STIKES NGUDI WALUYO SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembuluh darah (Setiati S, 2014). kronik ataupun akut (Sudoyo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I LATAR BELAKANG

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS YANG MELAKUKAN SENAM DIABETES

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

Transkripsi:

STIKES NGUDI WALUYO SKRIPSI UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG Oleh NURUL AGUSTIANINGSIH 01.01.09a.102 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2013 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus di sebut juga the silent killer karena penyakit ini akan menimbulkan masalah yang serius bagi penderitanya dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif yang akan memicu krisis kesehatan terbesar pada abad ke 21. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seseorang di katakan menderita DM apabila ada gejala poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan polifagi (banyak makan) dan jika Glukosa darah sewaktu >200mg/dL (11,1 mmol/l), Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/l), dan Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sudah mengkonsumsi 75 gr kabohidrat (2 jam post-pradial/ pp >200mg/dl (DKK Semarang, 210) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2011). Indonesia menempati urutan ke 4 tertinggi di dunia. Diantara berbagai propinsi yang ada di Indonesia, Jawa tengah memiliki prevalensi DM yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan program yang berasal dari rumah sakit dan puskesmas di jawa tengah tahun 2007, kasus DM secara keseluruhan sebanyak 209.319. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan penderita DM di Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 11.725 jiwa dari 8.107 penderita pada tahun 2008 dan 10.796 pada tahun 2009 (DKK Semarang, 2010). Kasus - kasus tertentu, pengobatan pembuluh darah secara operatif dapat sangat berarti. Obat-obat biasanya dapat menyebabkan ketergantungan Teruji pada pasien diabetes mencakup berbagai komponen diantaranya adalah terapi keperawatan seperti olahraga dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki. Senam kaki diabetes merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan sirkulasi darah kaki (Widianti & Atikah, 2010). Senam kaki DM merupakan kegiatan atau latihan yang di lakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki diabetes dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Widianti & Atikah, 2010) Menurut (American Diabetes Association, 2004). Gangguan aliran darah pada kaki dapat di deteksi dengan mengukur ankle bracial index (ABI) yaitu mengukur rasio dari tekanan sistolik kaki bagian bawah dengan tekanan sistolik di lengan. Manset tekanan darah dan stetoskop digunakan untuk mengukur dan mendengarkan tekanan darah di pergelangan kaki dan bandingkan dengan lengan, yang umumnya harus selalu memiliki sirkulasi yang normal. Pada pasien yang mengalami gangguan peredaran darah kaki maka akan di temukan tekanan darah tungkai lebih rendah di bandingkan dengan tekanan darah lengan dengan nilai ABI =0,8-1,2 berarti sirkulasi arteri normal TINJAUAN TEORI A. Diabetes Melitus 1. Pengertian Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Semelzert & Bare, 2002). Sedangkan menurut WHO, Diabetes mellitus adalah keadaan 2

