DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Model Pelayanan dan Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah?

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

ABSTRAK. Kata Kunci: Berbicara, Pendekatan komunikatif, viii

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INKLUSI SD NEGERI KLERO 02 KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG. Tesis

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Educational Psychology Journal

KEEFEKTIFAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 KLATEN

PERAN SHADOW TEACHER DALAM LAYANAN KHUSUS KELAS INKLUSI DI SDN PERCOBAAN 1 KOTA MALANG

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

Implementasi Pendidikan Segregasi

TINGKAT KREATIVITAS GURU DALAM MENYIKAPI KETERBATASAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kelurahan Pulubala merupakan kelurahan yang memiliki angka kejadian DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

Perkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

KREATIVITAS GURU IPA KELAS VII DAN VIII DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMP NEGERI 1 PECANGAAN JEPARA SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2014/2015

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

KETERLAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PERSEPSI GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH MENEGAH KEJURUAN NEGERI 1 KOTA CIREBON SEBAGAI SEKOLAH RSBI ARTIKEL JURNAL

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PELAKSANAAN FUNGSI KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) KECAMATAN SUNGAI TARAB KABUPATEN TANAH DATAR

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 RANDANGAN KABUPATEN POHUWATO SKRIPSI OLEH IMRAN RAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

STUDI KEMAMPUAN MENGENAL POLA ABCD-ABCD PADA ANAK KELOMPOK B DI TK SE-GUGUS 3 KECAMATAN KASIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan inklusif atau yang sering disebut dengan inclusive class

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

OLEH. : Sriyulyanti Mahadjani. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Pendidikan Ekonomi Perkantoran. : Dra. Hj. Salma Bouwtha, M.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

ABSTRAK. Kata Kunci: Mind Mapping, Kosakata Bahasa Jawa

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEBANG 1 KECAMATAN BONANG KABUPATEN DEMAK

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

: ARNIKA ANDRIANI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MEDIA PEMBELAJARAN PPKN PADA ANAK TUNARUNGU DI SMP BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus SMP-LB Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hak asasi manusia yang melekat pada

ABSTRAK. Kata Kunci : Kooperatif, Make A Match, dan Hasil Belajar Bahasa Inggris,.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

ANALISIS ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA KELAS VIII DALAM MELAKUKAN PRAKTIKUM TEKANAN ZAT CAIR SMP NEGERI 4 PURWANTORO HALAM AN JUDUL

REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

Transkripsi:

DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO JURNAL Oleh OYIS LAWANI NIM 151 411 319 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DESKRIPSI MODEL PELAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI KELAS INKLUSI DI SDN 1 KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Oyis Lawani, Asni Ilham, Salma Halidu Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Oyis Lawani. 2015. Deskripsi Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah bimbingan Dr. Asni Ilham, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I dan Dra. Salma Halidu, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II. Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dari angket penelitian ini selanjutnya diolah menggunakan analisis deskriptif persentase. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang berjumlah 11 orang. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango dengan melihat aspek model layanan inklusi dan model layanan integrasi belum semua indikator memenuhi kriteria baik. Hal ini dapat dilihat dari rincian sebagai berikut. Untuk model layanan inklusi diperoleh skor keseluruhan sebanyak 581 atau sebesar 61,39% dan model layanan integrasi diperoleh skor keseluruhan sebanyak 74 atau sebesar 60,8%. Maka kedua aspek model layanan ini berada pada kategori baik, akan tetapi belum semua indikatornya memenuhi kriteria baik. Kata Kunci : Model Pelayanan dan Anak Berkebutuhan Khusus

ABSTRACT Oyis Lawani. 2015. The Description of the Model of Service to Children with Disability through Inclusive Class at Elementary School 1 Kabila, Kabila Subdistrict, Bone Bolango District. Skripsi, Elementary Teacher Education Department, Faculty of Education, State University of Gorontalo. The principal supervisor was Dr. Asni Ilham, S.Pd, M.Si, and the co-supervisor was Dra. Salma Halidu, S.Pd, M.Pd. The problems of this research were how the model of service to children with disbility through inclusive class at Elementary School 1 of Kabila, Kabila Subdistrict, Bone Bolango District. The aim of research was to observe how the model of service to children with disability through inclusive class at Elementary School 1 of Kabila, Kabila Subdistrict, Bone Bolango District. The research was quantitative research by using descriptive method. The instrument of data collection were questionaire, interview, observation, and documentation. The data is analyzed by using descriptive presentation analysis. The number of the population were 11 people. The findings of this research explain the model of service to children with disability through inclusive class at Elementary School 1 of Kabila, Kabila Subdistrict, Bone Bolango District by identifying the aspect of the model of inclusive service and integration service. Both of them were not meet with the good criteria. Then model inclusive service got score of 581 or 61,8% and the model of integration service got score of 74 or 60,8%. Therefore, the aspects of both models were in good criteria. Nevertheless have not fulfilled yet the good criteria. Keywords : The Model of Service and Children with Disability

