Penyebaran Populasi Sista Globodera

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gejala Penyakit. (a) Gambar 7 Tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng tahun 2012 (a) terinfeksi NSK, (b) sehat.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAB 3. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan bekas alang-alang di Desa Blora Indah

3. METODE DAN PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. dengan Yokohama National University Jepang yang dilaksanakan di Kebun

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis percobaan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang kerjasama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorim Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

PENGENDALIAN NSK (NEMATODA SISTA KUNING) DENGAN BAHAN ALAMI BERKHITIN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman tebu di PT. Gunung Madu

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

Sumber : Nurman S.P. (

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BABHI BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Tahun Bawang

BAB III METODE PENELITIAN

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, selama 3 bulan dimulai dari

II. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. sistem olah tanah dengan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan. yang digunakan adalah benih kacang panjang (Parade),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Studi Rehabilitasi Tanah yang

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Perkebunan pisang PT Nusantara Tropical Farm (NTF) terletak di

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

Transkripsi:

Penyebaran Populasi Sista Globodera sp. Berdasarkan Penggunaan Lahan dan Kedalaman Tanah di Sentra Penanaman Kentang Desa Karang Tengah, Kacamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Edi Suwardiwijaya NPM: 41035003035016

POKOK PENYAMPAIAN POKOK PENYAMPAIAN I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L.) komoditas unggulan dengan nilai ekonomis tinggi Produksi masih rendah <11,5 ton/ha (potensi 20-30 ton/ha) Muncul OPT baru Globodera sp. (Heteroderidae) golden cyst nematode (nematoda sista kuning, NSK) OPTK Kategori A2 Perlu tindakan darurat (tndakan karantina) eradikasi/eliminasi (tujuan akhir OPTK hilang) Perlu penelitian potensi OPT baru (biologi, ekologi, resiko ekonomi, pengamatan, peramalan, pengendalian) Salah satu dasar tindakan karantina/pengendalian mengetahui penyebaran populasi sista (penggunaan lahan / kedalaman tanah)

I. PENDAHULUAN Identifikasi Masalah Apakah penggunaan lahan berpengaruh terhadap padat populasi sista Globodera sp.? Apakah terdapat perbedaan padat populasi sista Globodera sp. pada kedalaman tanah tertentu?

I. PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penelitian Membandingkan padat populasi sista Globodera sp. pada lahan pertanaman kentang, lahan olah bekas penanaman kentang yang siap ditanami kentang kembali dan lahan bekas penanaman kentang yang sedang ditanami komoditi lain non-inang Globodera sp.. (kubis). Untuk mengetahui penyebaran dan perbedaan padat populasi sista Globodera sp. berdasarkan interval kedalaman tanah tertentu.

I. PENDAHULUAN Kegunaan Penelitian Bahan informasi dan masukan bagi petani, petugas proteksi tanaman dan peneliti lain dalam melakukan pengamatan/ pemantauan, peramalan dan pengambilan keputusan pengendalian Globodera sp.

I. PENDAHULUAN Kerangka Pemikiran Maret 2003: awal NSK dilaporkan di Kota Batu, Malang, Jatim (varietas Granola, luas 25% dari luas tanaman 800 ha) Siklus hidup (telur, larva, dewasa) 38-48 hari. Daur hidup antara 5-7 minggu (lingkungan). Produksi telur 200-500 butir. Mampu hidup pada lingkungan tdk cocok, membentuk sista (tahan 10 th) Introduksi establish (areal terinfeksi permanen) perlu waktu 7-8 th. Pop. awal NSK yang menimbulkan kerugian adalah 31 sista hidup per 100 gram tanah Sitosi AIBA survey NSK di Indonesia dengan contoh tanah pada kedalaman 5 15 cm sebanyak 5 (lima) titik pada 1 (satu) lahan Rotasi tanaman kentang varietas tahan atau tanaman lain yang bukan inang NSK selama 3-4 tahun dapat menekan NSK sampai 98%

