yang mengintegrasikan kemampuan komputasi, visualisasi dan pemrograman. Program ini dimungkinkan untuk digunakan dalam mengolah suatu citra benda kerja dengan menganalisis profil permukaan benda kerja sehingga nilai kekasaran permukaan benda kerja dapat diperoleh. 2. METODOLOGI PENELITIAN a. Setup Eksperimen Setup eksperime untuk mendapatkan data kekasaran permukaan benda kerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pahat HSS dengan geometri sudut geram 12 dan radius pojok 0,4 dan 0,8 mm digunakan untuk memotong benda kerja dimana pahat tersebut dipasang pada pemegang pahat (tool holder). Setup dan skema eksperimen dapat dilihat pada gambar 1 dan 2. Gambar 1 Setup eksperimen Normal lensa kamera Image processing analysis Gambar 2 Skema proses pengambilan citra benda kerja b. Proses Bubut dan Pengambilan Citra Material benda kerja (baja S45C) dipotong sesuai dengan dimensi yang diinginkan sejumlah variasi pemesinan yang telah direncanakan, dipasang pada spindel mesin. satu set eksperimen pembubutan pada material baja S45C ini dilakukan dengan kedalaman potong konstan yaitu sebesar 0,5 mm. Untuk pemilihan kecepatan potong dipertimbangkan faktor spesifikasi pahat HSS dengan batas kecepatan potong yang direkomendasikan sebesar 70 m/menit (Krar, 1997), untuk itu penelitian ini menggunakan kecepatan potong dengan tiga variasi putaran spindel yaitu sebesar 425 rpm (53,38 m/menit), 625 rpm (78,5 m/menit), dan 950 rpm (119,35 Hasil Pengukuran kekasaran permukaan dengan Machine Vision 23

m/menit). Gerak pemakanan (feeding) sebanyak tiga variasi yaitu 0,25 mm/rev; 0,15 mm/rev dan 0,1 mm/rev. Setelah dilakukan pembubutan, kemudian material diukur dimensinya sebelum kemudian dipasang kembali pada dudukan material. Dalam rangka pengukuran kekasaran permukaan dengan metode mesin visual pengambilan citra permukaan benda kerja maka digunakan kamera dijital 5 mega piksel. Sebelum melakukan pengambilan citra benda kerja, maka terlebih dahulu dilakukan pembubutan awal pada benda kerja untuk membersihkan kotoran, korosi dan cat. Sehingga diharapkan citra yang didapatkan pada saat melakukan penelitian benar-benar bebas dari derau (noise). Skema proses pembubutan dan pengambilan citra dapat dilihat pada gambar 2. Saat pengambilan citra, proses pemesinan dihentikan terlebih dahulu. Pengambilan citra dilakukan pada garis normal terhadap lensa kamera. Setelah diperoleh citra permukaan proses pembubutan tersebut kemudian citra tersebut dimasukkan ke dalam tabel untuk memudahkan proses verifikasi hasil pengamatan kekasaran setelah proses pengolahan citra dilakukan. Untuk pengukuran kekasaran digunakan metode profil intensitas sebagai data input. Jarak pengambilan konstan yaitu 22 cm. Jarak sumber cahaya dapat mempengaruhi nilai intensitas seperti pada persamaan (1). k I (Candella) (1) 2 d Dimana, I: Intensitas cahaya (Candella) k: konstanta cahaya d: jarak dari sumber cahaya (mm) Karena penelitian ini tidak menggunakan sumber cahaya tambahan, maka jarak (d) pada persamaan diatas dapat diasumsikan konstan. c. Algoritma Pengukuran Kekasaran dengan Machine Vision Gambar 3 menampilkan algoritma pengukuran kekasaran permukaan dengan metode mesin visual. Gambar 3 Algoritma pengukuran kekasaran permukaan dengan Machine Vision Objek yang hendak diambil gambar atau citranya ditangkap oleh kamera dijital beserta pencahayaan yang cukup terhadap lingkungan ruang kerja. Kamera dijital dapat menangkap citra objek tersebut berdasarkan intensitas cahaya yang diterima dari objek. Kamera menangkap data citra dalam bentuk gelombang analog dan dikuantisasi kemudian dikonversi ke dalam bentuk citra dijital. Citra yang akan dianalisis dipotong untuk memudahkan pengambilan titik 24

