BAB 1 PENDAHULUAN. pemakai bahasa, manusia sudah mengenal pidato sejak lama. Pidato telah

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO PERSUASIF MELALUI PEMAHAMAN CAN DO

BAB II KAJIAN TEORI. sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA DAERAH (JAWA) SMP/ MTs

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

PIDATO. Bentuk, Tujuan,dan Metode. TOTO HARYADI, M.Ds

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

Modul ke: Public Speaking. Output / Hasil dari Pidato. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain, demikian sebaliknya. Agar dapat berkomunikasi dengan baik,

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

pilan tersebut saling berhubungan dan menjadi acuan dalam setiap pembelajaran bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X

Modul ke: PUBLIC SPEAKING Pidato dan Outputnya. 7Ilmu. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

METODE PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Tarigan (1987: 15) mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan

Sumber/Bahan/Alat (8) Tak Putus Dirundung. Alokasi (7) Waktu. Penilaian (6) Pembelajaran. Kegiatan (5) novel. Indikator (4) Mampu.

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

public speaking in an easy way! disusun oleh : Ivany L. Goutama Universitas Tarumanagara Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2

I. PENDAHULUAN. Bahasa tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan bunyi yang disebut dengan bahasa. laku bahkan kebiasaan-kebiasaan tokoh idolanya sendiri. Seperti misalnya jika

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah bahasa. Melalui bahasa, individu dapat menyampaikan ide kepada orang

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis Teks Pidato/Ceramah/Khotbah dengan Sistematika dan Bahasa yang Efektif

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

MATA PELAJARAN MULOK BAHASA JAWA

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang sering terjadi dalam forum dakwah, tablig, taklim,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan berfungsi untuk menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

Oleh Untung Widodo, SE, MM

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kemampuan peserta didik membaca berita. Membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu retorika mempunyai hubungan yang erat dengan dialektika yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara merupakan hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan hidup, cita-cita, serta

BAB I PENDAHULUAN. satu kesatuan, merupakan catur-tunggal, (Dawson dalam Tarigan 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang diangkat

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB 3 METODE PENELITIAN. SMA Negeri 14 Bandung pada waktu melaksanakan kegiatan belajar mengajar di

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pidato merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sang pemakai bahasa, manusia sudah mengenal pidato sejak lama. Pidato telah memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai kehidupan manusia, terutama peran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu terlibat dalam sebuah komunitas. Keutamaan pidato pastilah memunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan berkomunitas, kita bisa melihatnya dari kebiasaan manusia yang selalu menggunakan pidato saat pertemuan-pertemuan kelompok berlangsung, pertemuan bisnis, pertemuan kenegaraan, pertemuan mahasiswa, apel tentara, upacara bendera, resepsi pernikahan, bahkan pertemuan arisan sekalipun sering sekali diawali dengan pidato. Ya! Pidato ada di sekeliling kita. Peran pidato sangat penting dalam kehidupan berkomunitas. Saat jalan-jalan ke sebuah toko buku, tak aneh jika kita menemukan buku-buku tentang pidato, bahkan beberapa judul buku terkesan sangatlah ekstrem, seperti buku hasil susun Simon Sebag Monefiore (2008) yang berjudul Pidato-pidato yang Mengubah Dunia, sang penulis percaya bahwa rangkaian kata-kata yang diucapkan mampu mengubah keadaan dunia. Jika kita meyakini bahwa peran pidato sangat penting dalam kehidupan manusia, sangat disayangkan jika pidato menjadi sebuah kegiatan yang 1

terkesan membosankan. Pernah peneliti bertanya tentang pidato perihal materi yang telah disampaikan oleh Pembina upacara kepada para siswa kelas IX MTs Al-Bidayah. Sebagian besar dari mereka tidak mencerap isi pidato tersebut dengan baik. Mereka menjawab tapi seolah bingung. Lalu apa gunanya sebuah pidato jika makna-makna pidato tidak dapat dipahami oleh penerima pesan yang mendengarkannya. Banyak masalah yang mungkin menjadi sebab tidak bermaknanya sebuah pidato, seperti penyampaian pidato kurang menarik, orang yang berpidato adalah orang yang tidak disukai, dan pidato tidak tersusun dengan baik. Jika sebuah pidato mampu mengubah dunia, maka mungkin pidato yang baik mampu mengubah masyarakat sekolah menjadi lebih baik. Kita ketahui bahwa imbauan dan ajakan memiliki peran yang penting dalam lingkungan sekolah. Imbauan dan ajakan yang baik tentu akan membawa para siswa ke arah yang lebih baik. Dalam jenjang sekolah menengah hanya terdapat lima kompetensi dasar yang berkaitan dengan pidato; 1) Menyusun teks pidato (kelas X), 2) Berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat (kelas XII), 3) Menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah yang didengar (kelas IX), 4) Berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas (kelas IX), 5) Menulis teks pidato/ceramah/ khotbah dengan sistematika dan bahasa yang efektif (kelas IX). Dari kelima kompetensi dasar tersebut hanya terdapat dua kompetensi dasar yang melatih keterampilan menulis teks pidato. 2

