diatur dalam KUHAP belum dilaksanakan secara konsekuen.

dokumen-dokumen yang mirip
Meminimalisir Bolak Baliknya Perkara Antara Penyidik dan Penuntut Umum.

1. Penerapan KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Berdasarkan angka 1 dan 2 diatas dan dengan pertimbangan hal-hal, antara lain: 1. Azas peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLlK INDONESIA JAKARTA

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Mencermati Peradilan di Indonesia

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

BAB V PENUTUP. Praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh Penulis selama kurang lebih 2

MEDIA RELEASE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

LAPORAN KEJADIAN NO... Nama :... Jenis kelamin :... Pekerjaan :... Tempat Tinggal :... Kebangsaan :...


KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

SAMPUL BERKAS PERKARA Nomor: BP-../PPNS PENATAAN RUANG / /20..

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Instrumen Perdata untuk Mengembalikan Kerugian Negara dalam Korupsi

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBONGKARAN BANGUNAN

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

Lex Crimen Vol. IV/No. 4/Juni/2015

PERATURAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NESARA REPUBLIK IN D O N E S IA DAN JAKSA ASUNb REPUBLIK IN D O N E S IA NO. POL.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Ta

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

130/PMK.03/2009 TATA CARA PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN UNTUK KEPENTINGA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Keterkaitan : Peralatan/Perlengkapan :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

KAJIAN JURIDIS TERHADAP PEMERIKSAAN TAMBAHAN DEMI KEPENTINGAN PENYIDIKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 099/KMA/SKB/V/2010 NOMOR : M.HH-35.UM.03.01TAHUN 2010 NOMOR : KEP-059/A/JA/05/2010 NOMOR : B/14/V/2010

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA, 03 JUNI

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang d

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA TINDAK PIDANA DARI KEJAKSAAN KEPADA KEPOLISIAN 1 Oleh : Ridwan Afandi 2

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

STANDART OPERASIONAL KEPANITERAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PERMOHONAN KASASI PERKARA PIDANA YANG TERDAKWANYA BERADA DALAM STATUS TAHANAN

FUNGSI MAHKAMAH AGUNG DALAM MENERIMA PENINJAUAN KEMBALI SUATU PERKARA PIDANA 1 Oleh: Eunike Lumi 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PIDANA

Transkripsi:

JAKSAAGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 26 Pebruari 2009 SURAT EDARAN NOMOR : SE-004/A/J N02l2OOg TENTANG MEMINIMALISIR BOLAK BALIKNYA PERKARA ANTARA PENYIDIK DAN PENUNTUT UMUM Keluhan yang hidup di masyarakat dalam penanganan perkara pidana umum adalah bolak-baliknya perkara antara penyidik dan penuntut umum, hal tersebut pada hakekatnya sesuai dengan hasil inventarisasi dan eksaminasi terhadap penanganan perkara pidana di seluruh lndonesia, yang masih menemukan banyaknya perkara pidana yang penanganannya berlarut-larut, sehingga tidak memberikan kepastian hukum bagi pencari keadilan dan bertentangan dengan asas yang dianut oleh KUHAP, yaitu peradilan secara cepat, sederhana dan biaya ringan. Berdasarkan hasil evaluasi, terjadinya penanganan perkara yang berlarut-larut tersebut, dikarenakan ketentuan yang diatur dalam KUHAP belum dilaksanakan secara konsekuen. Menindak lanjuti Rapat Kerja Kejaksaan Republik lndonesia tahun 2008, yang antara lain menyepakati untuk melaksanakan Hukum Acara Pidana secara konsekuen, sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU Nomor 8 Tahun 1981), guna mencegah berlarut-larutnya penanganan perkara pidana yang merugikan para pencari keadilan, bersama ini disampaikan petunjuk sebagai berikut: 1. Dalam hal Kajati lkalari / Kacabjari menerima surat pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP)dari penyidik Polri/ PPNS / penyidik lainnya, agar segem menunjuk Jaksa Penunfut Umum untuk mengikuti 271

perkembangan penyidikan perkara tindak pidana dengan menerbitkan formulir P-16. 2. Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk, agar membina hubungan koordinasi dan konsultasi dengan penyidik dalam rangka penyeresaian penyidikan perkara secara cepat, sederhana dan biaya ringan, sehingga dapat dicegah terjadinya penanganan perkara yang berlarut-larut. pelaksanaan hasil koordinasi dan konsultasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara pelaksanaan koordinasi dan konsultasi antara Penuntut umum dengan Penyidik (terlampir) dan diupayakan agar setiap berkas perkara yang diserahkan tahap pertama oleh penyidik telah dilakukan koordinasi dan konsultasi terlebih dahulu. 3. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) harisejak diterimanya spdp, penyidik belum menyampaikan hasil penyidikan, Kajati I Kajari / Kacabjari agar meminta perkembangan hasil penyidikan kepada penyidik dengan menerbitkan P-17. 4. Apabila berdasarkan hasil penelitian Jaksa Penuntut Umum terhadap berkas perkara ditemukan adanya kekurangan, dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya berkas perkara, Jaksa Penuntut Umum memberitahukan hal tersebut kepada penyidik, dan dalam waktu 14 hari sejak diterimanya penyerahan tahap pertiama, Jaksa Penuntut Umum mengembalikan berkas perkara tersebut disertai petunjuk yang harus dilengkapi. 5. Sesuai ketentuan Pasal 110 ayat (3) KUHAP, penyidik wajib segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum dan dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal penerimaan berkas yang telah diberi petunjuk oleh Jaksa Penuntut Umum, penyidik sesuai ketentuan Pasal 138 ayat (2) KUHAP harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara tersebut kepada Jaksa penuntut Umum. 6. Apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari, penyidik belum menyampaikan kembali berkas perkara yang telah dilengkapi sesuai petunjuk Jaksa, maka penyidikan tambahan yang dilakukan oleh penyidik menjadi tidak sah, karena tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 138 ayat (2) KUHAp, dan untuk itu, Kajati lkqari / Kacabjari, agar memberitahukannya kepada penyidik. 272

