PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-314.IL TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA TINDAKAN KEIMIGRASIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-658.IZ TAHUN 2003 TENTANG KEMUDAHAN KHUSUS KEIMIGRASIAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI,

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-315.PW TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN ORANG ASING DI INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.04-PW TAHUN 1995 TENTANG PENDAFTARAN ORANG ASING MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-310.IZ TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA ALIH STATUS IZIN KEIMIGRASIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR F-338.IL TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN ORANG ASING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-316.PR Tahun 1995 TENTANG SUMBER DATA, PENGOLAHAN DATA DAN PENYAMPAIAN LAPORAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

-2- Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nom

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1331, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Cap Imigrasi. Bentuk. Penggunaan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1994 TENTANG PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 31/1994, PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PENGAWASAN ORANG ASING DAN TINDAKAN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.GR TAHUN 2010 TENTANG

IZIN TINGGAL KUNJUNGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2015, No IndonesiaTahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5216); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tent

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Keimigrasian. Visa. Perubahan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 406 /KMK.06/2004 TENTANG USAHA JASA PENILAI BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS

TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PENERBITAN IZIN TINGGAL TERBATAS KEPALA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-833.PL TAHUN 1995 TENTANG BENTUK DAN PENGGUNAAN CAP KEIMIGRASIAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

TATA CARA PEMERIKSAAN DI BIDANG PERPAJAKAN Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1986 Tanggal 28 Juli Presiden Republik Indonesia,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-05/MEN/ III /2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1370, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Anak Kewarganegaraan Ganda. Tata Cara.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.970, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Penempatan. Perlindungan. TKI. Sanksi Administrasi.

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-IZ TAHUN 2003 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Visa. Terbatas. Bekerja. Berlibur. Kemudahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ANCANGAN

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP 20/MEN/III/2004 Tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

2018, No Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PEMBERIAN DAN PENGAWASAN IZIN TINGGAL TERBATAS KANTOR IMIGRASI KELAS I DENPASAR TERHADAP TENAGA KERJA ASING DI DENPASAR

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Rep

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.258, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Penghentian Penyidikan. Prosedur.

SURAT PERINTAH PEMERIKSAAN PAJAK NOMOR : PRIN (2) No Nama/NIP Pangkat/Golongan Jabatan (1) (2) (3)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-314.IL.02.10 TAHUN 1995 A. Maksud dan Tujuan. TENTANG TATA CARA TINDAKAN KEIMIGRASIAN 1. Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman tentang pelaksanaan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian. 2. Petunjuk pelaksanaan ini bertujuan agar dapat dicapai keseragaman, efektifitas dan efesiensi dalam pelaksanaan Tindakan Keimigrasian. B. Ruang Lingkup. Ruang lingkup petunjuk pelaksanaan ini meliputi : 1. Umum; 2. Jenis Tindakan Keimigrasian; 3. Wewenang melakukan Tindakan Keimigrasian; 4. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian; 5. Penutup. II. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian; 2. Peraturan pemerintah No.31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian; 3. Peraturan pemerintah No.32 tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian; 4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PR.07.10 Tahun 1989 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman; 5. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi; 6. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman; 7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian; III. PELAKSANAAN Hal 1 dari 8

A. Umum. 1. Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administrasi di bidang Keimigrasian yang dilakukan oleh pejabat Imigrasi berupa: a. Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan; b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia; c. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia; d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia. 2. Tindakan Keimigrasian dilakukan sebagai sanksi administratif terhadap orang asing yang melanggar peraturan Keimigrasian dan ketentuanketentuan lainnya mengenai orang asing sesuai dengan dimaksud dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian. 3. Tindakan Keimigrasian dapat dilakukan terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian atau tanpa izin Keimigrasian, mulai saat masuk, berada dan akan meninggalkan wilayah Indonesia. 4. Jenis Tindakan Keimigrasian : a. Penolakan masuk Indonesia terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan 17 Undang-Undang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian; b. Penolakan pemberian tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan tindakan pencegahan sebagaimana dalam pasal 11 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian dan penjelasannya; c. Tindakan Keimigrasian terhadap orang asing sebagaimana tersebut dalam pasal 42 ayat (1) Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian. B. Khusus. 1. Pejabat yang berwenang. a. Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi sepanjang menyangkut penolakan masuk terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan 17 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, serta penangguhan pemberian tanda bertolak bagi orang asing yang dikenakan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian; b. Kepala Kantor Imigrasi (Kakanim), terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian di wilayah kerjanya. Hal 2 dari 8

c. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi, terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, b, dan c Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, di wilayah kerjanya. d. Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap orang asing pemegang izin Keimigrasian sebagaimana disebut dalam pasal 24 ayat (2) huruf a, b, c dan d Undang-Undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, di seluruh wilayah Indonesia. 2. Pertimbangan dan alasan dalam menetapkan Tindakan Keimigrasian, antara lain ; a. Tergolong orang-orang sebagaimana dalam pasal 19 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.02-PW.09.02 tanggal 14 Maret Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian, yang ditemukan berada di wilayah Indonesia. b. Terdapat cukup bukti, bahwa yang bersangkutan bermaksud untuk berada di Indonesia, dan bila diajukan ke pengadilan, akan menggunakan upaya hukum mulai dari Banding, Kasasi dan jika perlu Grasi, dan atau akan digunakan kesempatan oleh orang asing yang menjadi buronan dari Negara sendiri (terlihat kasus-kasus berat atau pelarian dari Negara-negara yang sedang bergolak). c. Menurut pertimbangan politis, ekonomis, sosial dan budaya serta keamanan dipandang lebih efektif dari pada tindakan Pro Justisia. 3. Tata Cara Penyelenggaraan Tindakan Keimigrasian terdiri dari : a. Tempat Pemeriksaan Imigrasi. 1) Penolakan masuk ke wilayah Indonesia terhadap Orang asing yang tergolong dalam pasal 8 dan pasal 17 No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, ditolak masuk wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (a) Pejabat Imigrasi meneliti tentang kemungkinan adanya Orang Asing yang memenuhi unsur-unsur pasal 8 dan 17 Undangundang No.9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. (b) Sebagai pelaksanaannya Pejabat Imigrasi menerakan cap tertentu pada surat perjalanan orang asing tersebut. (lampiran 1) (c) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 (tiga) kepada atasan langsung/kepala Kantor Imigrasi yang membawahi. (lampiran 2) (d) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/ Kepala Bidang Imigrasi dengan Hal 3 dari 8

tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. (lampiran 3) 2) Penolakan/Penangguhan tanda bertolak terhadap orang asing yang dikenakan tindakan pencegahan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 11 Undang-undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian dan penjelasannya, ditolak keberangkatannya keluar wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (a) Pejabat Imigrasi wajib menolak keberangkatan setiap orang yang tercantum dalam Daftar Cegah dan setiap orang yang mendapatkan petunjuk Direktur Jenderal Imigrasi untuk ditangguhkan bertolak. (b) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 ( tiga ) kepada atasan langsung/kepala Kantor Imigrasi yang membawahi. (lampiran 4) (c) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. (lampiran 3) b. Kantor Imigrasi 1) Pejabat Imigrasi yang berwenang wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang diterima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun Instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Interogasi dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan tersebut. 2) Kepala Kantor Imigrasi setelah mempelajari resume serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang izin singgah dan izin kunjungan. Sedangkan Tindakan Keimigrasian bagi pemegang Izin Tinggal Terbatas diajukan kepada Kakanwil Depkeh dalam hal ini Korim/Kabidim untuk mendapat persetujuan, dan izin Tinggal tetap diajukan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan untuk mendapat keputusan. Keputusan tersebut dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi serta tembusan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan (lampiran 5). Hal 4 dari 8

3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau sponsornya. 4) Kepala Kantor Imigrasi apabila mendapatkan pelanggaran Keimigrasian oleh Orang Asing pemegang Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal Tetap diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian / Kepala Bidang Imigrasi untuk mendapatkan keputusan dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. c. Kantor Wilayah Departemen Kehakiman. 1) Pejabat Imigrasi yang berwenang wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang diterima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Interogasi dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan tersebut. 2) Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi setelah mempelajari resume serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang izin singgah, izin kunjungan, dan izin tinggal terbatas. Keputusan tersebut dilaporkan kepada Direktur Jenderal imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan. (lampiran 6). 3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau sponsornya. 4) Kepala Kantor Departemen Kehakiman Tindakan Keimigrasian dalam hal ini Koordinator urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi apabila mendapatkan pelanggaran Keimigrasian oleh Orang Asing pemegang Izin Tinggal Tetap diajukan kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian untuk mendapatkan keputusan. d. Direktorat Jenderal Imigrasi. 1) Pejabat Imigrasi yang berwenang di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Imigrasi wajib melaksanakan pemeriksaan atas laporan yang diterima tentang setiap pelanggaran di bidang Keimigrasian baik dari masyarakat, mass media maupun instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan kemudian membuat Resume dari hasil pemeriksaan. 2) Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian setelah mempelajari resume serta segala alat bukti memberikan Keputusan Tindakan Keimigrasian bagi Orang Asing pemegang Izin Singgah, Izin Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal Tetap. Hal 5 dari 8

