Oleh: Marwanti, Yuriani, dan Prihastuti Ekawatiningsih FT Universitas Negeri Yogyakarya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia ( SDM) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

WIRAUSAHA MAKANAN KUDAPAN SEBAGAI ALTERNATIF USAHA MANDIRI UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA MISKIN

KESIAPAN MENTAL MASUK DUNIA KERJA DITINJAU DARI PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DAN PENERIMAAN BIMBINGAN KARIR SISWA SMK Dl DIY.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011

THE INTEGRATION OF CHARACTER EDUCATION VALUES INTO THE SERVING TECHNIQUE SUBJECT AMONG STUDENTS OF SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. satu kompetensi keahlian lagi, yaitu kompetensi keahlian multimedia.

1. Ringkasan Hasil Penelitian, Tahun Dosen FPMIPA IKIP PGRI Semarang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PEREMPUAN BERBASIS POTENSI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Juliana, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self Directed Learning. Menurut Gibbons (2002; ) self-directed learning adalah usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

PELATIHAN PENYUSUNAN RENSTRA SEKOLAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROGRAM UNGGULAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BANTUL *

BAB I PENDAHULUAN. bercitarasa tinggi, serta teknik penyajiannya yang benar. Dan Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia terus menerus dilakukan dalam segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN FOOD AND BEVERAGE SERVICE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menggambarkan adanya peluang kerja tenaga terampil di bidang jasa

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercipta masyarakat belajar (learning community). Desain kelas dengan metode dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

APLIKASI PENDEKATAN MODEL KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

STRATEGI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR KEJURUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

MANFAAT HASIL BELAJAR MEMBUAT SAMBAL PADA MASAKAN INDONESIA KESIAPAN COOK HELPER PESERTA DIDIK SMKN 9 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

budaya, alam sekitar, dan meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Salah satunya adalah negara Indonesia. Pertumbuhan

Transkripsi:

PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN WIRAUSAHA BIDANG BOGA SEBAGAI BEKAL KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) Oleh: Marwanti, Yuriani, dan Prihastuti Ekawatiningsih FT Universitas Negeri Yogyakarya Abstract This civil serving program was aimed to give live skills based entrepreneurship as an alrernative asset for vocational school students, especially for vocational school number I at Depok Sleman. The students, majoring in food and beverage, was expected to have knowledge and live skills which was needed to enter the work World, whether it was a private Business or working in product or service company with a deserve salary. Fifteen student and five teachers from vocational schools number I Depok Sleman Yogyakarta followed the program. The teaching method, which was used for the program, was speech and answering a question, demonstration and practice, and industrial survey. The practice program was done trice by making six kinds of food and industrial survey in two prospective food companies at Yogyakarta. The result of the civil serving program is very satisfying. It can be seen by the absence and the followers anthusiasm. The practice results are well and maximum, the taste of the foods are good. Industrial Survey, which has never been done befote, is an interesting and exciting learning situation. Keywords: entrepreneurship, live skills, and vocational school A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional tentang pendidikan yang berorientasikan kecakapan hidup (life skills education) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas dan Mendasar (Broad Based Education) merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Program ini merupakan program pendidikan yang memberikan bekal kepada anak usia sekolah untuk dapat memiliki 193

194 kecakapan dan keberanian memecahkan permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat. penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (PKH) sejalan dengan model dan strategi yang dikembangkan oleh pendidikan menengah kejuruan, yaitu menekankan pengembangan keterampilan kejuruan, sikap kewirausahaan serta peningkatan pengetahuan yang berkenaan dengan keahlian bidang tertentu sebagai bekal bagi peserta didik terutama untuk memasuki dunia kerja. Disamping itu, pendidikan kejuruan juga memberikan bekal pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun setelah memasuki dunia kerja. Komponen mendasar yang secara langsung berkaitan dengan penyelenggaraan program PKH dalam proses pembelajaran adalah interaksi segitiga antara guru, peserta didik dan materi pembelajaran. SMK 1 Depok Sleman, merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mencoba menerapkan model dan strategi pengembangan kecakapan hidup. Upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik agar siap memasuki pasar kerja sudah mulai disiapkan melalui penanaman pendidikan kecakapan hidup pada seluruh peserta didiknya. Namun demikian kendalakendala masih dihadapi, seiring dengan perubahan sekolah yang pada awalnya adalah SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas) menjadi SMK seperti sekarang ini. Guru- guru masih mengalami kesulitan dalam menanamkan kompetensi-kompetensi yang dituntut dalam pola pelaksanaan model pendidikan kecakapan hidup, terutama berkaitan dengan kewirausahaan dan penguasaan keterampilan bidang tertentu. Dengan demikian agar siswa mempunyai bekal setelah lulus maka perlu diberi tambahan keterampilan (life skill). 2. Tinjauan Pustaka a. Pendidikan Kecakapan hidup (life skills) Kecakapan hidup merupakan padanan kata dari life skills. Secara teoritis setiap ada tambahan keterampilan baru bagi seseorang maka ia akan lebih berdaya diri. Terdapat banyak definisi dari kecakapan hidup. Menurut Slamet PH, kecakapan hidup didefinisikan sebagai kecakapan untuk bekerja selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik. definisi lain menyatakan kacakapan hidup sebagai kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang agar mampu berdaya diri untuk melanjutkan kehidupan dengan bahagia. Pendidikan kecakapan hidup itu mempunyai tujuan untuk mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup dan memberikan manfaat bagi peserta didik, masyarakat, pemerintah daerah.(who tahun 1997) Terdapat beragam pendapat mengenai kecakapan-kecakapan yang diperlukan oleh seseorang dalam Inotek, Volume, 13, Nomor 2, Agustus 2009

