Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

dokumen-dokumen yang mirip
MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Belajar dari redd Studi komparatif global

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Laporan Ringkas. Mencegah Risiko Korupsi pada REDD+ di Indonesia. Ahmad Dermawan Elena Petkova Anna Sinaga Mumu Muhajir Yayan Indriatmoko

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Strategi Nasional REDD+

KITA, HUTAN DAN PERUBAHAN IKLIM

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

DANA INVESTASI IKLIM. 7 Juli 2009 DOKUMEN RANCANG UNTUK PROGRAM INVESTASI HUTAN, PROGRAM YANG DITARGETKAN BERDASARKAN DANA PERWALIAN SCF

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

Ringkasan eksekutif. Laporan tentang Penilaian terhadap Beberapa Pilihan untuk Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

LAPORAN AKHIR TUGAS Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+ 30 Juni 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Saudara-saudara yang saya hormati,

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

Inventarisasi Nasional Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca di Hutan dan Lahan Gambut Indonesia

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN,

Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, Maret Untuk apa kita berada disini?

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Strategi dan Rencana Implementasi MRV REDD+

Pendahuluan Daniel Murdiyarso

SELAMAT TAHUN BARU 2011

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

Kebijakan Pelaksanaan REDD

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU DAN

DANA INVESTASI IKLIM

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Mempersiapkan Program Pengurangan Emisi dalam Kerangka Skema Carbon Fund

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG SATUAN TUGAS PERSIAPAN PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN REDD+

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Pertama-tama, saya ingin menyampaikan selamat datang kepada hadirin sekalian pada Konferensi yang penting ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pernah terjadi dan menghadirkan tantangan untuk ekonomi. 7 Untuk

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Strategi CIFOR

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

Pertemuan Koordinasi GCF

Upaya Menghubungkan Sistem MRV Provinsi ke Tingkat Nasional

Transkripsi:

Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan pada dokumen hasil terjemahan ini. Surat Pernyataan Kehendak (Letter of Intent) antara Pemerintah Kerajaan Norwegia dan Pemerintah Republik Indonesia tentang "Kerja sama dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan 1 I. PEMBUKAAN Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta") memperhatikan bahwa pengurangan angka kemiskinan dan pembangunan ekonomi merupakan sasaran menyeluruh kesejahteraan manusia; mengingat bahwa perubahan iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia pada saat ini; mengingat bahwa Indonesia dan Norwegia merupakan Para Pihak dari Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC), Protokol Kyoto, dan Konvensi mengenai Keanekaragaman Hayati; menimbang bahwa Pembukaan UNFCCC mengakui bahwa sifat global dari perubahan iklim mengharapkan kemungkinan kerja sama seluas-luasnya antara semua negara; memperhatikan relevansi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia (RPJM); memperhatikan bahwa sasaran utama kebijakan iklim Indonesia dan Norwegia adalah untuk membatasi rata-rata kenaikan suhu global di bawah 2 C dibandingkan dengan temperatur sebelum era industri, dan untuk menetapkan kebijakan nasional yang memastikan bahwa kedua negara berkontribusi lebih dari bagian mereka yang semestinya untuk mencapai sasaran ini; dengan ini menetapkan kemitraan perubahan iklim, yang berfokus pada REDD+ (untuk selanjutnya disebut sebagai 'Kemitraan') II. TUJUAN DAN FOKUS KEMITRAAN Tujuan Kemitraan ini adalah untuk berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca yang signifikan dari deforestasi, degradasi hutan dan konversi lahan gambut melalui: a. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim internasional, khususnya kebijakan internasional terkait REDD+. b. Berkolaborasi dan memberikan dukungan dalam pengembangan dan implementasi 1 REDD+ sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Aksi Bali (1/CP.13) 1