spesifik pada profil intensitas yang akan menjadi data masukkan pada program pengukuran kekasaran permukaan. Citra yang telah dipotong kemudian ditampilkan profil intensitasnya untuk dimasukkan sebagai data pengukuran rata-rata intensitas, kalibrasi dan pengukuran kekasaran permukaan. Citra intensitas ditampilkan pada Matlab dengan tujuan untuk memastikan bahwa data profil intensitas yang ditampilkan sebagai data masukkan adalah pada daerah dimana titik-titik profil citra permukaan tersebut normal terhadap lensa kamera. Pada program kalibrasi nilai kekasaran permukaan aktual akan dikalibrasi dengan ratarata kedalaman intensitas warna RGB pada citra digital sehingga akan menghasilkan nilai faktor kalibrasi yang akan digunakan sebagai salah satu data pendukung dalam program pengukuran kekasaran permukaan. Setelah faktor kalibrasi diperoleh, dimana dalam program ini akan dihitung nilai kekasaran ratarata pada sepuluh titik yang telah ditentukan pada profil permukaan benda kerja. Gambar 4 Profil citra intensitas dan pemilihan titik spesifik Setelah ditampilkan, titik spesifik dipilih sebagai data masukkan dalam pengukuran kekasaran permukaan benda kerja. Pengukuran kekasaran permukaan dapat dilakukan setelah titik-titik spesifik pada profil intensitas dipilih dan simasukkan sebagai data masukkan dalam program rata-rata intensitas. Kemudian nilai tersebut dikalibrasi terhadap nilai kekasaran aktual sehingga diperoleh nilai faktor kalibrasi. Nilai ini yang akan menjadi koefisien dalam program pengukuran kekasaran permukaan dengan Matlab sehingga nilai kekasran permukaan bisa diperoleh. 3. ANALISIS DAN STUDI KASUS Dalam makalah ini dipaparkan studi kasus kemampuan sistem pengukuran kekasaran permukaan. Sampel pemesinan yang dipilih adalah percobaan dengan nomor eksperimental 3 dengan varibel pemesinan V = 53,38 (m/menit); f = 0,1 (mm/rev); Rε = 0,4 (mm). Untuk memudahkan pengolahan citra, citra diberikan nomor yang sama dengan nomor eksperimental. Citra dibaca menggunakan pengkodean sebagai berikut : I = Imread('citra 3fix.jpg'); Imview(I); x = [1 31 30 2]; y = [155 159 158 155]; improfile(i,x,y),grid on; Profil citra eksperimen 3 dapat dilihat pada Gambar 5. Selanjutnya adalah menjalankan program pengukuran rata-rata intensitas yang telah dibuat sebelumnya. Input dari program ini adalah nilai-nilai intensitas pada profil citra 3 yang telah ditentukan titik spesifiknya seperti pada Gambar 21 diatas. Nilai-nilai intensitas yang dipilih adalah 236, 239, 240, 241, 237, 235, 232, 234, 236, 238 dengan nilai rata-rata adalah 236,8. Nilai intensitas spesifik yang diambil boleh pada bagian warna manapun (merah, hijau, biru) tetapi tidak dicampurkan. Dalam pengukuran ini digunakan skala intensitas warna merah untuk nilai kalibrasi (Gambar 7). Setelah itu adalah kalibrasi intensitas. Harga rata-rata intensitas adalah data input pada program kalibrasi. Data input yang dimasukkan adalah 236,8 untuk rata-rata intensitas dan 3,22 (µm) untuk nilai kekasaran hasil pengukuran. Maka kalibrasi yang diperoleh adalah sebesar 0.013598. Hasil kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 8. Nilai tersebut adalah nilai intensitas yang mewakili setiap satu mikrometer pengukuran kekasaran permukaan. 25

Gambar 5. Profil citra eksperimen 3 Gambar 6. Penentuan titik spesifik pada profil 26

Gambar 7 Pengukuran rata-rata intensitas citra 3 Gambar 8 Kalibrasi intensitas warna citra 3 27

Gambar 9 Kekasaran permukaan citra 3 Nilai-nilai dari intensitas pada titik spesifik kembali dipilih untuk dimasukkan sebagai data input dalam program pengukuran kekasaran ini. Nilai-nilai yang dipilih boleh secara acak atau sembarang dan tidak harus sama dengannilai-nilai intensitas pada program menentukan harga rata-rata yang telah dijalankan sebelumnya. Pada pengukuran ini nilai-nilai intensitas yang diambil dari titik-titik spesifiknya adalah 236, 241, 232, 239, 241, 239, 237, 238, 236, 239 dan semuanya adalah skala intensitas pada warna merah yang dianggap mewakili identitas profil permukaan. Setelah data intensitas ini dimasukkan maka program akan mengolah data tersebut untuk menghitung harga kekasaran aritmatiknya. Harga kekasaran aritmatik yang diperoleh adalah sebesar 3,2336 (µm) seperti yang terlihat pada Gambar 9. Sedangkan harga kekasaran yang diperoleh pada surface tester adalah sebesar 3,22 (µm). Selisih nilai kekasaran yang diperoleh sebesar 0,42236 %. 4. SIMPULAN a) Pengukuran kekasaran benda kerja pada proses bubut dapat diukur dengan metode Machine Vision. b) Nilai kekasaran permukaan benda kerja pada kondisi pemotongan V=(53,38 m/menit), radius pojok (r ε ) 0,4 mm dan feeding 0,1 mm/rev berdasarkan hasil pengukuran kekasaran permukaan dengan metode analisis pengolahan citra adalah sebesar 3,2336 µm, sedangkan berdasarkan hasil pengukuran kekasaran permukaan dengan surface tester adalah 3,22 µm. DAFTAR PUSTAKA [1] Ahmad, Usman.2005. Pengolahan Citra Digital Dan Teknik Pemrogramannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. [2] Away, Gunaidi Abdia.2006.The Shortcut 28

of MATLAB. Informatika. Bandung. [3] Daryanto.1996. Mesin Perkakas Bengkel. Rineka Cipta. Jakarta. [4] Groover, Mikel P. Fundamental of Modern Machining. [5] Muin, Syamsir. 1986. Dasar-Dasar Perencanaan Perkakas. Rajawali Mas. Jakarta. [6] Sutoyo T. dkk. 2009. Teori Pengolahan Citra Digital. ANDI. Yogyakarta [7] Shahabi H. & M. Ratnam.2008. Assessment of flank wear and nose radius wear from workpiece roughness profile in turning operation using machine vision. Springer-Verlag London. [8] Widiarto, dkk. 2008. Teknik Permesinan Untuk SMK. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. [9] Wijaya, Marvin Ch dan Agus Prijono. 2007. Pengolahan Citra Digital Menggunakan Matlab. Informatika. Bandung. 29