WILAYAH POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

Buletin Edisi September Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Oktober Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

Buletin Edisi Agustustus Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

Buletin Edisi November Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Januari Tahun 2017 KATA PENGANTAR

Buletin Bulan Mei Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi Juli Tahun 2016 KATA PENGANTAR

Buletin Edisi April 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Sleman, Februari 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MLATI. AGUS SUDARYATNO, S.Kom, MM NIP

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

Bab II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Direktorat Jenderal Pajak DIY

Buletin Bulan Maret Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan Februari Tahun 2016 PENGANTAR

Buletin Bulan Juni Tahun 2016 KATA PENGANTAR

KEPALA, STASIUN KLIMATOLOGI MLATI

Buletin Bulan Januari Tahun 2016 PENGANTAR

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

Buletin Bulan April Tahun 2016 PENGANTAR

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nama Penerima 1 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Utara 2 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Barat 3 UPT Pengelola TK dan SD Wilayah Timur 4 UPT Pengelola

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menimbang. bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24 peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2013 tentang Tata Cara

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAFTAR SEKOLAH SMA / MA BERDASARKAN JUMLAH NILAI UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB IV GAMBARAN UMUM

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2005

BAB III TINJAUAN WILAYAH

JUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

SD SLTP SLTA SARJANA / DIPLOMA TOTAL L P L P L P L P L P 1 TEMON

ANALISIS PERSEBARAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

Perbandingan K-Means dan K-Medoids Clustering terhadap Kelayakan Puskesmas di DIY Tahun 2015

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

WILAYAH POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SEMINAR HASIL PENELITIAN

DAFTAR SEKOLAH SMP / MTs / SMPT BERDASARKAN JUMLAH NILAI UJIAN NASIONAL SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BIDANG SARANA DAN PRASARANA LAPORAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

ANALISIS PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM WILAYAH YOGYAKARTA DENGAN METODE ATENUASI PATWARDHAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

PENETAPAN SEKOLAH INKLUSI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

KAJIAN POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF TERNAK KERBAU MOA DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

RENCANA KERJA ( RENJA )

DAYA TAMPUNG PESERTA DIDIK BARU SMK NEGERI PERSYARATAN SPESIFIK KOMPETENSI KEAHLIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai kota pendidikan dan kota pariwisata dengan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

DAYA TAMPUNG PESERTA DIDIK BARU SMK SWASTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018 KOMPETENSI KEAHLIAN / PAKET KEAHLIAN

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

Wahyudi Kumorotomo, PhD Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada 27 September 2013

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAHAN DAN METODE. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

STATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

Transkripsi:

Seminar Nasional Peternakan dan Veieriner 2000 WILAYAH POTENSIAL UNTUK PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Kato kunci : Wilayah pertumbuhan, ternak SUMANTO, E. JUARINI, B. WIBOwo, dan AsHARI Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 160002 ABSTRAK Penelitian untuk menentukan lokasi potensial untuk penyebaran dan pengembangan peternakan di Propinsi D.I. Yogyakarta didekati dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ) yang menggunakan paramater penduduk, kesesuaian ekologis lahan dan populasi ternak. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder peternakan tahun 1997. Kepadatan penduduk umumnya sudah padat di wilayah D.I. Yogyakarta, bahkan untuk kabupaten Sleman dan Bantul cenderung sangat padat. Tingkat kepadatan ekonomi ternak secara umum memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan ekonomi ternak masih dalam keadaan yang jarang sampai dengan sedang, kecuali untuk ternak ayam buras cenderung dalam kondisi padat. Dari indeks daya dukung pakan alami untuk ternak ruminansia, menunjukkan bahwa umumnya kecamatan di wilayah D.I. Yogyakarta masih dalam keadaan aman (IDD > 2). Dari 59 kecamatan yang diamati, sebanyak 24 kecamatan merupakan wilayah pertumbuhan (LQ >1) untuk sapi potong, 23 kecamatan untuk ternak kerbau, 25 kecamatan untuk domba, 19 kecamatan untuk kambing, 12 kecamatan untuk babi, 25 kecamatan untuk ayam buras, 22 kecamatan untuk itik, 19 kecamatan untuk ayam ras dan 12 kecamatan untuk sapi perah. Dilihat dari kesesuaian kecamatan untuk lokasi penyebaran. pengembangan dan pembinaan peternakan menunjukkan bahwa Untuk ternak sapi perah hanya 3 kecamatan, 13 kecamatan untuk sapi potong, 3 kecamatan untuk ternak kerbau, 9 kecamatan untuk domba 10 kecamatan untuk kambing, 4 kecamatan untuk babi, 25 kecamatan untuk ayam buras, 9 kecamatan untuk itik dan 14 kecamatan untuk ayam ras. PENDAHULUAN Pada masa lalu penggunaan lahan merupakan hasil keputusan masing-masing individu atau kelompok kecil yang terpisah. Dalam perkembangan kemajuan iptek dan pembangunan terutama dalam kaitannya dengan tekanan penduduk, perencanaan penggunaan lahan merupakan suatu keharusan, tanpa kecuali untuk semua kegiatan. Dengan mempertimbangkan ketersediaan lahan untuk ternak semakin kurang dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi serta majunya perkembangan perubahan lahan pertanian ke nonpertanian, maka pembangunan peternakan.di wilayah Istimewa Yogyakarta perlu ditata kembali berdasarkan segi kelayakan fisik lahannya dan daya dukung pakan alami, terutama untuk ternak ruminansia. Menurut statistik peternakan 3 tahun terakhir, jumlah populasi ternak ruminan (dalam ST) yang dominan di D.I. Yogyakarta adalah sapi potong dan ternak unggas (dalam ekor) adalah ayam buras. Kantong-kantong produksi sapi potong banyak diserap keluar wilayah, terutama ke DKI dan Jawa Barat dan tak terkecuali untuk unggas (terutama ayam buras). Selain banyaknya temak yang keluar dari D.I. Yogyakarta adalah hasil kulit kambing/domba yang telah diekspor ke berbagai negara di luar negeri, terutama ke negara Itali, Hongkong, Jerman, Korea, Muangthai, Taiwan, Cina dan Kalung/Kechtung. Apabila wilayah-wilayah di D.I. Yogyakarta masih ingin dikembangkan untuk produksi ternak, maka hal ini pertu dilihat kesiapan, baik tentang keadaan lahan, sumber daya manusia, daya dukung pakan alami kepadatan maupun perangkat lunak lainnya. Untuk menunjang penataan dalam 455

Seminar Nasionaf Peiernakan dan Veteriner 2000 penyebaran dan pengembangan temak, khususnya temak ruminansia, salah satu unsur yang penti ng adalah menyiapkan bahan informasi tentang kesesuaian ekologis lahan untuk temak. Analisis Potensi Wilayah Petemakan yang berupa visualisasi evaluasi potensi untuk penyebaran dan pengembangan temak merupakan salah satu langkah untuk penyediaan informasi dasar yang penting bagi perencanaan yang konsepsional dan berwawasan masa depan. Dalam kasus-kasus tertentu perkembangan dalam pengembangan petemakan masih menghadapi ketidakpastian usaha baik secara teknis, ekonomis maupun hukum. Oleh karena itu, tulisan ini salah satu tujuannya adalah untuk menyiapkan informasi berupa wilayah yang potensial untuk penyebaran dan pengembangan temak dipandang dari tip unsur potensi kesesuaian ekologis lahan, kepadatan penduduk, potensi temak dan daya dukung pakan terutama temak ruminansia. MATERI DAN METODE Materi Sumber data Dalam menyusun wilayah yang potensial dan kesesuaian ekologis lahan untuk temak, kegiatannya lebih banyak memanfaatkan sumberdata sekunder, kecuali untuk hal-hal yang khusus, berupa penggalian sumberdata yang ditunjang dengan pengamatan di lapangan, dilakukan kegiatan survei. Hal yang terakhir ada kaitannya untuk menentukan arahan pengembangan wilayah untuk temak yang dimaksudkan sebagai hasil verifikasi data dilapangan : Data sekunder: diperoleh dari intansi terkait yang mencakup data fngkat kecamatan, meliputi data sumberdaya manusia, sumberdaya lahan, sumberdaya pertanian, sumberdaya petemakan. Khusus data peta yang mencakup peta dasar: kelerengan, ketinggian tempat, panjang kemarau, kesuburan tanah, genangan air dan penggunaan tanah diperoleh di instansi Bakosortanal pusat dan Puslittanak, Bappeda, dan BPN propinsi yang bersangkutan. Metode Kepadatan penduduk Ukuran kepadatan penduduk dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu kelompok jarang penduduk (< 50 jiwa/km2), sedang (50-300 jiwa/km2), padat (>300-500 jiwa/km) dan sangat padat (> 500 jiwa/km2). Kepadatan ekonomi ternak Kepadatan ekonomi temak diukur dari jumlah populasi dalam 1000 penduduk. Untuk rumunansia dalam Satuan Temak (ST) dan temak Unggas dalam ekor. Satuan ternak Data temak ruminansia dan babi dihitung dalam satuan temak (ST). Satu ST setara dengan 250 kg berat hidup, yaitu berat rata-rata sapi lokal dewasa (JUWARINI dan PETHERAM, 1983). Nilai faktor 456

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 konversi adalah 0,8 untuk kerbau 0,7 untuk sapi 0,06 domba, 0,06 kambing PE, 0,05 kambing kacang, 0,16 babi, untuk kuda disetarakan dengan sapi. Kesesuaian ekologis lahan untuk ternak Kesesuaian ekologis lahan untuk ternak adalah menggambarkan kondisi lahan yang dapat digunakan sebagai usaha bidang peternakan, khususnya untuk ternak ruminansia. Kesesuaian lahan ini dihasilkan dari kombinasi keadaan kemiringan tanah, ketinggian tempat, panjang kemarau, kesuburan tanah dan genangan air tanah. Hasil analisis tersebut secara detail telah dikaji oleh Tim APW BALAi PENELITIAN TERNAK (1998a). Sedangkan untuk ternak unggas diasumsikan bahwa umumnya kesesuaian lahannya relatif tidak menjadi kendala. Daya dukung pakan Daya dukung wilayah terhadap peternakan tradisional adalah kemampuan wilayah tersebut untuk menghasilkan pakan terutama berupa hijauan yang dapat mengmpung bagi kebutuhan sejumlah populasi ternak dalam bentuk segar ataupun kering, tanpa melalui pengolahan dan tanpa tambahan khusus. Sedangkan indeks daya dukung (IDD) tersebut diperoleh dari total hijauan pakan tercerna yang tersedia dibagi jumlah kebutuhan pakan tercerna bagi sejumlah populasi ternak diwilayah itu dengan mempertimbangkan nilai manfaat lain secara optimum. Perhitungan nilai IDD secara detail dapat dilihat pada ASHARI et ai. (1996). Location quotient (LQ) Location quotient (LQ) adalah salah satu metoda untuk menganalisis pusat pusat pertumbuhan suatu wilayah yang biasanya diukur dari ratio pendapatan daerahnya (TARMIDI, 1996). Metoda pendekatan tersebut telah dikembangkan dan dipergunakan di bidang peternakan dengan membandingkan dasar populasi ternaknya, tetapi hasilnya masih diakui banyak mengandung kelemahannya. Pendekatan dasar analisis ini adalah sama, namun terdapat penyesuaian cara perhitungan untuk LQ. Dari rumus dasar LQ dikembangkan untuk bidang peternakan menjadi : Dimana LQ= AxBxCxN AMxBMxCMxn A = Populasi Ternak X (ST) di kecamatan tertentu B = % luas kesesuaian ekologis lahannya di kecamatan tertentu. Sumber data diperoleh dari hasil analisis potensi wilayah penyebaran dan pengembangan peternakan yang dilakukan oleh PUSLITBANGNAK (1999) C = Kepadatan Penduduk Di kecamatan tertentu N = Total populasi seluruh ternak (ST) di kabupaten tertentu di D.I. Yogyakarta AM = Total Populasi Ternak X (ST) di kabupaten tertentu di D.I.Yogyakarta BM =% luas kesesuaian lahannya di kabupaten tertentu di D.I.Yogyakarta CM = Kepadatan Penduduk di kabupaten tertentu di D.I.Yogyakarta n = Total populasi seluruh ternak di kecamatan tertentu Nilai LQ mempunyai makna sebagai berikut 457

Seminar Nasiona! Peternakan dan Veteriner 2000 1. LQ > 1 berarti bahwa lokasi tersebut merupakan kawasan produksi ternak yang dapat mensuplay untuk luar daerah. 2. LQ = 1 berarti bahwa lokasi yang bersangkutan, tingkat produksinya hanya dapat untuk memenuhi keperluan daerah sendiri. 3. LQ < 1 berarti bahwa lokasi yang bersangkutan masih perlu mendatangkan produksi dari luar daerah. Dengan melihat hasil nilai LQ untuk masing-masing ternak, maka akan tampak tingkatan wilayah pertumbuhannya clan selanjutnya dikombinasikan dengan wilayah kepadatan penduduk dan daya dukung pakan (ruminansia) maka dapat ditentukan status wilayahnya berupa wilayah penyebaran, pengembangan, konsumen clan wilayah pemantapan. Pengertian 1. Wilayah Penyebaran clan Pengembangan (PP) : merupakan wilayah untuk penyebaran dan pengembangan ternak dan umumrya lokasinya masih baru. 2. Wilayah Pengembangan : (P) merupakan wilayah untuk pengembangan ternak, dimana hanya akan dikembangkan ternak pada lokasi yang sudah ada. Tidak menambah lokasi baru. 3. Wilayah pemantapan (PB) : merupakan wilayah ternak yang populasi dan produktifitasnya relatif diharapkan berada dalam keadaan yang mantap. Diharapkan Tidak ada penambahan dari luar. 4. Wilayah konsumen (K): merupakan wilayah pemasaran lokal, karena kepadatan penduduk sudah tinggi. Kondisi fisik Luas wilayah Secara administratif Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 (empat) Kabupaten clan 1 (satu) Kota madya yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul dan Kota madya Yogyakarta. Propinsi ini merupakan propinsi terkecil di Indonesia, atau kurang dari 0,3% dari luas total Kepulauan Indonesia atau hanya 318.580 Ha.(3185,80 km'). Ke 5 (lima) Daerah tingkat II tersebut di bagi-bagi lagi atas 75 Kecamatan, 438 Kelurahan/ desa clan 4.667 dusun. Luas wilayah Daerah Tingkat II berkisar antara 3.250 ha (32,50 km2) untuk Kodya Yogyakarta yang merupakan wilayah paling kecil (hanya 1,02% dari luas total wilayah DIY), sampai wilayah yang paling luas yaitu Kabupaten Gunung Kidul dengan luas wilayah 148.536 ha (1485,36 km2 ) atau 46,60% dari total wilayah Propinsi DIY, sedang tiga Kabupaten yang lain mempunyai luas wilayah yang hampir sama. Rincian luas tiap Kabupaten tertera pada Tabel 1. Tinggi tempat HASIL DAN PEMBAHASAN Propinsi D.I. Yogyakarta lebih dari 60% di dominasi oleh dataran sedang (100-500 m dpl). Luas lahan per Kabupaten berdasarkan ketinggian diatas permukaan laut disajikan pada Tabel 2. 458

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 Tabel I. Luas kabupaten di Propinsi D.I. Yogyakarta No. Kabupaten/Kotamadya Jumlah kecamatan Luas (ha) 1. Kulon Progo 12 58.627 2. Bantul 17 50685 3. Gunung Kidul 13 149.536 4. Sleman 17 57.482 5. Kotamadya 14 3.250 Total 73 318.580 Sumber : KANTOR STATISTIK PROP. DIY, 1998 Tabel 2. Luas lahan menurut ketinggian di masing-masing Dati Tingkat II Kabupaten/Kotamadya Sumber : KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROPINSI DIY, 1998 Kelerengan Lahan Lahan di D.I. Yogyakarta mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi 38,42% diantaranya merupakan daerah datar, dengan tingkat kemiringan 0-2%, sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan > 40% terdapat hampir merata di 4 Kabupaten sedangkan daerah yang mempunyai tingkat kemiringan yang besar terdapat di Kabupaten Gunung Kidul dan dan Kulon Progo. Luas wilayah berdasar tingkat kemiringan tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Jenis tanah Menurut jenis tanahnya wilayah D.l. Yogyakarta terdiri dari 7 jenis tanah, yaitu Aluvial, Litosol, Regosol, Renzina, Grumosol, Mediteran dan Latosol. Sebagian besar jenis tanah di DI. Yogyakarta adalah litosol dengan Was 114.478 Ha (35,93%) di Kabupaten Gunung Kidul, disusul jenis-jenis tanah latosol di Kulon Progo, Sleman dan Gunung Kidul dan Rgosol di Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Kodya Yogyakarta. Regosol merupakan jenis tanah yang bertekstur kasar, solum dalam dengan tingkat kesuburan yang rendah, sedangkan litosol bertekstur halus, solum dangkal dengan tingkat kesuburan juga rendah. Pola curah hujan 0-100 Ketinggian letak m dpl (ha) 100-500 500-1.000 > 1.000 Jumlah Kulon Progo 33.042 19.020 5.565-58.672 Bantul 39.885 10.800 - - 50.685 Gunung Kidul 11.515 134.171 2.850-148.536 Sleman 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482 Kodya. Yogyakarta 1.816 1.434 - - 3.250 Total Yogya 92.461 208.671 15.953 1.495 563.286 Curah hujan rata-rata di DI Yogyakarta selama 3 (tiga) tahun antara 1993-1995 tercatat sebanyak 1.979,53 nun, dengan jumlah hari hujan rata-rata 93,26 hari dalam setahun. Dari data curah hujan (DINAS TANAMAN PANGAN, 1997) menunjukkan bahwa curah hujan tertinggi terdapat di 459

Seminar Nasional Pelernakan don Veteriner 2000 Kabupaten Sleman, yaitu se- besar 2.493,00 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata sekitar 107,66 hari ; sedangkan jumlah curah hujan terendah sebesar 1.558,66 mm., dengan jumlah had hujan ratarata sebesar 79,66 hari. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat Schmidt Ferguson, dari hasil pengamatan selama 3 (tiga) tahun (1993-1995), empat Dati li yaitu Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul, Slemaan dan Kodya Yogyakarta termasuk daerah sedang atau bertipe iklim D. Kabupaten Kulon Progo mengalami bulan basah selama 6 bulan dan 4 bulan kering dalam setahun, Kabupaten Gunung Kidul 6bulan basah dan 5 bulan kering, Kabupaten Sleman 6 bulan basah dan 4 bulan kering.dan Kotamadya Yogyakarta 6 bulan basah dan 5 bulan kering., Satu Dati II lainnya yaitu Kabupaten Bantul termasuk dalam klasifikasi agak kering aatau bertipe iklim E, dimana Kabupaten tersebut mempunyai 5 bulan basah dan 6 bulan kering. Tabel 3. Luas lahan menurut kelerengan per Kabupaten/Kodya di Propinsi D I Yogyakarta Kabupaten/Kotamadya Somber : KANwIL BADAN PERTANAHAN NAsIONAAL PROPINsi DIY, 1998 Penggunaanlahan Q% Lebih dari 80% lahan di DI. Yogyakarta adalah merupakan lahan kering, hanya sekitar 19% atau kurang dari seperlimanya adalah sawah yang sebagian besar merupakan sawah berpengairan (beririgasi teknis) dan hanya 20% yang merupakan sawah tadah hujan. Penggunaan lahan di DI Yogyakarta secara rinci disajikan pada Tabel 4. Meskipun data pada tabel diatas kurang lengkap, namun data diatas menunjukkan bahwa penggu naan lahan di DI Yogyakarta masih didominasi oleh sektor pertanian baik lahan sawah untuk tanaman padi maupun lahan kering yangdiperuntukkan bagi tanaman palawija ataupun tanaman pertanian (tanaman pangan) lain. Pada tabel diatas memperlihatkan masih adanya penggunaan lahan yang belum jelas peruntukannya yaitu yang berupa tanah kosong, sementara itu lahan yang khusus untuk ternak tidak tersedia (tidak ada peruntukan khusus seperti misalnya padang penggembalaan). Oleh karena itu tanah-tanah kosong tersebut yang merupakan lahan kering yang tidak dapat ditanami tanaman pangan terutama pada saat musim kemarau yang panjang, akan lebih baik bila dapat dimanfaatkan untuk padang penggembalaan bagi ternak khususnya ternak besar. Luas kesesuaian ekologis lahan untuk ternak Ketinggian letak m dpl (ha) 2-15% 15-40% >40% Jumlah Kulon Progo 23.805 10.823 13.020 10.979 59.672 Bantul 33.102 8.417 6.625 2.541 50.685 Gunung Kidul 28.488 38.998 57.365 23.685 148.536 Sleman 34.128 18.192 3.546 1.616 57.482 Kodya Yogya 2.873 316 61-3.250 Total 122.396 76.746 80.617 38.821 318.580 Wilayah kesesuaian ekologis untuk temak merupakan hasil perlakuan khusus dari peta-peta dasar (kemiringan, kesuburan lahan, panjang kemarau, ketinggian tempat dan genangan air). Hasil secara rinci terhadap luas wilayah yang sesuai untuk ternak per kecamatan diselutuh di Propinsi D.I.Yogyakarta telah dilaporkan oleh Tim APW PUSLITBANGNAK (1999). Dalam laporan tersebut ditampilkan luas wilayah kesesuaian ekologis untuk kelompok ternak Kerbau, Sapi potong 460

Seminar Nasional Peternakan clan Peteriner 2000 Multiguna (termasuk untuk ternak kambing kacang, domba dan babi) clan kelompok ternak Sapi Perah (termasuk untuk ternak sapi kereman clan kambing pemh). Distribusi sebaran Was kesesuaian ekologis lahan untuk ternak tersebut di masing-masing kabupaten di D.I. Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 4. Penggunaan lahan per Kcbupaten di DI Yogyakarta No. 1. Sawah Peruntukcn lahan Total Sumber : DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PRGPINsi DIY ; KANWIL KEHUTANAN DIY., 1997 a. Ternck sapi potong multiguna K. Progo Luas lahan per kabupaten/kotamadya (ha) Sleman Bantul G. Kiclul Kod. Yogya Irigasi teknis 50.177 9.178 23720 14.525 2.599 155 Tadah hujan 10.250 1.660 866 2.171 5.553 0 Lainnya 60 0 0 60 0 0 2. Lchan kering Pekarangan 84.987 19.562 18.488 19.791 24.495 2.651 Tegal/kebun 113.881 18.390 6.214 6.706 82.573 12 Kolam/tebat/empang 301 19 149 63 61 0 Lahan bera sementara 112 110 0 0 0 0 Hutan rakyat 17.534 2.619 1.397 1.950 11.568 0 Hutan negara 16.502 1.023 1.326 932 13.221 0 Perkebunan 1.690 1.635 0 0 55 0 Lainnya 23.087 4.432 5.322 4.487 8.414 432 Total 318.581 58.628 57.482 50.685 148.536 3.250 Tabel 5. Luas (ha) kesesucian lahan untuk temak sapi potong multiguna Di PropinsiD.I. Yogyakarta No. Kcbupaten S1 Luas kesesuaian lahan 1. Bcntul 24093 13922 6388 6268 2. Kulon Progo 11328 24513 2784 20003 3. Gunung Kidul 0 42033 80672 25902 4. Sleman 15395 22090 2794 17203 Total 50816 102558 92638 69376 Keterangan : S1=Sangat Sesuai ; S2=Sesuai ; S3=Sesuai Marginal Ns = Tidak Sesuai Dari Tabel 5 memberi petunjuk bahwa luas kesesuaian ekologis lahan untuk kelompok sapi potong di seluruh wilayah D.I. Yogyakarta sekurang-kurangnya mencapai 246.012 ha, yang terdid dari S1=50.816 ha, S2=102.558 ha clan S3=92.638 ha. S2 S3 Ns

Seminar Nasional Peternakan dan Veleriner 2000 b. Ternak kerbau Tabel 6. Luas (ha) kesesusian lahan untuk ternak kerbau di DI Yogyakarta No. Ksbupaten Luas kesesuaian lahan Ns S1 S2 S3 1. Bsntul 24435 12208 1750 12279 2. Kulon Progo 9611 13192 2536 33289 3. Gunung Kidul 12 34030 25867 88699 4. Sleman 16943 21082 804 18653 Total 51001 80512 30957 152920 Keterangan: SI-Sangat Sesuni; S2-Sesuai ; S3=Sesuai Marginal Ns - Tidak Sesuai Dad Tabel 6 member1 petunjuk bahwa Was kesesuaian ekologis lahan untuk ternak kerbau di seluruh wilayah D.I. Yogyakarta sekurang-kurangnya mencapai 162.470 ha, yang terdiri dari S 1-5 1.001 ha, S2=80.512 ha dsn S3=30.957 ha. c. Ternak saps perah Distribusi Was kesesuaian ternak sapi perah di masing-masing kabupaten dapat dilihat pa" Tabel 7. Tabel 7. Luss (ha) kesesusian lahan untuk ternak sapi perah di D. I. Yogyakarta No. SI S2 S3 1. Bsntul 0 29653 18198 2921 2. Kulon Progo 0 31314 16096 11228 3. Gunung Kidul 0 33535 91676 23397 4. Sleman 0 50053 6031 1368 TOW 0 144555 131991 38814 Keteraapa : SI-Sangst Sesuai ; S2-Sesuai ; S3-Sesuai Marginal Ns - Tidak Semi Dari Tabel 7 member1 petunjuk bahwa Was kesesuaian ekologis lahan untuk sapi perah di seluruh wilayah D.I. Yogyakarta 274.546 ha, yang terdiri dari S2=144.555 ha dan S3=131.991 ha. Potensi manusia Kabupaten Jumlah dan kepadatan penduduk Luas kesesuaian lahan Seperti Propinsi laih di Jawa DIY juga termasuk wilayah yang padat penduduknya. Jumlah penduduk DIY pada tahun 1997 mencapai 3.251.457 jiwa mengalami kenaikan sekitar 2,5% dsri jumlah 3,171.244 jiwa pada tahun 1995.Pada tahun 1995 kepadatan penduduk di DIY berkisar antara rata-rata 490 jiwa per km2 di Kabupaten Gunung Kidul sampai 14.035 jiwa per km2 di Kotamadya Yogyakarta dengan rataan 995 jiwa per km2di Propinsi ini, dan mencapai lebih dari 1000 462

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000 jiwa per km2 (1021 jiwa) pada tahun 1997. Peningkatan ini termasuk tinggi jika dibandingkan dengan kurun waktu dasa warsa sebelumnya yang hanya mencapai 0,57% per.tahun. Tabe18 berikut menyajikan jumlah penduduk pada tahun 1995 dan 1997. Tabel 8. Jumlah dan kepadatan penduduk per Kabupaten/ Kotamadya di DI Yogyakarta No. Kabupaten/Kotamadya Jumlah penduduk Kepadatan penduduk 1995(jiwa) 1997(jiwa) 1995 (jiwa/km2) 1997 (jiwa/ktn2) I. Kelon Progo 430.138 436.772 724 745 2. Bantul 744.813 764.208 1.469 1.508 3. Genung Kidul 727.313 737.757 490 497 4. Sleman 799.787 828.960 1.391 1.442 5. Kodys Yogyakarta 469.193 483.760 14.035 14.985 Total 3.171.244 3.251.457 995 1.021 Somber: KANToR STATISnK PRoPiNsi DIY, 19 Di antara ke-5 Daerah Tk.Il pertumbuhan penduduk di Kab. Kulon Progo clan Gunung Kidul adalah yang paling rendah, hanya meningkat 1,4% selama periode 2 tshun (dari tahun 1995 sampai 1997) sementara Kabupaten Sleman mengalami pertumbuhan paling tinggi (3,6%), disusul Kodya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Ditinjau dari kepadatan penduduk, pada tahim 1997 Kodya Yogyakarta jauh diatas kepadatan Kabupaten yang lain (14.885 jiwa/km2), diikuti Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo dan terakhir Kabupaten Gunung Kidul dengan kepadatan penduduk dibawah 500jiwa/ km 2 (497 jiwa). Peternakan PDRB, produksi dan konsumsi peternakan Meskipun mengalami penurunan dari tahun ketahun, PDRB subsektor peternakan (2,57%) dan PDRB masih termasuk tinggi setelah tanaman pangan (13,45%).Dari data statistik menunjukkan bahwa subsektor peternakan masih tetap merupakan bidang usaha cukup yang penting sebagai sumber pendapatan dalam menunjang kehidupan petani setelah tanaman pangan, bar& sebagai usalm pokok maupun usaha sambilan. Dengan adanya upsus diharapkan dapat meningkatkan peranan peternakan dengan lebih cepat clan mengentaskan petani dari pengaruh krisis ekonomi yang mendera sejak tahun 1997, dimana hampir seluruh usaha peternakan baik kecil, menengah maupun besar terkena dampaknya clan sebagian besar mengalami kebangkrutan. Dari dat perkembangan populasi ternak tahun 1998 menunjukkan bahwa populasi hampir semua jenis ternak mengalami penurunan kecuali sapi potong clan sapi perah. Sementara konsumsi terhadap daging clan susu juga mengalami penurunan seiring turunnya produksi Sebaran populasi ternak Untuk, sapi perah populasi tertinggi terkonsentrasi terutama di Kabupaten Sleman (3.475 ekor), diikuti oleh Kabupaten bantul dan Kodys serta Kulon Progo sementara di Kabupaten Gunung Kidul baru mulai dirintis karena alasan ekosistemnya yang kurang menunjang.terutama dalam pengadaan air Yang masih merupakan kendala utama. Begitu pula dengan ternak kerbau paling tinggi 463

Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 populasinya terdapat di Kabupaten Sleman (4.395 ekor) yang memiliki hamparan sawah paling luas, diikuti Kabupaten Bantul dan Kulon Progo. Berbeda dengan sapi potong yang lebih toleran terhadap daerah yang lebih kering dibanding temak besar yang lain, populasi paling unggi justru ditemw di KAbupatrn Gunung Kidul (101.617 ekor), sedang di Kabupaten yang lain tersebar merata kecuali di Kodya. Populasi ternak besar per Kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta disajikan pada Tabel 9 berikut ini : Untuk ternak kecil Kabupaten Sleman merupakan daerah penghasil domba yang paling banyak dengan populasi mencapai hampir 28.000 ekor diikuti oleh Kulon Progo dan Bantul sementara Di Gunung Kidul hanya terdapat sekitar 3.000 ekor saja. Sebaliknya kambing terkonsentrasi di Kabupaten Gunung Kidul (146.789 ekor) diikuti Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Sleman. Ternak babi paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman clan Bantul dengan populasi masingmasing harnpir mencapai 3.000 ekor, sementara hanya sedikit ditemui di Kodya dan Kulon Progo (kurang dari 200 ekor) dan tidak ada babi di Gunung Kidul. Tabel 10 menyajikan populasi ternak kecil di DI Yogyakarta pada tahun 1998. Tabel 9. Populasi ternak besar per Kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta No. Kabupaten/Kotamadya Jenis temak (ekor) Kuda Sapi potong Sapi perah Kerbau 1. Kulon Progo 147 37.702 52 1.123 2. Bantul 404 36.864 172 1.221 3. Gunung Kidul 55 101.617 22 447 4. Sleman 304 24.689 3.475 4.395 5. Koclya 40 270 115 53 6. Propinsi DIY 950 201.142 3.836 7.239 Somber: STATLSTIKPETERNAKAN PROPINsi DI YOGYAKARTA, 1998 Tabel 10. Populasi temak kecil per Kabupaten di Propinsi Dl Yogyakarta No. Kabupaten/Kotamadya Jenis temak (ekor) Kambing Domba Babi 1. Kulon Progo 69.285 25.096 158 2. Bantul 23.966 16.376 2.738 3. Gunung Kidul 146.789 3,458 0 4. SIemsa 23.108 27.951 2.880 5. Koclya 117 504 196 6. Propinsi DlY 263.265 73.385 5.972 Somber: STATISTIK PETERNAKAN PROPINSI DI YOGYAKARTA, 1998 Sejak krisis ekonomi melanda hampir semua usaha peternakan terutama usaha ayam ras mengalami kebangkrutan, hanya sebagian kecil saja yang masih bertahan hidup. Usaha yang masilt bertahan hidup ini pada umumnya menggunakan pakan yang ticlak sepenuhnya bergantung pada pabrik pembuat pakan komersial. Karena itu tidak mengherankan kalau usaha-usaha ayam buras se olah-olah tidak tersentuh oleh krisis ekonomi. Tabel 11 berikut ini menunjukkan superioritas ayam bums dibanding komoditas unggas yang lain melalui penampilan populasi komoditas tersebut Pam tahun 1997/98.

Seminar Nasional Peternakan dan Peteriner 2000 Tabel 11. Populasi ternak unggas per Kabupaten di Propinsi DI Yogyakarta No. Kabupaten/Kotamadya Ayam Buras 6. Propinsi DIY 4.879.565 847.258 1.239.869 202.130 Sumber : STATISTIK PETERNAKAN PROPINSI DI YOGYAKARTA, 1998 Menurut kepadatan ekonomi ternak (ST/1000 jiwa) Ras petelur Jenis ternak (ekor) Ras pedaging 1. Kulon Progo 948.898 258.568 261.192 36.812 2. Bnntul 795.229 139.150 172.500 49.242 3. Gunung Kidul 1.653.758 37.560 85.975 5.391 4. Sleman 1.392.795 405.380 713.002 108.094 5. Kodya 88.885 6.600 7.200 2.591 Informasi sebaran kepadatan ekonomi ternak dapat dilihat pada Tabel dibawah ini Itik Tabel 12. Kepndatan ekonomi ternak (ST untuk ruminan, Ekor untuk unggas/1000 Jiwa) di Propinsi Yogyakata Tahun 1997 DI Jenis Temak Bantul Kulon Progo Gunung Kidul Sleman Sapi Potong 34.07 59.38 97.58 19.31 Kerbau 2.02 2.53 0.48 4.65 Domba 1.37 3.44 0.25 1.95 Kambing 2.44 13.6 11.14 1.55 Babi 0.78 0.05 0.01 0.51 Bums 1267.8 2142.67 2886.36 1682.02 ltik 98.51 123.06 7.33 131.10 A. Ras 774.11 1806.13 2893.70 2163.56 Kep. Penduduk 1495.95 739.12 493.38 1426.19 Sebaran kepadatan ekonomi ternak di propinsi D.I. Yogyakarta memperlihatkan bahwa ternak sapi potong, ayam buras, ayam ras terkonsentrasi di kabupaten Gunungkidul ; kerbau dan itik di Sleman, domba dan kaming terkonsentrasi di Kulonprogo. Dilihat dari tingkat kepadatan ekonomi ternak per kepamatan (Lampiran 1), dapat dirangkum penyebarannya sebagai berikut Tabel 13. Jumlah Kepadatan di masing-masing Tingkat Kepadatan Ekonomi Ternak di DI Yogyakarta tahun 1997 Tingkat kepadatan Sangat Padat (1) Sapi potong 0 Kerbau 0 Kambing 0 Babi 0 Buras 0 Itik 0 Ayam ras 6 Padat(2) 6 0 0 0 28 0 5 Sedang (3) 20 0 0 0 23 0 11 Rendah(4) 33 59 59 0 8 59 38 Total 59 59 59 59 59 59 59 Keterangan : Tidak termasuk kotamadya

Seminar Nasional Pelernakan dan Veleriner 2000 Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa tingkat kepadatan ekonomi ternak untuk masingmasing ternak adalah cenderung masih rendah, kecuali untuk ternak ayam buras dimana telah mendekati keadaan padat. Indeks daya dukung pakan alami ternak ruminansia Daya dukung merupakan kemampuan suatu wilayah dalam menunjang penyediaan pakan tenak (hijauan) yang dihasilkan sernata-mata dari suatu wilayah administratif. Hijauan pakan yang dihitung adalah rumput alami maupun rumput limbah pertanian. Suatu wilayah dikatakan mampu apabila pakan ternak yang disediakan oleh wilayah tersebut lebih besar dari kebutuhan ternak yang hidup di wilayah yang bersangkutan. Hasil perhitungan di Propinsi DIY setara keseluruhan yang meliputi 4 Ksbupaten (Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul) ternyata di Propinsi ini masih mampu menghasilka hijauan pakan sebanyak 1397155.00 ton bahan kering. Padahal kebutuhan hijauan pakan sebanyak 189567.9 ton bahan kering, dengan dernikian di Propinsi ini masih mampu menyediakan sebanyak 612787.4 ton bahan kering atau setara dengan 446499.7 (Satuan ternak). Secara rinci per Kabupaten maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kabupaten Slernan ; di wilayah Kabupaten ini hijauan pakan yang dihasilkan sebanyak 270033.59 ton bahan kering, sedangkan yang dibutuhkan sebanyak 27436.32 ton bahan kering, sehingga masih mampu menyediakan hijauan sebanyak 118435.78 ton bahan kering. Didaerah ini dengan populasi yang sudah ada maka masih mampu menyediakan hijauan pakan untuk 94368.83 Satuan Ternak (ST). di Daerah Sleman ini ternyata disetiap kecamatan tidak ada yang mempunyai hasil negatif dalam perhitungan antara kebutuhan dengan penyediaan hijauan pakan. 2. Kabupaten Bantul : di wilayah Kabupaten ini hijauan pakan yang dihasilkan sebanyak 263787.68 ton bahan kering, sedangkan yang dibutuhkan sebanyak 34397.62 ton bahan kering, sehmgga masih mampu menyediakan hijauan sebanyak 115696.35 ton bahan kering. Didaerah ini dengen populasi yang sudah ada maka masih mampu menyediakan hijauan pakan untuk 85523.0 Saw Ternak (ST). dl Bantul ini ternyata ada 1 kepamatan yang memiliki hasil negatif dalam perhitungan antara kebutuhan dengan penyediaan hijauan pakan yaitu di kepamatan Pundong. Sedangkan 16 kepamatan lainnya memiliki hasil perhitungan yang positif. 3. Kabupaten Kulon Progo : di wilayah Kabupaten ini hijauan pakan yang dihasilkan sebanyak 155571.07 ton bahan kering, sedangkan yang dibutuhkan sebanyak 37764.61 ton bahan kering, sehingga masih mampu menyediakan hijauan sebanyak 68232.92 ton bahan kering. Didaerah ini dengan populasi yang sudah ada maka masih mampu menyediakan hijauan pakan untuk 35106.07 Satuan Ternak (ST). Wilayah Kabupaten Kulon Progo hampir seluruh kepamatan memiliki hasil perhitungan yang positif, kecuali di kecarnatan Lendah.. 4. Ksbupaten Gunung Kidul : di wilayah Kabupaten ini hijauan pakan yang dihasilkan sebanyak 707762.92 ton bahan kering, sedangkan yang dibutuhkan sebanyak 221028.67 ton bahan kering, sehingga masih mampu menyediakan hijauan sebanyak 310400.4 ton bahan kering. Didaerah ini dengan populasi yang sudah ada maka masih mampu menyediakan hijauan pakan untuk tambahan 116.515,6 Satuan Ternak (ST). Di Wilayah Kabupaten Gunung Kidul ini ternyata ada 3 kecamatan yang memiliki hasil penambahan ternak yang negatif yaitu di kecamatan Rongkop, Playen dan Patuk..

Seminar Nasiona! Peternakan dun Veteriner 2000 Lokasi pertumbuhan ternak dan status untuk pengembangannya Lokasi pertumbuhan ternak Berdasarkan nilai LQ (>1) di masing-masing ternak, maka lokasi pertumbuhan ternak dengan unit terkecil kecamatan dapat ditentukan.secara detail lokasi penyebaran pertumbuhan ternak di D.I. Yogyakarta (kecuali kotamadya) dapat dilihat pada Lampiran 2. Lokasi-lokasi yang tertera pada Lampiran tersebut memberi makna bahwa kebutuhan ternak tersebut untuk lokasi yang bersangkutan telah dapat dipenuhi sendiri clan tampaknya juga merupakan kantong-kantong produksi ternak. Dari Lampiran tersebut dapat memberi informasi kepada para perencana dibidang peternakan dimana lokasi-lokasi pertumbuhan ternak selama ini. Lokasi pertumbuhan di D.1. Yogyakarta dengan mengambil unit terkecil kecamatan menunjukkan bahwa dari 59 kecamatan yang diamati, sebanyak 24 kecamatan merupakan wilayah pertumbuhan.(lq >1) untuk sapi potong, 23 kecamatan untuk ternak kerbau, 25 kecamatan untuk domba, 19 kecamatan untuk kambing, 12 kecamatan untuk babi, 25 kecamatan untuk ayam buras, 22 kecamatan untuk itik, 19 kecamatan untuk ayam ras dan 12 kecamatan untuk sapi perah. Status kecamatan untuk penyebaran clan pengembangan ternak Perlu disadari bahwa walaupun lokasi kecamatan tersebut telah diamati sebagai kantongkantong produksi ternak, namun untuk dapat digunakan sebagai lokasi-lokasi penyebaran dan pengembangan ternak perlu dilihat lagi kondisi tentang kepadatan ekonomi ternak, kepadatan penduduk dan nilai daya dukung pakan alami (terutama ternak ruminansia). Perpaduan antara nilai LQ dengan ketiga unsur tersebut dimasing-masing kecamatan akan memberi keadaan statusnya untuk pengembangan temak. Status kecamatan untuk pengembangan masing-masing keadaan di tiap-tiap kabupaten dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2 dapat diartikan sebagai berikut : misalnya kecamatan Bambanglipuro merupakan daerah pemantapan clan konsumen untuk ternak sapi potong. Ini berarti bahwa kecamatan tersebut merupakan daerah untuk pembinaan ternak tersebut. Status kecamatan dikatakan sebagai wilayah pemasaran karena kepadatan ekonomi masih rendah, namun kepadatan penduduk sudah padat. Apabila kondisi tersebut dicapai oleh suatu kecamatan, maka lokasi kecamatan sebagai wilayah penyebaran atau pengembangan ternak cukup sulit diwujudkan. Dengan melihat kondisi yang sedemikian rupa, maka kecamatan-kecamatan di Propinsi D.I. Yogyakarta yang diharapkan masih dapat untuk lokasi penyebaran clan pengembangan ternak (Tabel 14). Dilihat dari kesesuaian kecamatan untuk lokasi penyebaran, pengembangan clan pernbinaan peternakan menunjukkan bahwa. untuk ternak sapi perah hanya 3 kecamatan, 13 kecamatan untuk sapi potong, 3 kecamatan untuk ternak kerbau, 9 kecamatan untuk domba, 10 kecamatan untuk kambing, 4 kecamatan untuk babi, 25 kecamatan untuk ayam buras, 9 kecamatan untuk itik dan 14 kecamatan untuk ayam ras.