195 kehidupannya, misalnya: Menurut Malik Fajar yang dikutip oleh Slamet PH (2002) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kecakapan untuk bekerja selain untuk berorientasi kejalur akademik. Definisi ini menunjukan bahwa kecakapan hidup merupakan kecakapan untuk bekerja atau kecakapan vokasional dan sekaligus kecakapan untuk melanjutkan pendidikan (kecakapan akademik). Menurut Slamet PH kecakapan hidup dibagi menjadi dua yaitu: kecakapan dasar yang merupakan kecakapan yang bersifat universal tidak tergantung waktu dan ruang, dan kecakapan instrumental yang merupakan kecakapan yang terkait dengan akses atau penggunaan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi sehingga bisa berubah sesuai dengan perkembangan lingkungan. Menurut Hopson dan Scally yaitu kecakapan membaca, menulis dan berhitung, kecakapan mencari informasi, kecakapan berpikir dan memecahkan masalah secara konstruktif, kecakapan mengeksplorasi potensi dirinya dan mengembangkannya, kecakapan mengatur waktu, kecakapan mengembangkan minat, nilai dan keyakinan diri, kecakapan merumuiskan tujuan yang akan dicapai, dan kecakapan untuk mengatur stres. Menurut Tim BBE (2002:31-32) ada lima bidang kecakapan hidup yaitu: 1). Kecakapan mengenal diri (self awareness): semakin tinggi kesadaran seseorang terhadap dirinya, maka orang tersebut akan cenderung semakin mematuhi hukum dan norna-norma masyarakat, tingkah lakunya strategis dan biasanya bisa diterima oleh masyarakat. Pendapat lain mengatakan bahwa kecakapan mengenal diri meliputi tiga hal yaitu kesadaran emosi yang berarti mengakui emosi seseorang dan akibatnya, penilaian diri secara akurat yang berarti mengetahui kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan percaya diri yang berarti kepastian tentang kemampuan dan harga dirinya. 2). Kecakapan sosial yang mencakup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Pendapat lain yaitu kecakapan mempengaruhi, berkomunikasi, kepemimpinan, sebagai katalisator pegeseran, manajemen konflik, membangun hubungan, bekerjasama, dan kemampuan sebagai tim. 3). Kecakapan berpikir yang meliputi kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif. 4). Kecakapan akademik yang merupakan kecakapan dalam berpikir dengan terkait yang bersifat akademik atau keilmuan yang mencakup antara lain: kecakapan melakukan identifikasi Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