hyperglikemia kronis yang di sebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat di sembuhkan tapi dapat dikontrol. 2. Faktor resiko Faktor resiko Diabetes Melitus dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu berat badan berlebih dan obesitas. Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan adanya gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas. Sebagai kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pangkreas, sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat resistensi terhadap insulin. Gula darah tinggi yang tidak ditatalaksanakan dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau mata, penyakit jantung, serta stroke (Misnadiarly 2006) Hal-hal yang dapat meningkatkan gula darah dapat berupa ; Makanan atau snack dengan karbohidrat yang lebih banyak dari biasanya, kurangnya aktivitas fisik, infeksi atau penyakit lain perubahan hormon, minsalnya selama menstruasi, dan stress. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai gula darah tinggi adalah pemeriksaan gula darah puasa (GDP). Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila kadar GDP =126 mg/dl (Perkeni, 2006). Tekanan darah tinggi yang menyebabkan jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes lebih tinggi. Kurangnya aktifitas fisik dapat diatasi cukup dengan menambah kegiatan harian. Merokok, dapat meningkatkan resiko serangan jantung dan peningkatan tekanan darah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (Misnadiarly 2006) yaitu, Usia bertambahnya usia menyebabkan resiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat. Kelompok usia yang menjadi faktor resiko diabetes adalah usia lebih dari 45 tahun. Ras dan suku bangsa, dimana bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawai, dan sebagian Amerika Asia memiliki resiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian disebabkan oleh tingginya angka tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes pada populasi tersebut. Jenis kelamin yang memungkinkan pria menderita penyakit jantung lebih besar daripada wanita. Namun, jika wanita telah menopause maka kemungkinan menderita penyakit jantung pun ikut meningkat meskipun prevalensinya tidak setinggi pria. Riwayat keluarga yang salah satu anggota keluarganya menyandang diabetes maka kesempatan untuk menyandang diabetes pun meningkat. 3. Komplikasi Diabetes dapat mematikan karena pengaruhnya menyebar ke sistem yang lain. Belum lama ini ilmuan di bidang medis memberikan perhatian lebih besar pada suatu keadaan yang mereka sebut sebagai sindroma metabolism. Sindroma metabolism adalah gabungan masalah yang bersama-sama membentuk suatu keadaan berbahaya dan kemungkinan besar dapat mematikan. Kondisi ini meliputi resistensi insulin, kadar gula darah tinggi, peningkatan trigliserida, kadar kolesterol LDL tinggi, tekanan darah tinggi dan obesitas (Misnadiarly, 2006) Komplikasi yang terjadi dibagi atas Komplikasi Akut meliputi hipoglikemia, hiperglikemia dan ketoasidosis. Hipoglikemia adalah 3

keadaan klinik gangguan syaraf yang disebabkan oleh penurunan glukosa darah, sedangkan hiperglikemia yaitu secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului sters akut. Ketoasidosis merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan diabetes melitus (Misnadiarly, 2006). Komplikasi mikrovaskular berikutnya adalah neuropati yang dapat menyebabkan penderita diabetes rentan terhadap infeksi. Diabetes dapat juga menyebabkan kerusakan saraf, yang menuju pada kerusakan aliran darah dan menyebabkan mati rasa pada kaki. Penderita diabetes yang sudah lama cendrung memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran darah yang melalui arteri lebih kecil, Hal ini menambah kerentanan terap luka-luka di kaki yang memerlukan waktu yang lama untuk di sembuhkan dan bahaya terkena infeksi (Misnadiarly, 2006). B. Sirkulasi Darah kaki pasien Diabetes Melitus Tipe 2 1. Sirkulasi Darah Kaki Sirkulasi darah adalah aliran darah yang di pompakan jantung ke pembuluh darah dan di alirkan oleh arteri ke seluruh organ tubuh salah satunya pada organ kaki. Resistensi terhadap aliran darah tergantung pada tiga faktor yaitu visikositas (kekentalan), panjang pembuluh darah dan jari-jari pembuluh darah (Sherwood, 2001). melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang baik (Semelzert & Bare, 2002). Beberapa terapi komplementer yang umun di lakukan adalah terapi fisik ( yoga, pijat, akupuntur), tehnik relaksasi (meditasi, visualisasi) oabat herbal dan berolah raga setiap hari dengan teratur seperti melakukan senam kaki diabetes yang dapat memperkuat otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi. Sehingga diharapkan dapat memperbaiki koplikasi neuropati dan melancarkan aliran darah (Widianti & Atikah 2010) 2. Prosedur Pengukuran Ancle Bracial Index (ABI) menurut (American Diabetes Association, 2004). yaitu : a. Anjurkan pasien berbaring terlentang, posisi kaki sama tinggi dengan posisi jantung. b. Pasang manset tensimeter di lengan atas dan tempatkan stetoskup diatas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat. c. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmhg diatas tekanan darah sistolik palpasi. d. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic brachialis. e. Ulangi pada lengan yang lain. f. Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan stetoskup diatas arteri dorsalis pedis atau arteri tibilias dengan sudut 45 derajat. g. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmhg diatas tekanan darah sistolik palpasi. h. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya merupakan tekanan darah systolic ankle. i. Ulangi pada kaki yang lain. Pilih tekanan darah systolic brachialis tertinggi (diantara lengan kanan dan kiri) dan tekanan darah systolic ankle teritnggi (diantara kaki kanan dan kaki kiri). Dalam penentuan nilai ABI kadang ditemukan tekanan darah sistolik false tinggi ditemukan pada pasien diabetik. Hal ini disebabkan tekanan manset tidak mampu menekan 4