7. Untuk mencegah hasil penyidikan tidak menjadicacat hukum karena tidak (2) KUHAP, dapat dilakukan 138 ayat Pasal ketentuan sesuai dengan dengan mengoptimalkan foru m koordinasi,lan konsultasi antara Penu ntut Umum dengan penyidik dalam pelaksanaan penyidikan negara. 8. Terhadap berkas perkara yang berdasarkan hasil-penelitian telah lengkap, aga r Kajati lkqarilkaca bja ri segera menerbitka n P -21, da n a pa bi la dalam waktu 30 hari sejak diterbitkannya P-21 penyidik belum melakukan penyerahan berkas perkara tahap kedua, Kajati/Kajari/Kaca bjari menegu r penyidik dengan menerbitkan formulir P-21A, dan apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya formulir P-214 penyidik belum melakukan penyerahan tahap ll, maka demi kepastian hukum serta sesuai asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, Kajati lkalan / Kacabjari agar mengembalikan berkas perkara tersebut kepada penyidik dan menghapus perkara tersebut dari Register Perkara yang ada di Kejaksaan. 9. Kajati lkalarii Kacabjari agar melaporkan kepada Kejaksaan Agung, setiap perkara yang dikembalikan kepada penyidik dengan petunjuk atau yang telah dinyatakan lengkap, tetapi tidak ditindak lanjuti oleh penyidik sesuai petunjuk dalam surat edaran ini, dengan tembusan disampaikan kepada atasan penyidik dan Ketua Pengadilan Negeri setempat. Demikian untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya. JAKSA AGUNG REPUBLIK!NDONESIA Ttd. HENDARMAN SUPANDJI 273

BERITA ACARA KONSULTASI DAN xdonornesr PENANGANAN PERKARA... Pada hari ini... tanggal bertempat di Kejaksaan Agung Rl / Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri/ Cabang Kejaksaan Negeri... kami : 1. Nama NIP / NRP 2. Nama NIP / NRP Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Agung / Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri / Cabang Kejaksaan yang ditunjuk dengan Surat Perintah JAM PIDUM / Kajati I Kalari / Kacabjari... (P.16) Nomor:... tanggal... telah melaksanakan konsultasi dan koordinasidengan penyidik Mabes Polri/ Polda / Polwil/ Polres / PPNS: Negeri...... 1. Nama NIP / NRP 2. Nama NIP / NRP pidana Pasal Dalam perkara tindak yang disangka melanggar Tentang 274... atas nama tersangka... UU Nomor Tahun

1. Pembahasan konsultasi meliputi : 1) Pembahasan kelengkapan formil 2) Pembahasan kelengkapan materiil 2. Hasil Konsultasidan koordinasi 1) Kelengkapan formil Dari hasil pembahasan kelengkapan formil, telah ditemukan kekurangankekurangan yang akan dilengkapi sebagai berikut : a.... b. 2) Kelengkapan materiil a. pasal yang disangkakan : Pasal dengan unsur-unsur : - barang siapa - - - b. Alat buktiyang ditemukan : - Keterangan saksi; - Keterangan ahli; - Surat; - Petunjuk; - Keterangan terdakwa / tersangka; - lnformasi elektronik / dokumen etektronik / hasil cetaknya. 275

c. Berdasarkan hasil konsultasi dan koordinasi berkas perkara belum memenuhi syarat formil dan materiil untuk dilimpahkan ke pengadilan dan perlu dilakukan penyidikan tambahan dengan cara memeriksa saksi / ahli / tersangka alat-alat bukti lainnya untuk membuktikan unsur-unsur: - 3. Kesimpulan 1) Disepakati penyidik akan 2) melengkapi berkas perkara dengan cara : Konsultasi dan koordinasi terhadap penyidikan tambahan perkara ini akan dilanjutkan kembali sebelum dilakukan penyerahan berkas perkara tahap pertama pada tanggal Demikian Berita Acara Konsultasi dan Koordinasi ini kami buat dengan sebenarbenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Penyidik 276 Penuntut Umum