BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. selulosa, insiden ini mencapai puncak pada usia tahun (Lilik, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini keadaan gizi masyarakat Indonesia masih belum. menggembirakan. Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan

BAB 1 PEANDAHULUAN UKDW. di daerah perdesaan sebanyak jiwa (50,21 %). (BPS, 2010). Hasil

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat terjadi pada abad 21.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

Promotif, Vol.6 No.2, Juli Desember 2016 Hal

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan yang diperlukan (Maryanti, 2009). SADARI (Pemeriksaan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan mobilitas usus, banyaknya gigi yang tanggal, penurunan indra penglihatan serta berkurangnya kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar (Hutapea, 2005). Untuk mengkompensasi terjadinya penurunan fungsi fisiologis lansia dan berbagai masalah yang menyertai pada pereiode ini, maka harus diberikan nutrisi yang cukup pada lansia agar sesuai dengan aktivitas lansia. Asupan gizi seimbang sangat diperlukan bagi usia lanjut sehat maupun yang sakit untuk mempertahankan kualitas hidupnya serta diperlukan dalam proses penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit yang dideritanya (Siti, 2009). Keluarga sangat berperan penting dalam menjaga status kesehatan lansia melalui pemenuhan kebutuhan gizi seimbang karena keluarga merupakan pihak terdekat dengan lansia. Peran keluarga dalam pemenuhan gizi yang seimbang pada lansia sangat diperlukan agar tercapainya status kesehatan lansia yang optimal sehingga kualitas hidup lansia dapat meningkat. 1

2 Meskipun demikian, kenyataan di masyarakat masih banyak keluarga yang menganggap remeh masalah pemenuhan gizi lansia karena mereka menganggap bahwa proses menua adalah hal pasti dialami oleh setiap orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui lembaga kependudukan dunia United Nations Population Fund (UNFPA), melaporkan jumlah penduduk lansia, yaitu usia 60 tahun atau lebih, pada tahun 2009 telah mencapai jumlah 737 juta jiwa, Jumlah ini akan mencapai sekitar 2 miliar, 22 % dari total penduduk dunia pada tahun 2050 (UN, 2010). Di Indonesia pada tahun 2012, jumlah lansia berusia 60 ke atas sebanyak 18.244.429 orang dari total penduduk 238.520.797 jiwa. Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia, penduduk lansia meningkat menjadi 12 % (32 juta) pada tahun 2020. Dari total tersebut banyak yang mengalami gangguan pemenuhan gizi yaitu yang mengalami gizi kurang (IMT 16,5-18,49) sebanyak 31% dan gizi lebih sebanyak 1,8% (Wamendiknas, 2012 : 1). Untuk Propinsi Jawa Timur, pada tahun 2012 jumlah lansia mencapai 5,5 juta jiwa atau (10,92%) dari jumlah penduduk sebanyak 37.794.003 jiwa 3,7% dari jumlah yang ada mengalami masalah kekurangan gizi. Sementara di Kabupaten Ponorogo pada akhir 2011, tercatat jumlah penduduk lanjut usia sebesar 132,490 jiwa dan sebesar 2% mengalami masalah kekurangan asupan gizi. Dari data yang ada, kecamatan Kauman merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah lansia terbanyak yaitu 7,807 jiwa (Dinkes Ponorogo, 2011 dalam Wahyuni, 2012). Dan dari data yang diperoleh, Desa Nglarangan Kecamatan Kauman mempunyai lansia paling banyak mengalami kekurangan gizi dengan jumlah

3 121 jiwa (Puskesmas Kauman, 2012). Hasil studi pendahuluan melalui penyebaran angket kepada sepuluh keluarga yang memiliki lansia dengan masalah gizi, didapati 4 keluarga memiliki peran cukup terhadap pemenuhan gizi seimbang pada lansia dan sisanya sebanyak 6 keluarga memiliki peran yang kurang. Keberadaan lansia memotivasi kesadaran akan pentingnya upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan kelompok lanjut usia sehingga secara fisik maupun mental mereka dapat merasakan kenyamanan, kebugaran serta dapat memberikan respon yang baik terhadap semua kesempatan yang ada. Tugas pengembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangnnya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan biologis setiap anggota keluarga. Pengaturan hidup bagi usia lanjut merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kesejahteraaan usia lanjut (Watson Roger, 2003). Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga dan merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status gizi dan mental lansia (Siti 2009). Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia (Hutapea, 2005).

