Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

Avicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CILACAP

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

KUESIONER DI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

Hasil dan Pembahasan

1. Pengantar A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

KERAPATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI DASAR REHABILITASI DAN RESTOCKING KEPITING BAKAU DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

VI. SIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

Mangrove menurut Macnae (1968) merupakan perpaduan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACTION DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

PENDAMPINGAN DESA ALO ALO MELALUI KEGIATAN REHABILITASI MANGROVE DAN PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

Inventarisasi Vegetasi Mangrove Di Pantai Marosi Kabupaten Sumba Barat. Ni Kade Ayu Dewi Aryani ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi pasang surut air laut. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAGIAN KEEMPAT PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN LUAS LAHAN MANGROVE DI DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN CITRA SATELIT IKONOS TAHUN 2004 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

I. PENDAHULUAN. Herpetofauna adalah kelompok hewan dari kelas reptil dan amfibi (Das,

PERUBAHAN LUAS KAWASAN MANGROVE HUTAN LINDUNG PANTAI AIR TELANG KABUPATEN BANYUASIN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT

Oleh. Firmansyah Gusasi

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

KAJIAN PERAN DOMINASI JENIS MANGROVE DALAM PENJERATAN SEDIMEN TERLARUT DI SEGARA ANAKAN CILACAP

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

I. PENDAHULUAN. Hampir 75 % tumbuhan mangrove hidup diantara 35ºLU-35ºLS (McGill, 1958

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

Community Structure of Mangrove in Sungai Alam Village Bengkalis Sub Regency, Bengkalis Regency, Riau Province

ABSTRACT

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DAN EKOSISTEM PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1

Transkripsi:

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus TEKNIK PENANAMAN MANGROVE PADA DELTA TERDEGRADASI DI SUMSEL Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi Page 103

Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Mangrove dan Ekowisata Pantai Koordinator RPI : Ir. Endro Subandiono Judul Kegiatan : Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Sub Judul Kegiatan : Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi di Sumsel Pelaksana Kegiatan : Adi Kunarso, S. Hut, M.Sc Ir. Bastoni Purwanto, S. Hut ABSTRAK Kondisi hutan mangrove di Sumatera Selatan saat ini telah mengalami banyak tekanan, terutama oleh penebangan liar dan konversi lahan. Hutan Lindung (HL) Air Telang di Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kawasan dengan potensi mangrove yang cukup tinggi, namun kini mengalami ancaman degradasi akibat pembangunan pelabuhan, perluasan pemukiman, pembangunan tambak dan penebangan liar. Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan dan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan akibat perubahan fungsi kawasan maka diperlukan uji coba rehabilitasi guna meminimalisir laju degradasi hutan mangrove yang masih tersisa. Kegiatan yang sudah dilakukan pada tahun 2012 yaitu analisis citra landsat untuk mengetahui perubahan tutupan dan kondisi hutan mangrove saat ini, analisis komunitas tumbuhan untuk mengetahui komposisi jenis mangrove, serta pengumpulan benih dan pembuatan persemaian mangrove. Hasil analisis citra landsat tahun 2007 menunjukkan bahwa luas hutan mangrove primer di HL Air Telang ±7.234 ha (54% dari total area), namun telah terjadi penurunan luasan mencapai sekitar 8% dalam kurun waktu antara 2007 sampai 2011. Studi komposisi jenis mangrove dilakukan menggunakan metode garis berpetak (Indrawan, 2005). Jumlah plot sebanyak 10 buah dengan ukuran 20 m x 20 m dan dibuat dalam 2 jalur. Sebanyak 7 spesies mangrove berhasil diidentifikasi dan didominasi oleh jenis jangkang ( Rhizophora sp.). Untuk persiapan kegiatan rehabilitasi tahun 2013 dilakukan pengumpulan benih dan pembuatan persemaian. Benih yang disemaikan terdiri dari jenis jangkang (Rhizhopora sp.), tumu (Bruguiera gymnorrhiza), dan api-api (Avecennia sp.), sejumlah lebih kurang 1600 bibit. A. Latar Belakang Luas hutan mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3,2 juta ha (Hartini, et. al., 2010). Hutan mangrove mempunyai peranan yang penting dalam ekosistem pantai dan mempunyai fungsi antara lain sebagai pelindung terhadap Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi Page 104