pembuluh darah distal yang mengalami kalsifikasi. (American Diabetes Association, 2004) C. Senam Kaki Diabetes 1. Definisi Senam adalah latihan tubuh yang di ciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematika, dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam atau latihan tersebut termasuk juga meliputi unsure-unsur lompatan, memanjat dan kesimbangan (Widianti & Atikah, 2010). Berdasarkan pengertiannya senam adalah salah satu jenis olah raga aerobi yang menggunakan gerakan sebagian otototot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (Karim,2002 dalam Widiati & Atikah, 2010). Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experiment atau eksperimen semu. Desain quasy eksperiment (rancanganrancangan eksperimen semu) mempunyai kesamaan dengan Pre Test-Post Test penyakit diabetes melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengobatan diabetes melitus. Latihan fisik yang di maksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2006) Senam kaki diabetes merupakan kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Widianti & Atikah, 2010) Control Group Design, perbedaannya hanya pada penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana kelompok eksperimen yang dipilih tidak secara random. Desain quasi experiment dapat digambarkan sebagai berikut : Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain non equivalent (pretest dan posttest) control group design. Tabel 4.1 Desain Non Equivalent Control Group Pretest Perlakuan Postest Kelompok intervensi (1) 01 X 02 Kelompok kontrol (2) 03-04 Keterangan: Kelompok 1 : Kelompok intervensi (dengan senam kaki Diabetes) Kelompok 2 : Kelompok kontrol (pembanding) X : Pemberian terapi senam kaki Diabetes 01 : Sirkulasi darah kaki pretest pada kelompok intervensi 02 : Sirkulasi darah kaki postest pada kelompok intervensi 03 : Sirkulasi darah kaki pretest pada kelompok kontrol 04 : Sirkulasi darah kaki postest pada kelompok kontrol 5

B. Analisis Data 1. Analisa Univariat Bentuk analisa univariat data kategorik disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Variabel yang di analisis dalam penelitian ini adalah gambaran sirkulasi darah kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah pemberian terapi senam kaki diabetes pada kelompok intervensi dan gambaran tentang sirkulasi darah kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah pemberian intervensi pada kelompok kontrol di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Tabel 4.2 2. Analisa Bivariat Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Hal ini berguna untuk membuktikan atau menguji hipotesis yang telah dibuat. Uji homogenitas menggunakan uji t-tes independen terlebih dahulu untuk mengetahui kesetaraaan antara kedua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji kesetaraan dilakukan dengan menguji nilai ABI sebelum diberikan perlakuan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji Kesetaraan Sirkulasi Darah Kaki Responden Sebelum Diberikan Latihan Senam Kaki Diabetes antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2013 Variabel Kelompok n Mean SD Z p-value Nilai ABI Intervensi 15 0,721 0,080-0,126 0,900 Kontrol 15 0,700 0,118 Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa sebelum diberikan latihan senam kaki diabetes, rata-rata nilai ABI responden kelompok intervensi sebesar 0,721 yang menandakan terjadi insufisiensi arteri ringan sedangkan rata-rata nilai ABI responden kelompok kontrol tidak jauh berbeda yaitu 0,700. Berdasarkan uji Mann Whitney, didapatkan nilai Z hitung = -0,126 dengan p-value 0,900. Oleh karena p- value 0,900 > (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan sirkulasi darah kaki pasien DM sebelum diberikan latihan senam kaki diabetes antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol di desa Leyangan Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang. Ini juga menunjukkan bahwa kedua kelompok dapat dinyatakan setara atau homogen sehingga bisa di bandingkan. Tabel 4.3 Uji normalitas data ABI Pretest ABI Posttest Kelompok Intervensi Kontrol Intervensi Kontrol a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.,323 14,000,722 14,001,286 14,003,754 14,001,367 14,000,759 14,002,311 14,001,771 14,002 6

