LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

dokumen-dokumen yang mirip
I. KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB III TINJAUAN LOKASI

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki luas areal sebesar

BAB III TINJAUAN TENTANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN DAN KAWASAN CA/TWA GUNUNG GAMPING

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III. TINJAUAN KHUSUS WISMA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA Kondisi Wilayah Kaliurang Sleman Yogyakarta Gambaran Umum Wilayah Sleman

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB III Tinjauan Lokasi dan Rumah Sakit Hewan di Yogyakarta 3.1 Tinjauan Kondisi Umum Kabupaten Sleman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 1. Sejarah Berdirinya Kabupaten Sleman. Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB III TINJAUAN KAWASAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN LOKASI TAPAK YOUTH CENTER

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV. A. Pelaksanaan Pasal 24 huruf a, b, dan c Undang-undang Nomor 20 Tahun tentang Rumah Susun Oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA. 3.1 Tinjauan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 4 TINJAUAN WILAYAH

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

STUDI LITERATUR UKDW DATA. Profil Kota Yogyakarta (DIY) Potensi Kota Yogyakarta Potensi Kota Yogyakarta dalam bidang olahraga Data - data sekunder

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGELOLAAN SEKTOR PERIKANAN. 1. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Administrasi

Perencanaan dan Perancangan Maguwoharjo Sport Center BAB III TINJAUAN WILAYAH / KAWASAN BAB III TINJAUAN WILAYAH / KAWASAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH DAN KAWASAN

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN LOKASI Studio Foto Sewa di Kota Yogyakarta

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

I. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Berbudaya dan Terintegrasikannya sistem e-government menuju smart. regency (kabupaten cerdas) pada tahun 2021.

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan salah satu propinsi yang ada diindonesia, DIY sendiri terletak antara 7 0 33 LS 8 0 12 LS and 110 0 00 BT 110 0 5 BT. Tercatat memiliki luas 3.185,80 km2. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan di batasi lautan Indonesia, sedangkan bagian timur laut, tenggara, barat, barat laut dibatasi oleh wilayah Propinsi Jawa Tengah meliputi : Kabupaten Klaten di sebelah timur laut; Kabupaten Wonogiri di sebelah tenggara; Kabupaten Purworejo di sebelah barat; Kabupaten Magelang di sebelah barat laut. Ibukota dari DIY adalah Yogyakarta yang terletak ditengah-tengah propinsi DIY. Secara administratif Kota Yogyakarta berbatasan dengan Sebelah utara : Kabupaten Sleman Sebelah timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman : Kabupaten Bantul : Kabupaten Bantul dan Sleman 34

Luas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dirinci menurut kabupaten atau kotamadya adalah sebagai berikut : Kabupaten / Kota Luas ( M 2 ) Bantul 506,90 Gunungkidul 1632,47 Sleman 524,50 Kulon Progo 577,60 Kotamadya Yogjakarta 31,80 Jumlah 3185,27 Tabel 3.1 Luas Propinsi DIY Sumber: Atlas Indonesia, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,1990 Gambar 3.2 Peta BWK DIY Sumber: RUTRK Yogyakarta Kota Yogyakarta sendiri terbagi atas lima bagian wilayah kota, yaitu : 1. Bagian Wilayah Pusat (BWK 1) Meliputi kraton dan kawasan Malioboro dengan kegiatan yang menonjol adalah perdagangan, perkantoran dan jasa sosial. 2. Bagian Wilayah Barat (BWK 2) Meliputi Tegalrejo dan sekitarnya dengan kegiatan yang menonjol adalah perumahan, perdagangan dan perkantoran. 35

3. Bagian Wilayah Timur (BWK 3) Meliputi kawasan Gondokusuman dan sekitarnya dengan kegiatan yang menonjol adalah perumahan, perdagangan, perkantoran dan jasa umum sosial. Karena berdekatan dengan pusat pendidikan maka kegiatan-kegiatan di wilayah ini diarahkan dapat menunjang lagi fasilitas pendidikan. Pusat perdagangan di jalan Urip Sumoharjo atau jalan Solo diarahkan untuk pusat pelayanan kegiatan perdagangan yang berorientasi pada pelayanan kegiatan perdagangan eceran, barang kelontong dan barang penunjang pendidikan, termasuk kawasan Sudirman. 4. Bagian Wilayah Tenggara (BWK 4) Meliputi kawasan Umbulharjo dan sekitarnya, dimana kegiatan yang menonjol adalah perumahan, perdagangan, jasa sosial dan jasa industri serta terminal. 5. Bagian Wilayah Barat Daya ( BWK 5) Meliputi kawasan Mantrijeron dan sekitarnya, dengan kegiatan yang menonjol adalah perdagangan dan jasa sosial. 36

3.2 Tinjauan Kabupaten Sleman a. Keadaan Geografis Gambar 3.3 Peta Sleman Sumber : Bappeda Kabupaten Sleman Secara geografis wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 15 13 sampai dengan 110 33 00 Bujur Timur dan 7 34 51 sampai dengan 7 47 03 Lintang Selatan. Memiliki luas 574,82 km2, terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa.di sebelah utara, wilayah Kabupaten Sleman berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 ha atau 574,82 km2 atau sekitar 18% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang seluas 3.185,80 km2. Jarak terjauh utara-selatan wilayah Kabupaten Sleman 32 km, sedangkan jarak terjauh timurbarat 35 km. Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara administratif, Kabupaten Sleman terdiri atas 17 wilayah kecamatan, 86 desa, dan 1.212 Padukuhan. Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Cangkringan (4.799 ha), dan yang paling sempit adalah Berbah (2.299 ha). Kecamatan dengan padukuhan terbanyak adalah Tempel (98 padukuhan), sedangkan kecamatan dengan padukuhan paling sedikit adalah Turi (54 padukuhan). Kecamatan dengan Desa terbanyak adalah Tempel (8 desa), sedangkan Kecamatan dengan Desa paling sedikit adalah Depok (3 desa). 37

c. Topografi dan Klimatologi 1. Topografi Kadaan tanah Kabupaten Sleman di bagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Semakin ke utara relatif miring dan di bagian utara sekitar lereng gunung Merapi relatif terjal. Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara 100 meter sampai dengan 2.500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu ketinggian <100 meter, 100-499 meter, 500-999 meter, dan >1.000 meter dpl. Ketinggian <100 m dpl seluas 6.203 ha, atau 10,79% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Moyudan, Minggir, Godean, Gamping, Berbah, dan Prambanan. Ketinggian 100-499 m dpl seluas 43.246 ha, atau 75,32% dari luas wilayah,terdapat di 17 Kecamatan. Ketinggian 500-999 m dpl meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah, ditemui di Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 m dpl seluas 1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan. 2. Klimatologi Kondisi iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sleman termasuk tropis basah, hari hujan terbanyak dalam satu bulan 25 hari. Curah hujan rata-rata tertinggi 34,62 mm/hari pada tahun 2009. Kecepatan angin maksimum 6,00 knots dan minimum 3,00 knots, rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 97,0% dan terendah 28,0%. Temperatur udara tertinggi 32 C dan terendah 24 C. Kondisi agroklimat di atas menunjukkan bahwa iklim di wilayah Kabupaten Sleman pada umumnya cocok untuk pengembangan sektor pertanian 3.3 Kebijakan Tata Ruang Wilayah 3.2.1. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2029 : Paragraf 7 (Kawasan Pendidikan Tinggi) Pasal 70 : Kebijakan pengembangan kawasan pendidikan tinggi sebagai berikut : a. memantapkan kawasan pendidikan tinggi yang ada;dan b. meningkatkan kualitas pelayanan pendukung kawasan pendidikan tinggi Pasal 71 : Strategi untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ditetapkan sebagai berikut: a. menyediakan prasarana dan sarana pendukung kawasan pendidikan tinggi. Pasal 72 : Arahan penetapan kawasan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 70 sebagai berikut : a. kawasan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 meliputi kawasan pendidikan tinggi yang sudah ada dan kawasan pendidikan tinggi baru; 38

b. kawasan pendidikan tinggi yang sudah ada terletak di kawasan perkotaan Yogyakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul; dan c. kawasan pendidikan tinggi baru terletak di Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Gunungkidul. 3.2.2. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005 2025 : Pendidikan : 1) Secara historis DIY dikenal sebagai pusat pendidikan dan daerah tujuan pendidikan di tingkat nasional. Di masa penjajahan Belanda, DIY sudah menjadi pusat pendidikan dengan adanya sekolah-sekolah, seperti MULO dan HIS. Keberadaan pusat pendidikan di DIY telah berperan penting dalam mendorong lahir dan tumbuhnya pergerakan-pergerakan kebangsaan, seperti Boedi Oetomo (1908), Sarikat Islam (1912), Muhammadiyah (1912), Pesantren Krapyak (1919), Perguruan Taman Siswa (1922) yang kiprah kegiatannya mempunyai peran penting dalam perintisan dan pengembangan pendidikan. Demikian pula peran Kraton Yogyakarta melalui Sultan Hamengku Buwono IX yang telah berjasa dalam mendukung pendirian dan penyediaan fasilitas kraton sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan Universitas Gadjah Mada yang merupakan universitas tertua di Indonesia. Identitas DIY sebagai pusat pendidikan terus berlanjut ditandai dengan berkembangnya sekitar 150 lembaga pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta. Pelatihan dan kursus-kursus dalam berbagai bidang ilmu dan ketrampilan berkembang di DIY. Keberhasilan DIY mempertahankan identitas sebagai daerah tujuan pendidikan nampak dari banyaknya masyarakat luar provinsi yang bersekolah di DIY, sehingga DIY menjadi representasi miniatur kehidupan nasional. Minat mahasiswa dari luar negeri untuk belajar dan melakukan penelitian di DIY menunjukkan adanya peluang bagi terwujudnya DIY sebagai pusat pendidikan yang dikenal di tingkat global. 2) Sejalan dengan bergulirnya otonomi daerah, ditengarai terdapat kecenderungan penurunan minat belajar ke DIY yang antara lain disebabkan oleh berkembangnya pendidikan di daerah lain. 3) Predikat Yogyakarta yang mempunyai kultur pendidikan tersebut menghadapi kendala yang dapat menurunkan citra, terutama adanya kasus-kasus penyimpangan moralitas pelajar dan mahasiswa seperti penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas dan penyimpangan seksualitas, kriminalitas dan perkelahian, dan lain-lainnya. Hal-hal tersebut terjadi juga di daerah lain, namun bagi DIY yang telah dikenal dengan kultur dan tata-krama yang kondusif bagi pendidikan, penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak menurunkan reputasinya. 39

3.2.3. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Bangunan Gedung: Pasal 27 (1) Keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c merupakan perlakuan terhadaplingkungan di sekitar bangunan gedung yang menjadi pertimbangan penyelenggaraan bangunan gedung baik dari segi sosial, budaya maupun ekosistem. (2) Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. persyaratan ruang terbuka hijau; b. persyaratan ruang sempadan bangunan gedung; c. penghijauan pada bangunan; d. sirkulasi dan fasilitas parkir; e. pertandaan (signage). Pasal 28 (1) Setiap bangunan gedung wajib menyediakan RTHP. (2) RTHP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. luas RTHP yang wajib disediakan sebagai berikut: 1. KDH paling sedikit sebesar 30% (tiga puluh persen) dari luas tanah untuk nilai KDB 0% (nol persen) sampai dengan 30% (tiga puluh persen); 2. KDH paling sedikit sebesar 20% (duapuluh persen) dari luas tanah untuk nilai KDB 31% (tiga puluh satu persen) sampai dengan 70% (tujuh puluh persen); 3. KDH paling sedikit sebesar 10% (sepuluh persen) dari luas tanah untuk nilai KDB 71% (tujuh puluh satu persen) sampai dengan 100% (seratus persen). b. Lahan yang memiliki nilai KDB antara 71% (tujuh puluh satu persen) sampai dengan 100% (seratus persen), pemenuhan luas RTHP dapat diganti dengan penyediaan tanaman dalam pot atau roof garden; (3) Penyediaan tanaman dalam pot atau roof garden sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diperhitungkan sebagai bagian dari KDH yang luasnya paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari luas tanah. Pasal 30 (1) Setiap bangunan gedung wajib menyediakan akses jalan masuk. (2) Bangunan berkelompok selain menyediakan akses jalan masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib merencanakan jaringan jalan dan drainase jalan yang dibangun dengan perkerasan, dengan ketentuan: a. jalan utama dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dengan kuldesak untuk lingkungan dengan penduduk kurang atau sama dengan 10 (sepuluh) kepala keluarga; b. radius jalan yang digunakan untuk berputar kendaraan paling sedikit 5 (lima) meter; 40

c. jalan lingkungan dengan lebar paling sedikit 4 (empat) meter dan dapat diakses ke semua lingkungan permukiman serta mobil pemadam kebakaran; d. tidak diperkenankan ada bagian yang menyempit dan atau buntu pada satu ruas jalan serta tidak boleh menghilangkan kesempatan persil di sekitarnya untuk mendapatkan/ mengembangkan akses. 41