hempasan gelombang dan arus air laut, habitat bagi berbagai jenis satwa, tempat berkembang biak berbagai jenis biota laut, pencegah polusi air, dan pengendali sedimen. Mangrove dengan kondisi yang masih alami juga berpotensi sebagai sarana wisata dan pendidikan. Meskipun diketahui mempunyai nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi, kondisi hutan mangrove di beberapa tempat Indonesia saat ini mengalami kerusakan yang disebabkan oleh konversi lahan untuk kepentingan lain seperti tambak, pemukiman dan industri. Selain itu pemanfaatan hutan mangrove yang tidak bertanggung jawab sebagai bahan bangunan, kayu bakar dan juga arang memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan hutan mangrove. Hutan Lindung (HL) Air Telang merupakan salah satu kawasan dengan potensi mangrove yang cukup tinggi. Luas HL Air Telang tercatat lebih kurang 13.000 ha (Dinas Kehutanan Banyuasin, 2006) dan ter letak di Delta Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Seperti halnya kawasan hutan mangrove lain di Indonesia, kondisi mangrove di HL Air Telang saat ini sebagian telah berubah fungsi untuk industri (pelabuhan), jalan, pemukiman, dan tambak. Reklamasi kawasan ini ditandai dengan disetujuinya alokasi lahan sekitar 600 ha untuk pelabuhan internasional oleh pemerintah pusat pada tahun 2007. Pada tahun 2008, kegiatan reklamasi dimulai dengan membuka sekitar 70 ha hutan mangrove untuk pelabuhan dan jalan (Rosianty, 2010). Terbukanya akses di kawasan HL Air Telang telah mendorong masyarakat dari daerah lain untuk bermukim di dalam dan di sekitar kawasan hutan lindung. Selain mencari udang dan kepiting sebagai sumber mata pencaharian, sebagian masyarakat juga menebang kayu mangrove (terutama jenis Rhizophora, sp. dan Bruguiera, sp.) untuk dijadikan kayu bakar dan kemudian menjualnya ke pengepul. Aktivitas inilah yang diperkirakan akan mempercepat laju degradasi hutan mangrove di Delta Telang apabila tidak ada upaya pencegahan. Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan kawasan HL Telang, maka perlu dilakukan uji coba rehabilitasi guna meminimalisir laju degradasi hutan mangrove yang masih tersisa. Kegiatan-kegiatan yang sudah dan akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain meliputi studi potensi pengamatan karakteristik site dan kondisi hutan mangrove serta upaya uji coba teknik rehabilitasi mangrove yang akan dilaksanakan pada tahun 2013. Pengamatan kondisi hutan mangrove dilakukan melalui analisis citra landsat 7 ETM+ tahun 2007 dan 2011 untuk mengetahui perubahan tutupan dan kondisi hutan mangrove saat ini. Sementara itu analisis komunitas tumbuhan dilakukan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur komunitas mangrove. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh paket teknologi penanaman mangrove pada tapak khusus (delta terdegradasi) di Sumatera Selatan. Sasaran Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi Page 105

penelitian ini adalah tersedianya paket teknologi penanaman mangrove pada tapak khusus (delta terdegradasi) di Sumatera Selatan. C. Luaran/Output Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah informasi karakteristik lahan dan hutan mangrove pada delta terdegradasi, teknik pembibitan mangrove dari sumber benih setempat. D. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah 1). Pengamatan karakteristik site dan kondisi hutan mangrove di HL Air Telang, 2). Pengumpulan buah dan biji mangrove, 3). Pembibitan mangrove, 4) Pengamatan pertumbuhan bibit mangrove. E. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Lokasi Penelitian Delta Telang terletak di wilayah pesisir utara Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan. Sebagain wilayah bagian utara delta ini ditetapkan sebagai hutan lindung Air Telang dengan potensi hutan mangrove diperkirakan mencapai ±7.000 ha (Gambar 1). Gambar 1. Peta lokasi kegiatan penelitian 2. Perubahan Tutupan Lahan dan Kondisi Hutan Mangrove Saat Ini Untuk mengetahui perubahan tutupan hutan mangrove dilakukan dengan membandingkan citra Landsat 7 ETM+ tahun 2007 (tanggal 2 Oktober 2007) dan citra Landsat 7 ETM+ (tanggal 13 Oktober 2011), yang mewakili kondisi sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan. Interpretasi dilakukan dengan mengklasifikasikan menjadi 5 kelas tutupan Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi Page 106

