BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM DAUR ULANG ANTI NYAMUK ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

Pemberian Variasi Konsentrasi Maserat Bunga Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) sebagai Bioinsektisida terhadap Nyamuk Aedes spp

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

Kemampuan Bahan Aktif Ekstrak Daun Mojo (Aegle marmelos L.) dalam Mengendalikan Nyamuk Aedes aegypti, dengan Metode Elektrik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian penentuan daya tolak ekstrak daun sirih (Piper bettle L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, FMIPA

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Syaratnya adalah hanya ada

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

PEMANFAATAN DAUN TANAMAN SUKUN (Artocarpus altilis) SEBAGAI ANTI NYAMUK MAT ELEKTRIK DALAM MEMBUNUH NYAMUK Aedes,spp. Departemen Kesehatan Lingkungan

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

BAB III METODA PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun pepaya (Carica papaya) dalam menghambat proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Ipilo adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lalat rumah (Musca domestica) adalah lalat yang banyak terdapat di Indonesia. Lalat ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

Lampiran 1. Hasil Skrining Fitokimia Kecombrang (Etlingera elatior Jack R. M. Sm) tanin dan triterpenoid/steroid, dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: PENGARUH PEMANASAN SARI BUAH JERUK TERHADAP TINGKAT KEHILANGAN VITAMIN C

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti efektifitas ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) dalam pengendalian nyamuk Aedes spp, dan tidak mengabaikan faktor yang mempengaruhi kehidupan nyamuk Aedes spp, yaitu suhu dan kelembaban udara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dimana percobaan dilakukan dengan 3 macam perlakuan dan satu control, perlakuan penyemprotan dengan konsentrasi ekstrak kulit durian 0%, 25 %, 50% dan 75 % serta 3 kali pengulangan. 3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di LKD (Laboratorium Kesehatan Daerah) UNIMED Medan. 3.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan April Mei 2011 3.3. Objek penelitian Objek penelitian adalah ekstrak kulit durian sebagai pengendali nyamuk Aedes spp stadium dewasa yang diambil dari kotak pemeliharaan, dan dimasukkan kedalam kotak perlakuan berukuran 50cm x 50cm x 50cm (p x l x t) sebanyak 4

kotak. Jumlah nyamuk Aedes spp pada masing-masing perlakuan dan kontrol sebanyak 15 ekor. Jumlah sampel diambil berdasarkan kebutuhan penelitian yaitu 180 ekor nyamuk Aedes spp dewasa. 3.4. Subjek Penelitian Untuk menunjang proses penelitian ini diperlukan adanya subjek penelitian yaitu dengan menggunakan air gula. 3.5. MetodePengumpulan Data 3.5.1. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di LKD (Laboratorium Kesehatan Daerah) UNIMED Medan 3.5.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku dan jurnal serta literatur-literatur yang mendukung sebagai bahan kepustakaan. 3.6. Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1. Alat Penelitian 1. Pisau 2. Timbangan 3. Blender 4. Saringan 5. Beaker glass

6. Jam untuk mengukur 7. Alat penyemprot 8. Aspirator 9. Pipet 10. Alat destilasi 11. Erlenmeyer 12. Thermometer 13. Hygrometer 14. Wadah tempat kulit durian 15. Wadah tempat larva 16. Kotak pemeliharaan 17. Kotak pengamatan 3.6.2. Bahan penelitian 1. Air gula 2. Aquadest 3. jentik nyamukn Aedes spp 4. nyamuk Aedes spp dewasa

5. Kulit durian (Durio zibethinus Murr) 6. Kloroform 3.7. Prosedur penelitian 3.7.1. Cara mendapatkan Nyamuk Aedes spp Dewasa Untuk mendapatkan nyamuk Aedes spp dewasa dilakukan dengan memelihara larva nyamuk Aedes spp dengan cara sebagai berikut : 1. Siapkan kotak pemeliharaan nyamuk dengan ukuran 50 cm x 50cm x 50cm. 2. Sediakan wadah kecil yang berisi air bersih. 3. Kemudian masukkan larva nyamuk Aedes spp kedalam wadah kecil yang berisi air bersih dan letakkan didalam kotak pemeliharaan. 4. Atur suhu dan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan nyamuk di dalam kotak pemeliharaan. 5. Amati kotak pemeliharaan dan apabila jentik telah berubah menjadi kepompong lalu masukkan air gula/madu kedalam kotak pemeliharaan untuk makanan nyamuk setelah keluar dari kepompong. 6. Setelah nyamuk tersebut keluar dari kepompong nyamuk tersebut ditangkap dengan aspirator dan dipindahkan ke kotak perlakuan masing-masing sebanyak 15 ekor sebagai sampel penelitian. 7. Pada akhir penelitian nyamuk yang masih hidup dibunuh dengan menggunakan kloroform. 3.7.2. Cara mendapatkan ekstrak kulit durian