strategi REDD+ Indonesia. III. PENDEKATAN UMUM DAN PRINSIP-PRINSIP Dalam kerja sama mereka, Para Peserta berniat untuk : a. Memastikan bahwa Kemitraan ini akan didasarkan pada UNFCCC dan Kemitraan Global REDD+ dan bahwa tidak ada satupun hal dalam Kemitraan ini yang bertentangan atau akan bertentangan dengan hal-hal tersebut. b. Memberikan kesempatan partisipasi penuh dan efektif kepada semua pemangku kepentingan terkait, termasuk penduduk asli, komunitas setempat dan masyarakat sipil, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan, bilamana berlaku, instrumen internasional, dalam perencanaan dan implementasi REDD+. c. Mengupayakan peningkatan pendanaan, tindakan dan hasil secara proporsional dan progresif sejalan dengan waktu, berdasarkan prinsip kontribusi-untuk-hasil. d. Sepenuhnya transparan dalam hal pendanaan, tindakan dan hasil. e. Mendorong partisipasi mitra-mitra pembangunan lainnya. f. Memastikan adanya koordinasi dengan semua inisiatif REDD+ lainnya, termasuk UN- REDD Programme, Forest Carbon Partnership Facility, Forest Investment Program dan inisiatif REDD+ lainnya yang bersifat bi- dan multilateral yang dilaksanakan di Indonesia. g. Berupaya untuk memastikan keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan serta integritas usaha-usaha REDD+ kita. VI V FASE-FASE KEMITRAAN Kemitraan akan dilaksanakan dalam tiga fase. Sasarannya adalah untuk melaksanakan kedua fase pertama dalam masa 3-4 tahun. Tinjauan independen tahunan perlu dipertimbangkan sebelum bergerak ke fase ketiga. FASE 1: PERSIAPAN Pada fase ini, akan diambil langkah-langkah persiapan utama untuk implementasi strategi REDD+ Indonesia, mencakup: a. Menyelesaikan strategi REDD+ nasional yang juga menangani semua pemicu utama emisi hutan dan lahan gambut. b. Membentuk lembaga khusus yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden untuk mengkoordinasikan usaha-usaha pengembangan dan implementasi REDD+. c. Mengembangkan strategi dan membentuk kerangka kerja awal suatu lembaga independen untuk sistem pemantauan nasional, pelaporan dan verifikasi emisi gas rumah kaca hasil manusia yang terkait hutan dan lahan gambut menurut sumber-sumber dan hilangnya tempat penyimpanan, stok karbon hutan dan perubahan area hutan alam. d. Merancang dan menetapkan sedini mungkin instrument pendanaan dengan bekerja sama donor terkait dan dikelola oleh lembaga keuangan yang memiliki reputasi internasional. Instrumen tersebut harus: i. didasarkan pada pencapaian hasil, sejalan dengan waktu ketika hasil berkembang dari kebijakan di tingkat nasional menjadi pengurangan emisi yang dapat diverifikasi; ii. dikelola berdasarkan standar internasional termasuk ficudiary, tata kelola, pengaman sosial dan lingkungan; 2

iii. memastikan transparansi dalam semua aspek pengeluaran dan operasional; iv. melibatkan perwakilan pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sipil, serta penduduk asli dan masyarakat setempat dalam struktur kepemerintahan instrumen pendanaan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan bilamana berlaku, instrumen-instrumen internasional; v. menyalurkan sumber daya finansial hanya untuk implementasi REDD+ Indonesia dan strategi pengembangan rendah karbon yang memenuhi syarat sebagai bantuan pembangunan resmi (ODA); vi. menjalankan audit tahunan yang independen; vii. disetujui oleh Para Mitra sebelum dilaksanakan. e. Memilih kegiatan uji coba REDD+ berskala propinsi. Propinsi tersebut harus memiliki daerah hutan hujan besar yang utuh dan menghadapi proyek-proyek deforestasi dan degradasi hutan yang sudah direncanakan yang cukup besar sehingga akan menimbulkan dampak signifikan terhadap tingkatan emisi nasional bila diimplementasikan. Strategi REDD+ untuk kegiatan uji coba propinsi akan dikembangkan melalui proses yang transparan dan melibatkan para pemangku kepentingan serta mencakup semua pemicu utama emisi hutan dan lahan gambut. VII FASE 2: TRANSFORMASI Fase kedua akan dimulai pada bulan Januari 2011, dengan aspirasi bersama untuk menyelesaikannya pada akhir tahun 2013. Pada fase ini, upaya Indonesia dan dukungan Norwegia akan berfokus pada: pengembangan kapasitas nasional, pengembangan dan implementasi kebijakanserta reformasi dan penegakan hukum; satu atau lebih kegiatan uji coba REDD+ berskala penuh di tingkat provinsi. Sasaran fase ini adalah menjadikan Indonesia siap untuk Fase Pengurangan Emisi Berdasarkan Kontribusi yang Diverifikasi serta memprakarsai tindakan mitigasi berskala besar sebagai berikut: a. Para pihak sepakat untuk memiliki instrumen pendanaan yang dirancang dalam fase persiapan dan beroperasi penuh selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 2011. b. Pada bulan Desember 2013, sudah akan terbentuk sistem MRV nasional yang memenuhi syarat atau lebih baik dari IPCC Tier 2 yang dijalankan oleh lembaga MRV independen sebagaimana diuraikan dalam fase 1 di atas, termasuk verifikasi independen internasional, dan mampu menilai kisaran ketidakpastian estimasi. Kisaran ini akan berdampak terhadap mekanisme pengurangan emisi berdasarkan kontribusi-yang-diverifikasi pada Fase 3. Pada waktu yang sama, akan ditetapkan juga strategi untuk meningkatkan sistem MRV untuk mencapai presisi dan akurasi Tier 3. c. Mengidentifikasi, mengembangkan dan mengimplementasikan instrumeninstrumen kebijakan serta kemampuan penegakan yang tepat di seluruh Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada: i. Penundaan konsesi baru untuk konversi lahan gambut dan hutan alam selama 2 tahun ii. Membangun kumpulan data lahan terdegradasi, mulai dari satu atau lebih dari satu propinsi yang sesuai, untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan 3