I. PENDAHULUAN Hipotesis 1. Terdapat perbedaan padat populasi sista pada panggunaan lahan. 2. Terdapat perbedaan padat popualsi sista pada interval kedalaman tanah. 3. Terdapat interaksi padat populasi sista antara penggunaan lahan dengan interval kedalaman tanah.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN TEMPAT PENELITIAN, PEGUNUNGAN DIENG Desa Karang Tangah Kecamatan Batur Kab. Banjarnegara Prop. Jawa Tengah Posisi geografis : 07 o 12 41 LS 109 o 53 04,7 BT Ketinggian 1.996 m dpl Tanah Andosol Kandungan organik: 8 30 persen, ph 4,5 6,0 Daya ikat air tinggi WAKTU PENELITIAN JULI SEPTEMBER 2006

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan Dan Alat Penelitian KEGIATAN LAPANG: cangkul, sendok semen, penggaris ukuran 50 cm, kantong plastik, karet gelang, spidol, kertas label, GPS, KEGIATAN LABORATORIUM: Automatic Sieve Shaker, mikroskop binokuler hand counter, timbangan elektrik, nampan penampung contoh, gelas plastik, cawan petri, corong, botol pencuci, sendok, kuas kecil, jarum, pinset dan kertas saring

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Rancangan percobaan: Metode Penelitian Rancangan penelitian eksperimental semu (bertujuan untuk memperoleh informasi dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua variabel yang relevan) Rancangan percobaan 2 faktor (faktorial 3 x 4), ulangan 3 Disain split-plot (faktor utama), RAK (kedalaman tanah)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Rancangan percobaan : (lanjutan) Faktor Utama: Perbedaan penggunaan lahan (a), yaitu: a 1 = Lahan kentang yaitu lahan yang sedang ditanami kentang umur 90 hst. a 2 = Lahan olah yaitu lahan bekas tanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami kentang kembali. a 3 = Lahan kubis yaitu lahan bekas tanaman kentang yang sedang ditanami komoditi lain non-inang Globodera sp. (kubis, Brassica oleracea var. cavitata) ) Sub-faktor: Interval kedalaman tanah (b), yaitu: b 1 = 0 10 cm, b 3 = 20 30 cm, b 2 = 10 20 cm, b 4 = 30 40 cm

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN (B) Interval kedalamantanah Ulangan I II III Ulangan I II III A 1 B 4 A 1 B 1 A 1 B 3 A 1 B 2 A 1 B 4 A 1 B 2 A 1 B 1 A 1 B 3 A 1 B 1 A 1 B 2 A 1 B 3 A 1 B 4 A 2 B 4 A 2 B 2 A 2 B 3 A 2 B 1 A 2 B 4 A 2 B 3 A 2 B 1 A 2 B 2 A 2 B 1 A 2 B 2 A 2 B 4 A 2 B 3 (A 1 ) Petak Kentang (A 2 ) Petak Olah Layout Percobaan Ulangan I II III A 3 B 3 A 3 B 2 A 3 B 4 A 3 B 1 A 3 B 3 A 3 B 2 A 3 B 4 A 3 B 1 A 3 B 1 A 3 B 3 A 3 B 4 A 3 B 2 (A 3 ) Petak Kubis

(Lahan yang sedang ditanami kentang Granola umur 90 hst.) Milik H. Yunianto Varietas Granola Umur 90 hst Luas 5.000 m 2 (digunakan 1.200 m 2 ) Jarak tanam 25 x 25 cm (2 baris dalam 1 guludan) Lebar guludan 40 cm, tinggi 35 cm, Antar guludan 70 cm, lebar parit 35 cm Ditanami kentang sejak tahun 1985 Gejala serangan NSK sejak tahun 2004 Asal bibit kentang pertama dari Jerman Bibit 800 kg per 5.000 m2 (1,6 ton per hektar) Tanaman kentang terserang busuk hawar daun, Phytophthora infestans (27,7%), layu bakteri, Pseudomonas solanacearum (43,7%), dan NSK, Globodera sp. (39,7%)

(Lahan bekas penanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami kentang kembali) Milik H. Cipto Luas 2.000 m 2 (digunakan 1.200 m 2 ) Bekas pertanaman kentang varietas Granola Sejak tahun 1987 ditanami kentang Sejak tahun 2004 kentang telah terserang NSK Produksi kentang musim tanam lalu 3 ton per 2.000 m 2 (15 ton per ha)

