STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI)

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI) Sujarwo *

STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN ADRAGOGI)

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

MODUL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

Pembelajaran diartikan sebagai proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk

LANDASAN ANDRAGOGIS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2005

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

PENDEKATAN PRINSIP ADULT LEARNING DALAM UPAYA MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT APARATUR

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Prinsip Belajar Orang Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

Implementasi Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

pembelajaran berbasis paikem

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam aspek kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

PEMBELAJARAN PADA PTK (MODEL- MODEL PEMBELAJARAN PTK) PERTEMUAN 9 Ana, S.Pd.M.Pd, dkk.

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

C. Asri Budiningsih FIP/PPS - UNY

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN BERCIRIKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Oleh: Bambang Subali, UNY

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

RANGKUMAN TESIS ANDRAGOGI DALAM SURAH AL-KAHFI. Nama : Lailatul Fitriyah. Dalam Al-Qur an telah dijelaskan berbagai cara mendidik mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

Landasan Psikologis Pendidikan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE PRESENTASI DAN DISKUSI KELOMPOK (SISWA KELAS III SDN CANDIJATI 01 ARJASA)

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG SISTEM TATA SURYA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

ADULT LEARNING PSIKOLOGI BELAJAR ORANG DEWASA (ANDRAGOGY) oleh Nur Janah Nitura. Dra. NUR JANAH NITURA, MM, Psikolog, CHt, CBA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Temuan dan ulasan yang telah disajikan dalam Bab IV, berkenaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH RANCANGAN PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORITIK

GAMBARAN STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF KEGIATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PROGRAM PAKET B DI PKBM TANJUNG SARI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH/ PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar Dan Pembelajaran Metode Based Learning

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM BELAJAR IPA

Studi kasus (Case study)

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

INDIKATOR PERKULIAHAN YANG AKTIF

HAKIKAT METODE PEMBELAJARAN. Oleh : Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

P e n g a n t a r SELF-DIRECTED LEARNING. Self-directed learning: batasan. Self-directed learning (1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

Transkripsi:

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI) Dr. Sujarwo, M.Pd*) Pendahuluan Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki banyak pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan mengatasi permasalahan hidup secara mandiri. Orang dewasa terus berusaha meningkatkan pengalaman hidupnya agar lebih matang dalam melakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Orang dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang dibentuk dan dipengaruhiorang lain untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan para pemegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi dalam perspektif pendidikan, orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada pencapaian pemantapan identitas dan jati dirinya untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan demikian keikutsertaan orang dewasa dalam belajar memberikan dampak positif dalam melakukan perubahan hidup kearah yang lebih baik. Pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan saja, namun harus dibekali dengan rasa percaya yang kuat dalam dirinya sehingga apa yang akan dilakukan dapat dijalankan dengan baik. Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bangus akan tetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupannya. Dengan belajar orang dewasa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalam hidup tidak hanya pada pencarian ijazah saja. Pengalaman merupakan sumber terkaya dalam pembelajaran sehingga orang dewasa semakin kaya akan pengalaman dan termotifasi untuk melakukan upaya peningkatan hidup. Sifat belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa untuk semakin berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi harapan dapat tercapai. Konsep diri orang dewasa tidak lagi bergantung pada orang lain, sehingga memiliki kemampuan dan pengalaman secara mandiri dalam pengambilan keputusan. Implikasi dari konsep diri ini, maka dalam pembelajaran hendaknya didesain: 1) iklim belajar yang diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik warga belajar melalui kerjasama dalam pembelajaran, Suasana belajar memungkinkan orang dewasa untuk leluasa bergerak dan berinisiatif dalam belajar. 2) warga belajar ikut dilibatkan dalam mendiagnosis kebutuhan belajar yang akan dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, 3) Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan melibatkan partisipasi aktif warga belajar, 4) Evaluasi pembelajaran dilakukan lebih banyak menggunakan evaluasi diri. Pembelajaran Orang Dewasa 1