Untuk mendapatkan ekstrak kulit durian dilakukan dengan cara sebagai berikut (Oktavianingrum, 2007) : 1. Siapkan kulit durian segar yang sudah di cincang dan diambil bagian kulit dalam nya yang berwarna putih menjadi potongan-potongan kecil sebanyak 1500 gram 2. Potongan-potongan kulit durian dihaluskan dengan blender ditambah dengan aquades sebagai pelarut sebanyak 300 ml 3. Larutan yang telah di blender diperas menggunakan saringan 4. Larutan yang telah diperas menjadi berwarna abu - abu kekeruhan 5. Kemudian dilakukan penyulingan sehingga menghasilkan warna putih bening seperti air 6. Hasil ekstrak kulit durian yang sudah di suling siap di gunakan pada objek penelitian terhadap Nyamuk Aedes spp dengan konsentrasi 0 % sebagai kontrol, 25%, 50 %, 75 % sebagai perlakuan 3.7.3. Definisi Operasional 1. Jumlah nyamuk Aedes spp adalah sebanyak 180 ekor yang belum disemprot dengan beberapa konsentrasi ekstrak kulit durian. 2. Ekstrak kulit durian adalah banyaknya hasil penyulingan dengan metode ekstrak yang akan disemprotkan terhadap nyamuk Aedes spp yaitu: 0 %, 25 %, 50 %, dan 75 %. 3. Suhu adalah temperatur yang diukur selama penelitian dilakukan dengan menggunakan alat thermometer, dinyatakan dalam derajat celcius.

4. Kelembaban adalah : kelembaban udara di tempat penelitian yang diukur dengan menggunakan alat hygrometer, dinyatakan dalam persen. 5. Jumlah nyamuk Aedes spp yang mati adalah : banyaknya nyamuk Aedes spp yang mati setelah dilakukan perlakuan penyemprotan hasil beberapa ekstrak kulit durian yang diamati selama 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit yang ditandai dengan nyamuk tidak bergerak, dan tidak dapat terbang. 6. Keefektifan ekstrak kulit durian adalah : kosentrasi ekstrak kulit durian yang paling rendah yang dapat membunuh nyamuk Aedes spp, sebanyak 50 % hewan percobaan (LD50). 3.7.4. Cara Melakukan Pengenceran Kosentrasi larutan durian Cara untuk mendapatkan masing-masing kosentrasi kulit durian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan kosentrasi 0 % maka yang digunakan aquadest sebanyak 100 ml tanpa penambahan larutan kulit durian. 2. Untuk mendapatkan kosentrasi 25% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian sebanyak 25 ml 3. Untuk mendapatkan kosentrasi 50% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian 50 ml 4. Untuk mendapatkan kosentrasi 75% maka ditambahkan 100 ml aquadest dan larutan kulit durian 75 ml 3.7.5. Cara melakukan percobaan

1. Masing-masing 15 ekor nyamuk Aedes spp dewasa diambil dari kotak pemeliharaan dengan menggunakan alat aspirator dan dimasukkan ke dalam kotak perlakuan yang telah di beri lebel A untuk perlakuan penyemprotan dengan konsentrasi 0% sebagai kontrol : kotak B untuk konsentrasi 25%, kotak C untuk konsentrasi 50%, kotak D untuk konsentrasi 75%. 2. Lakukan penggunaan penyemprotan sesuai dengan konsentrasi ekstrak kulit durian dengan Jarak 30 cm dari masing-masing kotak perlakuan. 3. Amati dan catat nyamuk Aedes spp yang mati setelah 30 menit dengan interval waktu setiap 5 menit. 4. Untuk kotak perlakuan dan kotak kontrol dilakukan pencucian dan di jemur setiap akan dilakukan pengulangan. 3.8. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil percobaan dianalisa menggunakan metode distribusi frekwensi ( Deskriptif ) data diperoleh dari hasil 3 kali perlakuan dan satu kontrol dengan konsentrasi ekstrak kulit durian 0%, 25%, 50%, 75%, serta 3 kali pengulangan pada konsentrasi yang paling efektif (Hanafiah, 2005).