(Lahan bekas penanaman kentang yang sedang ditanami komoditi lain no-inang Globodera sp. (kubis, Brassica oleracea var. cavitata, varietas Breen Coronet) Garapan Mahfud, sebelumnya Salno Lahan sedang ditanami komoditi lain bukan inang Globodera sp. (kubis, Brassica oleracea var. Cavitata) Varietas kubis Green Coronet, baru selesai dipanen Hasil panen kubis 4,5 ton (12,5 ton per hektar ) dari luas lahan 3.600 m 2 Lahan ditanami kentang sejak tahun 1982 Musim lalu tanam kentang varietas Granola Terserang NSK sejak tahun 2003 Percobaan seluas 1.200 m2 dari 3.600 m 2

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Metode pengambilan contoh Ukuran petak 500 m 2 1 Contoh tanah sebanyak 10 titik per petak 9 10 2 3 Volume contoh tanah per titik 100 gram Pola pengambilan contoh tanah, tipe C (Shurtleff and Averre, 2000) 10 M 7 8 6 4 5 10 M

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Metode pengamatan di laboratorium

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Metode analisis data Sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan yaitu metode analisis faktorial 3 x 4 untuk disain split- plot

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Pendukung Monografi Desa Karang Tengah Luas wilayah 488.811 hektar (kentang 331 ha dan kubis 10 ha dari data panen tahun 2005, Ketinggian antara 1500 2100 meter dpl Tanah Andosol (berwarna kelabu, sangat berpori, sangat gembur dengan struktur remah, tergolong kaya/subur, sifat fisiknya cukup baik, potensi tinggi terutama di daerah datar, sedangkan di daerah berlereng curam rawan erosi, pusat tanaman hortikultura, tanaman perkebunan teh, kina, kopi, tembakau, dan palawija (Bakosurtanal, 1998/1999; Puslitanak, 2000), kandungan organik 8 30%, ph 4,5 6,0 dengan daya pengikat air tinggi (Tan, 1965 dalam Hadisoeganda, 2006)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Pendukung (lanjutan) Tipe Iklim dan Curah Hujan 600 500 Rata-rata 1999-2005 Rata-rata 30 tahun Tipe Hujan Boerema No. 28 Tipe Hujan Boerema No. 28 Tipe Iklim Oldeman tipe B1 curah hujan sebulan 200 mm selama 8 bulan (Oktober Mei) dan < 100 mm (Agustus) Pada ketinggian 2.000 m dpl suhu antara 12,2 o - 18,9 o C dan pada ketinggian 1.000 m antara 17,5 o 25,1 o C. Kelembaban Oktober 80% dan maksimum Februari mencapai 94% (Hadisoeganda, 2006) CH (mm) 400 300 200 100 0 J F M A M J J A S O N D Bulan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Pendukung (lanjutan) Penyebaran Pertanaman Kentang di Kab. Banjarnegara Kab. Banjarnegara: 20 kecamatan, luas wilayah 106.970.997 ha. Pertanaman kentang menyebar di 3 kecamatan Kecamatan Batur (3.642 ha), Pejawaran (1.828 ha dan Wanayasa (254 ha) Tahun 2005 produksi kentang 1.011.738 ton dari luas panen 5.724 ha.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Pendukung (lanjutan) Perkembangan dan Penyebaran Serangan Globodera sp. Tahun 2003 pertama kali dilaporkan di Kecamatan Batur (23 ha), menyebar di 5 desa yaitu (Karangtengah, Sumberejo, Bakal, Pekasiran, dan Batur). Tahun 2004 serangan menyebar ke 2 desa lain di Kecamatan Batur (Kepakisan dan Pesurenan) dan 2 desa di Kecamatan Pejawaran ( Condongcampur dan Sidengok), luas serangan 21 ha. Tahun 2005 luas serangan 47 ha dan jumlah desa bertambah di Kecamatan Batur (Dieng Kulon) dan 2 desa di Kecamatan Pejawaran (Gembol dan Grogol).

