Makalah Perpajakan Perhitungan PPh 21 Disusun oleh: Kelompok 1 Reza Maulana A (115030201111046) Fidya Gumilang A (115030201111076) Nurul Qomaria (115030201111078) JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Penghasilan Tidak Kena Pajak: 1. Untuk diri wajib pajak orang pribadi = Rp 24.300.000 2. Tambahan untuk wajib pajak kawin = Rp 2.025.000 3. Tambahan untuk penghasilan istri yang digabungkan dengan penghasilan suami = Rp 24.300.000 4. Tambahan untuk anggota keluarga (max 3 orang) = @Rp 2.025.000 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 5% Diatas Rp 50.000.000 Rp 250.000.000 15% Diatas Rp 250.000.000 Rp 500.000.000 25% Diatas Rp 500.000.000 35% Tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah : a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit). c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Psl 3(1) UU PPh). Ketentuannya di atur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 246/PMK.03/2008 Lain-Lain: 1. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun. 2. Pemotong Pajak PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 tahunan (form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir. 3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2 ) diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun. 4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak PPh Pasal 21 yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak dalam negeri.
Contoh Soal : 1. Achmad Zakaria pada tahun 2009 bekerja pada perusahaan PT.Zamrud Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp.2.500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp.100.000.Achmad menikah tetapi belum mempunyai anak.pengitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut : Pembahasan : Gaji sebulan Pengurangan : Rp.2.500.000 1. Biaya Jabatan : 5% x Rp.2.500.000 Rp. 125.000 2. Iuran pension : Rp. 100.000 Rp. 225.000 + Penghasilan Neto Sebulan Rp.2.275.000 Peghasilan Neto Setahun adalah 12 x Rp.2.275.000 Rp 27.300.000 PTKP setahun : - Untuk WP sendiri Rp 24.300.000 Tambahan WP kawin Rp 1.320.000 Rp 25.620.000 Penghasilan kena Pajak Setahun Rp 1.670.000 PPh pasal 21 terutang 5% x Rp 1.670.000 = Rp 83.500 PPh pasal 21 sebulan Rp 83.500 : 12 = Rp 6.958,33 Contoh soal ke 2: Bu Ani bekerja di PT. Nestle mulai tanggal 1 Maret 2013. Beliau bekerja s.d. Januari 2014. Selama Tahun 2014, beliau menerima gaji per bulan Rp15.000.000,00. Hitung PPh 21 bulan Januari tahun 2014! Gaji sebulan Rp 15.000.000,00 Pengurangan: 1. Biaya Jabatan 5% x Rp15.000.000,00 Rp 750.000,00 Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00(-) Rp 500.000,00(-) Penghasilan neto sebulan Rp 14.500.000,00 Penghasilan neto setahun 10 x Rp14.500.000,00 Rp 140.500.000,00
Penghasilan neto disetahunkan: 12/10 x Rp140.500.000,00 = Rp 168.600.000 PTKP setahun (TK/0) - untuk WP sendiri Rp 24.300.000 Rp 24.300.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 144.300.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 15% x Rp 94.300.000,00 = Rp 14. 145.000,00 + Total Rp 16.645.000,00 PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2013 10/12 x Rp 16.645.000,00= Rp 13.870.833,3 PPh Pasal 21 terutang sebulan: 1/10 x Rp 13.870.833,3 = Rp 1.387.083,33
Soal: 1. Ribeto merupakan seorang kepala keluarga dan mempunyai tiga orang anak. Dia mulai bekerja 1 Pembahasan: September 2013. Dia bekerja di Indonesia s.d. Agustus 2014. Selama Tahun 2013 menerima gaji per bulan Rp20.000.000,00. Hitung PPh 21 bulan September tahun 2014! Gaji sebulan Rp 20.000.000,00 Pengurangan: 1. Biaya Jabatan 5% x Rp20.000.000,00 Rp 1.000.000,00 Maksimum diperkenankan Rp 500.000,00(-) Rp 500.000,00(-) Penghasilan neto sebulan Rp 19.500.000,00 Penghasilan neto setahun 4 x Rp19.500.000,00 Rp 78.000.000,00 Penghasilan neto disetahunkan: 12/4 x Rp78.000.000,00 = Rp 234.000.000,00 PTKP setahun (TK/0) - untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00 - tambahan karena menikah Rp 2.025.000,00 - tambahan tiga orang tanggungan Rp 6.075.000,00(+) Rp 32.400.000,00 (-) Penghasilan Kena Pajak disetahunkan Rp 201.600.000,00 PPh Pasal 21 disetahunkan 5% x Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 15% x Rp151.600.000,00 = Rp 22.740.000,00 (+) Total Rp 25.240.000,00 PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2013 4/12 x Rp25.240.000,00 = Rp 8.413.333,00 PPh Pasal 21 terutang sebulan: 1/4 x Rp8.413.333,00 = Rp 2.103.333,00
2. Budi Karyanto pegawai pada perusahaan PT Candra Kirana, menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp3.000.000,00. PT Candra Kirana mengikuti program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Candra Kirana menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Budi Karyanto membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT Candra Kirana juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Candra Kirana membayar iuran pensiun untuk Budi Karyanto ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp100.000,00, sedangkan Budi Karyanto membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00. Pada bulan Juli 2013 Budi Karyanto hanya menerima pembayaran berupa gaji. Pembahasan: Gaji 3.000.000,00 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 15.000,00 Premi Jaminan Kematian 9.000,00 Penghasilan bruto 3.024.000,00 Pengurangan 1. Biaya jabatan 5%x3.024.000,00 151.200,00 2. Iuran Pensiun 50.000,00 3. Iuran Jaminan Hari Tua 60.000,00 261.200,00 Penghasilan neto sebulan 2.762.800,00 Penghasilan neto setahun 12x2.762.800,00 33.153.600,00 PTKP - untuk WP sendiri 24.300.000,00 - tambahan WP kawin 2.025.000,00 26.325.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun 6.828.600,00
Pembulatan 6.828.000,00 PPh terutang 5% x 6.828.000,00 341.400,00 PPh Pasal 21 bulan Juli 341.400,00 : 12 28.452,00