BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM MENJALANKAN POSYANDU BALITA DI DESA PACALAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLAOSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

Nelly Malahayati 1. STIKes Bina Nusantara ABSTRAK. : Posyandu, Peran Kader,Dukungan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

Taman Posyandu Matahari Layak Jadi Percontohan Nasional Thursday, 17 January :09

BAB I PENDAHULUAN. ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan juga sebagai intestasi, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN POSYANDU GUNA MENINGKATKAN KESEHATAN BALITA. Di Posyandu Krandegan Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

STUDI PERKEMBANGAN POSYANDU PASCA REVITALISASI POSYANDU DI WILAYAH PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA Oleh Pipit Festy

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGETAHUAN DAN PERAN KADER POSYANDU TENTANG GIZI BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS ACEH BESAR

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, salah satu agenda pembangunan nasional adalah mengurangi kesenjangan antar wilayah yang tercermin dari meningkatnya peran pedesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi dan membaiknya indeks pembangunan manusia (IPM). Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu program prioritas dalam mewujudkan agenda pembangunan nasional mempunyai arah kebijakan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan dan meningkatnya status gizi masyarakat (Darmawan, 2009). Pembangunan kesehatan akan berhasil di Indonesia terutama di pelayanan kesehatan tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat antara lain peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat strata pertama yang diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga sampai dengan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat (UKBM). Salah satu upaya pemerintah di bidang kesehatan yang sedang digalakkan untuk menjembatani antara upaya-upaya pelayanan kesehatan professional dan non professional yang dikembangkan oleh masyarakat dan keluarga yakni melalui pos pelayanan terpadu yang dikenal dengan sebutan posyandu (Ratih, 2007). 1

2 Posyandu adalah pelayanan yang diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat sedangkan pemerintah hanya menfasilitasi. Posyandu telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai suatu strategi untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat.posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu yang meliputi program prioritas (KB, KIA, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) dan terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu (Depkes RI, 2013). Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan keterampilan yang memadai bagi kader menyebabkan kurangnya pemahaman terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan kader dalam pelaksanaan kegiatanan posyandu dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kehadiran anak Bawah Lima Tahun (balita) ke posyandu. Hal ini juga akan menyebabkan rendahnya cakupan deteksi dini tumbuh kembang balita (Harisman dkk, 2012). Peranan kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu. Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau

3 balita (Bawah Lima Tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita. Pada tahun 2013, lebih kurang 250.000 posyandu di Indonesia hanya 40% yang masih aktif dan diperkirakan hanya 43% anak balita yang terpantau status kesehatannya (Martinah, 2014) Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur pada tahun 2014, jumlah posyandu sebanyak 45.603 Posyandu yang tersebar di 38 kab/kota yang terdiri dari Posyandu strata Pratama 4.137 (9,07%), Madya 18.532 (40,64%), Purnama 21.843 (46,14%) dan Mandiri 1.891 (4,15%). Menurut Sofiyati Sucahyani, Ketua Bidang Pengembangan dan Permberdayaan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Idealnya, setiap Posyandu memiliki 4 kader. Di propinsi jawa timur sendiri terdapat 226.829 kader Posyandu. Dari jumlah tersebut, 165.226 kader diantaranya kader yang terlatih. Sedangkan kader aktif di Posyandu sebanyak 205.227 (Sofiyati, 2014). Kondisi ketidak aktifan kader dalam kegiatan Posyandu juga terjadi di Posyandu Kecamatan Plaosan Magetan. Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Plaosan terdiri dari 44 Posyandu terbagi dalam 8 desa yang meliputi Kelurahan Plaosan, Kelurahan Sarangan, Desa Dadi, Desa Ngancar, Desa Plumpung, Desa Bulugunung, Desa Puntukdoro dan Desa Pacalan. Desa Pacalan merupakan desa dengan tingkat keaktifan kader paling rendah, hasil survey pendahuluan yang dilakukan yang menyatakan bahwa hasil pemantauan tentang kegiatan Posyandu yang masih belum bisa rutin (satu

4 bulan ada dan tiga bulan berikutnya tidak ada), serta jumlah kader aktif masih terbatas yaitu hanya 16 orang. Dalam perkembangannya Posyandu di Desa Pacalan mempunyai 6 unit Posyandu, kegiatan Posyandu dilakukan oleh kader Posyandu yang berjumlah 40 orang, yang mana tiap Posyandu memiliki 5-8 kader Posyandu (Suriyatmi, 2015). Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Keaktifan Kader dalam Menjalankan Posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan?. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan diperoleh dengan adanya penelitian tentang keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan adalah: 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan.