Rata-rata Padat Populasi Sista Globodera sp. Berdasarkan Petak Contoh Penggunaan Lahan dan Interval Kedalaman Tanah Dalam Tiga Ulangan Penggunaan lahan (A) Lahan Kentang (A 1 ) Lahan Olah (A 2 ) Lahan Kubis (A 3 ) Interval Ulangan (r) Kedalaman tanah (B) I II III Jumlah Rata-rata 0 10 cm (B 1 ) 234,4 307,0 254,4 795,8 265,3 10-20 cm (B 2 ) 235,4 324,0 116,4 675,8 225,3 20-30 cm (B 3 ) 162,2 288,0 112,0 562,2 187,4 30-40 cm (B 4 ) 91,8 114,4 99,2 305,4 101,8 0 10 cm (B 1 ) 118,2 91,0 128,2 337,4 112,5 10-20 cm (B 2 ) 264,6 297,4 294,8 856,8 285,6 20-30 cm (B 3 ) 285,4 242,6 196,2 724,2 241,4 30-40 cm (B 4 ) 170,0 76,2 25,0 271,2 90,4 0 10 cm (B 1 ) 348,2 640,8 480,8 1.469,8 489,9 10-20 cm (B 2 ) 699,6 801,6 803,2 2.304,4 768,1 20-30 cm (B 3 ) 747,8 853,4 760,8 2.362,0 787,3 30-40 cm (B 4 ) 668,6 1.082,2 964,0 2.714,8 904,9 Jumlah 4.026,2 5.118,6 4.235,0 13.379,8 4.459,9 Rata-rata 335,5 426,6 352,9 1.115,0 371,7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel Sidik Ragam Sumber Variansi db Jumlah Kuadrat Rerata Kuadrat Nilai F- Nilai F-tabel hitung 0,05 0,01 Blok/ Ulangan (u) 2 56.046,78 28.023,39 - - - Penggunaan lahan (a) 2 2.411.115,82 1.205.557,91 59.42 6,94 18,00 Galat a (ga) 4 81.154,52 20.288,63 - - - Kedalaman tanah (b) 3 98.616,95 32.872,32 8,75 3,16 5,09 Interaksi (ab) 6 305.867,84 50.977,97 13,57 3,66 4,01 Galat b (gb) 18 67.598,25 3.755,46 - - - Total (t) 35 3.020.400,15 86.297,15 - - -

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 800 a Rata-rata pop. sista 700 600 500 400 300 200 100 b b Perbedaan Padat Populasi Sista Globodera sp. Pada Petak Contoh Penggunaan Lahan Yang Berbeda (Duncan s) 0 Lahan Kentang Lahan Olah Lahan Kubis Petak contoh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 450 Rata-rata Pop. sista 430 410 390 370 350 330 310 290 270 b a a ab Perbedaan Padat Populasi Sista Globodera sp. Pada Interval Kedalaman Tanah Yang Berbeda (Duncan s) 250 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm Interval kedalaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata padat populasi sista per 100 gram contoh tanah 1,000 800 600 400 200 0 b B ab b B B Lahan Kentang Lahan Olah Lahan Kubis a Linear (Lahan Kentang) C Poly. (Lahan Olah) AB Log. (Lahan Kubis) a a AB B a a A a A AB a A A a a 0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm Interval kedalaman tanah Penyebaran Padat Populasi Sista Globodera sp. Berdasarkan Interval Kedalaman Tanah Pada Petak Contoh Lahan Kentang, Olah, dan Kubis. (t-test)

