NILAI TAMBAH PROSES PENGOLAHAN KOPI ARABIKA SECARA BASAH (WEST INDISCHEE BEREDING)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. rasanya dibanding jenis kopi yang lain, tanda-tandanya adalah biji picak dan daun

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

BAB VI PEMBAHASAN. tumpang sari dengan jenis tanaman yang lainnya. Tanaman tumpangsari di daerah

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI ARABIKA PESERTA UNIT PENGOLAHAN HASIL (UPH) (Kasus Di Desa Belok Sidan Kecamatan Petang Kabupaten Badung)

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

Dairi merupakan salah satu daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan jenis kopi Robusta pada masa awal abad XX menjurus ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Magelang merupakan salah satu daerah di Indonesia yang menghasilkan kopi.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Analisis Finansial dan Nilai Tambah Pengolahan Kopi Arabika di Koperasi Tani Manik Sedana Kabupaten Bangli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi merupakan bahan minuman tidak

PENINGKATAN KUALITAS HASIL PANEN KOPI KELOMPOK TANI, DESA BANYUKUNING, KABUPATEN SEMARANG

KUALITAS, KUANTITAS DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA DARI KEBUN AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

I. PENDAHULUAN. pertanian. Pengertian agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

IMPLEMENTASI SANITASI PANGAN PADA PRODUKSI KOPI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, JAMBU-SEMARANG. Roswita Sela 14.I1.0174

Perbandingan Pendapatan antara Usahatani Kopi dan Usahatani Jeruk di Desa Serai Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli

UJI ALAT PENGUPAS KULIT KOPI MEKANIS

KUALITAS KOPI ARABIKA HASIL PENYIMPANAN DENGAN METODE PERENDAMAN UNTUK PENGATURAN WAKTU PENGUPASAN KULIT BUAH BASAH

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN KOPI ARABIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN PROSPEK USAHATANI KOPI RAKYAT DI DESA SUMBERBULUS KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

ANALISIS PEMASARAN KOPI DI KECAMATAN BERMANI ULU RAYA KABUPATEN REJANG LEBONG

RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) DI SUBAK ABIAN ULIAN MURNI, KINTAMANI-BANGLI S K R I P S I

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODEL MATEMATIS PENGERINGAN LAPISAN TIPIS BIJI KOPI ARABIKA (Coffeae arabica) DAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffeae cannephora) ABSTRAK

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan perusahaan merupakan dua sisi yang di samping. sering berseberangan juga saling membutuhkan. Upaya memelihara agar

Pemodelan dan Pengembangan Agribisnis Minuman Berbasis Kopi Robusta dalam Mendorong Perekonomian Kawasan Jalur Lintas Selatan (JLS) Jawa Timur

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MOBILE DI KECAMATAN PANTAI LABU DAN KECAMATAN PANTAI CERMIN

PROSES PENGOLAHAN KOPI INSTAN, KOPI BLENDING, DAN KOPI TUBRUK DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA JENGGAWAH-JEMBER

TINJAUAN PUSTAKA. masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran tinggi ( Najiyati dan Danarti, 1997 ).

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA USAHATANI KOPI DAN USAHATANI JERUK DI DESA SERAI KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan dari kebun-kebun sempit milik petani yang menjadi salah satu pilar

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Kopi merupakan suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana

DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i

BAB I PENDAHULUAN. sumber penghasilan rakyat. Kopi menjadi andalan ekspor negara-negara

(Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH KOPI. Cermee Kabupaten Bondowoso) SKRIPSI. Oleh Lubna Brilyani NIM

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG

ABSTRAK. Tema Ketahanan Pangan dan Keamanan Pangan. Judul PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEDESAAN BERBASIS KOPI MENUJU PRODUK SPECIALTY KABUPATEN JEMBER

DESKRIPSI INDUSTRI KOPI LUWAK DI WILAYAH DESA WAY MENGAKU KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Pembibitan Perkebunan Tanaman Kopi di Kec. Sukamakmur

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, P Daya Saing Daerah. BPFE. Yogyakarta.

PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOPI ARABIKA KINTAMANI DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMODITAS EKSPOR SEKTOR PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Joko Tri Sujiwo Efisiensi Pemasaran Kopi... EFISIENSI PEMASARAN KOPI (Coffea sp) DI KECAMATAN SINGOROJO KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi

ANALISIS USAHATANI PALA DI KAMPUNG TALAWID KECAMATAN KENDAHE KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE ABSTRACT

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH KOPI ARABIKA DALAM UPAYA PENINGKATAN KEUNTUNGAN UKM (USAHA KECIL DAN MENENGAH) DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN 1

K O P I. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

PERSEPSI PETANI KOPI ARABIKA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI ORGANIK DI KECAMATAN ATU LINTANG KABUPATEN ACEH TENGAH. Lintang of Central Aceh Regency)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOPI

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS

Transkripsi:

NILAI TAMBAH PROSES PENGOLAHAN KOPI ARABIKA SECARA BASAH (WEST INDISCHEE BEREDING) DAN KERING (OST INDISCHEE BEREDING) DI KECAMATAN KINTAMANI, BANGLI Noveliska Br Sembiring 1, I Ketut Satriawan 2, I. A. Mahatma Tuningrat 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Unud. 2 Dosen Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Unud. Email : novellawi@gmail.com ABSTRACT This study aims to determine the components of the cost of the processing Arabica coffee in wet and dry, to calculate the cost of Arabica coffee processing in wet and dry and to calculate the value -added processing Arabica coffee in the wet and dry. Data collection methods were nonparticipant observation, questionnaires and documentation. Sampling was set at 27 samples. Data processing method used was the grouping of coffee processing cost components, calculate the total cost of processing coffee, rice coffee reduction sale value and the average cost of processing coffee. The results showed that the cost components in the wet coffee processing were raw materials, water, labor, coffee processing machines, and ancillary equipment. Cost components in the dry coffee processing were raw materials, labor, coffee processing machines, and ancillary equipment. Cost of the wet Arabica coffee processing was Rp7340.89/Kg and cost of the dry Arabica coffee processing was Rp4271.58/Kg. The added value of Arabica coffee in the wet processing was Rp770.22/Kg and dry processing was Rp18.59/Kg which means that the wet coffee processing more profitable for farmers. Keywords: Arabica coffee, cost of processing, value added, wet and dry processing. PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya, berperan penting sebagai sumber devisa negara dan merupakan sumber penghasilan bagi petani kopi di Indonesia. Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor yang potensial bagi Indonesia. Perkebunan kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh rakyat. Tanaman kopi adalah pohon kecil bernama Perpugenus coffea dari familia Rubiaceae. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Tanaman kopi berasal dari benua Afrika, termasuk 61

famili Rubiaceae dan genus Coffea (Bahri, 1996). Terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan kopi excelsia (Bahri, 1996). Kopi robusta bukan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari berapa spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 2004). Di Indonesia umumnya jenis kopi yang ditanam adalah robusta, namun ada beberapa daerah yang merupakan daerah penghasil kopi arabika tergantung pada ketinggian daerah tersebut. Kopi juga merupakan salah satu tanaman perkebunan potensial di Provinsi Bali. Kabupaten Bangli merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Bali dan Kecamatan Kintamani adalah kecamatan penghasil kopi terbesar di Bangli. Di Kecamatan Kintamani ada beberapa subak Abian yang anggotanya sebagai petani kopi arabika sekaligus melakukan pengolahan kopi secara basah dan kering. Kecamatan Kintamani di Kabupaten Bangli merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi. Daerah ini memiliki ketinggian 900 s/d 1.600 m dpl yang merupakan syarat tumbuh optimum untuk tanaman kopi. Total luas perkebunan di Kintamani 8.949 ha, dari luasan tersebut 5.656 ha diantaranya merupakan lahan pertanaman kopi, dan sisanya 2.498 ha cengkeh, 425 ha kelapa, dan 82 ha kakao. Saat ini peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan produksi akhir kopi. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo, 2012). Secara garis besar pengolahan buah kopi berdasarkan cara kerjanya dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu pengolahan dengan cara basah (West Indischee Bereding) dan cara kering (Ost Indischee Bereding) (Ridwansyah, 2003). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut adalah pada pengolahan secara kering, pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan pengolahan secara basah, pengupasan daging buah dilakukan sewaktu kopi masih basah. Kendala yang dihadapi dalam orientasi ekspor oleh petani kopi adalah kemampuan subak abian belum optimal dalam memproduksi kopi baik secara kualitas maupun kuantitas. Berkaitan dengan kualitas yang menjadi permasalahan 62

