BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional dalam penelitian ini perlu dikemukakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi oprasional dalam penelitian ini perlu dikemukakan untuk menghindari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dalam bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

EVALUASI PROGRAM PENANGANAN GIZI KURANG MELALUI ASUHAN COMMUNITY FEEDING CENTER (CFC)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

1 Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara yang teratur dalam menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masih dihadapkan pada berbagai masalah diantaranya masih banyaknya balita

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa yang menentukan keberhasilan bangsa. Balita harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAAN. Masa balita adalah masa kehidupan yang sangat penting dan perlu

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang baik dan berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perancangan sistem..., Septiawati, FKM UI, Univerasitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani, dkk : 2008) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Masalah Gizi pada anak balita di Indonesia khusus kasus gizi buruk menurut Riskesdas (2007) masalah gizi kurang pada anak balita di Provinsi Jawa Barat terdapat 9% kasus. Meskipun presentase masalah gizi kurang pada anak balita di Provinsi Jawa Barat berada di bawah batas kondisi yang dianggap serius (10%), ada 7 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat yang berada pada keadaan serius yaitu : Kabupaten Garut, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Bandung, Kota Cirebon dan Kota Depok. Di Pulau Jawa, khususnya Provinsi Jawa Barat pada tahun 2005 sebanyak 25.9 % anak balita dinyatakan mengalami gizi buruk, sedangkan gizi kurang terdapat 16%. Pada tahun 2006 jumlah anak balita yang menderita gizi buruk menunjukkan penaikan dari 1,08% menjadi 1,17%. Secara keseluruhan, gizi kurang dan gizi buruk di Jawa Barat mencapai 17% pada tahun 2008, sedangkan angka penderita gizi 1

2 kurang pada tahun 2007 mencapai 11,02%. Relatif tingginya kasus gizi buruk di provinsi ini berkorelasi dengan tingkat kemiskinan (DKR Jawa Barat, 2008). Banyak faktor yang mempengaruhi masalah gizi anak balita, baik secara langgsung maupun tidak langgsung. Menurut Depkes RI (2007) ada dua faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami kurang gizi, yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung timbulnya masalah kurang gizi pada anak balita adalah adanya penyakit infeksi serta konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhannya. Faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor penunjang timbulnya masalah kurang gizi pada anak balita adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan, sosial ekonomi (daya beli) yang masih rendah, ketersediaan pangan ditingkat keluarga yang tidak mencukupi, pola konsumsi yang kurang baik, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sulit dijangkau hal itu sangat berdampak pada kualitas sumber daya manusia dimasa depan. Pendidikan ibu menurut Departemen Kesehatan (1990) merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga juga berperan dalam penyusunan menu untuk keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak balita. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara untuk menambah pengetahuan ibu mengenai gizi anak balita adalah melalui pendidikan. Pendidikan dapat dilakukan melalui jalur formal, non formal, dan informal. Salah satu bentuk pendidikan yang bersifat non formal dapat

3 diperoleh melalui konsultasi gizi. Konsultasi gizi menurut Besty (1997) merupakan suatu proses dalam membantu seseorang mengerti tentang keadaan dirinya, lingkungannya dan hubungan dengan keluarganya dalam membangun kebiasaan yang baik termasuk makan sehingga menjadi sehat dan produktif. Konsultasi gizi melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung. Konsultasi gizi memiliki tujuan umun yaitu melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi di bidang gizi. Konsultasi gizi merupakan kegiatan rutin yang biasa dilakukan di Posyandu dengan fokus untuk meningkatkan status gizi anak balita yang kurang sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak balita secara normal. Konsultasi gizi dilakukan antara ibu yang memiliki anak balita bermasalah gizi dengan ahli gizi dari Puskemas wilayah yang bertugas untuk memantau aktifitas setiap Posyandu. Hal ini dikarenakan kurang gizi pada anak balita merupakan suatu keadaan yang akan menganggu bagi kelangsungan hidup sehingga dapat menghambat tumbuh kembang anak balita bahkan menyebabkan kematian. Salah satu Posyandu yang menyelenggarakan konsultasi gizi adalah Posyandu di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung. Di dalam Posyandu tersebut terdapat lima pos meja dengan satu kader yang memiliki tugas yang berbeda. Meja pertama adalah tempat untuk mengecek kesehatan lansia, meja kedua adalah tempat anak balita untuk penimbangan berat badan anak balita dan pengukuran tinggi badan anak balita, meja ketiga adalah tempat pencatatan kartu menuju sehat (KMS), meja keempat adalah tempat pembagian makanan