V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : 1. Sista Globodera sp. ditemukan pada seluruh contoh tanah, baik pada setiap petak contoh maupun interval kedalaman tanah. 2. Berdasarkan penggunaan lahan, pop. sista tertinggi terdapat pada lahan kubis yaitu lahan bekas penanaman kentang yang sedang ditanami kubis, lalu lahan kentang yaitu yang sedang ditanami kentang umur 90 hst dan lahan olah yaitu lahan bekas penanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami kentang kembali. 3. Berdasarkan interval kedalaman, pop. sista tertinggi terdapat pada kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm, lalu 30-40 cm dan 0-10 cm.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: (lanjutan) 4. Pengaruh interval kedalaman tanah terhadap padat populasi sista pada setiap penggunaan lahan adalah sebagai berikut: Pada lahan kentang yaitu lahan yang sedang ditanami kentang umur 90 hst., pop. tertinggi terdapat pada kedalaman 0-10 cm, semakin dalam populasi semakin menurun mengikuti model linier negatif Pada lahan olah yaitu yaitu lahan bekas penanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami kentang kembali, pop. tertinggi pada kedalaman 10-30 cm diikuti populasi pada kedalaman 0-10 cm dan 30-40 cm mengikuti model polinomial Lahan kubis yaitu lahan bekas penanaman kentang yang sedang ditanami kubis : Pop. terendah pada kedalaman 0-10 cm, dan semakin dalam s.d. 40 cm pop. semakin tinggi mengikuli model logaritmik positif

V. KESIMPULAN DAN SARAN Saran : 1. Pengambilan contoh tanah dalam pengamatan sista Globodera sp. secara umum pada berbagai jenis penggunaan lahan dapat dilakukan pada interval kedalaman tanah 10 30 cm 2. Jika pengamatan sista Globodera dilakukan berdasarkan penggunaan lahan maka (a) pada lahan yang sedang ditanami kentang umur 90 hst contoh tanah sebaiknya diambil dari interval kedalaman 0-10 cm, (b) pada lahan olah yaitu lahan bekas tanaman kentang yang telah diolah dan siap ditanami kentang kembali dari kedalaman 10-30 cm, dan (c) pada lahan kubis yaitu lahan bekas tanaman kentang yang sedang ditanami kubis dari kedalaman 20-40 cm.

V. KESIMPULAN DAN SARAN Saran (lanjutan) : 3. Pop. sista Globodera sp. ditemukan sampai kedalaman 40 cm, maka pengendalian yang efektif perlu menggunakan teknologi yang mampu menembus sampai kedalaman tersebut. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih dalam mengenai penyebaran horisontal dan vertikal sista Globodera sp. di lokasi atau pada penggunaan lahan yang berbeda.

VI. DAFTAR PUSTAKA AIBA, Satosi, 2003. Control of Potato Cyst Nematode. National Agricultural Research Center, JAPAN. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003. Anonim, 2003. PENGENALAN DAN PENGENDALIAN NEMATODA SISTA KUNING Globodera rostochiensis Wollienweber. Direktorat Perlindungan Hortikultura. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dan JAPAN INTERNATIONAL COORPORATION AGENCY. Edisi Revisi. Duriat, A.S., Thomas Agoes Sutiarso, Laksminiwati Prabaningrum dan Rakhmat Sutarya, 1994. PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA-PENYAKIT TERPADU PADA BUDIDAYA KENTANG. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gomez, K.A. and Gomez K., 1976. Statistical procedures for agricultural research with emphasis on rice. THE INTERNATIONAL RICE RESEARCH INSTITUTE. LOS BANOS, LAGUNA, PHILIPPINESS. Hamzah, A., 2003. PROGRAM TINDAKAN DARURAT PENYEBARAN OPT KARANTINA, Globodera rostochiensis (Wolienweber) Mulvey & Stone. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003. Mulyadi, Bambang Tahayu TP, B. Triman, Siwi Indarti, 2003. IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI Globodera rostochiensis. Handout Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003. Subijanto, 1985. CONSTRAINTS ON AND OPPORTUNITIES IN THE PRODUCTION OF VEGETABLES IN INDONESIA. Central Research Institute for Horticulture, Pasarminggu, Jakarta. Dalam PRODUCTION OF VEGETABLES IN THE TROPICS AND SUB-TROPICS. Proceeding of the 23th Internaional Symposium on Tropical Agriculture Research. Tsu, Japan, September 20-22, 1989. Tropical Agriculture Research Series (TARC) No. 23, March 1990. p. 37. Soeganda, A.W.W., 2003. PENGENDALIAN TERPADU NEMATODA SISTA EMAS (GOLDEN CYST NEMATODE Globodera rostochiensis) PADA TANAMAN KENTANG. Makalah Seminar Sehari Penaggulangan Nematoda Globodera sp. Pada Tanaman Kentang. Jakarta, 3 April 2003. Widasari, S., 1988. MATERI POKOK RANCANGAN PERCOBAAN. STAT4431. Universitas Terbuka