adalah teknik pengolahan dimana dianggap pengolahan secara basah memerlukan biaya pengolahan yang tinggi dibandingkan pengolahan secara kering sehingga masyarakat masih memilih pengolahan kopi secara kering dimana proses pengolahan kopi secara kering memiliki kualitas yang lebih rendah. Namun di sisi lain, pengolahan kopi secara basah memiliki kualitas yang lebih baik dan nilai jual yang lebih tinggi. Dalam pengolahan kopi, faktor utama yang harus diperhatikan adalah proses pengolahan kopi. Namun dalam proses pengolahannya, komponen-komponen yang terdapat pada proses pengolahan kopi tersebut baik pengolahan secara basah maupun kering merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan mutu kopi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen-komponen biaya pada pengolahan kopi arabika secara basah dan kering, menghitung biaya pengolahan kopi arabika secara basah dan kering (Rp/kg) dan menghitung nilai tambah pengolahan kopi arabika secara basah dan kering (Rp/kg). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa-desa Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali pada bulan Juli sampai Agustus 2014. Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: 63

Metode Penentuan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah komponenkomponen biaya yang mempengaruhi nilai tambah setiap tahapan pengolahan kopi baik secara basah maupun kering yang dilakukan oleh unit pengolahan kopi dan petani kopi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. 1. Pengambilan sampel pengolahan kopi secara basah dilakukan dengan metode purposive sampling secara keseluruhan sehingga ditetapkan sebanyak 27 unit pengolah kopi atau subak Abian. 2. Pengambilan sampel pengolahan kopi secara kering dilakukan dengan metode acak. Total desa yang terdapat di Kecamatan Kintamani sebanyak 48 desa dan sampel ditentukan sebanyak 27 petani kopi Arabika. 64

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Metode yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data adalah pengelompokan komponen biaya dilakukan dengan menganalisis data-data yang didapat dari responden melalui kuesioner yang telah disebar, dan selanjutnya ditabulasi, menghitung biaya pengolahan dimana biaya pengolah akan dihitung dengan cara menjumlahkan keseluruhan komponen total biaya dan menghitung rata-ratanya. Keterangan: BTP : Biaya Total Pengolahan BB : Biaya bahan baku JA : Jumlah biaya air TK : Biaya tenaga kerja MP : Biaya mesin pengolahan PP : Biaya peralatan pendukung N : Jumlah sampel Nilai tambah pengolahan, dimana nilai tambah pengolahan dihitung dengan mengurangkan nilai jual kopi beras dan rata-rata biaya total pengolahan kopi setelah konversi rendemen. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Komponen-Komponen Biaya Pengolahan Kopi Arabika Komponen-komponen biaya yang mempengaruhi pengolahan kopi secara basah dan kering adalah sebagai berikut: 1. Komponen Biaya Pengolahan Kopi Arabika Secara Basah Komponen biaya yang mempengaruhi pengolahan kopi secara basah meliputi: bahan baku kopi berupa kopi gelondong merah, penggunaan air yang digunakan pada proses sortasi gelondong, fermentasi dan pencucian kopi biji kopi, namun fermentasi yang dilakukan oleh subak Abian di Kecamatan Kintamani merupakan fermentasi kering sehingga penggunaan air hanya pada proses sortasi gelondong dan pencucian biji kopi. Penggunaan mesin pompa air termasuk 65