196 variabel, kecakapan menjelaskan hubungan antara variabel, merumuskan hipotesis, dan kemampuan merancang penelitian dan malaksanakan penelitian. 5). Kecakapan vokasional atau kecakapan kejuruan yaitu kecakapan yang terkait dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Pengembangan kecakapan vokasional dalam perspektif pendidikan karir bisa dibagi beberapa tahap yaitu: kesadaran terhadap karir, orientasi karir, persiapan karir, perencanaan karir, dan pengembangan karir. Menurut Sarbiran (2002) kecakapan hidup seseorang dapat ditentukan oleh jenjang ketrampilan yang dikuasainya. Masih menurut Sarbiran apabila kecakapan hidup diartikan sebagai ketrampilan hidup, ada sembilan macam ketrampilan yaitu: (1) keterampilan bahasa, (2) keterampilan ruang, (3) keterampilan seni, (4) keterampilan gerak, (5) keterampilan interpersonal, (6) keterampilan intrapersonal, (7) keterampilan penalaran, (8) keterampilan spiritual/dalam melaksanakan atau mempraktekkan ajaran agamanya, dan (9) keterampilan menguasai emosi (emotional intelegence). Dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup harus berprinsip pada empat pilar, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), (2) learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan), (3) learning to be (belajar untuk menjadikan dirinya menjadi orang yang berguna), dan (4) learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama orang lain) b. Wirausaha (Entrepreneurship) Kriteria jiwa wirausaha (entrepreneurship) antara lain berani mengabil resiko, bertanggung jawab dalam setiap tindakan, selalu melihat kondisi lingkungan, memanfaatkan pengalaman, bekerja secara kreatif, inovativ, produktif, berusaha untuk mengukur kemajuan atau performan pekerja, memiliki kompetensi yang relevan, serta memiliki kepekaan terhadap tekanan waktu, kualitas dan pelayanan. Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumya. Pendidikan kewirausahaan dapat berupa pendidikan formal maupun pendidikan informal.aspek pendidikan formal kewirausahaan memusatkan pada penyediaan kerangka kerja teoritis dan konseptual yang mendukung kewirausahaan. Aspek informal pendidikan kewirausahaan berpadu dan menyatu dengan aspek formal dari pendidikan. Aspek informal pendidikan kewirausahaan memusatkan pada pembangunan keterampilan, pengembangan sikap, dan perubahan perilaku. Untuk mencapai sasaran Inotek, Volume, 13, Nomor 2, Agustus 2009

197 ini dan metoda induktif dan penemuan yang meliputi analisa kasus, kunjungan perusahaan, pengungkapan pendapat, tugas kelompok, simulasi, dan lain lain digunakan. Metoda pengajaran ini memungkinkan para siswa untuk mengintegrasikan dan menerapkan teori yang dipelajari melalui perangkatperangkat yang lebih formal. Kompetensi kewirausahaan mensyaratkan tiga kompetensi dasar, yaitu (1) berjiwa wirausaha (bisnis), (2) mampu mengelola dan (3) memiliki kemampuan bidang yang diusahakan. Jiwa wirausaha dapat dibentuk melalui proses pembudayaan yang diintegrasikan dalam pembelajaran. Wirausahawan umumnya memiliki sifat yang sama, yaitu orang yang mempunyai tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif, kemauan untuk menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan keinginan untuk verprestasi yang sangat tinggi, sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan. Karakteristik wirausahawan adalah sebagai berikut. 1) Keinginan untuk berprestasi. Penggerak psikologis utama yang memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang diidentifikasikan sebagai. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetensi individu. 2) Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan tanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. 3) Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi. 4) Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari faktafakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut. 5) Rangsangan oleh umpan balik. Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

198 mempelajari seberapa efektif usaha mereka. 6) Aktivitas enerjik. Wirausahawan menunjukkan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka lakukan. 7) Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di masa depan. 8) Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukan keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien. 9) Sikap terhadap uang. Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan sabagai pembuktian bagi kompetensi mereka. c. Pembelajaran Keterampilan Boga Bart (1981) mendefinisikan keterampilan sebagai kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan meliputi gerakan motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Pelajaran keterampilan merupakan salah satu bidang pengajaran dari pendidikan psikomotorik. Menurut Harsopranoto (1987: 16) pendidikan keterampilan adalah bimbingan keterampilan yang diberikan seseorang untuk mempersiapkan diri dalam bekerja atau usaha. Kerangka pemikiran yang mendasari pemberian pendidikan keterampilan ini bagi peserta didik adalah untuk pengertian dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang, serta dapat meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapan baru. Hampir semua kecakapan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Oleh karena itu keterampilan peserta didik dapat dikembangkan atau ditingkatkan melalui pengalaman belajar. Pengertian keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan dalam bidang tatacara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses Inotek, Volume, 13, Nomor 2, Agustus 2009