1. Infestasi Globodera sp. pada lahan kubis lebih awal dibandingkan pada lahan kentang dan lahan olah. Hasil wawancara dg petani dan petugas, pada lahan kubis mulai menampakan gejala serangan NSK sejak tahun 2003, sedangkan pada lahan kentang dan olah sejak tahun 2004. 2. Penanaman kentang pada lahan kubis lebih awal dibandingkan pada lahan kentang dan lahan olah sehingga frekuensi penanaman kentang lebih banyak. Hasil wawancara dengan petani, lahan kubis mulai ditanami kentang sejak tahun 1982, sedangkan lahan kentang 1985 dan lahan olah 1987. 3. Padat populasi sista dorman pada lahan kubis relatif tidak berubah (tetap dari sisa akhir penanaman kentang musim sebelumnya) karena tidak ada penetasan. Sedangkan pada lahan kentang dan lahan olah karena masih ada rangsangan eksudat akar kentang maka populasi sista banyak yang menetas sehingga populasi sista rendah Southey (1974) dalam Patrik et.al. dalam Marks and Brodie (1998) menerangkan bahwa penyebaran horisontal sista pada areal yang telah terinfeksi mengikuti awal infestasi sista pada satu atau beberapa titik di lahan, selanjutnya sedikit demi sedikit akan menyebar dan membentuk foci sekunder. Menurut Hadisoeganda (2006) populasi larva dan sista mempunyai prevalensi rendah dan densitas yang sangat bervariasi. Makin sering frekuensi suatu lahan ditanaman kentang menyebabkan makin banyak dan berkesinambungan persediaan makanan sehingga prevalensi dan densitas sista NSK di dalam tanah makin banyak

Mengapa pop. Sista pada lahan kentang tertinggi pada kedalaman 0 10 cm dan terus menurun pada interval yang lebih dalam? NSK menyerang akar dan sista terbentuk menempel pada akar sehingga sista berkumpul pada sekitar perakaran kentang (resosfir). Jumlah sista berbanding lurus dengan jumlah akar. Semakin dalam akar kentang semakin sedikit dan lebih menyebar, maka jumlah sistapun akan semakin sedikit dalam satuan contoh tanah. Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie (1998) bahwa pada lahan yang sedang ditanami kentang, padat populasi NSK terbanyak terdapat di sekitar perakaran (risosfer),

Mengapa pop. Sista pada lahan olah tertinggi pada kedalaman 10 30 cm (pertengahan interval), sedangkan pada kedalaman 0-10 dan 30-40 cm lebih sedikit? Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie (1998) bahwa pada lahan yang sedang ditanami kentang, padat populasi NSK terbanyak terdapat di sekitar perakaran (risosfer), setelah panen populasi tertinggi akan masuk lebih dalam. Karena selama panen, pengolahan tanah dan penanaman pada musim berikutnya secara mekanik mengakibatkan sista akan tercampur dengan partikel tanah dan sista masuk lebih dalam

Mengapa pop. Sista pada lahan kubis pada interval yang lebih dalam jumlahnya semakin banyak? Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie (1998) selama panen, pengolahan tanah dan penanaman pada musim berikutnya secara mekanik mengakibatkan sista akan tercampur dengan partikel tanah dan sista masuk lebih dalam Whitehead (1977) dalam Patrik et.al. dalam Marks dan Brodie (1998) menyatakan bahwa terdapat banyak variasi padat populasi NSK berdasarkan kedalamam tanah. Nematoda sista kuning sering banyak ditemukan pada kedalaman 20-40 cm, namum pada kedalaman lebih rendah dari 40 cm jarang terjadi Akibat perlakuan budidaya kubis selama 1 musim (penyiangan, pemupukan, penyiraman dll.) akan membawa sista masuk lebih dalam sampai pada lapisan tanah yang padat. Pada kedalaman tanah >30 cm (sub-soil) sifat fisik tanah lebih padat (di bawah lapisan organik/olah) maka sista akan tertahan pada lapisan tersebut.