4 tambahan (PMT) untuk anak balita, dan yang terakhir meja kelima adalah tempat konsultasi gizi dengan ahli gizi dari Puskemas wilayah dan juga tempat untuk vaksinasi anak. Hasil kemajuan konsultasi gizi antara ibu dan ahli gizi dari Puskemas wilayah akan dipantau melalui kader Posyandu, dengan cara mendatangi rumah ibu yang memiliki anak balita bermasalah gizi dan juga pemantauan melalui proses penimbangan yang dilakukan Posyandu setiap satu bulan sekali, karena keterbatasan waktu pihak Puskemas memberikan tugas pemantauan kemajuan melalui para kader Posyandu. Para kader sebelumnya telah diberikan pembekalan hal-hal yang telah dikonsultasikan dengan ahli gizi dari Puskesmas wilayah, sehingga para kader memahami dan membantu masalah gizi yang dialami oleh masing-masing ibu. Materi konsultasi gizi yang dilakukan berkaitan dengan penyelenggaraan makanan, karena salah satu faktor langgsung yang mempengaruhi status gizi balita adalah konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhannya. Djuarni (1998:273) mengemukakan bahwa penyelenggaraan makanan sebagai proses pengolahan makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan. Salah satu materi yang dikonsultasikan adalah perencanaan, pengolahan dan cara pemberian makan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita berstatus gizi kurang. Materi konsultasi gizi yang diberikan kepada para ibu oleh ahli gizi dari Puskesmas wilayah adalah perencanaan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan

5 pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita. Pengolahan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita. Pemberian makanan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Posyandu di Kelurahan Pasteur, 44 anak dari 1066 anak balita di Kelurahan Pasteur atau sekitar 5% masih mengalami gizi kurang. Oleh karena itu dengan adanya konsultasi gizi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh ibu untuk memperoleh pengetahuan mengenai penyelenggaraan makanan untuk mengembalikan status gizi anak balita yang kurang kembali menjadi normal. Pemanfaatan menurut Seels dan Richey (dalam wijayah kusumah : 2009) adalah aktivitas dalam menggunakan proses dan sumber belajar. Pemanfaatan konsultasi gizi dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita adalah aktivitas dalam menggunakan proses komunikasi dua arah untuk mengenali, mengatasi dan membuat keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi seseorang dalam kegiatan perencanaan, pembelajaran, penyimpanan, pengolahan dan menghidangkan makanan untuk balita usia 1 sampai 5 tahun yang mempunyai status gizi kurang. Konsultasi gizi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga ibu dapat memperbaiki status gizi anak balitanya. Posyandu yang menyelenggarakan konsultasi gizi adalah Posyandu di Kelurahan Pasteur karena masih terdapat anak balita yang mengalami status gizi kurang. Berdasarkan uraian diatas penulis sebagai mahasiswa yang mempelajari tentang

6 gizi, tumbuh kembang anak balita, penyuluhan gizi, evaluasi pembelajaran dan belajar dan pembelajaran tertarik untuk meneliti pemanfaatan konsultasi gizi dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita yang dilakukan di Posyandu Kelurahan Pasteur. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Latarbelakang dan alasan pemilihan masalah yang telah dikemukakan dapat dijadikan dasar untuk mengungkapkan ruang lingkup masalah dalam penulisan skripsi ini. Penelitian ini berkaitan dengan pemanfaatan konsultasi gizi untuk peningkatan penyelenggaraan makanan untuk anak balita berstatus gizi kurang di Posyandu Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung. Pelaksanaan Konsultasi Gizi di Kelurahan Pasteur merupakan program pemerintah yang dilakukan dalam upaya meningkatkan status gizi anak balita sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak balita secara normal. Materi yang disampaikan oleh ahli gizi dari Puskesmas wilayah kepada pada ibu tentang konsultasi gizi yang dilakukan meliputi ruang lingkup perencanaan pengolahan dan pemberian makanan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita, diharapkan para ibu dapat memiliki perubahan dalam penyelenggaraan makanan untuk anak balita berstatus gizi kurang. Dari rumusan masalah di atas maka permasalahan penelitian ini untuk lebih jelasnya penulis membatasi pada :

7 a. Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita. b. Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pengolahan yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita. c. Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita. 2. Perumusan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini penulis merumuskan masalah pelaksanaan Konsultasi Gizi di Kelurahan Pasteur sebagai program pemerintah dalam rangka meningkatkan status gizi anak balita sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak balita secara normal, yang kemudian dijadikan sebagai judul yaitu Pemanfaatan Konsultasi Gizi untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita di Posyandu Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran data, kemudian disusun dan dijelaskan serta dianalisis tentang pemanfaatan konsultasi gizi untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita. 2. Tujuan Khusus Tujuan Penulis mengadakan penelitian ini adalah memperoleh gambaran secara spesifik tentang: a. Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita. b. Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pengolahan yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita. c. Pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita.

