PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PESAWARAN TAHUN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KATINGAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2011 TANGGAL 6 JUNI LATAR BELAKANG

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI RIAU TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KOTA BATU

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SINJAI TAHUN

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

-1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA KEDIRI TAHUN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KOTA JAMBI TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

fpafpasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Transkripsi:

BAB IX PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2010 2014 Kota Bogor merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bogor 2005 2025, RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008 2013 serta RPJPD Provinsi Jawa Barat 2005 2025, serta merupakan kesinambungan Rencana Strategis Kota Bogor 2005 2009. 9.1. PROGRAM TRANSISI RPJMD Kota Bogor 2010 2014 akan menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun 2014. Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindari kekosongan rencana pembangunan daerah, Walikota yang sedang memerintah pada tahun terakhir (tahun 2014) pemerintahannya wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk tahun pertama periode pemerintah tahun berikutnya (2015) dengan berpedoman pada RPJM Daerah lama (2010-2014) sebelum RPJM Daerah baru tersusun (2015-2020).

9.2. KAIDAH PELAKSANAAN RPJMD Kota Bogor 2010 2014 merupakan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja SKPD, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahunan, sampai penganggaran tahunan tahun 2010, tahun 2011, tahun 2012, tahun 2013 dan tahun 2014. Dengan demikian, kaidah-kaidah pelaksanaan RPJMD adalah sebagai berikut : a. SKPD Kota Bogor dan masyarakat termasuk dunia usaha, berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam RPJMD Tahun 2010 2014 dengan sebaik-baiknya b. Walikota, dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaan RPJMD Kota Bogor tahun 2010 2014 dengan mengerahkan semua potensi dan kekuatan daerah c. Sekretariat Daerah, berkewajiban mengkoordinasikan dan menjadi pelaksana harian dalam pelaksanaan RPJMD Kota Bogor tahun 2010 2014 d. RPJMD merupakan pedoman dalam penyusunan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) IX-2

bagi instansi atau unit kerja perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. Sesuai dengan tugas dan fungsi, SKPD harus menyusun Rencana Strategis (Renstra SKPD). Dalam penyusunan Renstra SKPD tersebut harus mempedomani dan mengacu pada program-program yang telah digariskan dan tertuang pada dokumen RPJM Daerah. Jika RPJMD memuat program kerja pemerintah daerah seluruh sektor dan bidang kewenangan selama 5 (lima) tahun ke depan maka Renstra SKPD memuat program kerja perangkat daerah sesuai bidang atau sektor kewenangannya. Renstra SKPD merupakan rencana kerja dan target yang ingin dicapai oleh masing-masing SKPD sesuai bidang kerja masing-masing dan dengan memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki. Renstra SKPD disusun untuk program kerja lima tahunan, secara sistematis juga memuat indikasi program setiap tahunnya. e. Sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, RPJM Daerah merupakan salah satu dokumen perencanaan pembangunan pada tingkat daerah atau kota. Pada tingkat daerah acuan utama perencanaan pembangunan tertuang dalam RPJP Daerah. RPJP Daerah merupakan program pembangunan secara makro pada tingkat regional. RPJP Daerah dibuat untuk rentang waktu 20 tahun. Selanjutnya RPJP Daerah dijabarkan dalam RPJMD untuk rentang waktu 5 tahunan. Baik RPJP dan RPJM Daerah harus mengacu dan mempedomani RPJP dan RPJM Nasional. RPJM Daerah selanjutnya dijabarkan IX-3

dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), yang secara operasional anggaran tercermin dalam APBD. f. Keberhasilan pelaksanaan RPJMD akan sangat bergantung pada peran dari setiap pemangku kepentingan atau stakeholders yang terlibat. Pada dasarnya dalam pelaksanaan RPJMD akan melibatkan banyak pihak sebagai pemangku kepentingan antara lain pemerintah itu sendiri, DPRD, dunia usaha dan tentunya masyarakat, walaupun dalam implementasinya tentu masing-masing memiliki peran dan porsi yang tertentu, berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu optimalisasi peran ini sangat terkait dengan prinsip-prinsip atau komitmen yang disepakati bersama, dimana komitmen tersebut mengawal dan membimbing setiap pelaku untuk bergerak sinergi dibawah koridor RPJM Daerah. Prinsip-prinsip yang perlu dipedomani dalam penguatan peran para pelaku dalam pelaksanaan RPJMD antara lain adalah kemitraan, transparansi, akuntabilitas, peningkatan profesionalisme, partisipasi, keberpihakan terhadap kepentingan publik, dan komitmen moral yang tinggi dalam segala proses pembangunan. Kemitraan berarti setiap pelaku haruslah dipandang sejajar, tidak ada pihak yang dipandang lebih tinggi atau lebih rendah. Transparansi berarti ada keterbukaan, secara lebih kongkrit adanya akses untuk mendapatkan informasi yang benar mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Akuntabilitas berarti dapat dipertanggungjawabkan. Lebih jelasnya akuntabilitas IX-4

adalah prinsip yang menunjukkan setiap kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertangguangjawabkan kepada masyarakat dan rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. g. Masyarakat perlu diberikan ruang untuk berperan dalam proses pelaksanaan RPJMD. Pelibatan tersebut merupakan penguatan peran masyarakat dalam pembangunan. Penguatan peran masyarakat bukanlah sekedar melibatkan masyarakat tapi menempatkan masyarakat secara bertahap dalam posisi menjadi tuan dan terlibat pada proses pengambilan keputusan dalam pembangunan. Selama ini yang terjadi adalah rendahnya semangat untuk melibatkan dan bekerja bersama dengan masyarakat. Hal ini menyebabkan tidak terfahaminya masalah yang sebenarnya terjadi dan berkembang di masyarakat. Dampak lebih jauh tidak semua program pembangunan khususnya program RPJM Daerah dapat diterima oleh masyarakat setempat sehingga akhirnya tidak menjamin pembangunan yang berkelanjutan. Hal-hal yang harus diubah antara lain adalah nuansa pendekatan yang top down dimana pemerintah provinsi mendominasi pelaksanaan pembangunan, akibatnya implementasi program pembangunan tidak sesuai dengan harapan dan aspirasi masyarakat, bahkan kadang pelaksanaan pembangunan di lapangan cenderung menimbulkan konflik. Selama ini juga pemerintah kota dalam proses penyelenggaraan IX-5

pembangunan cenderung memperlakukan masyarakat hanya sekedar objek pembangunan yang harus memenuhi keinginan pemerintah atau dengan kata lain masyarakat belum ditempatkan pada posisi inisiator (sumber bertindak). Ke depan pemerintah haruslah adaptif terhadap perubahan dan mampu mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pelaksanaan pembangunan. h. Terselenggaranya good government merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa dan bernegara. Dalam rangka itu di perlukan pengembangan dan penerapan sistem evaluasi dan laporan pelaksanaan kinerja yang tepat, jelas, terukur dan legimate. Sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat di pertanggungjawaban. Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program kebijakan dan sasaran yang ditetapkan dalam RPJMD maupun RKPD. IX-6