199 pengolahan sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan. Kegiatan tersebut setahap demi setahap untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan teori tersebut dapat dijelaskan pengertian pelaksanaan pembelajaran keterampilan memasak, yaitu kemapuan motorik yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masakmemasak yang didalamnya tercakup perencanaan sampai bahan tersebut siap disajikan. Keterampilan memasak yang terdiri dari pengenalan alat, penggunaan alat, pengenalan bumbu dan bahan memasak, pengolahan serta cara menghidangkannya. Keterampilan memasak dapat mempersiapkan peserta didik untuk memperoleh keterampilan dan sikap sesuai dengan kemampuan yang dimiliki yang dimungkinkan dapat digunakan untuk mencari nafkah setelah lulus dari bangku sekolah. Keterampilan memasak merupakan contoh dari pendidikan kecakapan hidup khususnya kecakapan vokasional. Pendidikan yang sengaja direncanakan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan kejuruan atau kecakapan yang dikaitkan dengan bidang kejuruan. Memasak merupakan keterampilan yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga keterampilan ini digemari masyarakat. 3. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kecakapan hidup berbasis kewirausahaan sebagai bekal alternatif bagi siswa SMK pada umumnya dan SMK 1 Depok Sleman pada khususnya yaitu memiliki pengetahuan, keterampilan atau kecakapan hidup pada bidang boga yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja mandiri atau bekerja pada suatu perusahaan produk atau jasa dengan penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. B. METODE PELAKSANAAN Metode pembelajaran yang digunakan untuk mendukung keberhasilan program antara lain sebagai berikut. a. Ceramah dan Tanya Jawab Metode ini dipilih untuk menjelaskan tentang materi yang bersifat teoritik terkait dengan sanitasi hygiene, produksi bidang boga meliputi: aneka cookies (semprit, kue kering kacang, kastengel, nastar), aneka kue tradisional (kue sebra kukus, kue bolu kukus, kue ku dan brownies kukus), hidangan sepinggan (siomay, empek-empek). b. Demonstrasi Metode ini digunakan untuk menjelaskan suatu proses kerja secara bertahap sehingga dapat memberi kemudahan bagi peserta pelatihan. Peserta dapat Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

200 mengamati secara cermat proses produksi mulai dari persiapan, proses produksi dan hasil akhir yang diperoleh. c. Latihan/ Praktek produk boga Pada metode ini peserta akan mempraktekkan pengolahan aneka kue cookies, kue tradisional yang dikukus, digoreng, dioven serta hidangan sepinggan, dengan materi praktek yang sudah dijelaskan oleh pelatih. d. Survey atau kunjungan industri Survey industri dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman langsung dalam pembuatan dan pengembangan produk boga. Metode ini dipergunakan untuk memberi motivasi kepada para siswa agar wawasan dan pengetahuannya lebih luas. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan diikuti oleh 15 siswa kelas 3 dan 5 guru keterampilan SMK Depok Sleman. Alasan melibatkan para guru keterampilan, berharap agar nantinya dapat memberi motivasi kepada siswa SMK lainnya. Jumlah guru di SMK 1 Depok sebanyak 53 orang dengan jumlah siswa 778 siswa. Dengan kelompok sasaran kelas 3 dengan harapan kegiatan pelatihan ini dapat memberikan pengalaman nyata pada peserta didik dalam memasuki dunia baru setelah tamat sekolah. Untuk melaksanakan PPM ini dibutuhkan waktu selama 6 (enam) bulan mulai sejak penandatanganan kontrak kerja dilaksanakan sampai dengan penyerahan laporan akhir kegiatan. Berbagai bentuk kegiatan yang dilaksanakan PPM ini adalah sebagai berikut. a. Persiapan kegiatan yang dilaksanakan oleh TIM pengabdi untuk merencanakan kegiatan yang mencakup waktu, materi dan teknis pelaksanaan kegiatan. b. Konfirmasi dengan SMK Depok Konfirmasi dilaksanakan pada hari Jumat Tgl 15 Agustus 2008. Konfirmasi dilaksanakan di SMK Depok. Acara membicarakan waktu pelaksanaan, pengecekan laboratorium, peralatan penunjang paraktek, serta konfirmasi materi dan bahan praktek. Dihadiri oleh semua TIM pengabdi serta beberapa guru keterampilan SMK Depok. c. Pelaksanaan Praktek pertama, Hari Jumat Tanggal 22 Agustus 2008. Praktek pertama adalah penyampaian materi penunjang praktek dilanjutkan praktek pembuatan makanan aneka kudapan (Kue Putu Ayu, Kue Ku, Brownies kasava, Manisan buah). Peserta sebanyak 19 orang yang terdiri dari 14 orang siswa dan 5 orang guru. d. Pelaksanaan Praktek kedua, Hari Jumat Tanggal 29 Agustus 2008. Praktek pertama adalah penyampaian materi penunjang praktek dilanjutkan praktek pembuatan makanan aneka hidangan sepinggan serta aneka kue kering (Empek-empek, Siomy, Kue kering Jahe, Kue kering kacang). Inotek, Volume, 13, Nomor 2, Agustus 2009

