II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA HTI adalah hutan tanaman yang dibudidayakan untuk diambil kayunya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB I PENDAHULUAN. jati memiliki kelas awet dan kelas kuat yang tinggi seperti pendapat Sumarna

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Eldridge et al. (1993), taksonomi tanaman Eucalyptus adalah. : Plantae (Tumbuhan) : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus grandis mempunyai sistematika sebagai berikut: : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON Eucalyptus grandis DI HUTAN TANAMAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Eucalyptus Sejarah Eucalyptus Tanaman Eucalyptus sp. sudah dikenal sejak abad 18, dan perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PENDUGAAN ISI POHON JENIS TOREM (Manilkara kanosiensis, H.J. Lam & B.J.D. Meeuse) DI PULAU YAMDENA KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat penelitian 3.2 Alat dan bahan 3.3 Metode pengambilan data

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan hutan tanaman yang berkelanjutan dan lestari membutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan sendiri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan


Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dkk, 1999). Salah satu spesies endemik adalah Santalum album Linn.,

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pengumpulan Data

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Eucalyptus di TPL Tanaman Eucalyptus sudah dikenal sejak abad 18 dan perkembangan pembangunan tanaman ini maju pesat pada tahun 1980 setelah kongres Kehutanan Sedunia ke VIII di Jakarta tahun 1978. PT Toba Pulp Lestari, Tbk memproduksi bibit secara generatif dan vegetatif. Namun sejak awal 2002 penggunaan bibit secara generatif tidak dikembangkan lagi karena dengan sistem vegetatif yang dihasilkan dalam bentuk klon-klon yang telah diuji coba oleh pihak R & D dirasakan bahwa sistem ini mempunyai potensi yang lebih seragam dalam hal pemenuhan volume pohon untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (jumlah dan kualitas) dan perawatannya juga lebih mudah (Anonim, 2005). Jenis-jenis bibit Eucalyptus yang diproduksi oleh PT Toba Pulp Lestari adalah Eucalyptus grandis, Eucalyptus urophylla, dan Eucalyptus hybrid. Sedangkan benih Eucalyptus yang diproduksi di Nursery PT Toba Pulp lestari, Tbk berasal dari beberapa daerah seperti yang tertera pada tabel berikut : Tabel 1. Sumber-sumber benih yang diproduksi pada Nursery PT TPL, Tbk Jenis Spesies Provenansi Supplier Keterangan E. urophylla NTT, Merak Inhutani, kebun sendiri PT TPL, Tbk memiliki E. grandis Australia, Kebun benih Dendros seed supplies, M. L. Fzasrar, Ltd. kebun benih Eucalyptus di Habinsaran dengan PT TPL, Tbk. luasan 6 Ha yang E. hybrid Australia Inhutani, Koleksi sendiri ditanami oleh R&D dan sejak tahun 1998 PT SemiltasTropicales TPL, Tbk tidak mengimport benih Eucalyptus lagi.

A.1. Sistematika Eucalyptus Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut (Ayensu dkk, 1980) : Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermai : Dikotyledon : Myrtales : Myrtaceae : Eucalyptus : Eucalyptus grandis Eucalyptus grandis memiliki daun yang selalu hijau, dengan tinggi 43-55m, batang pokok lurus, dengan batang yang bebas cabang mencapai 30 m. Kulit pohon kokoh dan halus sampai berlekang yang memanjang. Warna kulitnya coklat kemerah-merahan sampai coklat tua. Anak daunnya agak berhadapan, bertangkai lanset yang melebar. Pembungaan terdapat di ketiak daun dan bunganya berbentuk payung sederhana dengan jumlah 5-8 bunga, dengan komposisi bunga yang beraturan. Bunganya berkelamin dua, benang sarinya banyak dengan buah yang kering (Rahayu, 1999). A.2. Penyebaran dan Habitat Eucalyptus Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Philipina) yaitu Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus deglupta. Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian Timur. Penyebarannya di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia

bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Sub Tropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Sutisna dkk, 1998). Hampir semua jenis Eucalyptus beradaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis, Eucalyptus citriodora, Eucalyptus deglupta, jenis-jenis tersebut dapat beradaptasi pada dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 23 0 C dan maksimum 31 0 C di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 13 0 C dan maksimum 29 0 C di pegunungan (Sutisna dkk, 1998). A.3. Manfaat Eucalyptus Eucalyptus grandis bukanlah tergolong kayu yang keras, karena itu sangat potensial untuk bahan baku pulp. Bentuk batangnya yang lurus dapat dijadikan sebagai tiang telepon. Kegunaan yang lain adalah untuk kusen pintu dan jendela (Ayensu,1980). Daun dan cabang dari beberapa Eucalyptus menghasilkan minyak atsiri yang merupakan produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau obat batuk, parfum, sabun, detergen, disinfektan dan pestisida (Sutisna dkk,1998).

B. Inventarisasi Inventarisasi hutan merupakan suatu laporan menyeluruh tentang teknikteknik menghitung hutan yang berhubungan dengan pohon-pohon dan tegakan, penaksiran volumenya, memprediksi pertumbuhan serta termasuk pula masalah penarikan contoh dan desain inventrisasinya. Inventarisasi hutan merupakan bagian perencanaan hutan yang penting, sebab data dan informasi hasil inventarisasi tersebut sebagai bahan utama di dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan. (Direktorat Bina Program Kehutanan,1983). Komponen-komponen utama inventarisasi hutan dan perencanaannya tergantung pada maksud pekerjaannya, sehingga perlu untuk memberikan batasan yang jelas dari berbagai tujuan inventarisasi hutan yang akan dikerjakannya. Tujuan utama inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal berhutan dan komposisi tegakannya. Kegiatan inventarisasi hutan dapat dilaksanakan dengan penginderaan jauh, pengamatan langsung di lapangan atau gabungan keduanya (Simon, 1996). Dalam inventarisasi hutan diperlukan alat bantu dalam pelaksanaannya yaitu pengetahuan tentang ilmu ukur kayu. Ilmu ukur kayu adalah pengetahuan tentang pengukuran dimensi pohon yaitu diameter, tinggi dan volume kayu berdiri maupun rebah dan pengukuran pertumbuhan kayu (riap) serta hasil hutan non kayu (Suharian dan Sudiono, 1975).

C. Volume Pohon Volume total suatu batang (atau volume sampai diameter minimum) dinyatakan dengan rumus yang terkenal : V = f.g.h Dimana f adalah bilangan bentuk, g adalah luas bidang dasar pada setinggi dada (diatas banir) dan h adalah tinggi pohon (Simon, 1987). Beberapa definisi volume pohon sebagai definisi baku dalam inventarisasi hutan dari FAO (Simon,1996): 1. Volume kasar adalah volume dari bagian tertentu pohon tanpa kulit atau tanpa memasukkan bagian-bagian yang cacat. 2. Volume bersih adalah volume bagian tertentu dari pohon tanpa kulit dan dengan pengurangan untuk bagian-bagian cacat atau tak dapat digunakan. 3. Volume total adalah volume yang termasuk dalam batang utama pohon. Untuk pohon yang tak teratur sampai permukaan tajuk sedangkan untuk pohon-pohon bertajuk kerucut sampai ujung pohon. 4. Volume batang bebas cabang adalah besarnya massa kayu sebatang pohon hingga pangkal cabang terendah. 5. Volume kayu industri adalah volume bersih kayu bulat yang potensial dapat digunakan, tanpa pengurangan karena hilang akibat dari standar penggunaan dari proses pembalakan dan pengolahan. 6. Volume batang adalah volume bersih dari pohon yang dianggap cocok untuk venir, kayu gergajian, bantalan, pancang dan tiang.

