POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA BY : DIANA MA RIFAH

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

alah satu dinamika pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Oleh karena

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

Perekonomian Indonesia

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DESAIN DAN DIVERSIFIKASI PRODUK IKM KERAJINAN BAMBU DI JAWA TENGAH

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

Menjadikan Bogor sebagai Kota yang nyaman beriman dan transparan

PERUBAHAN ORIENTASI MATA PENCAHARIAN PENGRAJIN LOGAM DESA CIBATU KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi seperti sekarang, keadaan menuntut kita segera

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

PROTO-INDUSTRIALISASI : PROSPEK INDUSTRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan kegiatan-kegiatan yang. dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

PENGARUH FAKTOR INTERNAL KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PUSAT KERAJINAN KUNINGAN DAN TEMBAGA PAMUNGKAS GALLERY BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

IDENTIFIKASI AKTIVITAS SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN INDUSTRI DI KECAMATAN KALIWUNGU TUGAS AKHIR. Oleh: YOWALDI L2D

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

BAB I PENDAHULUAN. Industri garmen sebagai salah satu industri utama pemuas kebutuhan

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

Transkripsi:

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL TUGAS AKHIR O l e h : E k o P r a s e t y o L2D 000 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

A B S T R A K Dukuh Tumang, yang menjadi bagian Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, memiliki aktivitas perekonomian yang unik. Kurangnya lahan yang subur, bahkan sebagian besar wilayahnya berlahan kering, menjadikan mereka kreatif mengembangkan usaha kerajinan logam. Beragam inovasi muncul seiring dengan beragam pula permasalahan dan tantangan usaha mereka. Namun kenyataanya, perjalanan dari waktu ke waktu membawa usaha kerajinan Tumang sebagai ciri utama desa mereka, desa pengrajin logam. Permasalahan yang muncul akhir-akhir ini seperti fluktuasi harga bahan baku tembagakuningan lempengan yang merupakan bahan baku impor mempengaruhi eksistensi pengrajin Tumang, khususnya yang berskala kecil atau rumah tangga. Berangkat dari hal tersebut di atas, maka posisi penelitian ini adalah untuk menjawab sebuah pertanyaan pokok, yaitu dapatkan usaha kerajinan menjadi kekuatan penggerak perekonomian dan membawa benih kemantapan bagi perekonomian Desa Tumang? Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji potensi usaha kerajinan tembaga-kuningan Tumang. Variabel utama yang digunakan untuk melihat potensi usaha kerajinan Tumang adalah aspek historis, pembagian kerja, hubungan kelembagaan kerja, dan kegiatan perdagangan karakterisrik pasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi atau pengukuran. Penelitian ini cenderung untuk mengkaji hal-hal yang terkait dengan situasi sosial, peristiwa, peranan, dan interaksi sosial. Untuk menganalisis data digunakan metode kualitatif deskriptif. Analisis deskriptif digunakan dengan memberikan gambaran penjelasan dan pengertian tentang karakteristik pengrajin dan organisasi kerja, karakteristik kelembagaan hubungan kerja, dan karakteristik pasar dan jangkauan perdagangan untuk mengetahui potensi usaha kerajinan Tumang. Berdasarkan poin-poin analisis yang telah dilakukan, dapat digarisbawahi bahwa perkembangan usaha kerajinan tembaga-kuningan Tumang berawal dari potensi hostoris yang mampu memberikan kekuatan moral bagi masyarakat Tumang untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha. Perkembangan selanjutnya ditandai dengan bertambah luasnya pembagian kerja sebagai konsekuansi peningkatan produktivitas. Proses ini diikuti dengan perkembangan kelembagaan hubungan kerja juga mengacu kepada peningkatan produktivitas. Perkembangan pembagian kerja dan kelembagaan hubungan kerja yang semakin efektif mendorong munculnya pengusaha modern yang mampu mengakses pasar ekspor. Perkembangan pasar dan kegiatan perdagangan memberikan pelajaran penting tentang peningkatan produktivitas yang didorong oleh perkembangan jaringan pemasaran. Produktivitas merupakan kata yang menjembatani pertumbuhan dan perkembangan usaha kerajinan Tumang tradisional menuju usaha kerajinan Tumang modern. Perjalanan dari usaha kerajinan tradisional menuju usaha kerajinan modern merupakan kunci untuk membuka pintu kesempatan memperoleh insentif ekonomi yang lebih tinggi, baik ekonomi individu dan rumah tangga maupun ekonomi desa. Tolok ukur potensi usaha kerajinan tembaga-kuningan Tumang terletak pada proses dan tahapan perkembangan usaha tradisional menuju kerajinan usaha modern-seni ukir. Kata kunci: Pembangunan pedesaan, usaha kecil (kerajinan)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mencapai keberhasilan tujuan pembangunan wilayah pedesaan saat ini, secara umum kita dihadapkan banyak tantangan yang sangat berbeda sifatnya dibandingkan pada masa-masa lalu. Tantangan pertama berkaitan dengan kondisi eksternal, seperti perkembangan internasional yang berhubungan dengan liberalisasi arus investasi dan perdagangan global, sedangkan yang kedua bersifat internal, yang berkaitan dengan perubahan kondisi makro maupun mikro di dalam negeri. Tantangan internal dapat meliputi transformasi struktur ekonomi, masalah migrasi spasial dan sektoral, ketahanan pangan, masalah ketersediaan lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, masalah iptek, sumber daya manusia, lingkungan dan masih banyak lagi (Yustika, 1999). Pembangunan pertanian yang belum menyentuh kehidupan masyarakat pedesaan memunculkan inisiatif lokal untuk meningkatkan taraf kehidupan yang lebih sejahtera. Salah satu terminologi yang cukup penting berkaitan dengan inisiatif lokal ini adalah industrialisasi pedesaan. Industrialisasi pedesaan merupakan salah satu pendekatan pembangunan yang bertolak pada strategi peningkatan kesempatan kerja di pedesaan untuk mengendalikan urbanisasi. Menurut Tambunan (1990) industrialisasi pedesaan bertujuan antara lain mendorong pertumbuhan pedesaan dengan mendiversifikasikan sumber pendapatan, meningkatkan kesempatan kerja baru, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan usaha, mendekatkan hubungan fungsional sektor pertanian dan sektor usaha, mengendalikan urbanisasi, dan mengurangi kemiskinan di pedesaan (Tambunan, 1990 dalam Wijaya, 2000: 1). Karakteristik industrialisasi pedesaan adalah padat karya, berbeda dengan industrialisasi perkotaan yang padat modal. Industrialisasi pedesaan menerapkan teknologi untuk meningkatkan produksi sesuai dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan pasar. Industrialisasi pedesaan sangat terkait dengan usaha skala kecil dan menengah sebagai pemain terbesar. Karena sifat skala usahanya itulah usaha pedesaan relatif tidak terpengaruh krisis ekonomi tahun 1997. Usaha kecil menengah terbukti mampu bertahan ketika banyak usaha besar yang gulung tikar. Pada tahun 2003 kontribusi usaha kecil menengah terhadap PBD tercatat sebesar 56,7% (Hartanto, 2004). Fakta ini memposisikan peran usaha kecil di pedesaan menjadi cukup penting dalam perekonomian kita. Temuan Suntoro (1982) tentang perkembangan industri/usaha kecil di Jawa Tengah setidaknya memberikan gambaran tentang industri kecil. Suntoro mencatat perubahan dalam 1