komponen yang mempengaruhi penggunaan air. Tenaga kerja yang digunakan setiap tahapan proses pengolahan kopi secara basah (sortasi gelondong, pullping, pencucian biji kopi, pengeringan, sortasi akhir) kecuali pada tahapan fermentasi karena biji kopi hanya didiamkan. Pengolahan kopi secara basah membutuhkan beberapa mesin dalam yaitu, mesin pullper berfungsi untuk mengupas kulit buah kopi, mesin washer untuk tahap pencucian biji kopi, mesin huller pemecah dan pengupas kulit tanduk kopi. Namun, biasanya subak Abian di Kintamani hanya menjual biji kopi kering (HS) sehingga penggunaan mesin huller tidak digunakan. Peralatan pendukung pengolahan kopi yang menunjang pengolahan kopi secara basah yaitu para-para, terpal dan rumah pengering, timbangan, bak sortasi gelondong, bak fermentasi, ember, tampi, bakul, karung plastik, kranjang plastik, sekop/cangkul, dan gentong/tong. 2. Komponen Biaya Pengolahan Kopi Arabika Secara Kering Komponen biaya yang mempengaruhi pengolahan kopi secara kering meliputi: bahan baku kopi berupa kopi campuran atau kopi hijau. Tenaga kerja yang digunakan setiap tahapan proses pengolahan kopi secara kering namun biaya tenaga kerja hanya terdapat pada tahap pengeringan. Mesin pengolah kopi dimana mesin huller digunakan sebagai mesin pemecah dan pengupas kulit tanduk kopi. Peralatan pendukung pengolahan kopi yang menunjang pengolahan kopi secara kering yaitu terpal dan timbangan. Perhitungan Biaya Pengolahan Kopi Arabika Analisis biaya dilakukan dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan biji kopi ditambah biaya untuk jasa yang terkait. 1. Biaya Pengolahan Kopi Arabika Secara Basah Biaya Bahan Baku Kopi Arabika Biaya bahan baku dalam proses pengolahan kopi arabika secara basah yang dilakukan di Kecamatan Kintamani merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kopi arabika berupa gelondong merah. Harga bahan baku paling tinggi terjadi di desa Gunung Bau sebesar Rp 6.800/Kg, hal ini disebabkan oleh penjualan biji kopi yang dilakukan oleh subak Abian di desa Gunung Bau memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga Gunung Bau dapat 66

