BAB II KAJIAN PUSTAKA. Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2011: 22-31), membagi hasil belajar. menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACTIVE COLLEGE BALL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

BAB II KAJIAN TEORITIS. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2007: 42) mengemukakan bahwa

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jurnal belajar merupakan sebuah catatan harian mengenai proses

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Guru sebagai pengajar berharap agar para siswanya. kurang baik. Kompetensi tersebut menurut Benyamin Bloom (1956)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas kontrol dapat pada ilihat pada tabel sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA DAN HASIL BELAJAR. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tebak Kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 1437 H / 2015 M

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. proses yang tidaklah mudah. Hal paling mendasar yang perlu diterapkan. belajar mengajar yang menyenangkan dalam suatu kelas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. No. Aspek pengamatan Siklus Rerata (%) Kategori

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menangkap Makna Teks Eksposisi Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap,

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

2.1.2 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2000:26). Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri. waktu yang relatif lama (Sugiyo, 2000:26).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB I PENDAHULUAN. (transfer ilmu) kepada siswa. Salah satu faktor yang sangat menentukan mutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika di jenjang Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN TEORI. ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa: dengan menggunakan kartu yang dipasangkan.

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA STRATEGI AKTIF COLLEGE BALLL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD, PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom (dalam Sudjana 2011: 22-31), membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. - Pengetahuan Pengetahuan yaitu kemampuan untuk mengahafal dan mengingat informasi yang telah didengar atau dipelajari, misalnya defenisi konseptual. - Pemahaman Pemahaman yaitu kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang dipelajari dengan menggunakan kalimat sendiri dan memberi contoh lain yang telah dicontohkan, diantaranya pemahaman translasi. - Aplikasi Aplikasi yaitu kemampuan untuk menerapkan dalam situasi baru, seperti memberikan contoh selain dari yang disebutkan dalam pembelajaran. 7

8 - Analisis Analisis yaitu kemampuan untuk menghubungkan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. - Sintesis Sintesis yaitu perpaduan unsur-unsur kedalam bentuk menyeluruh. - Evaluasi Evaluasi yaitu pemberian keputusan tentang nilai yang dilihat dari tujuan dan metode. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interlinisasi. c. Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan dalam bertindak. Ketiga ranah ini menjadi obyek penilaian hasil belajar. Hasil belajar kognitif diukur pada awal dan akhir pembelajaran, sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotorik diukur pada saat proses pembelajaran. 2.2 Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Trianto (2007: 41-42 ) Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

9 Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarakan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekolompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarakan. Selam bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu di antara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran. Sebagaimana model-model pembelalajaran lain, model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.

10 2.3 Model Active College Ball Menurut Zaini, (2008: XiV) bahwa Pembelajaran Aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi geogarfi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh sebab itu peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingat informasi yang baru. Berdasarkan keterangan mengenai metode, dapat disimpulkan bahwa metode berarti alat atau cara yang digunakan untuk merubah suatu keadaan yang diinginkan pada pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal. Silberman (2009: 251) menjelaskan model College Ball adalah suatu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Menjelaskan model ini memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang telah

11 dikuasai oleh peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin. Metode College Ball merupakan strategi belajar mengajar yang dikembangkan oleh Silberman sebagai cabang dari pembelajaran Active Learning. Hisyam (2008: xiv-xvii) menjelaskan pembelajaran Active Learning mengajak siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, metode ini merupakan upaya untuk memicu adanya motivasi dan semangat belajar dan pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang telah dipelajari pada pembelajaran yang telah diajarkan didalam kelas. Metode ini digunakan untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi dan meringkas poin-poin kunci pembelajaran yang diajarkan didalam kelas. Silberman (2009: 251-252), mengemukakan langkah-langkah penggunaan model Active College Ball 1. Kelompokkan peserta didik kedalam tim yang terdiri atas tiga atau empat anggota. Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah lembaga (atau tim olahraga, perusahaan, mobil, dan lain-lain ) yang mereka wakili. 2. Berilah setiap kelompok kartu indeks. Dalam kartu indeks itu mereka akan menuliskan nama sebauh lembaga untuk mewakilkan nama kelompok mereka. Masing-masing kelompok akan memegang kartunya untuk menunjukkan bahwa mereka menginginkan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan. 3. Aturan-aturan main sebagai berikut :

12 a. Untuk menjawab pertanyaan angkat kartu b. Kartu dapat diangkat sebelum pertanyaan secara penuh disampaikan jika mengetahui jawabannya. Segera interupsi setelah pertanyaan dihentikan. c. Tim memberikan skor satu point untuk setiap respon anggota yang benar ketika seseorang menjawab dengan salah tim yang lain menjawab (mereka dapat mendengarkan seluruh pertanyaan jika tim yang lain menginterupsi jawaban). d. Setelah semua pertanyaan dilontarkan, hitunglah skor keseluruhan dan umumkan pemenangnya. 4. Berdasarkan respon atas permainan, lakukan peninjauan ulang materi yang tidak jelas atau yang memerlukan penguatan kembali. 2.4 Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Menurut Arends (dalam Trianto 2007: 29) model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstrukutur dengan baik yang dapat di ajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Pada model Pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi

13 materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Pembelajaran langsung menurut Kardi (1997:3), dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merencang dengan tepat waktu yang digunakan. (dalam Trianto, 2007: 30-31). Sintaks model pembelajaran langsung menurut Trianto (2007:31), disajikan dalam 5 tahap yaitu sebagai berikut; (1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa: Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar, (2) Mendemonstarsikan pengetahuan dan keterampilan: guru mendemonstarasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan infosrmasi tahap demi tahap, (3) Membimbing pelatihan: guru merencanakan dam member bimbingan pelatihan awal, (4) Mengecek pemehaman dan memberikan umpan balik: guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, member umpan balik, (5) memberikan kesempatan untuk peletihan lanjutan dan penerapan: guru

14 mempersiapkan kesempatan melakukan peletihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. 2.5 Gambaran Umum Lingkungan Hidup 2.5.1 Pengertian Lingkungan Hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Menurut Soemarwoto (2004: 53) lingkungan hidup adalah manusia bersama tumbuhan, hewan, dan jasad renik yang menempati ruang tertentu. 2.5.2 Komponen-Komponen Lingkungan Hidup Komponen-komponen lingkungan hidup adalah lingkungan abiotik, biotik, dan manusia. 2.5.3 Kerusakan Lingkungan Menurut Soemarwoto (2004: 221) kerusakan lingkungan terjadi karena adanya pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Salah satu masalah yang sering dihadapi yaitu pemenuhan pangan yang melampaui daya dukung lingkungan sehingga lingkungan menjadi rusak.

15 2.5.4 Pengertian Ekosistem dan Komponen-Komponen Menurut Soemarwoto (2004: 23) ekosistem adalah interaksi antara komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang membentuk satu kesatuan yang teratur. Menurut Odum (dalam Indriyanto, 2005: 21-22) ekosistem terbagi atas 4 komponen ditinjau dari penyusunanya yaitu: a. Komponen biotik terdiri dari air, tanah, batu, dan udara b. Komponen produsen yaitu tumbuhan hijau c. Komponen ekosistem yaitu hewan dan manusia yang memakan organisme lain d. Komponen pengurai yaitu organisme kecil yang hidupnya bergantung pada hewan dan tumbuhan yang telah mati. 2.5.5 Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hidup secara bertahap dengan memanfaatkan sumber daya yang memiliki negara secara bijaksana. Menurut Soemarwoto (2004:161) pembangunan berkelanjutan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu terpiliharanya ekologi yang utama, tersedianya sumber daya yang cukup, dan lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sesuai.

16 2.5.6 Pemanfaatan Lingkungan Hidup Bagi Manusia Menurut Soemarwoto (2004: 73) manfaat lingkungan hidup bagi manusia adalah iklim bermanfaat untuk pertumbuhan, gunung berapi bermanfaat untuk menyuburkan tanah, penduduk bermanfaat sebagai sumberdaya manusia. 2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan Widia, Nurlita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan model college ball dalam upaya Meningkatkan motivasi belajar IPS Kelas VIII B Smp N 1 Reban Batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model College Ball dapat meningkatkan motivasi belajar IPS kelas VIII B SMP N 1 Reban. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil angket yang mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP N 1 Reban sebesar 64,66% sedangkan pada siklus II menjadi sebesar 77,40%. Motivasi belajar siswa meningkat karena telah melampaui kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 75%. Hal tersebut berarti bahwa metode pembelajaran College Ball dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VIII B SMP N 1 Reban. Berdasarkan data hasil angket dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9, 74%.

17 2.7 Kerangka Berfikir Guru Kelas Kontrol Model pembelajaran langsung Materi Lingkungan Hidup Kelas Eksperimen Hasil belajar Model pembelajaran active college ball Dalam proses pembelajaran, guru perlu berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar dikelas. Terutama dalam pembelajaran, siswa bisa aktif dikelas, memperhatikan penjelasan guru dan saling bertukar pikiran antara siswa dan guru mengenai materi-materi yang di ajarkan. Untuk itu langkah pertama dalam penelitian ini yaitu dimana guru memberikan materi lingkungan hidup dimana kelas yang menjadi subjek penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dan kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Active College Ball dan melihat hasil belajar siswa dengan melakukan evaluasi, sehingga dapat di ketahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil belajar ini akan meningkat apabila model pembelajaran yang diterapkan secara tepat dan menarik pada materi yang di ajarkan. Diduga bahwa dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperati tipe

18 active college ball lebih tinggi dari pada hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran langsung. Oleh karena itu, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Active College Ball diharapkan interaksi maupun keaktifan siswa dapat meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2.8 Hipotesis Penelitian Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Active College Ball dengan kelas yang menggunakan Pembelajaran Langsung.