Salah satu prinsip belajar orang dewasa adalah belajar karena adanya suatu kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Seperti yang terlihat dari piramida kebutuhannya teori Maslow tentang sebagai berikut. Piramida Kebutuhan menurut Teori Maslow Perwujudan diri Pengakuan kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisik atau sandang / pangan. Sebelum seseorang merasakan kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan papan, maka setiap individu belum membutuhkan atau merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Keamanan Fisik Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka seseorang perlu rasa aman jauh dari rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran. Apabila rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga diri. Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan jati dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang dipelajari peserta, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir nya adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pelatihan, bukan apa yang dilakukan pengajar atau pelatih dalam pelatihan itu. *) Pemakalah Dosen Jurusan PLS FIP UNY Strategi Pembelajaran Orang Dewasa 2

Pengertian Andragogi Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani aner atau andr, berarti orang dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani Agogus yang berarti memimpim/membimbing. Agogi berarti aktivitas memimpin/ membimbing atau seni dan ilmu memimpin/membimbing, atau seni dan ilmu mempengaruhi orang lain. Pedagogi (pedagogy) berasal dari kata Yunani Paid (berati anak) dan Agogus (berarti memimpin ). Pedagogi berarti seni dan ilmu mengajar anak-anak. John D. Ingalls memberi batasan pengertian andragogi sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu, organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (1977:38), Andragogy is therefore, the art and science of helping adults learn. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata: Aner yang artinya orang untuk membedakannya dengan paed yang artinya anak. Knowles dalam bukunya The modern practice of Adult Education, mengatakan bahwa semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kemudian setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara dua ujung tersebut. Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar anak-anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles dalam WWW.DELIVERY.COM (2002) ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi dan pedagogi, yaitu: a. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak bergantung bersifat pengarahan diri. b. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan belajar. c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan. d. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang dewasa orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subyek. Asumsi asumsi pokok di atas menimbulkan berbagai implikasi yang berkaitan dengan penerapan strategi pembelajaran. Secara umum strategi pembelajaran orang dewasa Pembelajaran Orang Dewasa 3

lebih menekankan pada permasalahan yang dihadapi (problem centered orientation). Knowles mengajukan asumsi bahwa orang dewasa dapat belajar. Kalaupun ada orang dewasa yang mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa yang bersangkutan kurang percaya pada kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut hasil penelitian, kemampuan belajar bagi orang dewasa yang berkurang hanyalah kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya. Kemunduran kecepatan belajar tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia yang mengakibatkan beberapa unsur fisiologis seperti ketajaman pendengaran dan penglihatan mengalami Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles : Pedagogi Andragogi 1. Konsep diri (self-cocept) Anak ialah pribadi yang tergantung. Si pelajar bukan pribadi yang tergantung, tetapi pribadi yang telah masak secara Hubungan pelajar dengan pengajar psikologis. Hubungan pelajar dengan merupakan hubungan yang bersifat pengajar merupakan hubungan saling pengarahan (a directing relationship) membantu yang timbal balik (a helping relationship) 2. Pengalaman Pengalaman pelajar masih sangat Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai terbatas, karena itu dinilai kecil dalam proses pendidikan. Komunikasi satu arah dari pendidik kepada pelajar. sebagai sumber belajar yang kaya. Multi komunikasi oleh semua peserta, pengajar maupun pelajar. 3. Kesiapan belajar Pelajar menentukan apa yang mereka perlu Pendidik menentukan apa yang akan pelajari berdasarkan pada persepsi mereka dipelajari, bagaimana dan kapan sendiri terhadap tuntutan situasi sosial belajar. mereka. 4. Perspektif waktu dan orientasi terhadap belajar. Diajarkan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan di masa yad. Pendekatanya subject centered. Belajar merupakan proses untuk penemuan masalah dan pemecahan masalah pada saat itu juga. Pendekatanya problem centered. Dari uraian di atas apat dirumuskan bahwa pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak di sekolah. Untuk mencapai hasil proses pembelajaran orang dewasa yang baik agaknya perlu ditemukenali beberapa faktor yang mempengaruhi kesungguhan orang dewasa dalam belajar. Ibarat sebuah gelas, maka orang dewasa adalah sebuah gelas yang telah berisi dengan berbagai macam isinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa dari intensitas keikutsertaannya dalam proses belajar. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa 4