Suharian dan Sudiono (1975), mengatakan bahwa setiap batang pohon terdiri dari sejumlah frustum yang berlainan, sehingga jika volume pohon ditentukan secara langsung akan didapatkan volume yang besar dan kurang seksama. Agar diperoleh hasil yang cukup seksama penentuan volume pohon dapat dilakukan dengan membagi batang pohon menjadi seksi (bagian), dimana volume pohon sama dengan jumlah volume seluruh seksi. Beberapa rumus yang sering digunakan dalam melakukan pendugaan volume seksi pohon adalah : 1. Rumus Smalian : V = {(B + b) / 2}x L 2. Rumus Huber : V = (b m ) x (L) 3. Rumus Bereton : V = 1/4 л {(D p + D u ) / 2} 2 x L 4. Rumus Newton : V = 1/6 (B + 4b m + b) Dimana ; V = Volume (m 3 ) L = Panjang seksi (m) B = Luas bidang dasar (Lbds) pangkal seksi (m 2 ) b m = Luas bidang dasar (Lbds) tengah seksi (m 2 ) b = Luas bidang dasar (Lbds) ujung seksi D p = Diameter pangkal (m) D u = Diameter ujung (m) Л = Konstanta sebesar 3,141593 Dalam melakukan perhitungan dan penentuan volume batang pada umumnya digunakan rumus Smalian atau Huber. Rumus Smalian cukup praktis untuk diterapkan meskipun mempunyai ketepatan tafsiran lebih kecil

dibandingkan rumus Huber atau Newton sehingga rumus volume dari Smalian ini sering digunakan (Marlia, 1999). D. Diameter Pohon Diameter merupakan salah satu parameter yang penting dalam pengumpulan data potensi hutan dan keperluan pengelolaan. Karena keterbatasan alat yang tersedia, seringkali pengukuran keliling lebih banyak dilakukan, baru kemudian dikonversi ke diameter (D) (Simon, 1993). Bentuk pohon pada umumnya mengecil kebagian ujungnya atau puncaknya (besar diameter makin ke ujung makin kecil). Tingkat ketelitian pengukuran diameter tergantung dari faktor-faktor seperti tingkat ketelitian yang diinginkan, alat ukur yang dipakai, cara pengukurannya, kecermatan dan keahlian tenaga pengukur, waktu dan biaya untuk pengukuran dan faktor-faktor lainnya (Suharlan dan Sudiono, 1975). Menurut Muhdin (2003), bahwa sekurangnya ada tiga alasan mengapa diameter diukur pada ketinggian setingi dada; alasan kepraktisan dan kenyamanan saat mengukur, yaitu pengukuran mudah dilakukan tanpa harus membungkuk atau berjingkat; pada kebanyakan jenis pohon ketinggian setinggi dada bebas dari pengatur banir; dbh umumnya memiliki hubungan yang cukup erat dengan peubah-peubah (dimensi) pohon lainnya. Selain mudah diperoleh / diukur, dbh juga merupakan pohon yang akurasi datanya paling mudah dikontrol. Selain untuk keperluan pendugaan dimensi pohon lainnya, diameter setinggi dada (dbh) biasanya diukur sebagai dasar untuk keperluan perhitungan lebih lanjut, misalnya untuk menentukan luas bidang dasar dan volume.

E. Tinggi Pohon Tinggi pohon berdiri tidak selalu sama dengan panjang pohon tersebut sesudah rebah. Tinggi pohon berdiri dimaksudkan sebagai panjang proyeksi dari titik ujung pohon sampai ke tanah (Lembaga Penelitian IPB, 1985). Tinggi pohon didefinisikan sebagai jarak atau panjang garis terpendek antara suatu titik pada pohon dengan proyeksinya pada bidang datar. Istilah tinggi pohon hanya berlaku untuk pohon yang masih berdiri sedangkan untuk pohon rebah digunakan istilah panjang pohon (Muhdin, 2003). Karena untuk mengukur diameter bagian atas batang, banyak alat-alat yang ada dan yang paling mahal dan canggih terutama akan bermanfaat dalam kondisi tertentu dan khususnya dalam beberapa inventarisasi hutan. Pengukuran tidak langsung dengan hypsometer telah dipakai. Christen hypsometer adalah sangat murah dan alat yang mudah dibawa dan dianjurkan untuk inventarisasi hutan jika tingkat kecermatan yang diminta tidak terlalu tinggi. Dalam kegiatan inventarisasi hutan dikenal beberapa macam pengukuran tinggi pohon yaitu (Dephut, 1992): 1. Tinggi pohon total, yaitu tinggi pangkal pohon dari permukaan tanah hingga puncak pohon. 2. Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang hingga cabang pertama yang membentuk tajuk. 3. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan.