Berdasarkan tabel uji normalitas Saphiro Wilk, didapatkan p-value untuk nilai ABI pretest pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing sebesar 0,001 dan 0,001. Sedangkan untuk nilai ABI posttest pada kelompok intervensi dan kontrol masing-masing sebesar 0,002 dan 0,002. Oleh karena semua p-value tersebut lebih kecil dari (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa datadata tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal HASIL PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian, bab ini menyajikan hasil penelitian mengenai pengaruh senam kaki diabetes terhadap sirkulasi darah kaki pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sedangkan sebagai respondennya adalah para penderita Diabetes melitus tipe 2 yang tinggal di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dengan jumlah 28 orang, dimana 14 orang sebagai kelompok intervensi yang diberikan perlakuan senam kaki diabetes sedangkan 14 orang lainnya sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Hasil-hasil dari penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini. A. Analisis Univariat 1. Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita DM Tipe 2 Sebelum Dilakukan Latihan Senam Kaki Diabetes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita DM Tipe 2 Sebelum Dilakukan Latihan Senam Kaki Diabetes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2013 Sirkulasi Darah Kaki Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol f % f % Insufisiensi Arteri Ringan Sirkulasi arteri normal 9 5 64,3 35,7 8 6 57,1 42,9 Jumlah 14 100 14 100 Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa dari 14 responden kelompok intervensi sebelum diberikan latihan senam kaki diabetes, sebagian besar responden mengalami insufisiensi arteri ringan, yaitu sejumlah 9 orang (64,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar juga mengalami insufisiensi arteri ringan, yaitu sejumlah 8 orang (57,1%). 2. Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita DM Tipe 2 Sesudah Dilakukan Latihan Senam Kaki Diabetes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita DM Tipe 2 Sesudah Dilakukan Latihan Senam Kaki Diabetes pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Desa Leyangan Kec. Ungaran Timur Kab. Semarang, 2013 Sirkulasi Darah Kaki Insufisiensi Arteri Ringan Sirkulasi arteri normal Tidak ada Kelainan arteri Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol f % f % 0 0 9 64,3 12 85,7 5 35,7 2 14,3 0 0,0 Jumlah 14 100 14 100 Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa dari 14 responden kelompok intervensi setelah diberikan latihan senam kaki diabetes, sebagian besar 7

responden mengalami sirkulasi arteri normal, yaitu sejumlah 12 orang (85,7%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar masih mengalami insufisiensi arteri ringan, yaitu sejumlah 9 orang (64,3%). PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Sirkulasi Darah kaki pada Penderita Diabetes melitus tipe 2 Sebelum dilakukan latihan Senam Kaki Diabetes pada Kelompok Intervensi dan kontrol Berdasarkan hasil penelitian terhadap sirkulasi darah kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebelum di lakukan latihan senam kaki diabetes terhadap kelompok intervensi sebagian besar responden mengalami insufiensi arteri ringan, yaitu sejumlah 9 orang (64,3%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar juga mengalami insufiensi arteri ringan, yaitu sejumlah 8 orang (57,1%) B. Analisis Bivariat 1. Perbedaan sirkulasi darah kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 sebelum dan sesudah diberikan latihan senam kaki diabetes pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada sirkulasi darah kaki kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetes pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang (sirkulasi darah kaki p value 0,001). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai ABI kelompok kontrol sebelum perlakuan sebesar 0,700 kemudian sedikit mengalami penurunan menjadi 0,693 sesudah perlakuan. Bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada sirkulasi darah kaki responden kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada penderita diabetes melitus di Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang (sirkulasi darah p value 0,785). Pada kelompok intervensi menunjukkan adanya peningkatan sirkulasi darah yang signifikan karena Senam kaki diabetes dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah kaki dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Widianti & Atikah, 2010) KESIMPULAN Pada bab ini akan disampaikan beberapa kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh. A. Kesimpulan 1. Ada pengaruh pemberian senam kaki diabetes terhadap sirkulasi darah kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang p value 0,000 < a (0,05). Dimana gambaran sirkulasi darah kaki pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetes rata-rata sirkulasi darah kaki 0,5-0,8 menjadi 0,8-1,2. Terlihat peningkatan sirkulasi darah kaki dari terjadi insufiensi arteri ringan menjadi sirkulasi arteri normal. 8