Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih

dokumen-dokumen yang mirip
DOMINASI VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI NANGROE ACEH DARUSSALAM: Kajian Penyebaran Varietas dan Preferensi Petani

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

Introduksi Varietas Kedelai Mendukung Program Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Kedelai di Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang banyak menjadi

ANALISIS SKALA USAHA DAN KEUNTUNGAN INDUSTRI TAHU DI KOTA BANDA ACEH By : Irwan *) ABSTRACT

FAKTOR DETERMINAN DAN PREFERENSI PETANI DALAM MEMILIH BENIH KEDELAI

FAKTOR YANG MENENTUKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH VARIETAS UNGGUL KEDELAI: Kasus Jawa Barat

PREFERENSI PENGGUNAAN KEDELAI PADA INDUSTRI TEMPE DAN TAHu DI KABUPATEN PATI. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber protein nabati, kedelai berperan penting dalam

KEDELAI VARIETAS UNGGUL BARU HASIL PEMULIAAN MUTASI RADIASI

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

PERKEMBANGAN UBI JALAR DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN DI JAWA TENGAH

PENGADAAN DAN PENYALURAN BENIH KEDELAI DENGAN SISTEM JABALSIM DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

Kebutuhan kedelai domestik sekitar 2,3 juta ton

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

PENYEBARAN, PREFERENSI, DAN KONTRIBUSI EKONOMI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU DI JAWA TENGAH

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

ADOPSI TEKNOLOGI PTT DAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI SULAWESI TENGGARA

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

FAKTOR PENENTU DAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH VARIETAS BENIH KEDELAI DI KABUPATEN PIDIE. Oleh : Irwan ABSTRACT

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai


I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber : Suhartina Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbiumbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian,

Teknologi Budidaya Kedelai

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPONS PETANI TERHADAP VARIETAS UNGGUL BARU DAN KOMPONEN TEKNOLOGI PTT KEDELAI (STUDI KASUS DI TEGALSEMPU YOGYAKARTA)

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

INFORMASI PRAKTIS PENANGANAN PASCAPANEN KEDELAI. OLeh Ir. I. Ketut Tastra, MS. Informasi Praktis Balitkabi No.:

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

PERILAKU PETANI DALAM MENENTUKAN BENIH KEDELAI PADA LAHAN SAWAH

PROFIL USAHA KRIPIK TALES

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

UPAYA PERCEPATAN PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI PULAU JAWA

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merill) merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, karena

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

Titik Poin Agribisnis Kedelai

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu perbaikan zat gizi (Amang, 2010). lembaga atau instansi pemerintah bidang pertanian terhadap produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

Transkripsi:

Preferensi Industri Tahu dan Tempe terhadap Ukuran dan Warna Biji Kedelai Ruly Krisdiana 1 Ringkasan Ukuran dan warna biji kedelai varietas unggul yang telah dilepas sangat beragam, sedangkan penggunaan terbanyak dalam industri olahan adalah untuk tahu dan tempe yang proses pengolahannya relatif sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi preferensi pengguna (permintaan pasar) dan respon industri tahu dan tempe terhadap beberapa varietas unggul kedelai. Penelitian dilaksanakan di sentra produksi dan industri olahan kedelai di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Klaten, Wonogiri, Sragen, Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Boyolali, Grobogan, Blora, dan Pati. Pada setiap kabupaten diambil lima industri tahu dan tempe. Penelitian menggunakan metode survei dan sampel biji kedelai dibuat tahu dan tempe. Pada masing-masing industri tersebut ditunjukkan beberapa contoh varietas unggul kedelai dengan karakteristik biji sedang dan biji besar untuk dikaji dan dipilih sebagai bahan baku industri berdasarkan preferensi produk olahan. Untuk industri tahu, kedelai yang diinginkan sebagian besar berwarna kuning dan sebagian kecil berwarna hijau, ukuran biji baik besar, sedang maupun kecil, dan berkulit tipis. Varietas unggul yang dipilih adalah Argomulyo. Untuk industri tempe, kedelai yang lebih disukai adalah yang berwarna kuning, ukuran biji besar dan berkulit tipis, varietas unggul yang dipilih adalah Burangrang. Varietas unggul kedelai dengan kualitas biji bagus, dapat diterima oleh industri tahu dan tempe. Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih dari 200 tahun. Keterampilan mengolah kedelai menghasilkan aneka ragam makanan dan hasil olahan digemari dan diakui sebagai makanan tradisional yang bernilai gizi tinggi oleh dunia internasional (Hermana 1985). Winarno (1985) memandang bahwa kedelai merupakan sumber bahan pangan masa depan yang penting, karena memiliki daya guna yang luas, bergizi tinggi, dan menghasilkan zat-zat antioksidan. Krisdiana dan Heriyanto (2000) mengungkapkan bahwa preferensi penggunaan kedelai untuk berbagai industri pangan olahan relatif berbeda. Industri tahu menginginkan kedelai berukuran sedang hingga besar, berkadar pati tinggi, berwarna kuning, dan berkulit tipis. Industri susu kedelai membutuhkan kedelai berukuran kecil hingga besar, kadar pati tinggi, dan diharapkan baru dipanen. 1 Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Kotak pos 66 Malang 65101; Telp. 0341-801468; Faks. 0341-801496; e-mail: blitkabi@telkom.net Krisdiana: Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe 123

