1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia yang memberikan energi dan karbohidrat cukup tinggi. Masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai bahan dasar pokok pencipta energi. Beras merupakan komoditi yang sangat penting karena sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok (Sinaga 2010). Padahal tidak hanya beras saja yang dapat dijadikan makanan pokok. Masih banyak jenis pangan lainnya seperti jagung, kentang, singkong, dan ubi yang dapat dijadikan makanan pokok dan tentunya memiliki kadar energi dan karbohidrat hampir sama dengan beras Sediaoetama, (2006) beras merupakan sumber energi paling tinggi dibandingkan dengan jenis pangan lainnya. Beras juga merupakan sumber karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan jenis pangan lainnya, yaitu mencapai 360 kalori dan 78.9 gram, maka tidak heran beras paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Perbandingan jumlah energi dan karbohidrat beberapa jenis pangan dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Komposisi beberapa jenis bahan pangan No Nama pangan Energi (kal) Karbohidrat (gram) 1 Beras 360 78.9 2 Jagung 140 33.1 3 Singkong 146 36.7 4 Ubi 123 27.9 5 Kentang 83 19.1 Sumber Sediaoetama (2006) Menurut Suswono konsumsi sumber karbohidrat masyarakat Indonesia saat ini sekitar 78% didominasi beras, 17% terigu, dan hanya 5% berasal dari umbi dan biji-bijian. Sumber karbohidrat dari umbi dan biji-bijian ini dikonsumsi sebagai aneka makanan ringan dan belum sebagai bahan pangan seperti halnya dengan beras, padahal jika sumber pangan dari umbi-umbian dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, tentu saja masyarakat Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras. 1 1 http://rakyatindonesia.poskota.com/konsusmsi-beras-rata-rata-139-kg/tahun.htm
2 Pada tahun 2003 konsumsi beras masyarakat Indonesia sebesar 135 kg tiap orang pertahun, sedangkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 139 kg per orang tiap tahun yang seharusnya rata-rata konsumsi beras internasional hanya sekitar 60 kg per orang per tahun, angka konsumsi tersebut meletakan masyarakat Indonesia sebagai konsumen beras tertinggi di dunia 2. Kondisi yang ditunjukkan oleh data tersebut dapat berdampak pada semakin tingginya kebutuhan beras dalam negeri yang menyebabkan produksi beras tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia sehingga mengharuskan negara melakukan impor beras, padahal dengan melakukan impor beras tentunya akan merugikan perekonomian Indonesia, dan menimbulkan kerugian bagi para petani lokal, karena hasil panennya dibeli dengan harga murah. Strategi untuk mengurangi konsumsi beras di Indonesia diantaranya dapat dilakukan dengan cara meragamkan jenis pangan, selain untuk mengurangi konsumsi pangan terhadap beras, Keragaman pangan dapat berfungsi untuk peningkatkan gizi masyarakat karena jenis makanan yang dikonsumsi akan lebih bervariasi, sehingga asupan gizi yang dikonsumsi pun akan lebih banyak. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk melakukan keragaman pangan adalah dengan mencanangkan program One Day No rice (satu hari tanpa nasi). Hal ini bertujuan untuk menurunkan tingkat konsumsi beras dan mengajak masyarakat Indonesia agar tidak selalu bergantung pada beras sebagai makanan pokok. Selain itu program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keragaman pangan masyarakat Indonesia. Pemerintah menginginkan agar masyarakat Indonesia tidak hanya mengkonsumsi beras saja tetapi juga dapat meningkatkan varian pangan lainnya seperti: daging, telur, singkong, jagung dan umbi-umbian. Beragam jenis makanan yang dikonsumsi tentu saja membuat kadar gizi yang masuk kedalam tubuh akan lebih banyak. Kualitas pangan masyarakat Indonesia menunjukan bahwa makanan yang dikonsumsi lebih didominasi oleh karbohidrat dan proteinnya masih kurang. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa sumber karbohidrat paling banyak ada pada beras dan beras merupakan jenis makanan 2 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/18/214641042/batasikonsumsiberas
3 yang paling bagus dikonsumsi oleh tubuh, padahal masih banyak asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan itu tidak selalu ada diberas. Kecenderungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi beras biasanya dipengaruhi oleh nilai yang tertanam dalam jiwa setiap individu. Nilai merupakan sesuatu hal yang diyakini dan dapat mengarahkan setiap individu dalam berperilaku. Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nilai, biasanya dipengaruhi oleh lingkungan setempat (lingkungan tempat individu tinggal). Dimana individu yang tinggal di daerah perkotaan biasanya akan memiliki nilai yang berbeda dengan individu yang tinggal di perdesaan. Melalui nilai-nilai tersebut dapat membentuk sikap, dan selanjutnya melalui sikap akan menentukan perilaku konsumsi (Mowen & Minor 2002). Nilai yang dianut setiap individu menjadi hal mendasar mengapa masyarakat Indonesia sangat bergantung pada beras sebagai makanan pokok, sehingga dibutuhkan penelitian mengenai pengaruh nilai terhadap beras dan bagaimana sikap serta perilaku konsumen dalam mengurangi konsumsi beras. Perumusan Masalah Makanan pokok masyarakat Indonesia saat ini masih didominasi oleh beras, sehingga ketergantungan pada beras semakin tinggi. Hal ini terbukti dengan jumlah konsumsi beras masyarakat Indonesia tahun 2009 mencapai 139 kg per orang per tahun. Sedangkan jumlah produksi pada tahun 2009 sebesar 64.398.890 ton (BPS 2010). Adanya ketimpangan tersebut membuat pemerintah membuka jalur impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras yang berasal dari negara lain sebesar 193.621.498 kg (BPS 2010). Padahal Indonesia merupakan negara agraris, yang komoditi utamanya adalah pertanian khususnya beras. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas atau mengurangi permintaan terhadap beras. Salah satu cara untuk mengurangi permintaan terhadap beras, pemerintah memiliki program diversifikasi pangan salah satunya adalah one day no rice (sehari tanpa nasi). Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras timbul dari pandangan atau anggapan setiap individu bahwa dengan mengkonsumsi beras baru dapat dikatakan sudah makan. Pandangan atau anggapan tersebut terbentuk dari nilai yang diyakini setiap individu. Nilai-nilai yang diyakini berfokus pada tiga jenis nilai, yaitu nilai internal, nilai eksternal, dan nilai interpersonal.