9 D. Asumsi Dalam penelitian penulis akan menngemukakan beberapa asumsi yang merupakan anggapan dasar sebagai pendapat kebenarannya dapat diterima oleh umum. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh W. Surachmad, (1985:97) bahwa Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka yang menjadi asumsi dalam penelitian ini : 1. Konsultasi gizi merupakan kegiatan diluar sistem pendidikan sekolah yang dilakukan oleh ahli gizi dari Posyandu Wilayah yang kemudian dipantau oleh para kader posyandu dalam upaya meningkatkan status gizi sehingga dapat tercapai kondisi pertumbuhan anak secara normal. Pernyataan ini didukung Panduan Gizi Rumah Sakit (1991) yang menjelaskan bahwa konsultasi gizi merupakan serangkaian proses belajar untuk mengembangkan pengertian dan sikap positif terhadap makanan agar seseorang dapat membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik dalam hidup sehari-hari. 2. Konsultasi gizi di Posyandu difokuskan pada penyelenggaraan menu makan anak balita yang meliputi kegiatan perencanaan menu, pengolahan dan cara pemberian makanan, agar terpenuhinya keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi anak balita berstatus gizi kurang sehingga tercapai kondisi pertumbuhan yang normal. Pernyataan ini didukung oleh Djuarni

10 (1998:273) bahwa penyelenggaraan makanan adalah proses pengolahan makanan, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan makanan dan perawatannya, persiapan dan pengolahan serta pelayanan. E. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian digunakan untuk mengarahkan penelitian dalam mengumpulkan data. Penulis akan menjabarkan tujuan kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan perencanaan yang meliputi penyusunan menu sehat seimbang, pengetahuan pemilihan bahan makanan yang sehat dan pola makan sehat untuk anak balita? 2. Bagaimana pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pengolahan yang meliputi cara mengolah bahan makanan dan teknik memasak untuk makanan anak balita? 3. Bagaimana pemanfaatan konsultasi gizi oleh ibu untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita yang mengalami status gizi kurang berkaitan dengan pemberian makanan yang meliputi cara pemberian makanan pada anak balita?

11 F. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode desktiptif, dengan tujuan untuk mengadakan gambaran tentang masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhman (1980 : 40) bahwa penelitian deskriptif : a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah aktual. b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa Setelah data diperoleh dari hasil penelitian lapangan, disusun dan dijelaskan serta dianalisa. Kemudian berdasarkan data yang telah dianalisa barulah diambil suatu kesimpulan dan saran-saran. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Menurut Suharsimi (1998:138) angket atau kuesioner adalah : Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui Dalam penelitian ini penulis mempergunakan angket yang ditujukan kepada responden, yaitu ibu yang memiliki anak balita yang mengalami gizi kurang di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung untuk memperoleh data mengenai pemanfaatan konsultasi gizi untuk penyelenggaraan makan anak balita.

12 G. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang dipilih untuk penelitian tentang pemanfaatan konsultasi gizi untuk peningkatan penyelenggaraan makanan anak balita adalah Posyandu di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung. 2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi adalah objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan masalah penelitian. Sesuai dengan judul Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan Penyelenggaraan Makanan Anak Balita (Penelitian terbatas Pada Ibu-ibu Di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung), maka yang menjadi populasi berdasarkan data dari Posyandu di Kelurahan Pasteur tahun 2010 adalah ibu yang memiliki anak balita sebanyak 1066 ibu anak balita. b. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (sample bertujuan). Sampel penelitian adalah 44 ibu yang memiliki anak balita yang berstatus gizi kurang dari 13 RW di Kelurahan Pasteur Kecamatan Sukajadi Bandung dengan perincian sebaran sampel ibu yang mempunyai anak balita dengan status gizi kurang pada Tabel 1 sebagai berikut:

13 Tabel 1 Sebaran Sampel Ibu yang Mempunyai Anak Balita dengan Status Gizi Kurang Pada Bulan Mei di Kelurahan Pasteur Status Gizi No. Lokasi Gizi Normal Gizi Kurang ( balita ) ( balita ) Jumlah 1 RW 01 138-138 2 RW 02 113 11 124 3 RW 03 75-75 4 RW 04 75 4 79 5 RW 05 111 6 117 6 RW 06 58 2 60 7 RW 07 61 1 62 8 RW 08 52-52 9 RW 09 46 9 65 10 RW 10 63 8 71 11 RW 11 73-73 12 RW 12 82 3 85 13 RW 13 65-65 JUMLAH 1022 44 1066 Sumber : Data Posyandu di Kelurahan Pasteur Tahun 2010