membeli bahan baku dengan harga yang lebih tinggi. Harga bahan baku paling rendah di desa Bantang B sebesar Rp 5.000/Kg. Bantang B berada pada letak geografis yang kurang strategis dan sulit dijangkau oleh pengepul sehingga pembelian bahan baku hanya dilakukan oleh subak Abian saja. Tidak adanya persaingan antara subak Abian dengan pengepul menyebabkan harga bahan baku rendah. Rata-rata harga bahan baku pengolahan secara basah adalah Rp 6.170,37/Kg. Biaya Penggunaan Air Air memiliki peran yang sangat penting dalam pengolahan kopi secara basah, baik pada tahap sortasi gelondong, fermentasi, maupun tahap pencucian biji kopi. Berbeda dengan pengolahan kopi secara kering, pada pengolahan kopi secara basah memerlukan banyak air sehingga mempengaruhi biaya produksi. Biaya air tertinggi terjadi di desa Batukaang B sebesar Rp 211,12/Kg, hal ini disebabkan karena desa Batukaang B melakukan pembelian air dengan cara bulanan ditambah dengan penggunaan mesin pompa air sehingga biaya penggunaan air menjadi berlipat. Biaya terendah di desa Kembang Sari B sebesar Rp 0,50/Kg disebabkan oleh biaya yang dikeluarkan desa Kembang Sari B hanya biaya investasi awal pemasangan pompa air, tanpa uang air bulanan. Rata-rata biaya penggunaan air pada pengolahan kopi secara basah sebesar Rp 33,53/Kg. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pengolahan kopi secara basah. Biaya tenaga kerja pada pengolahan kopi secara basah dihitung untuk setiap tahapan pengolahan kopi kecuali tahap fermentasi. Biaya tenaga kerja tersebut sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu lama pengeringan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan berat bahan baku. Biaya tenaga kerja paling tinggi terjadi di desa Ulian C sebesar Rp 1.971,43/Kg, hal ini disebabkan karena pada tahapan pullping dan pencucian menggunakan tenaga kerja borongan. Pada tahap pengeringan penggunaan tenaga kerja lebih banyak, namun jumlah bahan baku yang dikeringkan hanya sedikit. Pada tahapan sortasi akhir desa Ulian C masih menggunakan tenaga kerja. Biaya paling rendah terjadi di Belantih sebesar Rp 72,00/Kg, hal ini 67

disebabkan karena desa Belantih tidak menggunakan tenaga kerja pada tahap pencucian karena biaya tersebut masuk ke dalam biaya mesin pengolah. Pada tahap pengeringan dan sortasi akhir penggunaan tenaga kerja dilakukan secara bersamaan. Rata-rata biaya tenaga kerja pengolahan kopi secara basah sebesar Rp 976,01/Kg. Fluktuasi biaya tenaga kerja ini terjadi karena penggunaan tenaga kerja yang tidak efektif pada sebagian subak. Biaya Mesin Pengolah Pengolahan kopi arabika secara basah biasanya memiliki 2 mesin utama yaitu tahapan pengupasan kulit buah menggunakan mesin pullper dan tahapan pengupasan kulit tanduk dengan mesin huller. Subak-subak di kecamatan Kintamani 99% menjual kopi HS kering sehingga penggunaan mesin huller tidak terlalu digunakan. Biaya mesin pengolah dihitung dengan metode penyusutan garis lurus dari mesin pullper dan mesin washer serta biaya pemeliharaan termasuk bensin dan solar yang digunakan oleh mesin-mesin tersebut. Biaya mesin pengolah pada pengolahan kopi arabika secara basah paling tinggi terjadi di desa Batur Utara B sebesar Rp 273,66/Kg, hal ini disebabkan oleh biaya peminjaman mesin washer yang lebih besar. Biaya paling rendah terjadi di desa Dausa A sebesar Rp 16,26/Kg, hal ini disebabkan karena pencucian yang dilakukan di desa tersebut secara manual sehingga biaya yang dikeluarkan masuk ke dalam biaya tenaga kerja. Rata-rata biaya mesin pengolah kopi secara basah sebesar Rp 106,88/Kg. Fluktusai biaya mesin pengolah diakibatkan oleh sebagian subak Abian tidak memiliki mesin pengolah sehingga biaya peminjaman mesin pengolah lebih besar. Biaya Peralatan Pendukung Pengolahan kopi secara basah memiliki banyak tahapan sehingga banyak peralatan pendukung yang digunakan dalam proses pengolahannya. Biaya peralatan pendukung yang paling tinggi di desa Kembang Sari A sebesar Rp 131,67/Kg, hal ini disebabkan oleh penggunaan para-para dan terpal yang lebih banyak. Biaya peralatan pendukung paling rendah di desa Mengani sebesar Rp 4,21/Kg. Desa Mengani tidak menggunakan para-para pada tahap pengeringan hanya penggunaan terpal. Rata-rata biaya peralatan pendukung pengolahan 68