Dalam konteks pendidikan orang dewasa, andragogi merupakan seperangkat konsep atau prinsip tentang bagaimana membantu orang dewasa dapat belajar secara efektif dalam menambah atau memperjelas, memperdalam, dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehingga meningkatkan mutu kehidupan. Implikasi Konsep Andragogi Dalam Pembelajaran Konsep Andragogi didasarkan pada sedikitnya 4 asumsi tentang karakteristik warga belajar yang berbeda dari asumsi yang mendasari pedagogi tradisional,yaitu: 1) konsep diri mereka bergerak dari seseorang dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain kearah seseorang yang mampu mengarahkan diri sendiri. 2) Mereka telah mengumpulkan segudang pengalaman yang selau bertambah yang menjadi sumber belajar yang semakin kaya. 3) Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi kepada tugas-tugas perkembangan dari peranan sosial mereka. 4) Perspektif waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari pengetahuan yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai dengan itu orientasi mereka kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada mata pelajaran kepada yang berpusat kepada penampilan. Usaha-usaha ke arah penerapan teori andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telah dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang dewasa yang di atas yaitu: konsep diri, akumulasi pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyiapkan Iklim Belajar yang Kondusif Faktor lingkungan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran model Andragogi langkah pertama yang harus dikerjakan adalah menyiapkan iklim belajar yang kondusif. Ada tiga hal yang perlu disiapkan agar tercipta iklim belajar yang kondusif itu. Pertama, penataan fisik seperti ruangan yang nyaman, udara yang segar, cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk di sini adalah kemudahan memperoleh sumbersumber belajar baik yang bersifat materi seperti buku maupun yang bukan bersifat materi seperti bertemu dengan fasilitator. Kedua, penataan iklim yang bersifat hubungan manusia dan psikologis seperti terciptanya suasana atau rasa aman, saling menghargai, dan saling bekerjasama. Ketiga, penataan iklim organisasional yang dapat dicapai melalui kebijakan pengembangan SDM, penerapan filosofi manajemen, penataan struktur organisasi, kebijakan finansial, dan pemberian insentif. 2. Menciptakan Mekanisme Perencanaan Bersama Perencanaan pembelajaran dalam model Andragogi dilakukan bersama antara fasilitator dan peserta didik. Dasarnya ialah bahwa peserta didik akan merasa lebih terikat terhadap Pembelajaran Orang Dewasa 5