Dalam evaluasi preferensi beberapa varietas unggul kedelai terungkap bahwa varietas Argomulyo menduduki urutan tertinggi dari aspek tekstur, penampakan, dan hasil untuk industri tempe dan tahu. Untuk industri susu, varietas Argomulyo dan Bromo menghasilkan kadar pati tinggi tetapi rasa susu agak langu. Varietas Jayawijaya menghasilkan rasa susu yang gurih tetapi kadar patinya relatif rendah. Kedelai dapat dikategorikan sebagai tanaman yang diperdagangkan (cash crop), yang merupakan salah satu sumber penting pendapatan keluarga petani. Usahatani kedelai dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk (1) sosial ekonomi internal, (2) sosial ekonomi eksternal (pasar masukan dan keluaran, kelembagaan, dan kebijakan nasional maupun regional), dan (3) faktor kondisi alam (iklim, biologi, dan tanah). Oleh karena itu, pilihan petani terhadap teknologi baru kemungkinan ditentukan oleh: (1) teknologi baru tidak sesuai dengan tujuan usahatani petani, (2) teknologi baru kemungkinan memiliki risiko yang lebih tinggi (Byerlee dan Collinson 1980; Adjid 1985). Varietas unggul berpotensi hasil tinggi merupakan komponen teknologi usahatani yang mudah diadopsi petani. Sumbangan varietas unggul dapat terlihat dari kenaikan tingkat produktivitas dari 0,7 t/ha pada awal 1970an menjadi sekitar 1,1 t/ha pada tahun 1989 (Sumarno 1991). Peningkatan hasil mendekati 1,3 t/ha, bahkan dengan pengelolaan yang baik dapat mencapai 2,0 t/ha pada tahun 2000 adalah dampak dari dilepasnya beberapa varietas kedelai berdaya hasil tinggi. Namun demikian, penyebaran varietas kedelai dirasakan masih lambat, selain karena petani belum mengetahuinya juga benih belum tersedia. Dari banyak varietas unggul yang telah dilepas perlu diketahui varietas yang paling cocok dan disukai oleh industri tahu dan tempe. Penelitian Penelitian preferensi bahan baku kedelai telah dilaksanakan di sentra produksi dan industri olahan kedelai di 10 kabupaten Jawa Tengah, yaitu Klaten, Wonogiri, Sragen, Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Boyolali, Grobogan, Blora, dan Pati. Penelitian pada industri tahu dan tempe dilakukan dalam bentuk survei dan uji penerimaan terhadap lima varietas unggul untuk tahu dan tempe pada tahun 2003. Kepada pelaku industri pengolah ditunjukkan dua kelompok ukuran biji yang diwakili oleh (1) biji sedang yaitu Kaba, Sinabung dan Wilis, semua berwarna kuning, dan (2) biji besar yaitu Argomulyo dan Burangrang, biji berwarna kuning. Contoh biji kedelai tersebut dikaji dan dipilih sebagai bahan baku industri olahan, berdasarkan preferensi konsumen. Peubah penentu dalam pilihan varietas unggul kedelai antara lain (1) ukuran biji, (2) warna kulit biji; dan (3) bentuk biji. Data dukung yang diukur dari industri tahu adalah 1) kandungan pati, 2) volume jadi, dan 3) kekompakan yang kemudian dijadikan dasar pilihan varietas yang disukai. Pada industri tempe data dukung yang diukur adalah volume jadi untuk mengetahui varietas yang disukai. 124 Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 1-2007