2 tingkatan internal dan eksternal industi/usaha kecil di pedesaan membawa industri/usaha kecil kepada kemajuan yang semakin jelas arahnya. Adanya perubahan dari produksi industri kerajinan rumah tangga yang menggunakan tenaga tanpa upah (family workers) menjadi tenaga upahan dalam wadah organisasi produksi keluarga/rumah tangga. Adanya perubahan hubungan kerja dengan tujuan memperoleh uang telah merubah orientasi memperoleh keuntungan dalam bentuk uang. Telah terjadi polarisasi di pedesaan antara sebagian pengusaha kaya dengan buruh yang tergabung dalam tingkat upah dan tenaga yang dicurahkan. Menurunnya permintaan barang buatan pabrik dan impor disertai dengan meningkatnya permintaan barang kerajinan untuk konsumsi kota, turis/wisata, dan pesanan ekspor turut mempengaruhi perubahan struktur usaha kecil di pedesaan. Sejalan dengan perkembangan industri/usaha kecil di atas, kedudukan industri/usaha kecil memiliki manfaat sosial ekonomi yang menurut Saleh (1986 dalam Wijaya, 2000: 3) adalah: Industri kecil menciptakan peluang berusaha dengan pembiayaan yang relatif murah. Industri kecil berperan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabungan domestik. Industri kecil berkedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang. Penawaran kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung di sektor pertanian tanaman pangan menyebabkan industri pedesaan berperan menciptakan lapangan pekerjaan. Industri/usaha kecil merupakan bentuk yang mampu membawa benih kemantapan dalam perekonomian. Mekanisme hubungan antara industri/usaha kecil dan industri/usaha rumah tangga pedesaan berperan penting dalam menggerakkan dinamika perekonomian pedesaan (Sajogyo, 1990 dalam Wijaya, 2000: 4). Pemasalahan utama adalah pemasaran yang lebih luas, yang mempunyai permintaan khusus dari desain hingga pengerjaan detail dan mencapai volume produksi yang diminta. Dinamika perekonomian desa terkait dengan perkembangan teknologi, pola pemasaran produk, dan pendapatan rumah tangga pengrajin. Peningkatan penguasaan dan distribusi pemilikan teknologi menimbulkan pertumbuhan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi. Perubahan surplus produksi kerajinan akibat diversifikasi produk dan permintaan pasar membentuk perubahan organisasi usaha, kelembagaan hubungan kerja, dan jaringan pemasaran hasil usaha kerajinan. Selaras dengan ilustrasi di atas, industrialisasi yang berjalan di Dukuh Tumang Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali tumbuh dari inisiatif lokal yang berkembang dan mempunyai keunikan tersendiri. Sejarah terbentuknya usaha kerajinan tembaga-kuningan bermula dari zaman Kerajaan Mataram, kurang lebih pada pertengahan abad ke-18. Usaha kerajinan ini dimulai dari usaha rumah tangga dimana keterampilan diperoleh dari seorang empu Kerajaan