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus lebih banyak diselenggarakan secara segregasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Sementara itu lokasi SLB dan SDLB pada umumnya berada di Ibu Kota/Kabupaten, padahal anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tidak hanya di Ibu Kota/Kabupaten, namun hampir diseluruh daerah (Kecamatan/Desa). Akibatnya sebagian besar anak berkebutuhan khusus tersebut tidak bersekolah karena lokasi SLB dan SDLB yang ada jauh dari tempat tinggalnya, sedangkan sekolah reguler terdekat belum memiliki kesadaran untuk menerima anak dengan berkebutuhan khusus karena merasa tidak mampu melayaninya. Sebagian lain dari anak berkebutuhan khusus yang selama ini dapat diterima di sekolah reguler, tetapi karena ketiadaan pelayanan khusus bagi mereka, akibatnya mereka berpotensi tinggal kelas yang pada akhirnya akan putus sekolah. Akibat lebih lanjut Program Wajib Belajar Pendidikan Sembilan Tahun akan sulit tercapai. Untuk itu perlu dilakukan terobosan dengan memberikan kesempatan dan peluang kepada anak-anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan di sekolah reguler (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan) terdekat. Berdasarkan data hasil observasi awal di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, terdapat anak-anak berkebutuhan khusus yakni anak yang mengalami kesulitan belajar, lambat belajar, tunagrahita, dan anak hiperaktif yang belajar bersama dengan anakanak yang normal. Anak yang mengalami kesulitan belajar yakni berjumlah 14 orang yang masingmasing dari mereka tersebar di kelas-kelas yang berbeda yaitu di kelas 1. 2, 3. 4, 5, dan kelas 6. Anak yang mengalami kelainan lambat belajar hanya berjumlah 2 orang yakni berada di kelas 3 A. Anak yang temasuk hiperaktif yaitu berjumlah 2 orang di kelas 1 dan 6. Bahkan ada juga anak yang mengalami kelainan ganda yaitu anak tunagrahita dan anak yang mengalami kesulitan belajar berjumlah 2 orang dan kedua anak tersebut berada di kelas 4 dan 5. Jadi jumlah seluruh anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah tersebut yakni 19 orang. Sedangkan fenomena di lapangan menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan guru di sekolah tersebut, tidak dipersiapkan untuk menjadi konselor. Dengan demikian pengetahuan guru tentang cara memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus relatif sedikit. Demikian pula program yang khusus dirancang bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut belum tersedia, sementara siswa yang dihadapi guru sangat memerlukan layanan secara khusus, sehingga kebutuhan siswa dapat terpenuhi. Dari sekian banyaknya anak berkebutuhan khusus yang dilayani bersama dengan anak yang normal di sekolah tersebut hanya 2 orang guru yakni guru kelas 4 dan kelas 5 yang sudah pernah mengikuti workshop dan pelatihan tentang bagaimana pelaksanaan pendidikan inklusi. Sehingga guru dalam melaksanakan dan memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus perlu dipertanyakan. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam tentang:

Deskripsi Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN I Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui bagaimana model pelayanan anak berkebutuhan khusus melalui kelas inklusi di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. BAB II KAJIAN TEORITIS Berdasarkan kenyataan yang dilihat di lapangan bahwa di sekolah reguler bukan berarti semua anak yang mengikuti pendidikan di sekolah tersebut tergolong normal, bahkan ada juga anak yang memiliki kelainan atau yang disebut dengan anak berkebutuhan khusus. Menurut Supriadi, dkk (Liando dan Dapa, 2007:21) pengertian Anak Berkebutuhan Khusus adalah mencakup anak-anak yang menyandang kecacatan tertentu baik secara fisik, mental, dan emosional (termasuk anak autis) maupun yang mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikannya. Perubahan istilah anak cacat menjadi anak luar biasa atau anak berkelainan sesungguhnya merupakan perubahan yang radikal. Selain pendapat para ahli di atas, ada juga yang berpendapat mengenai pengertian dari anak berkebutuhan khusus. Dimana Menurut Lynch, (Marthan, 2007:36) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah semua anak yang mengalami gangguan fisik, mental, atau emosi atau kombinasi dari gangguangangguan tersebut sehingga mereka membutuhkan pendidikan secara khusus dengan guru dan sistem/lembaga khusus baik secara permanen maupun secara temporal. Dari beberapa pengertian menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak normal sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dialaminya. Depdiknas pada tahun 2006 mengklasifikasikan anak berkebutuhan khusus yang dipandang sebagai peserta didik kedalam 20 jenis, yaitu: tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunaganda, tunagrahita, tunadaksa, anak berkesulitan belajar, anak lamban belajar, anak hiperaktif, anak berbakat, anak yang menderita penyakit HIV dan AIDS serta penyakit kronis lainnya, anak di daerah terpencil atau terbelakang, anak di daerah perbatasan negara, anak-anak pekerja di luar negeri yang terdiskriminasi, anak dari masyarakat adat atau minoritas, anak korban bencana alam, anak korban bencana sosial, anak dari keluarga yang tidak mampu, anak korban kekerasan fisik,dan anak penyalahgunaan narkoba. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini terletak di Jalan Alwie Abd. Djalil Habibie Kel. Olohuta Kec. Kabila Kab. Bone Bolango. Sekolah ini berbatasan dengan sebelah Timur SMAN 1 Kabila, berbatasan dengan sebelah Barat perumahan warga, berbatasan sebelah Utara dengan Lapangan Likada Kabila, dan berbatasan dengan sebelah Selatan perumahan warga. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April sampai dengan bulan Mei. Dengan tahapan penelitian sebagai berikut: (1) observasi awal, (2) penyebaran angket, (3) penyusunan data, (4) pengumpulan data, (5) pengolahan data, dan (6) analisis data. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang akan mendeskripsikan fenomena yang terkait dengan Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kecamatan

Kabila Kabupaten Bone Bolango. Dalam konteks ini, penulis menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan fenomena yang terkait dengan objek penelitian. Pada penelitian ini hanya mendeskripsikan satu variabel yaitu Deskripsi Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan hasil observasi, dengan melihat karakteristik anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah tersebut terdapat anak tunagrahita, anak berkesulitan belajar, anak lambat belajar, dan anak hiperaktif. Sehingga aspek yang diteliti dari penelitian ini adalah Model Layanan Inklusi dan Model Layanan Integrasi yang masingmasing dari aspek ini terdiri dari beberapa indikator adalah sebagai berikut. Model Layanan Inklusi terdiri atas: a. Manajemen Akademik, b. Manajemen Kesiswaan, c. Manajemen Kurikulum, d. Manajemen Tenaga Pendidik, e. Manajemen Sumber Daya, dan f. Manajemen Sarana dan Prasarana. Model Layanan Integrasi terdiri atas: a. Bentuk Keterpaduan Penuh dan b.bentuk Keterpaduan Sebagian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:61). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan jumlah guru sebanyak 11 orang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014:118). Pengambilan sampel dirancang dengan menggunakan sampel total (total sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SDN 1 Kabila dengan jumlah guru sebanyak 11 orang. Penentuan teknik sampling tersebut dengan pertimbangan bahwa jumlah populasi tersebut tidak terlalu banyak dan memungkinkan untuk dilakukan penelitian dengan populasi penuh. Disamping itu, populasi dalam penelitian ini bersifat terhingga dan homogen. Sehingga dari kedua sifat inilah dimungkinkan setiap anggota populasi berhak dijadikan sampel penelitian. (Surachmad dan Sugiyono 2014:124). 3.5 Prosedur Pengumpulan Data 3.5.1 Angket Sebelum peneliti mencari data tentang Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango melalui angket, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk mengetahui keadaan dari objek yang akan diteliti. Setelah observasi awal dilaksanakan, peneliti menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang akan digunakan pada angket. Instrumen penelitian tersebut berisi daftar pertanyaan yang akan disampaikan kepada responden yang berhubungan dengan model pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus melalui kelas inklusi yang ada di sekolah tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup. Angket dilengkapi dengan alternatif jawaban sebagai berikut: selalu, sering, kadangkadang, dan tidak pernah. Dengan demikian pemberian skor 4 (selalu), 3 (sering), 2 (kadangkadang), dan 1 (tidak pernah). Sugiyono, (2014:200). 3.5.2 Wawancara Jumlah responden yang diwawancarai oleh peneliti yakni berjumlah 4 orang diantaranya