F. Tabel Volume Banyak metode penyusunan tabel volume telah dikembangkan, tetapi penggunaan teknik-teknik regresi dengan model persamaan yang baik sangat disarankan, karena langsung, relatif sederhana dan menghilangkan subjektifitas. Penyiapan tabel-tabel volume merupakan prosedur yang mahal, karena memerlukan pengumpulan data dasar yang ekstensif. Pengukuran-pengukuran dimensi dari rangkaian pohon-pohon contoh, perhitungan atau penentuan volume pohon-pohon dan pengembangan persamaan hubungan grafis antara dimensi pohon dengan volume (Husch, 1987). Dari segi parameter yang digunakan untuk perhitungan volume ada tiga macam tabel, yaitu: tabel lokal (local volume tables), tabel normal (standard atau general volume tables), dan tabel volume kelas bentuk (form class volume tables). 1. Tabel Lokal Tabel lokal hanya menggunakan satu variabel (one way) sebagai pembuka (table entry), yaitu diameter setinggi dada. Biasanya tabel lokal disusun sebagai tabel individu pohon. Tabel lokal ini juga disebut tariff. Keuntungan jenis tabel ini adalah sederhana dan cepat penggunaannya untuk inventore hutan. Dalam penggunaan tabel tarif pohon ini pelaksanaan inventarisasi cukup mengukur diameter setinggi dada saja. Dengan demikian sudah dapat dihemat baik waktu, tenaga dan biaya. Kekurangannya, kecermatan yang diperoleh rendah karena diasumsikan semua pohon mempunyai tinggi dan bentuk yang sama untuk diameter setinggi dada tertentu. Penyusunan tabel lokal sebenarnya ditujukan untuk penaksiran volume kayu bagi spesies pohon tertentu dalam lingkup

wilayah yang terbatas. Ini dimaksudkan untuk memperkecil error karena ragam dimensi pohon, khususnya tinggi dan bentuk yang disebabkan oleh pengaruh kesuburan tanah, keadaan tempat tumbuh, struktur hutan dan sebagainya (Krisnawati dan Bambang, 1998). 2. Tabel Normal Tabel normal menggunakan dua peubah sebagai pembuka yaitu diameter setinggi dada (dbh) dan tinggi pohon. Tabel normal dapat disusun untuk satu individu pohon atau tegakan sebagai kelompok pohon yang saling berinteraksi. Bahkan tabel normal atau tabel umum ini dapat disusun untuk sekelompok tegakan yang terdiri atas beberapa jenis. Karena menggunakan diameter dan tinggi pohon, tabel normal dapat berlaku untuk wilayah yang relatif lebih luas dibanding dengan tabel lokal. Beberapa informasi penting yang harus dicantumkan dalam suatu tabel normal adalah spesies, daerah tempat mengumpulkan sampel pohon/tegakan, penyusun, unit volume atau sortimen kayu, batas diameter terkecil, jumlah pohon sampel, metode penyusunan dan kecermatannya (Simon,1996). 3. Tabel Kelas Bentuk Tabel kelas bentuk mempunyai tiga pembuka yaitu diameter setinggi dada, tinggi pohon dan bentuk batang. Oleh karena itu tabel ini menyajikan kecermatan taksiran yang paling tinggi dibanding tabel lokal maupun tabel normal. Jenis tabel ini berlaku untuk berbagai macam jenis pohon, asal mempunyai kelas bentuk yang sama (Husch, 1987).