lahan. Hasil analisis citra landsat tahun 2007 menunjukkan bahwa luas hutan mangrove primer di HL Air Telang ±7.234 ha (54% dari total area), namun telah terjadi penurunan luasan mencapai sekitar 8% dalam kurun waktu antara 2007 sampai 2011(Gambar 2). Plantation 2,644.90 (19%) Secondary mangrove/ Shrubland 2,329.21 (17%) Bareland 497.25 (4%) Area 2007 (ha) Pristine mangrove 7,243.71 (54%) Water body/ Fishpond 782.60 (6%) Plantation 2,841.40 (21%) Secondary mangrove/ Shrubland 3,062.76 (23%) Bareland 617.75 (5%) Area 2011 (ha) Pristine mangrove 6,664.97 (49%) Water body/ Fishpond 304.95 (2%) Gambar 2. Perubahan tutupan lahan dan kondisi mangrove saat ini 3. Studi Vegetasi Studi dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak (Indrawan, 2005), sebanyak 10 petak dan terbagi menjadi dua jalur. Luas masing-masing petak 20 m x 20 m. Dalam tiap petak dibuat petak kecil berukuran 5 m x 5 m untuk menghitung jumlah sapling dan 2 m x 2 m untuk tumbuhan bawah dan tumbuhan tingkat semai. Sebanyak tujuh species mangrove berhasil diidentifikasi (Tabel 1). Berdasar kan definisi Tomlinson (1986), 4 species diklasifikasikan dalam komponen utama mangrove (Species nomor 1-4 pada Tabel 1), sedangkan yang lain Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi Page 107

merupakan komponen tambahan. Species tingkat pohon didominasi oleh jangkang (Rhizophora sp) dengan nilai kerapatan relatif, frekwensi relatif dan dominasi relatif masing-masing sebesar 80,55%, 53,57% dan 84,54%. Kelimpahan mangrove tingkat semai dan sapling merefleksikan tingkat regenerasi alaminya. Pada tahap pertumbuhan ini masih didominasi oleh jangkang. Sedangkan tumbuhan bawah didominasi oleh pakis laut (Acrostichum aureum L), dengan dominasi relatif 75,81%. Tabel 1. Daftar species mangrove yang ditemukan No Species Family Nama lokal Distribusi T1 T2 1 Rhizophora sp. Rhizophoraceae Jangkang + + 2 Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lam Rhizophoraceae Tumu + + 3 Avicennia sp Avicenniaceae Api api + + 4 Nypa fruticans Wurmb Arecaceae Nipah + + 5 Excoecaria agallocha L. Euphorbiaceae Buta buta + + 6 Xylocarpus granatum Koen. Meliaceae Ngirih + + 7 Acrostichum aureum L Pteridaceae Pakis laut + + Catatan: T1 = Jalur 1; T2 = Jalur 2; + = ditemukan 4. Pengumpulan Benih dan Pembuatan Persemaian Pengumpulan benih dilakukan dengan cara mengumpulkan benih yang sudah jatuh disekitar pohon induk. Benih yang dikumpulkan terdiri dari jenis jangkang (Rhizhopora sp.), tumu (Bruguiera gymnorrhiza), dan apiapi (Avecennia sp.). Total benih yang dikumpulkan sejumlah lebih kurang 1700 buah. Tabel 2. Ukuran benih mangrove Jenis Diameter (cm) Panjang Berat pangkal tengah ujung (cm) (gr) Rhizophora sp. 0.81 1.04 0.41 26.75 24.79 B. gymnorrhiza 0.75 1.45 0.75 12.97 21.13 Avicenia sp. 2.31 4.04 6.67 Benih selanjutnya ditanam di persemaian dengan media tanah lumpur dan sistem genangan. Hasil pengamatan bibit pada salah satu blok di persemaian 3 minggu setelah penanaman dan tanpa perlakuan, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata tinggi, jumlah daun, dan persen tumbuh bibit mangrove umur 3 minggu Jenis Tinggi (cm) Jumlah Daun Persen tumbuh Rhizophora sp 2.71 2 97.50% B. gymnorrizha 3.06 1 93.13% Avicenia sp 16.94 3 85.63% Teknik Penanaman Mangrove Pada Delta Terdegradasi Page 108

Foto Kegiatan. a b c d e f Keterangan Foto: a). Pembutan plot untuk studi komposisi jenis mangrove. b). Pengukuran diameter pohon. c). Seleksi benih. d). Pengisian polybag e). Persemaian mangrove f). Teknik Pengamatan Penanaman pertumbuhan Mangrove bibit Pada mangrove Delta Terdegradasi Page 109