Hasil Penelitian Karakteristik umum daerah penelitian berbeda dari segi tingkat pendidikan, jenis industri, dan fasilitas yang dimiliki, sedangkan jumlah anggota keluarga sama (Tabel 1). Asal bahan baku kedelai merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas tahu dan tempe. Industri rumah tangga biasanya membeli kedelai dari pedagang di sekitar tempat tinggalnya. Industri berskala lebih besar mencari kedelai yang berkualitas baik jauh dari lokasi industri dan bahkan harus ke luar kota (Tabel 2). Industri tahu dan tempe masing-masing mempunyai persyaratan dalam memilih bahan baku, meliputi warna, ukuran, dan kulit biji. Persyaratan ini dinilai menentukan kualitas tahu dan tempe yang dihasilkan (Tabel 3). Ketersediaan bahan baku kedelai tidak selalu sama sepanjang tahun (Tabel 4). Tabel 1. Karakteristik umum daerah penelitian industri tahu dan tempe di Jawa Tengah, 2003. Parameter Tahu Tempe Umur usaha (tahun) 1-54 1-45 Tingkat pendidikan (%) SD 38 70 SMP 25 26 SMA 33 4 Perguruan Tinggi 4 Jumlah anggota keluarga (orang) 4 4 Jenis industri (%) Industri rumah tangga 22 100 Industri menengah 52 Industri besar 26 Fasilitas (%) Ruang khusus pengolahan dengan alat modern 48 13 Ruang khusus pengolahan dengan alat modern dan toko 2 Ruang khusus pengolahan dengan alat modern, toko, dan kantor Ruang khusus pengolahan dengan alat semi modern 46 Ruang khusus pengolahan, alat semi modern dan toko 4 Ruang khusus pengolahan dengan cara tradisional 85 Ruang khusus pengolahan dengan cara tradisional dan toko 2 Krisdiana: Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe 125

Tabel 2. Cara memperoleh kedelai, asal kedelai, harga, dan kuantitas pengolahan kedelai, Jawa Tengah, 2003. Parameter Tahu Tempe Cara memperoleh bahan baku kedelai (%) Beli di toko terdekat 17,5 17 Beli di pasar terdekat 37,5 40 Lewat suplaier/pemasok 5 4 Koperasi khusus kedelai 12,5 26 Pedagang kedelai 27,5 13 Asal bahan baku kedelai (%) Sedusun 2 2 Sedesa 13 13 Sekecamatan 22 40 Satu kota 33 38 Luar kota tapi satu propinsi 30 7 Rata-rata harga kedelai (Rp/kg) 2.890 2.879 (2.500-3.500) (2.500-3.500) Frekuensi berproduksi dalam seminggu 7 kali 7 kali Kapasitas pengolahan (kg/hari) 174,7 46,5 Tabel 3. Persyaratan bahan baku kedelai yang diminta oleh industri tahu dan tempe, Jawa Tengah, 2003. Parameter Tahu (%) Tempe (%) Warna biji Kuning 67 95 Kuning kehijauan 22 Kuning keputihan 2 5 Kuning kilap, kencang Hijau 9 Ukuran biji Besar 73 97 Sedang 16 3 Kecil 4 Apa saja 7 Besar biji seragam Kulit biji Tipis 98 93 Tebal 2 4 Apa saja 3 126 Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 1-2007

Lima varietas unggul kedelai yang ditunjukkan kepada responden industri tahu dan tempe untuk dipilih sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, serta dilakukan uji coba oleh industri tahu dan tempe. Tingkat pendidikan pengusaha tahu pada umumnya lebih tinggi dari pengusaha tempe, dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi, sedangkan pengusaha tempe hanya berkualifikasi SD dan SMP (70% dan 26%). Industri Tabel 4. Saat langka kedelai, sasaran produk dan masalah pada industri tahu dan tempe, Jawa Tengah, 2003. Parameter Tahu (%) Tempe (%) Saat banyak membutuhkan kedelai Puasa-hari raya, hari besar 29 30 Saat ada kegiatan tanam padi 2 Pada bulan Agustus 5 14 Pada bulan Nopember-Januari 54 54 Sama setiap bulan 10 2 Saat sulit memperoleh kedelai Tidak pernah mengalami kesulitan 16 33 Saat ada kegiatan tanam padi Pada bulan Agustus-Oktober 84 67 Sasaran produk yang dihasilkan Dijual di rumah 3 12 Dijual di pasar terdekat 46 48 Dijual di rumah dan pasar terdekat Dijual di rumah, dibawa keliling dan berhenti di pasar 5 5 Dijual keliling 32 35 Dijual keliling dan di pasar 14 Dijual di swalayan Masalah memperoleh bahan baku kedelai Tidak pernah mengalami kesulitan 83 78 Saat persediaan terlambat datang, harga naik 17 7 Kualitas kedelai jelek 3 Langka daun pembungkus 12 Masalah proses produksi Tidak pernah mengalami kesulitan 83 80 Kualitas kedelai jelek 3 Masalah teknis 14 20 Limbah Masalah pemasaran produk Tidak pernah mengalami kesulitan 64 69 Banyak saingan 18 31 Bila tidak ada kegiatan di sawah Musim ikan laut Dihutang Bila harga kedelai naik, harga tahu naik 18 Krisdiana: Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe 127

tahu 50% lebih berskala menengah dan 26% berskala industri besar, sedangkan industri tempe seluruhnya (100%) berskala rumah tangga. Industri tahu memiliki ruang khusus pengolahan dengan alat modern, sedangkan industri tempe sebagian besar tidak memiliki fasilitas tersebut. Bahan baku kedelai sebagian besar dibeli dari pasar terdekat dan sebagian lainnya dibeli di koperasi kedelai, pedagang khusus kedelai, toko terdekat, dan lewat pemasok yang semuanya berada di satu kecamatan atau satu kota. Harga kedelai rata-rata Rp 2.800/kg dengan kisaran harga Rp 2.500-3.500/kg. Kapasitas industri tahu mencapai 175 kg/hari dan industri tempe 47 kg/hari. Sebanyak 67% responden dari industri tahu menyukai kedelai berwarna kuning, 22% memilih kedelai berwarna kuning-kehijauan, dan 11% menyukai kedelai berwarna hijau atau kuning-keputihan. Pada industri tempe hampir semua responden (95%) menginginkan kedelai berwarna kuning dan sebagian kecil memilih kedelai berwarna kuning-keputihan. Pada industri tempe hampir semua responden (97%) menyukai kedelai berbiji besar dengan alasan akan menghasilkan tempe yang besar. Sebanyak 73% responden pada tahu juga menyukai kedelai berbiji besar. Kedelai dengan berbagai ukuran biji dapat digunakan untuk tahu. Industri tahu dan tempe hampir semuanya menghendaki kedelai berkulit tipis. Permintaan kedelai terbanyak di Jawa Tengah adalah pada bulan Nopember-Januari (54%), permulaan puasa dan menjelang hari raya, pada bulan Agustus (Agustusan), dan pada saat kegiatan tanam padi. Saat-saat yang sulit mendapatkan kedelai adalah pada bulan Agustus-Oktober, namun tetap dapat diperoleh. Tabel 5. Preferensi industri tahu dan tempe terhadap varietas kedelai sebagai bahan baku berdasarkan hasil uji coba produk, Jawa Tengah, 2003. Varietas Tahu Tempe Kandungan Vol. Kekom- Varietas Volume Varietas pati jadi pakan yang jadi yang disukai disukai Argomulyo 1 1 1 1 3 3 Burangrang 2 2 2 2 1 1 Kaba 3 3 3 3 4 2 Sinabung 4 4 5 4 5 4 Wilis 4 3 4 5 2 3 1) Skor 1-5 menunjukkan urutan terbaik/tertinggi (1) hingga terburuk/terendah. 128 Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 1-2007