Sambutan upacara yang dapat menjadi pembelajaran berpidato bagi para siswa yang mendengarkannya, jarang sekali dilakukan dengan cara ekstemporan ataupun membaca naskah lebih banyak dilakukan dengan cara Impromtu,. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa siswa sekolah menengah jarang sekali mengapresiasi pembacaan pidato secara ekstemporan dan membaca naskah. Peneliti mencoba meminta para siswa untuk menulis sebuah teks pidato. Setelah melihat hasil pekerjaan siswa, ternyata banyak dari mereka yang mengalami kesulitan untuk mengembangkan ide-ide mereka, teks pidato terkesan tidak tersusun dengan baik. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya frekuensi siswa mengapresiasi pidato. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan pemahaman CAN DO dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif. Peneliti lebih memilih cara pidato dengan teks/naskah dibandingkan dengan cara impromptu karena dengan menuliskan teks pidato memungkinkan siswa untuk lebih mengembangkan ide-idenya dengan baik. Cara impromtu memunyai kelemahan dibandingkan dengan metode membaca naskah. Pidato impromptu memiliki kemungkinan tidak tersusun dengan baik. Padahal, pidato yang baik adalah pidato yang tersusun dengan baik. Hal ini sejalan dengan paparan Fujishin (2009:125) bahwa pidato harus dirancang dalam struktur yang mudah diikuti jika ingin penerima pesan mendengarkan kata-kata dalam isi pidato. Kemampuan siswa untuk dapat lebih mengembangkan ide-idenya menjadi sebuah pidatolah yang dilihat peneliti sebagai sebuah masalah sehingga mengakibatkan pidato kurang menarik dan tidak tersusun dengan 3

rapi. Sebuah pidato yang kurang menarik akan mengakibatkan pidato tersebut tak mampu dicerap dengan baik oleh pendengarnya. Andrew Leigh dalam bukunya Charisma Effect (2009) yang telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Ufuk Press memaparkan CAN DO (Clear, Achievable, Needed, Divisible, dan Outcome) sebagai lima ciri komunikasi yang memiliki pengaruh. Dengan pemahaman CAN DO diharapkan siswa menjadi memiliki tujuan perihal bagaimana agar mampu memiliki sebuah komunikasi yang efektif terutama dalam menyusun teks pidato persuasif. Clear atau jelas, merupakan salah satu prinsip utama komunikasi. Dalam bukunya, Andrew Leigh memaparkan bahwa hampir semua pemimpin besar mampu berbicara dengan sederhana dan tepat ke sasaran. Clear atau jelas dapat diartikan bahwa dekodifikasi dapat berjalan dengan baik karena komunikator melakukan kodefikasi yang baik dalam menerjemahkan maksud (deep structure) menjadi sebuah bahasa. Dengan demikian, seorang pembicara haruslah selalu memperhatikan audience-nya. Metafora dan simile dapat menjadi alternatif untuk menyampaikan sesuatu secara sederhana. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Leigh (2009:55) yang menyatakan bahwa gaya bahasa metafora dan simile sangat membantu manusia menjelaskan ide-ide konseptual, menyampaikan konsep-konsep rumit dan menciptakan kesamaan pemahaman. Tak diragukan bahwa tujuan bepidato adalah agar ide-ide dapat dimengerti oleh audience. Maka, tak salah jika Achievable atau mudah 4