Seminar Na,ional Peternakan dan Pereriner 2000 Tabel 14. Lokasi yang diharapkan dapat digunakan sebagai lahan penyebaran dan pengembangan temak di DI. Yogyakarta Kabupaten Sapi perah Sapi potong Kerbau Domba Kambing Babi Buras Itik Ayam ras Bantul - Bambanglipuro 6 - - Imogiri 2 Banguntapan 1 - Srandakan 6 Sewon 1 Sanclen 6 Pandak 6 Pandak 5 Kasihan I Pajangan 6 Bantul 1 Kulonprogo Gal ur 2 Panjatan 2 Galur 2 Temon 2 Kalibawang 2 Panjatan 2 Wates 5 Galur 2 Galur 2 Temon 2 Temon 2 Galur 2 Nanggulan 2 Sentolo 2 Galur 6 Kokap 2 Pengasih 6 Nanggulan 2 Nanggulan 2 Kalibawang 2 Temon 2 Panjatan 2 Sentolo 6 Gal ur 2 Panjatan 6 Temon 5 Lendah 6 Pengasih 2 Kokap 2 Sentolo 2 Gunung kidul - Wonosari 2 Karangmojo 2 Wonosari 2 Karangmojo 2 Playen 2 Ngawen 6 Karangmojo 2 - Scmin 2 Ngawen 2 Ngawen 2 Karangmojo 6 Wonosari 2 Karangmojo 6 Karangmojo 2 Wonosari 2 Semin 6 Patuk 2 Ngawen 2 Ponjong 2 Semanu 2 Wonosari 6 Playen 2 Semanu 6 Nglipar 2 Playen 2 Paliyan 6 Semin 2 Keterangan : 1. Wilayah penyebaran clan pengembangan, 2. Wilayah pengembangan, 3. Wilayah pemantapan, 4. Wilayah konsumen, 5. Wilayah pengembangan dan konsumen, 6. Wilayah pemantapan dan kosumen letis I Semin 2 Semin 2 Playen 6 Ponjong 6 Sleman Pakem 2 Prambanan 5 - - Turi 2 - Gamping 1 - Kalasan 6 Cangkringan 2 Depok I Mlati 6 Godean I Tempel 6 Sleman 6 Ngemplak 6 Moyudan 6 Ngaglik 6 Seyegan 6 Tempel 6 Ngaglik 1

Seminar Nusional Peternakan dun Veieriner 2000 KESIMPULAN Metoda LQ secara muclah clan cepat clapat memberikan arahan lokasi untuk pertumbuhan, khususnya di biclang petemakan. Tetapi metoda ini perlu ditunjang dengan unsur-unsur kunci lainnya untuk menentukan bagi wilayah penyebaran, pengembangan clan pembinaan petemakan. 2. Dari indeks daya dukung pakan alami untuk ternak ruminansia menunjukkan bahwa di wilayah D.I. Yogyakarta umumnya kondisi kecamatannya adalah masih aman. 3. Lokasi pertumbuhan di D.I. Yogyakarta dengan mengambil unit terkecil kecamatan menunjukkan bahwa Dari 59 kecamatan yang diamati, sebanyak 24 kecamatan merupakan wilayah pertumbuhan (LQ >1) untuk sapi potong, 23 kecamatan untuk tenak kerbau, 25 kecamatan untuk domba, 19 kecamatan untuk kambing, 12 kecamatan untuk babi, 25 kecamatan untuk ayam buras, 22 kecamatan untuk itik, 19 kecamatan untuk ayam ras clan 12 kecamatan untuk sapi perah. 4. Dilihat dari kesesuaian kecamatan untuk lokasi penyebaran, pengembangan clan pembinaan petemakan menunjukkan bahwa. Untuk ternak sapi perah hanya 3 kecamatan, 13 kecamatan untuk sapi potong, 3 kecamatan untuk tenak kerbau, 9 kecamatan untuk domba, 10 kecamatan untuk kambing, 4 kecamatan untuk babi, 25 kecamatan untuk ayam buras, 9 kecamatan untuk itik clan 14 kecamatan untuk ayam ras. DAFTAR PUSTAKA AsHARt, E. JUARINI, SUMANTO, B. WIBOWO, SURATMAN, dan K. DIWYANTO. 1996a. Analisa Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. 1. Pengantar Pemahaman. Balai Penelitian Temak Ciawi. BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROPINsi DIY. 1994. Peta Penggunaan Tanah. Peta Elevasi, Peta Kelerengan Propinsi DIY, Skala 1 : 100.000.000. Yogyakarta. BAKosuRTANAL. 1988. Peta Penggunaan Tanah dan Status Hutan Propinsi DLY. Skala 1 :100.000. Jakarta. BAPPEDA PROPTNSI DLY. 1992. Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Dati I DLY. Yogyakarta. BIRO PUSAT STATISTIK. 1995. Sensus Pertanian 1993. Analisis Profil Rumah Tangga Pertanian-Propinsi Dati I DLY. Jakarta. DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROPINSI. DIY. 1997. Laporan tahunan 1997. Yogyakarta Dims PETERNAKAN PROPrNsj DATI I DIY. 1998. Laporan Tahunan 1998. Yogyakarta KANTOR STATISTIK PROPINSI YOGYAKARTA. 1998. Propinsi DIY Da.lam Angka 1997. Yogyakarta. KANTOR STATISTIK KABUPATEN KULON PROGO. 1998. Kabupaten Kulon Progo. Dalam Angka 1997. Kulon Progo KANTOR STATISTIK KABUPATEN BANTUL. 1998 Kabupaten Bantul Dalam Angka 1997. Bantul. KANTOR STATISTIK KABUPATEN SLEMAN. 1998. Kabupaten Sleman Dalam Angka 1997. Sleman KANTOR STATISTIK KOTA MADYA YOGYAKARTA. 1998. Kota Madya Yogyakarta Dalam Angka 1997. Yogyakarta KANTOR STATISTIK KABUPATEN GUNUNG KIDUL. 1998. Kabupaten Gunung Kidul Dalam Angka 1997. Wonosari KANTOR STATISTIK PROPINSI DIY. 1994 Sensus Pertanian 93, Ha.sil Pendaftaran Rumah Tangga. Yogyakarta TARMIm D.T. 1996. Analisis Transportasi Wilayah. Kumpulan Materi Pelajaran Diklat Substansif Dinas PU Cipta Karya Bidang Penyusunan Tencana tata Ruang Kabupaten di Lingkungan Pemerintahan Propinsi Dati I Jawa Barat. Tanggal 13 s/d 26 Oktober 1996, Bandung. TIM PUSLITBANGNAK. 1999. Analisis Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan.Di Propinsi D.I. Yogyakarta Laporan. Kerjasama antara Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan-Ditjennak i dengan Puslitbang Peternakan Bogor. 469