kopi secara basah sebesar Rp 54,09/Kg. Fluktuasi biaya peralatan pendukung disebabkan oleh sebagian subak hanya memiliki sedikit peralatan pendukung, namun sebagian subak memiliki peralatan pendukung yang banyak tetapi tidak dimanfaatkan dengan efesien. Biaya Pengolahan Kopi Arabika Secara Kering Biaya Bahan Baku Kopi Arabika Bahan baku pengolahan kopi arabika secara kering biasanya kopi yang masih berwarna hijau atau campuran yang diolah sendiri. Pengolahan secara kering tersebut dapat dijadikan sebagai stok. Harga kopi campuran tertinggi terjadi di beberapa desa yaitu desa Batukaang, Belantih, Gunung Bau, Pengejaran, dan Satra sebesar Rp 4.200/Kg. Untuk harga kopi hijau terendah terdapat di beberapa desa yaitu desa Awan, Bunutin, Langgahan Barat, Manikliyu, dan Siakin sebesar Rp 3.500/Kg. Rata-rata biaya bahan baku pengolahan secara kering sebesar Rp 3.907,41/Kg. Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja pengolahan kopi arabika secara kering sebagian besar terdapat pada tahap pengeringan dimana dipengaruhi oleh jumlah bahan baku dan lama pengeringan. Biaya tenaga kerja tertinggi terjadi di desa Belantih dan Belancan sebesar Rp 562,50/Kg, hal ini disebabakan oleh lama pengeringan di desa tersebut dan berat bahan baku yang sedikit sehingga mempengaruhi biaya tenaga kerja. Biaya terendah terjadi di desa Langgahan Timur sebesar Rp 98,44/Kg. Hal ini disebabkan pada pengeringan kopi yang tidak lama dan berat bahan baku yang banyak. Rata-rata biaya tenaga kerja untuk pengolahan kopi secara kering adalah Rp 225,37/Kg. Biaya Mesin Pengolah Di Kecamatan Kintamani biasanya Ose (bean kopi kering) yang didapat dari hasil penggilingan (pemisahan biji kopi kering dengan kulit tanduk) tidak disortasi lagi sehingga mutu biji kopi tersebut masih sangat rendah. Biaya mesin pengolah kopi berasal dari tahap pengupasan kulit tanduk. Biasanya petani kopi mengupas kulit tanduk dengan menyewa mesin huller. Biaya mesin pengolah kopi arabika secara kering tertinggi terjadi di desa Langgahan Barat sebesar Rp 150/Kg, hal ini disebabkan karena Langgahan 69

Barat menggunakan mesin huller dengan kapasitas besar yang kurang efektif dimana bahan baku yang digunakan hanya sedikit. Biaya terendah di desa Dausa sebesar Rp 47,50/Kg disebabkan oleh penggunaan mesin yang efektif dengan berat bahan baku yang digunakan lebih banyak. Rata-rata biaya mesin pengolahan sebesar Rp 121,50/Kg. Biaya peralatan pendukung Kopi arabika secara kering memiliki tahapan pengolahan yang sederhana sehingga peralatan pendukung yang digunakan hanya sedikit. Biaya peralatan pendukung paling tinggi terjadi di desa Belanga sebesar Rp 145,45/Kg dengan penggunaan terpal yang kurang efektif sedangkan biaya peralatan pendukung terendah terjadi di desa Manikliyu sebesar Rp57,50/Kg. Rata-rata biaya peralatan pendukung pengolahan kopi secara kering sebesar Rp 17,30/Kg. Perhitungan Biaya Total Pengolahan Kopi Arabika Tabel 1. Biaya Total Pengolahan Kopi Arabika Biaya Total Pengolahan Kopi (Rp) Komponen Biaya Pengolah Pengolahan Secara Basah Pengolahan Secara Kering Biaya Bahan Baku 166600,00 105500,00 Biaya Penggunaan Air 905,44 - Biaya Tenaga Kerja 26352,14 6085,01 Biaya Mesin Pengolah Kopi 2885,70 3280,63 Biaya Peralatan Pendukung 1460,67 467,04 Biaya Total Pengolah (Rp) 198.203,95 115332,68 Biaya total pengolahan kopi di dapat dari penjumlahan komponen biaya pengolah dibagi dengan jumlah sampel. Biaya total pengolah kopi secara basah yaitu sebesar Rp 7.340,89/Kg dan biaya total pengolah kopi secara kering sebesar Rp 4.271,58/Kg. Perhitungan Nilai Tambah Pengolahan Kopi Perhitungan nilai tambah pengolahan kopi arabika secara basah yaitu dengan mengkonversikan berat bahan baku adalah 5:1 kg, artinya 5 kg kopi gelondong merah menjadi 1 kg HS. Rata-rata nilai jual kopi (HS) sebesar Rp 40.555,56/Kg dan dikonversikan menjadi Rp 8.111,11/Kg. Nilai tambah pada pengolahan kopi arabika secara kering sebesar Rp 770,22/Kg. 70