3 Mataram yang bernama Empu Supondrio. Keahlian membuat kerajinan alat-alat rumah tangga yang dulunya berbahan baku besi rongsok berkembang turun temurun dari generasi ke generasi. Keahlian ini semakin bervariasi seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan, bahan baku, dan permintaan konsumen. Usaha kerajinan Tumang tercatat mengalami perubahan dan perkembangan dalam penggunaan bahan baku. Besi tua yang pada mulanya menjadi bahan baku utama mulai digeser oleh tembaga-kuningan pada 1930-an. Kesulitan memperoleh besi tua menjadi penyebab perubahan ini. Dalam perkembangannya hingga saat ini, bahan baku yang digunakan tidak hanya tembaga-kuningan saja tetapi juga alumunium. Faktor-faktor seperti kelangkaan bahan baku dan perkembangan selera pasar diduga sebagai pemicu. Saat ini usaha kerajinan Tumang sanggup melayani permintaan pasar dengan memproduksi barang dari besi, tembaga-kuningan, maupun alumunium. Perkembangan penggunaan bahan baku juga diikuti dengan perkembangan teknologi produksi. Teknologi yang digunakan pada mulanya hanya untuk memproduksi barang-barang peralatan dapur. Pada perkembangan selanjutnya, nilai tambah produk semakin dipertinggi dengan sentuhan teknologi seni ukir. Menurut Supriyantono 1), tokoh yang dikenal sebagai perintis seni ukir tembaga-kuningan di Tumang, seni ukir tembaga-kuningan ini mulai dikenal sejak dasawarsa 1980-an. Keahlian ukir ini diperoleh dari Jogjakarta melalui proses magang di sanggar-sanggar seni maupun di sentra kerajinan logam Kota Gedhe. Masuknya teknologi ukir memperkaya proses produksi dan produk-produk hasil yang selama ini dikenal sebagai kerajinan tradisional. Era inilah yang membedakan dengan era usaha kerajinan sebalumnya, yang disebut era usaha kerajinan modern tembaga-kuningan., meskupin era tradisional belum berakhir. Sejak usaha kerajinan Tumang memasuki era baru ini, pengrajin dan pengusaha dapat mengintervensi pasar nasional dan ekspor. Pesanan atau order produk kerajinan tembaga-kuningan semakin besar. Selain hasil kerja keras pengrajin dan pengusaha Tumang, peran pemerintah melalui Dinas Perusahaan juga tidak dapat diabaikan, meskipun diakui masih banyak kekurangan. Pada awal 1980-an, pemerintah memberikan penyuluhan dan pelatihan SDM untuk meningkatkan keahlian sekaligus mengenalkan mekanisme pemasaran yang lebih luas. Periode awal 1990-an dapat dikatakan sebagai tonggak periode keemasan usaha kerajinan tembaga-kuningan Tumang. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997, sempat muncul kekhawatiran usaha pedesaan ini akan mengalami kemunduran. Kenyataannya, usaha tetap berjalan dengan berbagai inovasi berproduksi maupun memasarkan produk. Para pengrajin dan pengusaha berusaha mengikuti perkembangan dengan memproduksi alat-alat rumah tangga dari alumunium, selain tetap 1) Supriyanto adalah salah satu tokoh yang mempelopori dimulainya seni ukir Tumang. Dia mempelajari seni ukir di Sanggar Bagong Kasudiharjo Yogyakarta dan pernah mendapat Upakarti dari pemerintah pada tahun 1993.