PEMBELAJARAN AKTIF SEBAGAI MODEL DALAM MENULIS NARASI. Oleh Dra. Inayah Hanum, M.Pd

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN AKTIF SEBAGAI MODEL

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai sesuai yang diinginkan ( Hamalik, 2001 : 56) pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 NGUTER, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TULISAN NARASI Inayah Hanum Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang dipelajari para siswa disekolah diharapkan

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat jenis keterampilan

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG

MAKALAH. Oleh NURDIANTI

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

Suci Lawati Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih

Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Di susun oleh : Nur Rochman Prabowo ( A )

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X SMK TARUNA BHAKTI MALANG TAHUN AJARAN 2008/2009. Oleh: Rovimiyanti SMK Taruna Bhakti Malang.

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN PENULISAN KEMBALI PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN PADA SISWA KELAS VII SLTP AL IRSYAD SURAKARTA TAHUN 2011/2012

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas 1V SDN 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo LEMBAR PENGESAHAN JURNAL OLEH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN WORD FLOW PADA SISWA KELAS XI SMK MA ARIF 9 KEBUMEN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa. Perubahan tingkah tersebut merupakan tujuan dari pembelajaran. dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

KAJIAN PUSTAKA. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

Oleh: Teguh Priyambodo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadaiyah Purworejo

MAKAKALAH Oleh : Sari Napitapulu

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DI KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Fanovita Mulyani, 2015

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas VII C SMP Negeri 17 Batanghari. Oleh: Erwansyah RRA1B Abstrak

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

SUWANGSIH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang lainnya. Selain itu, pembelajar juga harus aktif dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

KEMAMPUAN MENYUSUN KARANGAN ARGUMENTASI OLEH SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH RAHMAT BULOYO NIM

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DENGAN TEKNIK BRAINWRITING PADA SISWA KELAS X SMK MA ARIF 4 KEBUMEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

Evi Rufaidah SMAN 1 Waru Pamekasan. dengan menggunakan Teknik TTW siswa kelas X SMA Negeri 1 Waru Pamekasan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari empat keterampilan berbahasa (skills). Dalam keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang akan. baik dalam perkembangan pengetahuan, penguasaan keterampilan, dan

RAFT (ROLE, AUDIENCE, FORMAT, TOPIC) DAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DESKRIPTIF 1

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMAN 1 KINALI

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. dasar hingga jenjang perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

Transkripsi:

PEMBELAJARAN AKTIF SEBAGAI MODEL DALAM MENULIS NARASI Oleh Dra. Inayah Hanum, M.Pd A. PENDAHULUAN Paradigma baru pendidikan didasarkan pada usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berorientasi pada proses dan mutu. Bila dikaitkan dengan lembaga pendidikan, hal ini penting untuk merestrukturisasi sistem pembelajaran yang memposisikan siswa aktif agar dapat berfikir tingkat tinggi dan mempunyai inisiatif untuk memecahkan masalah. Hal ini berarti, pembelajaran harus berorientasi dan berfokus pada kebutuhan siswa. Dalam hal ini, tugas guru adalah membantu pembelajar dalam belajar, yaitu berupaya menimbulkan sekumpulan peristiwa yang dapat meningkatkan dan memudahkan pembelajar untuk belajar. Ada tiga fungsi yang dapat diperankan guru dalam mengajar, yaitu sebagai perencana, pengelola, dan evaluator pembelajaran. Sehubungan dengan tugas guru, jelaslah bahwa guru memegang peranan yang dominan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan kata lain, guru memainkan peranan yang esensial di dalam merancang berbagai peristiwa pembelajaran. Guru merancang seperangkat tindakan yang dapat mengubah situasi yang ada ke situasi yang diinginkan.

Dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran yang optimal, para praktisi pendidikan telah banyak memperkenalkan dan menerapkan berbagai strategi, metode dan pendekatan mengajar yang diramu dalam suatu model pembelajaraan yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Fakta di lapangan menunjukkan fenomena proses pembelajaran yang masih berorientasi pada teacher centered. Arief Rahman (2004) mengemukakan, proses belajarmengajar di sekolah masih berpusat pada guru dan proses belajar- mengajarnya cenderung tidak mengembangkan cara berfikir kritis, kreatif dan inovatif, sehingga keterampilan berfikir kritis siswa menjadi rendah. Senada dengan ini, Purwaningsih (2005) mengemukakan, rendahnya keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa disebabkan siswa kurang dilatih untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi data atau berargument sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang dapat berkembang baik. Untuk menghasilkan siswa yang mempunyai keterampilan berpikir kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran, maka guru harus menggunakan pembelajaran aktif, kreatif agar keterampilan berpikir kritis dan kreatif ini dapat dikembangkan. Selain itu, guru juga harus selalu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga para siswa dengan tenang, senang dan mudah menerima pembelajaran, karena strategi yang digunakan guru dan model pempelajaran yang digunakan guru tepat.yang menjadi kendala selama ini, yaitu dari pengamatan penulis, guru sulit merancang proses pembelajaran yang bernuansa mengaktifkan siswa, guru cenderung menjelaskan dan menyuruh atau menugaskan siswa tanpa ada petunjuk atau arahan. Dengan kata lain, siswa memperoleh pembelajaran harus melalui proses. Demikian pula halnya dengan pembelajaran menulis narasi, siswa tidak mampu menuangkan ide, dan mengembangkannya menjadi paragraph dan tulisan narasi.

Strategi pembelajaran aktif, merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengatasi pembelajaran menulis narasi. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip, bahwa cara belajar terbaik bagi siswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya dan mengeksplorasikan lingkungannyanya, yang berdiri dari orang, hal, tempat, dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa (pembelajaran kontekstual). B. PEMBELAJARAN AKTIF Proses pembelajaran akan lebih mudah dipahami siswa, apabila mereka dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisik. Pembelajaran aktif ini sangat berperan dalam mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki siswa, sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.. Dengan kata lain, proses pembelajaran menekankan keaktifan siswa, sehingga siswa mengalami sendiri pada saat berlatih mencapai kompetensi yang harus dikuasai siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Melvin:2009), active Learning (pembelajaran aktif) adalah belajar yang melibatkan dan memperhatikan lima faktor utama, yaitu penolahan kerja otak, gaya belajar, sosial proses belajar, sarana dan prasarana. Senada dengan hal di atas, Silberman (2005:13) mengemukakan, bahwa pembelajaran aktif mengharuskan siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan melibatkan diri dalam beberapa jenis kegiatan dari pembelajaran tersebut. Guru adalah fasilitator dan siswa adalah obyek sekaligus subyek dan mereka bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif, dan kreatif. Lebih lanjut Mulyasa ( 2004) mengemukakan, bahwa setiap materi pembelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Jadi kegiatan belajar- mengajar harus dimulai dengan hal-hal yang yang sudah dikenal dan dipahami

oleh siswa Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pemberi arah kegiatan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, pembelajaraan aktif adalah upaya menciptakan gaya dan pola pembelajaran yang dapat melibatkan interaksi yang tidak hanya searah antara antara siswa dan siswa. Dalam hal ini, guru bukan sebagai pentransfer ilmu, melainkan sebagai pengarah,pembimbing dalam kegiatan dalam pembelajaran. C. MODEL PEMBELAJARAN Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi. Joice (1992) menjelaskan, bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan, mendesain pembelajaran di kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Lebih dijelaskan lagi oleh Richey (1986), model adalah gambaran yang ditimbulkan dari kenyataan yang mempunyai susunan dari urutan tertentu. Menurutnya, model dapat digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dari berbagai sumber. Kemudian, digunakan sebagai stimulus untuk mengembangkan hipotesis dan membangun teori dalam istilah/ keadaan yang konkrit untuk diterapkan saat praktek atau menguji teori. ` Selanjutnya Cooper (1994) mengemukakan, model pembelajaran sebagai pengambil keputusan yang dibuatnya dengan cara mengkonseptualisasikan peran instruksional pendidik dalam bentuk pelatihan. Model ini didasarkan -pada teori-teori mengajar dan beberapa asumsi. Pertama, model diasumsikan mengajar adalah mengarahkan tujuan, yaitu beberapa perubahan dalam pemikiran dan perilaku si belajar. Kedua, model diasumsikan bahwa pebelajar

adalah pemberi penjelasan yang aktif atas perilaku mereka. Mereka membuat rencana, mengimplementasikannya, dan secara berkesinambungan memberikan informasi baru yang mempengaruhi kegiatan mereka. Ketiga, model diasumsikan bahwa mengajar adalah proses nasional yang secara mendasar dapat ditingkatkan melalui analisis komponen-komponen pengujian (mengontrol proses umpan balik). Keempat, model diasumsikan bahwa pebelajar melalui kegiatan mereka, dapat mempengaruhi si belajar untuk merubah perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Pemanfaatan bakat, keterampilan dan pengetahuan pebelajar dalam kegiatankegiatan produktif secara efektif optimal dapat dicapai, jika pembelajar itu sendiri dalam interaksinya dalam lingkungannya, tidak berhenti dalam usahanya mengarahkan diri dari lingkungan Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media dan evaluasi. Joice (1992) menjelaskan, bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan, mendesain pembelajaran di kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Lebih dijelaskan lagi oleh Richey (1986), model adalah gambaran yang ditimbulkan dari kenyataan yang mempunyai susunan dari urutan tertentu. Menurutnya, model dapat digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dari berbagai sumber. Kemudian, digunakan sebagai stimulus untuk mengembangkan hipotesis dan membangun teori dalam istilah/ keadaan yang konkrit untuk diterapkan saat praktek atau menguji teori. ` Selanjutnya Cooper (1994) mengemukakan, model pembelajaran sebagai pengambil keputusan yang dibuatnya dengan cara mengkonseptualisasikan peran instruksional pendidik dalam bentuk pelatihan. Model ini didasarkan -pada teori-teori mengajar dan beberapa asumsi.pertama, model diasumsikan mengajar adalah mengarahkan tujuan, yaitu beberapa

perubahan dalam pemikiran dan perilaku si belajar. Kedua, model diasumsikan bahwa pebelajar adalah pemberi penjelasan yang aktif atas perilaku mereka. Mereka membuat rencana, mengimplementasikannya, dan secara berkesinambungan memberikan informasi baru yang mempengaruhi kegiatan mereka. Ketiga, model diasumsikan bahwa mengajar adalah proses nasional yang secara mendasar dapat ditingkatkan melalui analisis komponen-komponen pengujian (mengontrol proses umpan balik). Keempat, model diasumsikan bahwa pebelajar melalui kegiatan mereka, dapat mempengaruhi si belajar untuk merubah perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Pemanfaatan bakat, keterampilan dan pengetahuan pebelajar dalam kegiatankegiatan produktif secara efektif optimal dapat dicapai, jika pembelajar itu sendiri dalam interaksinya dalam lingkungannya, tidak berhenti dalam usahanya mengarahkan diri dari lingkungannya ke pengembangan sumber daya manusia yang optimal. D. MENULIS NARASI Menulis adalah menuangkan gagasan atau ide ke dalam lambang-lambang tulis. Dengan menulis seseorang dapat mengemukakan pikirannya ataupun maksudnya kepada orang lain. Dalam hal ini, Tarigan ( 1985:21) mengemukakan, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Senada dengan ini, Gie (2002: 21) mengemukakan, Keterampilan menulis merupakan suatu kepandaian yang amat berguna bagi setiap orang. Dengan memiliki kepandaian itu, seseorang dapat mengungkapkan berbagai gagasannya untuk dibaca oleh peminat yang luas. Dan dalam KBBI (2005:219) dikatakan, Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan.

Dari pendapat-pendapat di atas,dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses seseorang mengungkapkan dan menyampaikan gagasan atau buah pikiran dengan bahasa tulis kepada orang lain atau pembaca yang dapat memahaminya. E. NARASI Menurut Keraf (2004:136), Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Selanjutnya Kosasih (2003:36) mengatakan, Narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu. Hal serupa juga diungkapkan oleh Semi (1990:29) bahwa narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian pula Ahkadiah (1990:12), bahwa Tulisan narasi itu menuturkan cerita. Oleh karena itu ia berkepentingan erat dengan waktu dan tingkah laku atau perbuatan manusia dan lebih spesifik lagi naratif adalah suatu bentuk wacana yang diatur sedemikian rupa untuk mengembangkan makna sentralnya. Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa menulis narasi adalah kemampuan seseorang mengungkapkan dan menyampaikan gagasan atau buah pikiran dalam serangkaian pertstiwa atau kejadian yang berhubungan, yang biasanya disusun menurut kesatuan waktu. G.UNSUR-UNSUR Narasi