Perhitungan nilai tambah pengolahan kopi arabika secara kering yaitu dengan mengkonversikan berat bahan baku adalah 5,3:1 kg, artinya 5,3 kg kopi campuran menjadi 1 kg Ose. Rata-rata nilai jual kopi (Ose) sebesar Rp 22.740,74/Kg dan dikonversikan menjadi Rp 4.290,71/Kg. Nilai tambah pada pengolahan kopi arabika secara kering sebesar Rp 18.59/Kg yang artinya pengolahan kopi secara kering menghasilkan nilai tambah yang sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh biaya tenaga kerja yang digunakan tidak dihitung oleh petani kopi arabika sehingga petani kopi menganggap pengolahan kopi secara kering lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengolahan kopi secara basah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Komponen-komponen biaya yang terdapat pada pengolahan kopi secara basah yaitu, bahan baku berupa kopi gelondong merah, air pada tahap gortasi gelondong, pencucian dan biaya mesin pompa air, tenaga kerja pada setiap tahapan pengolahan kopi, kecuali tahap fermentasi, mesin pengolah kopi (mesin pullper dan mesin huller) dan peralatan pendukung berupa bak fermentasi, bak sortasi gelondong, timbangan, rumah pengering, terpal, parapara, cangkul/sekop, keranjang plastik, tampi, bakul, gentong, dan karung plastik. Komponen-komponen biaya yang terdapat pada pengolahan kopi secara kering yaitu, bahan baku berupa kopi campuran atau hijau, biaya tenaga kerja pada tahap pengeringan, mesin pengolah kopi berupa mesin huller serta peralatan pendukung berupa terpal dan timbangan. 2. Biaya pengolahan kopi arabika setelah dikonversi secara basah sebesar Rp 7.340,89/Kg dan biaya pengolahan kopi arabika secara kering sebesar Rp 4.271,58/Kg. 3. Pengolahan kopi secara basah lebih menguntungkan untuk petani kopi dibandingkan dengan pengolahan kopi secara kering, dimana nilai tambah kopi arabika secara basah sebesar Rp 770,22/Kg dan pengolahan secara kering sebesar Rp 18,59/Kg. 71

Saran Petani kopi tetap melakukan pengolahan kopi arabika secara basah untuk meningkatkan pendapatan dan mendapatkan mutu serta cita rasa yang lebih baik. Namun pengolahan kering masih tetap dilakukan untuk mengolah bahan baku yang tidak memenuhi standar mutu untuk pengolahan basah. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2013. Kabupaten Bangli Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. Bahri, S. 1996. Bercocok tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Bangli. 2007. Produksi Komoditi Perkebunan. Bangli. Luas Areal dan Najiyati, S dan Danarti. 2004. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian. Skripsi. Medan. 72