BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat terjadi pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan seseorang dapat dapat diindikasikan oleh meningkatkatnya usia harapan hidup (UHH), akibatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah banyak bahkan cenderung lebih cepat dan pesat. Lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan menurut Depkes 2003 adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk maka jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. (1) Situasi global pada saat ini menunjukkan bahwa setengah jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia, pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih tinggi dari negara yang sudah berkembang, dan masalah terbesar lansia adalah penyakit degeneratif. Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit degeneratif tidak dapat beraktifitas (tinggal di rumah). (2) Berdasarkan laporan data Demografi Penduduk International, yang dikeluarkan oleh Bureau of The Cencus USA (1993) jumlah penduduk lansia Indonesia pada periode 1990-2025 akan mengalami kenaikan sebesar 414%, ini merupakan persentase kenaikan paling tinggi di seluruh dunia. Berdasarkan sensus penduduk persentase lansia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan. Secara global, merujuk pada datatahun 1971 penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta atau 4,5 % dari jumlah penduduk dan pada tahun 1990 jumlah lansia 1

meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lansia akan sama dengan jumlah anak balita sebesar 19 juta (8,5%). (2) Pertumbuhan penduduk lansia diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Sedangkan kelompok umur lansia (50-64 tahun dan 65+) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus meningkat. Berdasarkan laporan PBB 2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%.Angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%. (2) Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia. WHO memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2020 mendatang, mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balita tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. (2) Berdasarkan data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 manunjukkan Provinsi Sumatera Barat menempati urutan kedelapan sebagai Provinsi dengan persentase jumlah lansia sebesar 8,12%. Maka dengan demikian berdasarkan ketentuan badan dunia, Indonesia termasuk sebagai negara berstruktur penduduk tua ( populasi Lansia di atas 7 %). (2) Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia tahun 2000 di dapatkan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar 15,3 juta (7,4 %) dari jumlah penduduk, dan tahun 2005 jumlah ini meningkat menjadi 18,3 juta(8,5%). Pada tahun 2005-2010 jumlah lansia di Indonesia sebanyak 19,3 juta (9%) dari seluruh penduduk Indonesia dan tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat 2

keempat setelah RRC, India, Amerika Serikat dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun. (2) Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menyatakan bahwa Pada tahun 2015 Jumlah lansia di Sumatera Barat umur 45-59 tercatat sebanyak 216.622 jiwa, umur 60-69 sebanyak 68.841 jiwa, umur >70 sebanyak 14.568 jiwa, Pada tahun 2013 jumlah lansia di Sumatera Barat umur 45-59 sebanyak 220.551 jiwa, umur 60-69 sebanyak 69.666 jiwa, umur >70 sebanyak 19.967 jiwa, Pada tahun 2014 jumlah lansia di Sumatera Barat mengalami peningkatan. Umur 45-49 sebanyak 129.691 jiwa, umur 60-69 sebanyak 73.307 jiwa, umur >70 sebanyak 28.499 jiwa. (3) Jumlah penduduk yang terus meningkat juga berdampak pada angka kesakitan pada lanjut usia yang juga terus meningkat. Berdasarkan angka kesakitan lanjut usia tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa ada kecenderungan angka kesakitan lanjut usia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 2003-2007 28,48-31,11 kasus Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian berbagai pihak. (2) Lansia merupakan kelompok yang rentan untuk terkena penyakit. Berdasarkan Susenas 2012, separuh lebih lansia (52,12%) mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir, dan tidak ada perbedaan lansia yang mengalami keluhan kesehatan berdasarkan jenis kelamin (laki-laki 50,22%; perempuan 53,74%). Selain itu angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar 26,93% artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang di antaranya mengalami sakit. (4) Obesitas merupakan masalah yang diperhatikan karena berkaitan dengan peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Tingginya penderita obesitas pada usia > 25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan oleh seiring bertambahnya usia timbul 3

beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh menurun (syndrome metabolik), dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan hidup. (1) Menurut WHO, 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk menderita obesitas, di Inggris 16-17,3% penduduk menderita obesitas. Prevalensi overweight (kegemukan) dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia - Pasifik, sebagai contoh 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas. Di kota New York, prevalensi obesitas terjadi peningkatan dari 20,2% tahun 2002 menjadi 25,9% tahun 2004 pada kelompok umur 65 tahun (BMI 30 kg/m2). (5) Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi obesitas pada penduduk berusia 15 tahun adalah laki-laki 13,9% dan perempuan 23,8%. Dari survei Indeks Masa Tubuh (IMT) pada kelompok usia 60 tahun di kota besar di Indonesia tahun 2004, 15,6% pria dan 26,1% wanita mengalami obesitas. (6) Determinan obesitas pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pola makan, aktfitas fisik, faktor psikologis, genetic. metabolism tubuh lansia, hormon serta efek samping obat-obatan. Pada lansia yang obesitas, pola makan di waktu malam hari serta makanan yang tinggi kalori dan lemak akan menyebabkan penimbunan energi dalam bentuk lemak pada lansia. Hal ini juga diperberat dengan kurangnya aktifitas fisik. Faktor psikologis seperti gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang 4

dirasakan tidak menguntungkan, dapat mengubah kepribadian seseorang sehingga orang tersebut menjadikan makanan sebagai pelariannya dan menyebabkan terjadinya obesitas. (7) Faktor genetik juga merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Seseorang yang mempunyai kecepatan metabolisme rendah akan cenderung lebih mudah gemuk jika dibandingkan dengan orang yang mempunyai kecepatan metabolisme tinggi Hormon adalah salah satu faktor obesitas. Hormon leptin, estrogen dan hormon pertumbuhan mempengaruhi nafsu makan, metabolisme dan distribusi lemak tubuh. Terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar di dalam tubuh. Dengan demikian, seseorang yang mengkonsumsi obat tersebut akan meningkatkan nafsu makannya. Apalagi jika digunakan dalam waktu yang relatif lama, seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit. (7) Hasil penelitian Juwita (2007) pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Amplas Medan menunjukkan bahwa 25 orang (20,7%) lansia mengalami obesitas dari 121 responden. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Nelvin (2008) pada orang dewasa (21-60 tahun) dari keluarga miskin di Desa Marindal menunjukkan bahwa 53 orang yang mengalami obesitas, dengan rincian pada umur 21-30 tahun terdapat 21 orang (39,62%), umur 31-40 tahun terdapat 18 orang (33,96%), umur 41-50 tahun terdapat 10 orang (18,87%), dan umur 51-60 tahun terdapat 4 orang (7,55%) yang (8, 9) mengalami obesitas. Data Dinas Kesehatan Kota Padang menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada lansia tinggi di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo dibandingkan 22 Puskesmas 5

lainnya di Kota Padang dengan prevalensi 25 % pada tahun 2014 dan 13,94% tahun 2015. Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti lakukan di kelurahan Kurao dengan mewawancarai 5 orang lanjut usia, 3 diantaranya mengatakan memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari pada saat pagi, siang dan malam hari serta lansia juga sering mengkonsumsi snack (4-7 kali/minggu) dan tidak sering mengkonsumsi makanan jadi ( 3 kali/minggu). Lanjut usia menyatakan bahwa dalam kegiatan sehari-hari mereka sering duduk dan berjalan. Mereka jarang mengangkat beban berat, merasa lelah dan berkeringat. Lansia juga tidak terbiasa berolahraga dan sering mengisi waktu luang dengan menonton TV. Berdasarkan data dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 6

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 2. Mengetahui distribusi frekuensi umur pada lansia di Wilayah Kerja 3. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 4. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pada lansia di Wilayah Kerja 5. Mengetahui distribusi frekuensi aktifitas fisik pada lansia di Wilayah Kerja 6. Mengetahui hubungan umur dengan obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 7. Mengetahui hubungan riwayat obesitas dengan obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 8. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 9. Mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 7

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan masyarakat khususnya pada lansia melalui penyuluhanpenyuluhan tentang obesitas pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang Tahun 2016. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja Desain studi penelitian ini adalah cross sectional berdasarkan data kejadian obesitas pada lansia di Wilayah Kerja 8