Pemasaran tahu dan tempe di pasar setempat pada umumnya tidak mengalami kesulitan. Akibat dari krisis moneter banyak karyawan PHK yang mencoba menjadi pengusaha tahu dan tempe, sehingga terjadi persaingan. Untuk varietas kedelai sebagai bahan baku, industri tahu dan tempe mempunyai preferensi yang sama. Varietas yang paling disukai berturut-turut adalah Burangrang, Argomulyo (varietas berbiji besar), Wilis, Kaba, dan Sinabung (varietas berbiji sedang). Hasil uji coba lima varietas unggul oleh industri tahu sedikit berbeda dengan industri tempe. Berdasarkan kandungan pati, volume jadi (rendemen), dan kekompakan produk yang dihasilkan oleh industri tahu diketahui bahwa varietas yang disukai berturut-turut adalah Argomulyo, Burangrang, Kaba, Sinabung, dan Wilis. Sedang untuk industri tempe berturut-turut adalah Burangrang, Kaba, Wilis, dan Argomulyo, dan Sinabung. Teknologi yang diperlukan oleh industri tahu adalah (a) teknologi pengelolaan limbah, (b) ketel uap yang baik agar produk masak sempurna dan (c) teknologi pengawetan tahu agar dapat tahan lama. Industri tempe memerlukan teknologi mesin pengupas kulit kedelai. Kesimpulan Industri tahu dan tempe masing-masing mempunyai preferensi jenis dan sifat kedelai sebagai bahan baku. Kedelai yang diinginkan oleh industri tahu adalah yang berwarna kuning, berukuran biji besar, dan berkulit tipis. Kedelai dengan biji berwarna kuning kehijauan dan hijau serta berukuran biji sedang dan kecil juga dipilih oleh sebagian responden. Varietas yang paling disukai adalah Argomulyo. Industri tempe menyukai kedelai berwarna kuning, ukuran biji besar, dan kulit biji tipis. Varietas yang paling disukai adalah Burangrang. Pustaka Adjid, D.A. 1985. Pola partisipasi masyarakat pedesaan dalam pembangunan pertanian berencana. Kasus usahatani kelompok hamparan dalam intensifikasi khusus (Insus) padi: suatu survei di Jawa Barat. Disertasi Universitas Padjadjaran, Bandung. p. 4-55. Byerlee, D. and M. Collinson. 1980. Planning technologies appropriate to farmers: concepts and procedures. CYMMYT. Mexico. 71 p. Krisdiana: Kedelai untuk Industri Tahu dan Tempe 129

Sumarno. 1991. Pemanfaatan teknologi genetika untuk peningkatan produksi kedelai. Orasi pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Sumarno. 2000. Soybean grain size, tofu recovery, and its quality. p. 49-50. The Third International Soybean Processing and Utilization Conference, Japan. Hermana. 1985. Pengolahan kedelai menjadi berbagai bahan makanan. Dalam Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Winarno, F.G. 1985. Pengolahan kedelai menjadi minyak dan bahan-bahan industri. Dalam Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Krisdiana, R. dan Heriyanto. 2000. Penggunaan komoditas kedelai untuk industri produk olahan rumah tangga di pulau Jawa. Makalah Balitkabi No.2000-149. Disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Denpasar, 23-24 Oktober 2000. 20 p. 130 Iptek Tanaman Pangan Vol. 2 No. 1-2007