ekonomi pada lahan tersebut dan bukan melakukan konversi lahan gambut atau hutan alam iii. Menegakkan undang-undang yang berlaku terhadap pembalakan liar, perdagangan kayu ilegal dan kejahatan kehutanan terkait serta menetapkan unit khusus untuk menangani masalah tersebut iv. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani konflik konflik kepemilikan lahan dan permintaan ganti rugi. d. Kegiatan uji coba pertama tingkat propinsi akan dilaksanakan pada bulan Januari 2011 dan seterusnya. Hasil kegiatan uji coba provinsi harus mencakup: i. Implementasi strategi REDD+ tingkat propinsi yang diuraikan dalam fase 1 di atas, melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk penduduk asli, komunitas setempat dan masyarakat sipil, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan bilamana berlaku, instrumen-instrumen internasional ii. Sistem MRV tingkat propinsi yang sesuai atau lebih baik dari IPCC Tier 2 dan mampu menilai kisaran ketidakpastian estimasinya, sudah siap pada bulan Desember 2011. Mekanisme pengurangan emisi berdasarkan kontribusi-yang-diverifikasi akan dibuat dengan basis ini selambatlambatnya tiga bulan setelah verifikasi diselesaikan; dengan syarat instrumen pendanaan yang diuraikan di atas sudah beroperasi dan tersedia portofolio proyek yang dapat diimplementasikan. Strategi untuk meningkatkan sistem MRV ke presisi dan akurasi Tier 3 akan ditetapkan. iii. Langkah-langkah yang sesuai untuk menangani konflik kepemilikan lahan dan pemberian ganti rugi harus dilakukan sejak awal tahun 2011 dan seterusnya. e. Kegiatan uji coba tingkat propinsi yang kedua, sesuai dengan kriteria yang sama dengan uji coba tingkat propinsi yang pertama, dapat dipilih pada akhir 2011 dan diimplementasikan pada awal tahun 2012. Dana yang dialokasikan untuk kedua fase pertama akan disediakan oleh Norwegia atas dasar pencapaian yang disalurkan melalui mekanisme finansial yang telah disepakati. Kontribusi tingkat pencapaian 2010 akan difokuskan pada hasil dalam hal memampukan terbentuknya kebijakan dan tindakan. Proporsi kontribusi yang disalurkan melalui mekanisme pengurangan emisi berdasarkan kontribusi-yang-diverifikasi (di propinsi uji coba yang terkait pada fase 2, tingkat nasional pada fase 3) akan meningkat secara signifikan untuk kontribusi tahun 2012 dan setiap tahun sesudahnya. VIII FASE 3: PENGURANGAN EMISI BERDASARKAN KONTRIBUSI-YANG-DIVERIFIKASI Keinginan bersama kedua belah pihak adalah untuk memulai fase ketiga pada tahun 2014, berdasarkan pengurangan emisi tahun 2013. Pada fase ini, mekanisme pengurangan emisi berdasarkan kontribusi-yang-diverifikasi akan diimplementasikan, mencakup: a. Indonesia menerima kontribusi tahunan atas pengurangan emisi nasional yang diverifikasi secara independen menurut tingkat acuan UNFCCC (atau tingkat acuan yang ditentukan oleh Indonesia dan mitra-mitranya berdasarkan janji pengurangan emisi Indonesia dan panduan metodologi UNFCCC (4/CP 15), sesuai dengan keputusan-keputusan terkait Konferensi Para Pihak, bila tingkat acuan UNFCCC 4

untuk Indonesia belum ditetapkan). b. Norwegia (dan kemungkinan juga mitra-mitra lain yang bergabung dalam kemitraan ini) menyalurkan kontribusi finansial ke instrumen finansial sebagaimana diuraikan dalam fase 1 di atas. IX KONTRIBUSI FINANSIAL NORWEGIA Norwegia berkehendak untuk menyalurkan dana untuk upaya-upaya REDD+ di Indonesia sebesar satu miliar dolar Amerika Serikat (diberikan dalam kurs enam kroner Norwegia per dolar Amerika Serikat). Kontribusi tersebut tergantung dari pembentukan mekanisme finansial sebagaimana diuraikan dalam Surat Pernyataan Kehendak ini dan disetujui oleh Para Pihak, dan juga tingkat-tingkat pencapaian yang memadai sebagaimana diuraikan dalam Surat Pernyataan Kehendak ini. Rincian syarat dan ketentuan untuk dukungan tersebut akan ditetapkan dalam persetujuaan kontribusi yang akan dibuat antara Norwegia dan pengelola dana. Jumlah pendanaan tahunan yang konkret tergantung pada alokasi pendanaan Parlemen Norwegia. X RINCIAN DAN PERUBAHAN ATAS KEMITRAAN Rincian Kemitraan ini akan diuraikan lebih lanjut dalam dokumen terpisah, termasuk: Dokumen terpisah, yang akan disusun bersama oleh Para Peserta secara tentatif selambat-lambatnya bulan Oktober 2010, yang memperinci tingkat pencapaian dalam LoI ini kecuali instrumen pendanaan. Dokumen(-dokumen) yang diperlukan untuk membentuk instrumen pendanaan. Kemitraan ini tidak akan berlaku sebelum dokumen tersebut disepakati. Perubahanperubahan terhadap dokumen tersebut dapat disepakati oleh kedua belah pihak dan ditambahkan sewaktu-waktu. XI KELOMPOK KONSULTASI BERSAMA Sebuah Kelompok Konsultasi Bersama (Joint Consultation Group) akan dibentuk untuk mendukung efektivitas implementasi Kemitraan ini. Kelompok ini akan terdiri dari staf yang menjadi penghubung di pihak Indonesia dan Norwegia. XII TINJAUAN INDEPENDEN Sebuah kelompok peninjau independen, yang disepakati oleh Indonesia dan Norwegia, akan melaksanakan tinjauan tahunan terhadap pencapaian berbagai indikator yang telah disepakati. Kelompok ini akan memberikan laporan kepada Kelompok Konsultasi Bersama. Laporannya dapat diakses oleh umum. XIII PEMBERLAKUAN, PENGAKHIRAN DAN PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN LAIN a. Surat Pernyataan Kehendak (LoI) ini mulai berlaku pada saat penandatanganan dan akan tetap berlaku sampai dengan akhir tahun 2016, sesudahnya akan diperbarui secara otomatis setiap periode 4 tahun berikutnya kecuali bila ada pemberitahuan yang berlaku sebaliknya yang disampaikan oleh salah satu pihak melalui saluransaluran diplomatik. 5

b. Surat Pernyataan Kehendak ini dapat diakhiri sewaktu-waktu oleh salah satu Pihak, dengan pemberitahuan tertulis, melalui saluran diplomatik. Dibuat rangkap dua di Oslo pada tanggal 26 Mei 2010, dalam bahasa Inggris. UNTUK PEMERINTAH KERAJAAN NORWEGIA UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Erik Solheim Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional R.M. Marty M. Natalegawa Menteri Luar Negeri 6