4 Nilai internal merupakan nilai-nilai individual yang muncul secara pribadi, jadi jika seseorang mengkonsumsi beras lebih karena nilai yang tertanam dalam diri sendiri bahwa beras yang paling cocok untuk dijadikan sebagai makanan pokok, sedangkan nilai eksternal merupakan nilai-nilai individu karena adanya pegaruh dari faktor luar, jadi jika seseorang mengkonsumsi beras lebih karena pengaruh dari lingkungan dan nilai interpersonal merupakan nilai untuk mengukur orientasi antar pribadi. Dari tiga tipe nilai tersebut diduga akan membentuk sikap setiap individu dalam menurunkan konsumsi beras. Sikap sendiri terdiri dari tiga aspek, dimana aspek kognitif merupakan pengetahuan konsumen terhadap suatu produk, aspek afektif merupakan hal yang dirasakan konsumen terhadap suatu produk/perasaan suka atau tidak suka konsumen terhadap suatu produk, dan aspek konatif merupakan kecenderungan/keinginan konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut Kegunaan nilai sendiri dapat memberi arahan kepada setiap individu untuk mencapai tujuan, memberi informasi kepada individu untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan dan sebagai dasar pada proses management, dimana manajemen merupakan wadah untuk menjelaskan nilai itu sendiri Guhardja et.al (1992). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nilai seseorang adalah apa yang dianggap baik, berguna dan penting bagi dirinya. Nilai yang dianut setiap individu akan berbeda. Adanya nilai yang dianut terhadap beras akan membentuk sikap mengurangi konsumsi beras. Pada masyarakat perdesaan dan perkotaan dengan latar belakang keadaan tempat lokasi yang berbeda, tentunya akan mempengaruhi perilaku pengurangan konsumsi beras. Berdasarkan ulasan tersebut, maka diperlukan penelitian mengenai analisis pengaruh nilai terhadap sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada ibu rumah tangga perdesaan dan perkotaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai apa yang dianut konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengkonsumsi beras? 2. Bagaimana sikap konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengurangi konsumsi beras? 3. Bagaimana perilaku pengurangan konsumsi beras pada konsumen perdesaan dan perkotaan?
5 4. Bagaimana hubungan nilai dengan sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras? 5. Bagaimana hubungan sikap dengan perilaku pengurangan konsumsi beras? 6. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras? Tujuan Penelitian Tujuan umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai terhadap sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras pada ibu rumah tangga di wilayah perdesaan dan perkotaan Tujuan Khusus Tujuan khusus adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis perbedaan nilai-nilai yang dianut konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengkonsumsi beras. 2. Menganalisis perbedaan sikap pada konsumen perdesaan dan perkotaan dalam mengurangi konsumsi beras. 3. Menganalisis perbedaan perilaku pengurangan konsumsi beras pada konsumen perdesaan dan perkotaan. 4. Menganalisis hubungan nilai dengan sikap dan perilaku pengurangan konsumsi beras 5. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pengurangan konsumsi beras. 6. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pengurangan konsumsi beras. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini diantaranya adalah 1. Peneliti/mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan mahasiswa agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah, sehingga dapat diterapkan dalam masyarakat dan dapat bermanfaat bagi lingkungan sosial
6 2. Bagi institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan pendidikan konsumen khususnya mengenai pengurangan konsumsi beras serta menambah penelitian tentang konsumen 3. Konsumen Memberikan informasi mengenai nilai yang diyakini terhadap beras dan bagaimana sikap serta perilaku pengurangan konsumsi beras, sehingga dapat melakukan penganekargaman jenis pangan 4. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan penganekaragaman jenis pangan sehingga pemerintah dapat menetapkan kebijakan yang bersifat holistik dan solutif.