Keputusan tersebut dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi di mana orang asing itu berada. Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian disampaikan kepada Orang Asing yang dikenakan tindakan Keimigrasian paling lama 7 (tujuh) hari terhitung tanggal Surat Keputusan ditetapkan. (lampiran 7) 3) Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berlaku efektif sejak diterimanya Surat Keputusan tersebut oleh orang asing atau kuasanya atau sponsornya. e. Pelaksanaan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian tetap berlaku, walaupun orang asing yang bersangkutan mengajukan keberatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. Setiap Orang Asing yang dikenakan Tindakan Keimigrasian berupa pengusiran dilakukan dengan menerakan tanda pengusiran pada Surat Perjalanannya. (lampiran 8) g. Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menghimpun laporan penolakan secara periodik dan diinformasikan kepada Direktur Konsuler Departemen Luar Negeri. h. Setiap pengusiran atau deportasi harus tetap dilakukan di bawah pengawasan Pejabat Imigrasi, dan pelaksanaan Tindakan Keimigrasian dilaporkan kepada Direktur Jenderal Imigrasi. 4. Administrasi Tindakan Keimigrasian. a. Proses Penerbitan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berupa Surat Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi atau dari Kepala Wilayah Departemen Kehakiman dalam hal ini Koordinator Urusan Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi kepada Direktur Jenderal imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, dilampiri antara lain : 1) Berita Acara Pemeriksaan (Interogasi); 2) Resume; 3) Lampiran-lampiran yang diperlukan. b. Kelengkapan administrasi yang bukan merupakan isi berkas kasus tindakan Keimigrasian, berupa : 1) Buku register surat perintah memuat : a) Nomor dan tanggal; b) Nama Petugas yang diperintah; c) Nama Orang Asing yang terkena tindakan keimigrasian; d) Kebangsaan orang asing yang terkena tindakan Keimigrasian; e) Uraian singkat pelanggaran; f) Keterangan. 2) Buku register tindakan Keimigrasian memuat : Hal 6 dari 8

a) Nomor dan tanggal; b) Nama Orang Asing yang terkena tindakan keimigrasian; c) Tempat dan tanggal lahir; d) Kebangsaan orang asing yang terkena tindakan Keimigrasian; e) Nomor Paspor; f) Jenis Dokumen Keimigrasian; g) Jenis tindakan Keimigrasian; h) Nomor Surat keputusan tindakan Keimigrasian; i) Keterangan. PENUTUP 1. Segala ketentuan yang bertentangan dengan Petunjuk Pelaksanaan ini dinyatakan tidak berlaku. 2. Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan ini akan diatur lebih lanjut. 3. Petunjuk Pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal 01 April 1995. Ditetapkan di : Jakarta. Pada tanggal : 15 Maret 1995. DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI RONI SIKAP SINURAYA Hal 7 dari 8

Lampiran : 1 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-314.IL.02.10 Tahun 1995 TANGGAL : 15 Maret 1995. KETERANGAN : 1. Cap penolakan izin masuk diterakan dengan tinta warna merah 2. Isilah nomor pasal di samping article :... sesuai dengan masalah penolakan. 3. Isilah tanggal penolakan dengan tulisan tangan pada garis titik-titik di bawah article. 4. Isilah nomor penolakan di bawah tanggal, misalnya 001 atau 017 5. Cap penolakan izin masuk agar dibubuhi paraf oleh pejabat yang menolak. 6. Jika di tempat pemeriksaan imigrasi terdapat beberapa unit pendaratan, maka di tengah-tengah tulisan Immigration of Indonesia dan Soekarno-Hatta Airport diberi kode unit. Lampiran : 2 Hal 8 dari 8