keputusan dan kegiatan bersama apabila peserta didik terlibat dan berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. 3. Menetapkan Kebutuhan Belajar Dalam proses pembelajaran orang dewasa perlu diketahui lebih dahulu kebutuhan belajarnya. Ada dua cara untuk mengetahui kebutuhan belajar ini adalah dengan model kompetensi dan model diskrepensi. Model kompetensi dapat dilakukan dengan mengunakan berbagai cara seperti penyusunan model peran yang dibuat oleh para ahli. Pada tingkat organisasi dapat dilakukan dengan melaksanakan analisis sistem, analisis performan, dan analisis berbagai dokumen seperti deskripsi tugas, laporan pekerjaan, penilaian pekerjaan, analisis biaya, dan lain-lain. Pada tingkat masyarakat dapat digunakan berbagai informasi yang berasal dari penelitian para ahli, laporan statistik, jurnal, bahkan buku, dan monografi. Model dikrepensi, adalah mencari kesenjangan. Kesenjangan antara kompetensi yang dimodelkan dengan kompetensi yang dimiliki oleh peseta didk. Peseta didik perlu melakukan self assesment. 4. Merumuskan Tujuan Khusus (Objectives) Program Tujuan pembelajaran ini akan menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan. Banyak terjadi kontroversi dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini karena perbedaan teori atau dasar psikologi yang melandasinya. Pada model Andragogi lebih dipentingkan terjadinya proses self-diagnosed needs. 5. Merancang Pola Pengalaman Belajar Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu disusun pola pengalaman belajarnya atau rancangan programnya. Dalam konsep Andragogi, rancangan program meliputi pemilihan problem areas yang telah diidentifikasi oleh peserta didik melalui self-diagnostic, pemilihan format belajar (individual, kelompok, atau massa) yang sesuai, merancang unit-unit pengalaman belajar dengan metoda-metoda dan materi-materi, serta mengurutkannya dalam urutan yang sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik dan prinsip estetika. Rancangan program dengan menggunakan model pembelajaran Andargogi pada dasarnya harus dilandasi oleh konsep self-directed learning dan oleh karena itu rancangan program tidak lain adalah preparat tentang learning-how-to-learn activity. 6. Melaksanakan Program (Melaksanakan Kegiatan Belajar) Catatan penting pertama untuk melaksanakan program kegiatan belajar adalah apakah cukup tersedia sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan membelajarkan dengan menggunakan model Andragogi. Proses pembelajaran Andragogi adalah proses pengembangan sumberdaya manusia. Peranan yang harus dikembangkan dalam pengembangan sumberdaya manusia adalah peranaan sebagai administrator program, sebagai pengembang personel yang mengembangkan sumberdaya manusia. Dalam konteksi pelaksanaan program kegiatan belajar perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan berbagai Strategi Pembelajaran Orang Dewasa 6

teknik untuk membantu orang dewasa belajar dan yang berkaitan dengan berbagai bahanbahan dan alat-alat pembelajaran. 7. Mengevaluasi Hasil Belajar dan Menetapkan Ulang Kebutuhan Belajar Proses pembelajaran model Andragogi diakhiri dengan langkah mengevaluasi program. Pekerjaan mengevaluasi merupakan pekerjaan yang harus terjadi dan dilaksanakan dalam setiap proses pembelajaran. Tidak ada proses pembelajaran tanpa evaluasi. Proses evaluasi dalam model pembelajaran Andragogi bermakna pula sebagai proses untuk merediagnosis kebutuhan belajar. Untuk membantu peserta didik mengenali ulang model-model kompetensi yang diharapkannya dan mengasses kembali diskrepensi antara model dan tingkat kompetensi yang baru dikembangkannya. Pengulangan langkah diagnosis menjadi bagian integral dari langkah evaluasi. Dalam khasanah proses evaluasi terdapat empat langkah yang diperlukan untuk mengefektifkan assessment program yaitu evaluasi reaksi yang dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana peserta didik merespon suatu program belajar; evaluasi belajar dilaksanakan untuk mengetahui prinsip-prinsip, fakta, dan teknik-teknik yang telah diperoleh oleh peserta didik; evaluasi perilaku dilaksanakan untuk memperoleh informasi perubahan perilaku peserta didik setelah memperoleh latihan; dan evaluasi hasil dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program. Aplikasi yang diutarakan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip atau ramburambu sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena itu, keberhasilannya akan lebih benyak tergantung pada setiap pelaksanaan dan tentunya juga tergantung kondisi yang dihadapi. Jadi, implikasi pengembangan teknologi atau pendekatan andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan kurikulum atau cara mengajar terhadap warga belajar. Namun, karena keterikatan pada sistem lembaga yang biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau kurikulum dengan menggunakan andragogi akan banyak lebih dikembangkan dengan menggunakan pendekatan ini. Sebagai orang dewasa merasakan bahwa konsep-diri seseorang dapat berubah. Mereka mulai melihat peranan sosial mereka dalan hidup tidak lagi sebagai warga belajar full time. Mereka melihat diri mereka semakin sebagai penghasil atau pelaku. Sumber utama kepuasandiri mereka sekarang adalah penampilan mereka sebagai pekerja, suami/isteri, orang tua, dan warga negara. Orang dewasa memperoleh status baru, di mata mereka dan orang-orang lain, dari tanggung jawab yang non-pendidikan ini. Konsep-diri mereka menjadi sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri. Mereka melihat diri mereka sendiri sebagai mampu membuat keputusan-keputusan mereka sendiri dan menghadapi akibat-akibatnya, mengelola hidup mereka sendiri. Dalam hal itu mereka juga mengembangkan satu kebutuhan psikologis yang dalam untuk dilihat orang lain sebagai orang yang mampu mengarahkan diri sendiri. Orang dewasa menemukan bahwa mereka dapat bertanggung jawab bagi pembelajaran Pembelajaran Orang Dewasa 7

mereka sendiri, sebagaimana mereka lakukan bagi segi-segi lain kehidupan mereka, mereka mengalami perasaan lega dan gembira. Kemudian mereka akan memasuki kegiatan belajar dengan keterlibatan-diri yang mendalam, dengan hasil yang seringkali mengejutkan bagi mereka sendiri dan para fasilitator mereka. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan atau memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Pemilihan pendekatan pembelajaran ini hendaknya memenuhi kriteria efisien dan efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila startegi tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, strategi dan pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani, stratego yang berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya sistematis dalam membantu warga belajar dalam mengembangkan potensinya secara optimal melalui kegiatan belajar. Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik dengan lingkungannya. Tujuan strategi pembelajaran adalah untuk mewujudkan efisiensi, efektivutas dan produktifitas kegiatan pembelajaran. Isi kegiatan pembelajaran adalah bahan/materi pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang telah disusun dalam program pembelajaran. Proses kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran (Sudjana, 2005) Menurut Dick dan Carey (1990 : 1) strategi pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga warga belajar dapat mencapai isi Strategi Pembelajaran Orang Dewasa 8

pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan. Lebih lanjut Dick dan Carey (1990: 1) menyebutkan lima komponen umum dari strategi instruksional sebagai berikut: 1) kegiatan pra instruksional, 2) penyajian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5) tindak lanjut. Gagne dan Briggs dalam Atwi Suparman (1996: 156) mengemukakan sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu: 1) memberikan motivasi atau menarik perhatian, 2) menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik, 3) mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep), 5) memberikan petunjuk belajar, 6) menentukkan penampilan peserta didik, 7) memberi umpan balik, 8) menilai penampilan, 9) menyimpulkan. Strategi pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan aksi/penerapan. Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku atau harus berurutan. Tetapi bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai dari diskusi, kemudian belajar membaca, menulis dan seterusnya. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam kelompok belajar. Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai dari masalah yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok belajar, menulis, membaca dan seterusnya. Keefektifan kegiatan belajar, sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam mengarahkan, dan membimbing peserta didik di dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman juga menunjukkan bahwa, kegiatan menulis perlu didahulukan dan pada kegiatan membaca. Karena melalui kegiatan belajar menulis, peserta didik sedikit demi sedikit langsung belajar membaca. Sebaliknya apabila peserta didik didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang terampil dalam hal menulis. Kegiatan pembelajaran partisipatif sebagai upaya pembelajaran yang mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:155) keikutsertaan peserta didik diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu: perencanaan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Partisipasi dalam perencanaan merupakan bentuk keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan menentukan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia,. Hasil dari identifikasi digunakan sebagai dasar dalam menentukan tujuan pembelajaran.dan penetapan program kegiatan pembelajaran. Partisipasi dalam pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif ditandai dengan 1) kedisiplinan peserta didik, 2) terjadi hubungan antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik yang akrab, terbuka, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling Pembelajaran Orang Dewasa 9