G. Ketentuan Umum Dalam Penyusunan Tabel Volume Pohon Menurut Bustomi dkk (1999), ketentuan umum dalam penyusunan tabel volume pohon adalah sebagai berikut : 1. Tabel volume pohon harus disusun berdasarkan model pendugaan volume pohon. 2. Model pendugaan volume pohon harus dibentuk secara statistika menggunakan data pohon contoh dari areal setempat. 3. Model pendugaan volume pohon harus dibuat untuk tiap jenis atau kelompok jenis di areal setempat. 4. Jenis-jenis yang bisa dikelompokkan ialah yang bentuk batangnya tidak berbeda menurut pembedaan secara statistika. 5. Jumlah pohon contoh yang digunakan untuk membentuk model pendugaan volume pohon minimal 50 batang untuk tiap jenis atau kelompok jenis. 6. Sebaran diameter setinggi dada dan atau tinggi pohon contoh untuk tiap jenis atau kelompok jenis sebisa mungkin harus mewakili sebaran diameter setinggi dada (dbh) dan atau tinggi pohon contoh dari jenis atau kelompok jenis yang bersangkutan di areal setempat. 7. Pengukuran data volume pohon contoh dilakukan melalui pengukuran seksi-seksi batang pohon. 8. Hanya model-model pendugaan volume pohon yang ketelitiannya memenuhi kaidah yang boleh dijadikan dasar penyusunan tabel volume pohon untuk digunakan di lapangan.

9. Kriteria ketelitian model pendugaan volume pohon ialah simpangan agregatif lebih kecil atau sama dengan 1% dan atau rataan persentase simpangan lebih kecil atau sama dengan 10%. 10. Tabel volume pohon tidak boleh diekstrapolasi melewati sebaran diameter setinggi dada-tinggi pohon contoh yang dipakai untuk menyusunnya. H. Permodelan Cara Regresi Analisis regresi untuk menjelaskan hubungan antara suatu peubah dengan peubah lainnya. Apabila hubungan tersebut telah diketahui, maka suatu peubah dapat dipakai untuk menduga peubah lainnya. Peubah yang diduga tentunya merupakan peubah yang sulit diukur dan yang memerlukan pengorbanan yang lebih besar dalam pengukurannya dibanding dengan peubah penduga (Kuncahyo,1991). Langkah yang sangat penting dalam analisis regresi adalah dalam penentuan model hubungan antara peubah penduga (peubah bebas) dan peubah diduga (peubah terikat). Model yang terbaik adalah model yang memberikan kesalahan pendugaan terkecil atau mempunyai koefisien determinasi yang tinggi dan mudah dalam penggunaannya. Rendahnya nilai koefisien determinasi dapat disebabkan karena kurang tepat dalam pembentukan model regresi atau karena data contohnya kurang baik. Disamping itu pula disebabkan oleh terdapatnya suatu pasangan pengamatan yang tidak mengikuti pola dominan pengamatan lainnya (Kuncahyo, 1991). Beberapa bentuk persamaan regresi yang dapat dipergunakan untuk menyusun model pendugaan volume pohon (Bustomi dkk, 1998), antara lain : 1. V = a + b Log (Dbh)

2. V = a (Dbh) b 3. V = a + b Log (Dbh) + c (Dbh) 4. V = a + b Log (Dbh) + c Log (H) 5. V = a (Dbh) b (H) C 6. v = a (Dbh) 2 (H) 7. V = a + b (Dbh) 2 (H) 8. V = a + b (Dbh) 2 + c (H) + d (Dbh) 2 (H) Dimana : V : Volume pohon (m 3 ) Dbh : Diameter setinggi dada (cm) H : Tinggi pohon atau tinggi bebas cabang (m0 Dari beberapa bentuk persamaan diatas, jalas bahwa model pendugaan volume pohon dapat disusun dengan berbagai bentuk persamaan regresi, baik bentuk linier maupun non linier. Persamaan yang dipilih adalah persamaan yang tinggi keakuratannya, dan praktis dalam penggunaannya di lapangan.