201 Peserta sebanyak 20 orang yang terdiri dari 14 orang siswa dan 6 orang guru. e. Seminar kemajuan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. f. Kegiatan Kunjungan Industri. Dilaksanakan pada Hari Sabtu Tanggal 30 Agustus 2008. Kunjungan industri diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari siswa dan guru. Tempat kunjungan adalag 1). Industri Bakpia Pojok dengan alamat Karangjati Jalan Monjali Yogjakarta. 2). Katering Nirbaya di Jetisharjo, Yogyakarta. g. Kegiatan evaluasi. Evaluasi kegiatan dilakukan setelah materi selesai diberikan. Evaluasi untuk materi teori dilakukan melalui tes lisan terhadap materi teori dan praktek dilakukan dengan melihat produk. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi yang diberikan telah dimengerti oleh peserta dan agar mereka mengetahu secara baik produk yang akan dihasilkan. 4. Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kegiatan PPM Hasil pelaksanaan kegiatan PPM dirasakan oleh TIM pengabdi maupun peserta pelatihan sangat memuaskan. Dengan indikator kedatangan peserta dalam setiap pertemuan, antusias peserta. Hasil praktek yang dilakukan juga tidak mengalami kegagalan. Masakan yang dibuat semua berhasil bagus. Dengan ditambahnya kegiatan kunjungan industri dirasa oleh perserta merupakan hal yang belum pernah mereka lakukan selama ini. Jadi dengan kunjungan memberi suasana belajar yang baru dan menyenangkan. Sebagain besar materi yang direncanakan dalam proposal dijalankan. Namur berdasarkan hasil konfirmasi dengan Guru keterampilan dan berbagai pertimbangan sedikit agak berubah dari perencanaan. Materi tentang teori kewirausahaan serta materi cara menentukan harga jual produk tidak jadi diberikan dengan alasan siswa sasaran adalah siswa SMK kelompok bisnis. Jadi materi tersebut telah dikuasaai oleh siswa. Sebagai penggantinya adalah meningkatkan intensitas praktik serta materi praktik ditambah dengan resep-resep kue kering untuk persiapan lebaran. Situasi pelaksanaan praktek tampak hidup, karena kegiatan pengambdian yang melibatkan keterampilan boga Belem pernah dilakukan. Oleh karena itu dirasa sebagai hal yang bau dan menarik, serta peluang untuk dikembangkan. Selanjutnya terdapat beberapa permintaan adanya kerjasama antara sekolah dengan UNY dalam jenis keterampilan yang lain seperti : busana, keteknikan dan kecantikan. D. KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan kegiatan PPM dirasakan oleh TIM pengabdi maupun peserta pelatihan sangat me- Peningkatan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

202 muaskan. Dengan indikator kedatangan peserta dalam setiap pertemuan, antusias peserta. Hasil praktek yang dilakukan juga tidak mengalami kegagalan. Masakan yang dibuat semua berhasil bagus. Dengan ditambahnya kegiatan kunjungan industri dirasa mampu memberi suasana belajar yang baru dan menyenangkan. Hampir semua peserta baik siswa maupun guru tampak antusias mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Semua peserta aktif mengikuti kegiatan dari awal hinggá akhir. Sekolah memberi dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan. Agar hasil pelatihan vermanfaat sebaginya guru mengkoordinir siswa sebagai peserta pelatihan untuk mempraktikkan dan mengembangkan sebagai salah satu pengembangan unit usaha se. Untuk melanjutkan kegiatan serupa hendaknya guru keterampilan juga mengajarkan kepada siswa yang lain atau siswa adik kelas. Untuk mengembangkan program-program pembelajaran hendaknya guru verusaha merencanakan pembelajaran contextual seperti yang telah dilakukan. DAFTAR PUSTAKA As ad, M. 1998. Kewiraswastaan. Jakarta: Agung. Depdiknas. 2002. Pola Pelaksanaan Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) melalui Pendekatan Broad Based Education (BBE). Jakarta: Tim Broad Based Education. Hadi Susanto, D. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta. Harsopranoto. 1987. Bimbingan K- eterampilan Kerja. Jakarta: Departemen Sosial. Slamet, P.H. 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. Diambil pada Tanggal 5 September 2003 dari www.- depdiknas.go.id/jurnal/37/edit orial 37.htm. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Soleman, D. 1983. Pengantar Kepada Teori dan Praktik. Semarang: IKIP Press. Tarmudji, T. 1996. Prinsip-prinsip Wirausaha. Yogyakarta: Liberty. Bart, P.H. 1981. Pengertian Memasak Modern. Yogyakarta: Nur Cahaya. Inotek, Volume, 13, Nomor 2, Agustus 2009