Seminar Nasional Peternakan dan Veleriner 2000 Lampiran 1.Tingkat kepadatan ekonomi ternak per kepadatan di Yogyakarta tahun 1997 Kabupaten Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Babi Bums Itik Ayam ras Penduduk Bantul Srandakan 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 Sanden 4 4 4 4 4 3 4 3 1 Kretek 3 4 4 4 4 3 4 4 1 Pundong 2 4 4 4 4 2 4 4 1 Bambanglipuro 3 4 4 4 4 3 4 4 1 Pandak 4 4 4 4 4 2 4 3 1 Bantul 4 4 4 4 4 3 4 3 1 Jetis 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Imogiri 4 4 4 4 4 3 4 4 2 Dlingo 3 4 4 4 4 4 4 4 2 Pleret 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 Piyungan 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Banguntapan 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Sewon 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 Kasihan 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Palangan 3 4 4 4 4 4 4 1 2 Sedayu 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Kulon Temon 4 4 4 4 3 4 4 2 progo Wates 4 4 4 4 4 4 3 4 3 1 Panjatan 3 4 4 4 4 2 4 3 2 Galur 4 4 4 4 4 2 4 3 2 Lendah 4 3 4 4 4 3 4 2 1 Sentolo 3 4 4 4 4 3 4 1 2 Pengasih 3 4 4 4 2 4 2 2 Kokap 4 4 4 4 3 4 4 2 Nanggulan 3 4 4 4 4 2 4 3 2 Girimulyo 3 4 4 4 2 4 4 2 Samigaluh 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 Kalibawang 4 4 4 4 4 2 4 4 2

Keterangan : Seminar Nastona! Peternakan dan Vetertner 2000 Kabupaten Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Babi Bums Itik Ayam ras Penduduk Gunung Panggang 2 4 4 4 2 4 3 kidul Paliyan 3 4 4 4 2 4 2 Tepus 2 4 4 4 2 4 2 Rongkop 2 4 4 4 2 4 2 Semanu 2 4 4 4 2 4 2 Ponjong 3 4 4 4 2 4 2 Karangmulyo 2 4 4 4 2 4 2 Wonosari 4 4 4 4 4 3 4 2 Playen 3 4 4 4 2 4 2 Patuk 3 4 4 4 2 4 2 Nglipar 3 4 4 4 2 4 2 Ngawen 3 4 4 4 2 4 2 Semin 3 4 4 4 2 4 2 Sleman Moyudan 4 4 4 4 4 3 4 3 1 Minggir 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 Seyegan 4 4 4 4 2 4 3 1 Godean 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Gamping 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Mlati 4 4 4 4 4 4 3 4 2 1 Depok 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 Berbah 4 4 4 4 4 3 4 4 1 Prambanan 3 4 4 4 2 4 4 1 Kalasan 4 4 4 4 3 4 1 1 Ngemplak 4 4 4 4 ' 4 3 4 2 1 Ngaglik 4 4 4 4 4 4 3 4 1 1 Sleman 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 Tempel 4 4 4 4 4 2 4 2 1 Turi 4 4 4 4 4 4 4 3 2 Pakem 4 4 4 4 4 2 4 1 2 Cangkringan 4 3 4 4 4 4 2 4 1 2 Kepadatan Ekonomi Temak : Penduduk(JiwaAan2), Ruminan (ST/1000jiwa), Unggas(Ekor/1000jiwa) Sangat Padat (1)> 300, >5000, > 1000 Padat (2) >100-300, >2000-5000, > 300-1000 Sedang (3) 50-100, >1000-2000, > 50-300 Rendah (4), < 50, < 1000, < 50

Seminar Nasional Peternakan don Vetertner 2000 Lampiran 2. Wilayah pertumbuhan temak tingkot Kecamatan (LQ >1) di D.I. Yogyakarta Kabupaten Sapi perah Sapi potong Kerbau Domba Kambing Babi Bums Itik Ayam ms Bantul Kasihan 4 Bambanglipuro 6 Sewon 4 Bantul 4 hnogiri 4 Kasihan 4 Banguntapan 1 Banguntapan 4 Bantul 4 Bonguntapan 4 Sewon 4 Banguntapan 4 Sewon 4 Sedayu 4 Srandakan 4 Sewon 1 Sewon 4 Srandakan 6 Srandakan 4 Pandak 4 Jetis 4 Jetis 4 Piyungan 4 Pandak 6 Jetis 4 Sanden 6 Sedayu 4 Kasihan 4 Srandakan 4 Banguntapan Pundong 4 Kasihan 1 Bantul 4 Pandak 5 Pleret 4 Jetis 4 Bantul 4 4 Bantul I Sanden 4 Pajangan 6 Jetis 4 Sanden 4 Kasihan 4 Jetis 1 Bambang lipuro 4 Jetis 4 Sewon 4 Pundong $4 Pleret 4 Sedayu 4 Kulonprogo Wates 4 Wates 4 Golur2 Temon 2 Kalibawang 2 Panjatan 2 Wates 5 Galur 2 Galur 2 Galur 2 Lendah 5' Temon 2 Galur 2 Nanggulan 2 Wates 4 Galur 6 Kokap 2 Pengasih 6 Lendah 4' Panjatan 2 Nanggulan 4 Nmtggulan 2 Sentolo 2 Temon 2 Panjatan 2 Sentolo 6 Temon 2 Lendah 4' Kalibawang 2 Panjatan 6 Wates 4 Lendah 6 Nanggulan 2 Kalibawang 4 Temon 5 Kokap 2 Galur 2 Panjetan 4 Pengasih 2 Sentolo 2 Gunung kidul - Wonosari 2 Karangmojo 2 Wonosari 2 Karangmojo 2 Playen 2 Ngawen 6 Karangmojo 2 - Semin 2 Ngawen 2 Ngawen 2 Karangmojo 6 Wonosari 2 Karangmojo 6 Karangmojo 2 Wonosari 2 Semin 6 Patuk 2 Ngawen 2 Ponjong 2 Semanu 2 Wonosari 6 Playen 2 Semanu 6 Pstuk 2' Paliyan 2' Paliyan 6 Semin 2 Playen 2' Nglipar 2 Playen 2 Playen 6 Semin 2 Semin 2 Ponjong 6 Sleman Pakem 2 Berbah 4 Minggir 4 Berbah 4 Turi 2 Gamping 4 Gamping I Godean 4 Kalasan 6 Cangkringan 2 Prambanan 5 Tempel 4 Ngaglik 4 Pmmbanan 4 Godean 4 Depok I Minggir 4 Mlati 6 Gamping 4 Gamping 4 Moyudan 4 Berbah 4 Mlati 4 Godean I Mlati 4 Tempel 6 Mlati 4 Seyegan 4?Anti 4 Depok 4 Moyudan 4 Sleman 6 Moyudan 4 Depok 4 Sleman 4 Godean 4 Minggir 4 Moyudan 4 Depok 4 Moyudan 6 Tempel 4 Godean 4 Berbah 4 Gamping 4 Ngaglik 4 Seyegan 6 Ngemplak 4 Ngemplak 6 Motudan 4 Sleman4 Tempel 6 Ngaglik 6 Mlsti 4 Godean 4 Ngaglik I Sleman 4 Seyegarr 4 Keterangan : 1. Wilaysh penyebwm dan pengembmgan, 2. Wilaysh Pengemboilpm a IDD tidekamw (< 2) ' khutw n,minsmin. 3. Wilayah PernanuPan. 4. Wilayah konsumen. S. Wilayafi pengembangan don konsumen. 6. Wilayah pemontapan dm koswumt