diterima menjadi prinsip kedua dalam CAN DO. Berbeda dengan Clear, titik tekan aspek Achievable terletak pada kelogisan. Bisa jadi sebuah pidato sangatlah jelas dengan bahasa yang mudah dipahami, tetapi memiliki makna yang tidak logis dan tidak masuk akal. Maka tentu saja pidato yang seperti ini menjadi tidak berterima di pihak penerima pesan. Sebagai contoh seorang dosen mengemukakan berbagai macam keunggulan sebuah universitas tertentu kepada para calon mahasiswa, tetapi dosen tersebut malah menyarankan calon mahasiswa tersebut tidak menjadi mahasiswa di sebuah universitas yang unggul tersebut. Needed atau diinginkan, sangat penting sebagai aspek dalam berkomunikasi. Fujishin (2009:182) memaparkan dalam bukunya yang berjudul Smart Public Speaker bahwa minat penerima pesan adalah kunci keberhasilan pidato. Divisible atau dapat dijabarkan, sebuah komunikasi yang baik adalah komunikasi yang tersusun rapi. Dengan sebuah komunikasi yang rapi tentu pesan yang dipaparkan akan lebih mudah tersampaikan. Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retorik (Hendrikus, 2009:45) Outcome atau hasilnya konkret, dalam pidato yang informatif dapat berwujud sebuah solusi, dalam pidato persuasif dapat berwujud ajakan atau motivasi untuk bertindak. 5

1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah seperti rendahnya frekuensi penggunaan metode pidato ekstemporan dan pidato membaca naskah dalam lingkungan sekolah MTs Al- Bidayah, baik dalam pembelajaran d dalam kelas maupun pada saat upacara bendera. Masalah lain yang terjadi di dalam kelas adalah siswa belum mengetahui bentuk sebuah teks pidato dan siswa sulit dalam mengembangkan ide-idenya menjadi sebuah teks pidato. Instrumen pembelajaran berupa pemahaman Clear, Achievable, Needed, Divisible, dan Outcome dapat membantu siswa dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini berupaya menjawab beberapa pertanyaan berikut. 1) Bagaimana kemampuan menulis teks pidato persuasif siswa kelas IX MTs Al-Bidayah? 2) Bagaimana langkah pembelajaran menulis teks pidato persuasif yang dilakukan oleh guru MTs Al-Bidayah? 3) Kendala apa yang dihadapi siswa kelas IX MTs Al-Bidayah dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif? 4) Kendala apa yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis teks pidato? 6

5) Hal apa yang dibutuhkan siswa kelas IX MTs Al-Bidayah dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif? 6) Hal apa yang dibutuhkan guru dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif? 7) Bagaimana rancangan model pembelajaran menulis teks pidato persuasif melalui pemahaman CAN DO? 8) Perbaikan apa yang dilakukan pada model pembelajaran menulis teks pidato persuasif? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) kemampuan menulis teks pidato persuasif siswa kelas IX MTs Al- Bidayah; 2) langkah pembelajaran menulis teks pidato persuasif yang dilakukan oleh guru MTs Al-Bidayah; 3) kendala yang dihadapi siswa kelas IX MTs Al-Bidayah dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif; 4) kendala yang dihadapi guru MTs Al-Bidayah dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif; 5) hal yang dibutuhkan siswa kelas IX MTs Al-Bidayah dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif; 6) hal yang dibutuhkan guru MTs Al-Bidayah dalam pembelajaran menulis teks pidato persuasif; 7

7) rancangan model pembelajaran menulis teks pidato persuasif melalui pemahaman CAN DO; 8) perbaikan yang dilakukan terhadap model pembelajaran menulis teks pidato persuasif. 1.5 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi siswa, hasil penelitian ini memberi pengetahuan baik teori maupun penerapan dalam menulis teks pidato persuasif dengan menggunakan pemahaman CAN DO, serta menjadi stimulus dalam memacu atau memotivasi siswa untuk mengembangkan teks pidato dalam bentuk yang lebih terarah. 2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru tentang pemahaman CAN DO dalam menulis teks pidato. 3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pemahaman CAN DO dalam pembelajaran menulis teks pidato untuk mengasah kemampuan menulis. 1.6 Definisi Operasional Peneliti mendefinisioperasionalkan setiap pengertian kata-kata yang tertera dalam judul sebagai berikut. 8

1) Pembelajaran menulis teks pidato persuasif adalah proses pembelajaran dengan materi pembelajaran berupa menulis teks pidato yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain agar melakukan sesuatu. 2) Pemahaman CAN DO adalah strategi komunikasi melalui tahapan: 1) Clear; jelas dan dapat dirumuskan secara ringkas, 2) Achievable; mampu mencapainya, 3) Needed; benar-benar ingin mencapainya, 4) Divisible; dapat dirinci menjadi tujuan kecil, dan 5) Outcome; hasilnya konkret. 9