4 Dengan adanya gangguan dan kemunduran yang dideritanya, menyebabkan lanjut usia menjadi tidak mandiri dan membutuhkan orang lain untuk menyediakan kebutuhan gizi serta dalam melakukan aktivitas hidup seharihari (Notoatmodjo, 2007). Memberikan perhatian pada lanjut usia dan mengupayakan agar kebutuhan gizinya tercukupi supaya mampu menyesuaikan diri dengan kondisi fisiologinya, adalah kewajiban keluarga dan lingkungan (Supartondo, 2003). Berdasarkan pada latar belakang diatas serta mengingat pentingnya peranan keluarga dalam melakukan perawatan terhadap lansia, membuat peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih mendalam lagi dengan judul : Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Gizi Seimbang Pada Lansia Di Desa Nglarangan Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peran keluarga dalam pemenuhan gizi seimbang pada lansia di Desa Nglarangan Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo?. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan gizi seimbang pada lansia di Desa Nglarangan Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.

5 1.4 Manfaat Penelitiaan 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang karya ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan peran keluarga dalam pemenuhan gizi seimbang pada lansia. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam materi pembelajaran tentang keperawatan keluarga khususnya pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Profesi Keperawatan Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca yang ingin mengetahui tentang hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia. Juga dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan materi penyuluhan terhadap keluarga yang memiliki lansia dirumah. Selain itu dapat dijadikan sebagai evidence base bagi praktek keperawatan semua tata pelayanan kesehatan terutama keperawatan keluaraga dan gerontik. 2. Keluarga Lansia Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi keluarga dalam merawat lansia untuk meningkatkan kualitas hidup

6 lansia agar lansia dapat menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman dan menyenangkan. 3. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan minat remaja dalam menentukan pilihan di dalam dunia pendidikan. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan sehubungan dengan penelitian ini diantaranya : 1. Dea Anenta (2012) meneliti tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku lansia terhadap gizi dengan status gizi lansia di RW 02 Kelurahan Depok jaya kecamatan Pancoranmas. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional untuk mengetahui hibungan pengetahuan, sikap dan perilaku lansia di RW 02 Kecamatan pancoran Mas Kelurahan Bukit Jaya. Sampel penelitian ini berjumlah 70 orang. Data analisis penelitian ini meliputi analisis univatirat dan analisis bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Kolmogorof Smirnov (p=0,005). Hasil analisis untuk variabel pengetahuan menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan lansia dengan status gizi yaitu (p=1,000), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap lansia dengan status gizi (p=0,811), tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku lansia dengan status gizi (p=0.999). perlu perhatian terhadap masalah gizi lansia misalnya dengan kegiatan posyandu usila,

7 konseling atau penyuluhan gizi dan kesehatan yang bermanfaat bagi lansia. 2. Junika Suci Lestari (2012) Gambaran pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia di Desa Sidorejo Kecamatan Siantar yang dilakukan pada tanggal 22 Desember 2011 sampai dengan 02 Januari 2012. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan teknik total sampling, dan uji reliabilitas dengan menggunakan KR-21 yang mendapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,81. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 60 responden yang merupakan keluarga yang tinggal bersama dengan lansia. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata usia responden berusia 51-60 tahun sebanyak 42 responden (70%), lebih dari setengah responden adalah perempuan berjumlah 42 orang (70%), dan lebih dari setengah responden berpendidikan SMP berjumlah 34 orang (57%). Tingkat pengetahuan keluarga dalam pemberian gizi pada lansia dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 60%, hal ini dikarenakan rata rata responden memiliki latar belakang pendidikan SMP yang berpengaruh dalam hal mudah tidaknya mencerna informasi tentang kesehatan yang telah didapat,dan rata-rata responden bekerja sebagai buruh yang memilki waktu yang sangat sedikit untuk mengakses informasi tentang kesehatan dalam hal ini gizi pada lansia. Dari hasil penelitian ini

8 diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang hubungan antara nutrisi yang seimbang bagi lansia dengan status kesehatan lansia yang berdampak pada kualitas hidup.