Unsur-unsur dalam menulis paragraf narasi adalah hal yang harus ada dalam membangun suatu paragraf narasi. Unsur-unsur tersebut juga dijadikan patokan penilaian sempurna atau tidaknya paragraf tersebut. Menurut Semi (1990:32), ada lima aspek dalam sebuah paragraf narasi yaitu isi gagasan, organisasi, struktur kalimat, pilihan kata, dan ejaan. Kelima aspek ini akan diuraikan di bawah ini. 1. Isi gagasan Tujuan mengarang adalah untuk mengungkapkan pikiran, gagasan atau pesan kepada orang lain secara jelas dan efektif. Dengan demikian penyampaian maksud, pikiran, ataupun gagasan haruslah jelas tertuang dalam bentuk kalimat-kalimat yang logis dan mudah dipahami. Sebuah kalimat yang baik selalu menguraikan satu gagasan saja. Dalam satu kalimat tidak pantas diadakan pembahasan gagasan yang tidak mempunyai korelasi. 2. Organisasi Isi Wacana biasanya dibangun oleh beberapa paragraf. Setiap paragraf dibangun oleh beberapa kalimat. Penulisan kalimat demi kalimat menjadi paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satupun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan biasanya mengandung beberapa hal, tetapi semua unsur haruslah bersama-sama menyampaikan sebuah maksud karena fungsi tiap paragraf untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tersebut. 3. Struktur kalimat Struktur kalimat sangat penting dan harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam membentuk sebuah kalimat. Pemakaian bahasa yang tidak memperhatikan aturan-aturan itu dapat diduga akan memproduksi kalimat-kalimat yang kacau dan tidak dapat dipahami oleh si pembaca. 4. Diksi (Pilihan Kata) Pengertian diksi secara singkat yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan yang meliputi gaya bahasa dan ungkapan gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan

ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Ungkapan ini merupakan sebagian dari pilihan kata yang menimbulkan makna tersendiri. Untuk memilih kata yang tepat untuk menyampaikan suatu gagasan merupakan suatu pekerjaan sulit, sebab harus diperhatikan ketepatan dan kesesuaian kata-kata yang diungkapkan. 5. Ejaan Tulisan tidak terlepas dari ejaan, dikatakan demikian karena tanpa ejaan makna yang disampaikan penulis akan kabur atau tidak jelas. Dapat dikatakan ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi, kata, kalimat dan sebagainya. E. LANGKAH-LANGKAH MENULIS NARASI - Fasiitator menyampaikan kompetensi dan membentuk kelompok - Bertanya jawab tentang tentang ciri-ciri narasi dan unsur-unsur narasi - Menugaskan siswa menyimak cerita yang ditampilkan - Bertanya tentang ciri-ciri narasi yang terdapat dalam cerita -Menugaskan siswa menulis narasi berdasarkan ciri-ciri yang ditemukan - Setiap kelompok menempelkan hasil tulisaan di dinding -Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya - kelompok lain mengomentarii- Guru dan siswa menyimpulkan hasil G. PENUTUP Pembelajaran akan bermakna dan tahan lama jika dalam pelaksanaannya menekankan pada proses, yaitu melibatkan dan mengaktifkan siswa. Siswa belajar dari pengalaman langsung

dan kongkrit dalam menulis narasi. Keterlibatan aktif dengan mengamati dan menyimak cerita mendotong siswa untuk aktif berfikir dalam mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Cooper, J. M, Et al. 1994. Classroom Teaching Skills (4nd). Lexingting D. C: Health and Company.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogakarta: ANDI Joyce, Wei, and Shower. 1992. Modelks of Teaching, Fourth Edition. Boston: Allyu and Bacon Publising Inc. Keraf, Goris. 2005. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Rita, Richey. 1986. The Teorical and Conseptual Bases of Intructional Desagn. London: Kogan. Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang:Angkasa Raya Silberman, Mel. (2005)/ Active Learning 101 StrategiPembelajaran Aktif. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani. Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Titi Pritiningsih, (2005), Implementasi Pembelajaran Bioteknologi Berwawasan SETS untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Kemampuan Akademik yang Berorientasi Life Skills pada Siswa SMA Negeri 3 Semarang, Jurnal Pendidikan Iswara Manggala Semarang, V I No. 6.