adalah satu orang kepala sekolah dan tiga orang guru yakni guru kelas 2, kelas 3 dan guru kelas 5 yang dianggap peneliti dapat memberikan informasi tentang model pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah tersebut. Berdasarkan data dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari keempat responden bahwa di sekolah tersebut memang terdapat anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang normal, akan tetapi mereka dilayani bersama-sama dengan anak yang normal. Sekolah tersebut juga belum memiliki dokumen tentang rencana pelayanan yang akan diberikan kepada anak berkebutuhan khusus pada setiap program semester, sehingga pelayanan yang diberikan belum maksimal. Responden juga menyatakan bahwa tenaga pengajar yang ada di sekolah tersebut belum semua memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai penyelenggaraan sekolah inklusi, karena dari sekian banyak tenaga pengajar di sekolah tersebut hanya dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan tentang penyelenggaraan sekolah inklusi. Oleh karena itu, kepala sekolah berusaha agar para guru bisa mendapatkan pelatihan tentang penyelenggaraan sekolah inklusi. 3.5.3 Observasi Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh peneliti, bahwa di sekolah tersebut memang sudah melaksanakan model layanan inklusi dengan model kelas inklusi penuh dan model layanan integrasi dengan bentuk keterpaduan penuh, dimana guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menggunakan kurikulum yang sama di sekolah reguler, metode pembelajaran, dan penilaian pembelajaran yang sama, bahkan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut belajar di kelas biasa sepanjang hari dengan anak normal, akan tetapi respon dari anak yang berkebutuhan khusus belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kelainan mereka, sehingga dalam proses pembelajaran mereka terlihat kurang memberikan respon. Namun, mereka masih dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran meskipun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. 3.5.4 Dokumentasi Untuk dapat menyakinkan para pembaca dan melengkapi data hasil penelitian, maka peneliti menggunakan dokumentasi sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar telah melakukan penelitian yakni mencari data tentang Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango. Menurut Riduwan, (2012:77) dokumentasi ditunjukkan untuk memperoleh data dari tempat penelitian, yang meliputi: Kurikulum, Silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), data anak berkebutuhan khusus di SDN 1 Kabila tahun 2014/2015, data guru dan siswa SDN 1 Kabila, kisi-kisi instrumen penelitian, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, hasil pengolahan data mentah, surat izin meneliti dari Fakultas, surat rekomendasi dari DIKNAS cabang Kabila, surat keterangan

selesai meneliti dari Sekolah, serta foto pada saat peneliti melakukan penelitian di sekolah. 3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: P = Persentase (%) F = Frekuensi N = Jumlah Responden 100% = Bilangan Tetap (Sugiyono, 2014:137) Selanjutnya, hasil analisis data dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Skor Persentase Kategori (%) 76 % - 100 % Sangat baik 56 % - 75 % Baik 40 % - 55 % Cukup 0 % - 39 % Kurang baik BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Sekolah ini terletak di jalan Alwie Abd. Djalil Habibie No. 117 Kel. Olohuta Keec. Kabila Kab. Bone Bolango. Sekolah ini dikelilingi oleh bangunan rumah warga dan kantin sekolah. Di sekolah ini juga terdapat fasilitas yang lain diantaranya adalah perpustakaan, lapangan olahraga, ruang dewan guru, dan ruang kelas dengan jumlah ruang kelas sebanyak 7 ruang. Jumlah guru dan siswa yang ada di SDN 1 Kabila yaitu, guru berjumlah 11 orang diantaranya adalah 1 orang kepala sekolah, 1 orang guru olahraga, 1 orang guru agama, dan 8 orang guru kelas dengan status PNS, sedangkan siswa berjumlah 183 orang dan tiap kelas berjumlah 20-30 orang perkelas. Di sekolah ini terdapat anak yang berkebutuhan khusus yang berjumlah 19 orang, yang masing-masing dari anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tersebar di setiap kelas yakni dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Dari 19 orang anak berkebutuhan khusus dapat dirinci anak yang tunagrahita berjumlah 2 orang yakni di kelas 4 dan 5, anak yang mengalami kesulitan belajar berjumlah 14 orang yakni di kelas 1-6, anak yang lambat belajar berjumlah 3 orang yakni di kelas 3 dan 5, dan anak yang hiperaktif berjumlah 3 orang yakni dikelas 1, 3, dan 6. Berikut ini tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam memperoleh data tentang Deskripsi Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango selama penelitian yaitu dengan tahapan pertama dilakukan observasi awal terhadap objek penelitian, selanjutnya tahap penyebaran angket kepada responden, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dengan berbagai tahapan penelitian tersebut peneliti melaksanakannya pada