5 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan gambaran pengetahuan kader dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. b. Mendapatkan gambaran keaktifan kader dalam dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keaktifan kader dalam menjalakankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian tentang keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan adalah: 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat di tambahkan sebagai refrensi keperawatan komunitas untuk meningkatkan pengetahuan pemahaman mahasiswa mengenai posyandu dan tingkat keaktifan kader. 2. Bagi Kader Posyandu Hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi tentang tingkat pengetahuan dan keaktifan kader posyandu serta dapat memberikan masukan kepada kader posyandu dalam upaya meningkatkan keaktifannya.

6 3. Bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu Balita di Desa Pacalan Wilayah Kerja Puskesmas Plaosan. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan keaktifan kader posyandu telah ada sebelumnya, diantaranya adalah: 1. Iwan Setia Budi, (2011) dengan penelitian tentang Manajemen Partisipatif: Sebuah pendekatan dalam Meningkatkan Peran Serta Kader Posyandu dalam pembangunan Kesehatan Desa.Hasil penelitian adalah sebagai berikut berdasarkan hasil telaah ditemukan banyak kendala yang menghambat keaktifan kader posyandu seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, pelatihan pengembangan, incentives dan jenis pekerjaan, keikutsertaan kader dengan organisasi lain dan pentingnya manajemen partisipasi untuk meningkatakan partisipasi kader posyandu.sebaiknya dilakukan capacity building yang lebih efektif (pendidikan, pelatihan dan incentive) terhadap kader posyandu sehingga kader posyandu mempunyai daya (power) dan komitmen para praktisi untuk melakukan pembinaan dan konsultasi dan dukunagan stakeholders 2. Dewi Ginanjar Sari dan Lies Indarwati, (2012) yang melakukan penelitian tentang Hubungan Peran serta Kader dengan Pelaksanaan Posyandu Balita. Hasil uji kendal tau menunjukkan adanya hubungan yang

7 signifikan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu balita. Diperoleh nilai tau sebesar 0,611 (0,611 > 2,58) dengan p. value sebesar 0,0001 (0,0001 < 0,05). Ada hubungan peran serta kader dengan pelaksanaan posyandu balita. 3. Harisman dan Dina Dwi Nuryani (2012) dengan penelitian berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktivan Kader Posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012. Hasil penelitian yaitu dilihat dari hasil uji statistik didapatkan ada pengaruh tingkat pendidikan (p-value = 0,005), pengetahuan (p-value = 0,015), penghargaan kader (p-value = 0,025) dan dukungankeluarga (p-value = 0,015) terhadap keaktifan kader posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2012. 4. Suhat dan Ruyatul Hasanah (2014) yang melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posyandu (Studi di Puskesmas Palsari Kabupaten Subang). Kesimpulan dari penelitian ini adalah keaktifan kader posyandu berhubungan dengan pengetahuan, pekerjaan, pendapatan dan keikutsertaan kader dalam organisasi. 5. Haryanto Adi Nugroho dan Dewi Nurdiana (2008) yang melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Pengetahuan dan Motivasi Kader Posyandu dengan Keaktifan Kader Posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Hasil uii statistik

8 didapatkan hasil ada hubungan antara pengetahuan kader posyandu dengan keaktifan kader posyandu, ada hubungan antara motivasi kader posyandu dengan keaktifan kader posyandu. Beberapa penelitian di atas telah banyak mengupas tentang permasalahan keaktifan kader posyandu, namun belum fokus pada faktor yang menjadi penyebab keaktifan kader. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada faktor pengetahuan sebagai faktor utama yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu.