BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

STERILISASI & DESINFEKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Management Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri terdapat dimana-mana di dalam tanah, debu, udara, dalam air susu,

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telur asin adalah telur yang sebelumnya diolah dulu, proses

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

AGENT AGENT. Faktor esensial yang harus ada agar penyakit dapat terjadi. Jenis. Benda hidup Tidak hidup Enersi Sesuatu yang abstrak

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Pseudomonas adalah bakteri oportunistik patogen pada manusia, spesies

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

Waspada penyakit yang menyebar di musim kemarau : Nocardiosis!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

I S O L A S I DAN E N U M E R A S I K U M A N P A T O G E N

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

Staphylococcus aureus

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristika stafilokokus Bakteri ini merupakan flora normal pada kulit dan saluran pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan debu di udara (Entjang, 2003). Bentuk individual sel bakteri ini bulat (coccus), dinding sel bersifat Gram positif, sel-sel tersusun dalam formasi staphylae. Sel-selnya tidak bergerak aktif, dan tidak mampu membentuk spora, bersifat fakultatif anaerob, sangat tahan terhadap pengeringan namun mati pada suhu 60 0 C setelah 60 menit. Pada pembiakan padat koloninya berwarna kuning emas. Staphylococcus aureus adalah salah satu spesies yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti: infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis, endocarditis, pneumonia, pyelonephritis dan osteomyelitis. Sebagai penyebab tersering infeksi piogenik (pembentuk nanah) bakteri ini menyebabkan beragam infeksi meliputi bisul, abses, impetigo dan mata lengket pada neonatus. Infeksinya akan lebih berat bila menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang-orang dengan daya tahan tubuh menurun, seperti penderita diabetes melitus, luka 6

7 bakar dan AIDS (Entjang, 2003). Di rumah sakit, S. aureus menyebabkan infeksi luka yang serius, bronko pneumonia, osteomielitis, dan endokarditis; sebagian galurnya menghasilkan toksin yang menyebabkan kerusakan sel luas (Gould & Brooker, 2003). 2.2 Flora normal pada tubuh manusia Mikroorganisme pathogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya melalui daerah terbuka pada kulit seperti perlukaan pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat, membran mukosa, kulit, ataupun rute parenteral (Pratiwi, 2008). Peran kulit sangat penting sebagai pertahanan tubuh terhadap penyakit. Jika tidak mengalami perlakuan, kulit tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme. (Pratiwi, 2008). Banyak mikroorganisme tumbuh pada permukaan tubuh inang tanpa menyerang jaringan tubuh dan merusak fungsi normal tubuh. Flora normal dalam tubuh umumnya tidak pathogen, namun pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi pathogen (oportunistik). Penyakit timbul bila infeksi berlanjut menghasilkan perubahan/gangguan pada fisiologi normal tubuh. Toksin yang dibentuk oleh mikroorganisme dan memasuki tubuh juga merupakan penyakit (Pratiwi, 2008).

8 2.3 Definisi Infeksi Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme, kolonisasi dan menimbulkan penyakit (respon seluler). Tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah patogenitas, virulensi, dan dosis. Patogenitas adalah kemampuan agen yang menyerbu jaringan tubuh dan menyebabkan sakit. Virulensi adalah ukuran derajat keganasan/keparahan infeksi. Dosis adalah jumlah mikroorganisme yang harus ada untuk dapat menyebabkan infeksi (Rohani dan Hingawati 2010). Untuk dapat menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke tubuh inang, namun tidak semua pertumbuhan mikroorganisme dalam tubuh inang dapat menyebabkan penyakit. Infeksi nosokomial adalah infeksi akibat transmisi organisme patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi, yang berasal dari lingkungan rumah sakit (Scharwtz, 2000). Infeksi nosokomial sering timbul pada bayi, pasien luka bakar atau pasien bedah yang sebagian besar disebabkan kontaminasi oleh personil rumah sakit (Entjang, 2003). Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh beberapa elemen (Patricia, 2005):

9 1. Agen infeksius Beberapa macam agen penyebab infeksi nosokomial telah diidentifikasi kedalam kelompok bakteri, virus, jamur, protozoa.. 2. Reservoir Resevoir infeksi nosokomial yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, dan cairan. 3. Portal keluar (portal of exit) Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus mukosa, traktus respiratorius, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah. 4. Penularan Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen termasuk semua personil rumah sakit yang memberi pelayanan diagnostik dan pendukung. 5. Portal masuk (portal of entry) Mikroorganisme dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang digunakan untuk keluar. Faktor-

10 faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk kedalam tubuh. Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai cara (Ulyah, 2008), yaitu: kontak tubuh, makanan dan minuman, udara, dan darah. Kontak tubuh melalui sentuhan dengan kulit terutama melalui tangan merupakan proses penyebaran secara langsung. Penyebaran tidak langsung terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti, makanan dan minuman serta alat kesehatan dan peralatan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen. Udara yang mengandung patogen, seperti Mycobacterium tuberculosis dan varicella menjadi sarana transmisi secara tak langsung ketika seseorang menghirupnya. Transmisi penyebab penyakit HIV, hepatitis B dan C dapat berasal dari jarum suntik yang terkontaminasi. 2.4 Disinfeksi Sebagai bagian dari dekontaminasi, disinfeksi adalah upaya menghilangkan atau memusnahkan semua bentuk mikroorganisme kecuali spora (Rohani dan Hingawati 2010). Disinfeksi merupakan proses pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Agen disinfeksi (dinamakan disinfektan) biasanya merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek tak hidup. Disinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril

11 karena beberapa mikroorganime tetap dapat tersisa (Pratiwi, 2008). Efikasinya dipengaruhi berbagai faktor diantaranya adalah proses yang dilakukan sebelumnya, seperti pencucian, pengeringan, adanya zat organik, tingkat pencemaran, jenis mikroorganisme pada alat-alat kesehatan, sifat dan bentuk disinfektan, suhu, ph. Bila faktor tersebut-faktor tersebut ada yang diabaikan, efektivitas disinfektan akan berkurang, (Kurniawati dan Nursalam, 2007). Salah satu contoh disinfektan kimiawi adalah alkohol, berbentuk etil alkohol dengan konsentrasi 60-90% dapat besifat sebagai agen bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal, tetapi tidak membunuh spora bakteri. Cara alkohol membunuh mikroorganisme adalah dengan denaturasi protein. Alkohol tidak digunakan untuk sterilisasi karena tidak mampu membunuh spora bakteri. Alkohol efektif untuk disinfeksi thermometer oral maupun rektal dan serat optik endoskopi, (Kurniawati dan Nursalam, 2007). Di antara berbagai sarana layanan kesehatan, thermometer adalah alat yang berkontak langsung dengan kulit dan bagian tubuh eksternal (Gruendemann, 2005). Cara menggunakan thermometer sebagai mana dianjurkan oleh Berman (2009) adalah sebagai berikut: 1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan 2. Cuci tangan dengan prosedur yang sesuai 3. Berikan privasi klien

12 4. Atur klien pada posisi yang tepat 5. Tempatkan thermometer 6. Tunggu sesuai waktu yang dibutuhkan 7. Bersihkan thermometer setelah dipakai