belajar, 3) Interaksi pembelajar yang sejajar. Kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada peran peserta didik (student centered). Peserta didik diberikan kesempatan secara luas dalam kegiatan pembelajaran, peran pendidik membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam menciptakan iklim pembelajaran kondusif, misalnya: pendekatan tematik, descoveri-inkuiri, kontektual, cooperative learning, konstruktrukvistik, meaningfull learning, dsb. Adapun metode pembelajaran yang diterapkan, misalnya; metode diskusi, tanya jawab, problem solving, discovery-inkuiri, simulasi, brainstorming, role playing, games, siklus belajar berbasis pengalaman, demonstrasi, kooperatif, dan sebagainya. Partisipasi dalam evaluasi pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menghimpun informasi mengenai pengelolaan pembelajaran dan perubahan yang dirasakan selama mengikuti proses pembelajaran. Dalam partisipasi evaluasi pembelajaran ini, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan penilaian pada seluruh komponen pembelajaran (refeksi pembelajaran) dan suasana diri (moood meter) dalam mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran partisipatif adalah: 1) melakukan asesment kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, mengidentifikasi hambatan, dan menetapkan prioritas yang akan digunakan untuk mengelola kegiatan pembelajaran. 2) Memilih tema/pokok bahasan dan/atau tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran dan menentuka indicator pencapaian tujuan pembelajaran. 3) Mengenai dan mengkaji karakteristik peserta didik sebagai bahan masukan dalam menyusun rencana pembelajaran 4) Mengidentifikasi isi/materi atau bahan pelajaran/rincian tugas pembelajaran 5) Merumuskan tujuan pembelajaran 6) Merancang kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode, media pembelajaran yang digunakan secara tepat dan pengelolaan waktu. 7) Memilih fasilitas pembelajaran dan sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran. 8) Mempersiapkan sistem evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran. 9) Mempersiapkan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley (2004) bahwa ada enam prinsip dalam praktek pembelajaran orang dewasa agar dapat diterapkan secara efektif, yaitu: 1) adanya partisipasi secara sukarela, 2) adanya perasaan respek secara timbal balik, 3) Adanya semangat berkolaborasi dan kooperasi, 4) adanya aksi dan refleksi, 5) tersedianya kesempatan refleksi kritis dan 6) adanya iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar secara mandiri. Prinsip tersebut sangat berkaitan dengan karakteristik orang dewasa yang telah memiliki konsep diri dan pengalaman yang cukup banyak. Konsep diri orang dewasa telah mandiri dan bergantung sepenuhnya kepada orang lain dalam menentukan pilihan atau keputusan Strategi Pembelajaran Orang Dewasa 10

pemecahan masalah. Pengalaman merupakan pembelajaran yang sangat berharga bagi orang dewasa. Setiap peserta memiliki pengalaman yang bervariasi, tingkat pendidikan, kematangan dan lingkungan yang berbeda pula. Untuk itu pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) peserta sebagai sumber belajar, oleh karena itu teknik pembelajaran yang diterapkan diorientasikan pada upaya penyerapan pengalaman mereka melalui; diskusi kelompok, curah pendapat, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, focus broup discussion. 2) penekanan pada aplikasi praktis, pengetahuan baru, konsep-konsep, dan pengalaman baru dapat dijelaskan melalui pengalaman praktis yang pernah dialami peserta didik. Hasil dari pembelajaran dapat dimanfaatkan secara langsung dalam kehidupannya. 3) materi pembelajaran dirancang berdasarkan pengalaman dan kondisi peserta didik, Penutup Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan pendidik dalam membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan dan memfasilitasi) peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajar dapat dimaknai sebagai prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran (materi pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, metode pembelajaran, sistem evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu orang dewasa dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi belajar diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat. Daftar Pustaka Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas Terbuka Dick, Walter and Robert A.Reiser. 1990. Planning Effective Instruction. Boston: Allyn and Bacon Knowles. 1977. The modern practice of Adult Education Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley.2004. Adult Education. Pembelajaran Orang Dewasa 11

(STRATEGI PEMBELAJARAN ANDRAGOGI) JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Strategi Pembelajaran Orang Dewasa 12

Pembelajaran Orang Dewasa 13