seluruh guru yang ada di SDN 1 Kabila. Berdasarkan rekapitulasi hasil penelitian tentang Model Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Kelas Inklusi di SDN 1 Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango dilihat dari dua model layanan yakni model layanan inklusi dan model layanan integrasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan skor yang diperoleh sebanyak 581 atau 61,3% untuk aspek pelaksanaan model layanan inklusi memenuhi kriteria baik dan skor yang diperoleh untuk aspek pelaksanaan model layanan integrasi sebanyak 74 atau 60,8% sehingga memenuhi kriteria baik, akan tetapi dari kedua aspek model layanan tersebut belum semua indikatornya memenuhi kriteria baik. Sehingga masih perlu adanya perhatian dan kepedulian dari kepala sekolah perlu ditingkatkan agar penyelenggaraan sekolah inklusi dengan melibatkan sekolahsekolah reguler di indonesia dapat terlaksana dengan baik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data frekuensi dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan model layanan inklusi di SDN Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango dengan melaksanakan model layanan inklusi penuh belum terlaksana dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data frekuensi di atas menunjukkan bahwa skor keseluruhan yang diperoleh untuk model layanan inklusi yaitu sebanyak 581 atau sebesar 61,3%, akan tetapi belum semua indikator memenuhi kriteria baik dalam hal pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus. Untuk pelaksanaan model layanan integrasi di SDN 1 Kabila Kec. Kabila Kab. Bone Bolango dengan bentuk keterpaduan penuh belum terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data frekuensi di atas menunjukkan bahwa skor keseluruhan yang diperoleh sebanyak 74 atau sbesar 60,8%, namun belum semua indikator dari model layanan integrasi memenuhi kriteria baik. Hal ini juga didukung dengan data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat melahirkan berbagai saran yang dapat diajukan kepada pihak-pihak terkait sebagai penyelenggara pendidikan adalah sebagai berikut: 5.2.1 Bagi Dinas Pendidikan Setempat agar dapat memperhatikan dan memantau perkembangan sekolah-sekolah reguler sebagai penyelenggara pendidikan inklusi, sehingga dapat diketahui bahwa sekolah itu dapat menyelenggarakan pendidikan inklusi sesuai dengan apa yang di harapkan dan untuk tercapainya pendidikan untuk semua. 5.2.2 Kepada pihak sekolah khususnya Kepala Sekolah agar lebih banyak mengupayakan mengadakan pelatihan tentang penyelenggaraan sekolah inklusi kepada para guru sebagai pemberi layanan di sekolah. Sehingga guru dalam memberikan layanan kepada anak berkebutuhan khusus tidak bingung dan sulit. 5.2.3 Bagi para guru hendaknya mempunyai pengetahuan yang

lebih luas lagi tentang bagaimana cara memberikan layanan yang baik kepada anak berkebutuhan khusus. 5.2.4 Bagi orang tua atau masyarakat hendaknya menjalin hubungan kerja sama antara pihak sekolah yakni Kepala Sekolah, Guru, dan Orang Tua anak berkebutuhan khusus agar bisa memantau perkembangan akademik anak di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Direktorat PLB. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Terpadu/Inklusi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syeh Nurjati Cirebon. Liando, J. Dan Aldjo, D. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus DalamPerspektif Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Marthan, L.K. M.S.Pd. 2007.Manajemen Pendidikan Inklusi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2015. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Riduwan, M.B.A. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Asiyah, D. 2012. Dampak Pola Pembelajaran Sekolah Inklusi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Tesis.