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Ekstrak Kulit Durian ( Durio zibethinus Murr ) terhadap kematian nyamuk Aedes spp. Hasil penelitian dengan menggunakan berbagai konsentrasi adalah 0%, 25%, 50% dan 75% dengan ekstrak kulit durian yang di semprot dalam membunuh nyamuk Aedes spp yaitu dari 4 kosentrasi ( 3 perlakuan dan 1 kontrol ) dengan 3 kali pengulangan selama 30 menit pengamatan menunjukan hasil seperti pada tabel-tabel berikut. Dalam penelitian ini menggunakan nyamuk Aedes spp sebanyak 180 nyamuk dewasa dengan masing-masing perlakuan 15 ekor nyamuk yang berada dalam kotak pengamatan. Tiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap lima menit sebanyak 4 kali. Jadi pengamatan dilakukan setiap 5 menit selama 30 menit. Hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut: 4.1.1. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Konsentrasi 0 % ( Kontrol ) Waktu Pengamatan Tabel 4.1 Hasil pengamatan Kematian nyamuk Aedes spp setiap 5 menit Pengamatan Selama 30 Menit Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 0 % Rata - rata Ulangan I II III 5 menit 0 0 0 0 10 menit 0 0 0 0 15 menit 0 0 0 0 20 menit 0 0 0 0 25 menit 0 0 0 0 30 menit 0 0 0 0 37

Pada Kosentrasi 0% ( Kontrol ) dengan waktu pengamatan setiap 5 menit selama 30 menit serta 3 kali pengulangan tidak ada nyamuk yang mati ( 0% ). 4.1.2. Kematian nyamuk Aedes spp pada kosentrasi 25% Hasil pengamatan Kematian nyamuk setelah penyemprotan Ekstrak Kulit Durian ( Durio zibethinus Murr ) pada Kosentrasi 25% setiap lima menit selama 30 menit adalah sebagai berikut: Tabel 4.1.2. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Pada kosentrasi 25% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ). Waktu Pengamatan Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 25 % Rata - rata Ulangan I II III 5 menit 4 4 5 5 10 menit 5 5 6 5 15 menit 7 6 8 7 20 menit 8 7 11 9 25 menit 10 12 11 11 30 menit 11 12 13 12 Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 25% sudah mencapai LD50 dimana rata-rata kematian nyamuk Aedes spp 7 ekor setelah 15 menit. Kematian nyamuk Aedes spp tertinggi terjadi pada 30 menit pengamatan dengan kematian rata-rata sebanyak 12 ekor.

4.1.3. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Kosentrasi 50% Tabel 4.1.3. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 50% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ) Waktu Pengamatan Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 50 % Rata - rata Ulangan I II III 5 menit 8 7 7 7 10 menit 8 9 10 9 15 menit 9 11 12 11 20 menit 12 14 13 13 25 menit 13 14 14 14 30 menit 14 15 15 15 Berdasarkan tabel 4.1.3. diatas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 50% sudah mencapai LD50 yaitu rata-rata kematian 7 ekor terjadi pada pengamatan 5 menit pertama. Kematian seluruh nyamuk Aedes spp yaitu pada ulangan kedua setelah 30 menit pengamatan. 4.1.4. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Kosentrasi 75% Tabel 4.1.4. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 Menit Pada Kosentrasi 75% Ekstrak Kulit Durian (Durio zibethinus Murr ) Waktu Pengamatan Jumlah Nyamuk Aedes spp yang mati setelah Perlakuan pada Konsentrasi 75 % Rata - rata Ulangan I II III 5 menit 10 11 11 11 10 menit 11 13 13 12 15 menit 14 13 14 14 20 menit 14 15 14 14 25 menit 15 15 15 15 30 menit 15 15 15 15

Berdasarkan tabel 4.1.4. di atas menunjukan bahwa kematian nyamuk Aedes spp untuk kosentrasi 75% selama 5 menit pengamatan sudah mencapai LD50 dengan rata-rata 11 ekor nyamuk. Kematian seluruh nyamuk Aedes spp setelah 20 menit pengamatan dengan rata-rata 14. 4.1.5. Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Empat Kosentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Tabel 4.1.5. Hasil Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat Konsentrasi Setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit Konsentrasi Kematian nyamuk Aedes spp 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit A. 0 % 0 0 0 0 0 0 B. 25% 13 16 21 26 33 36 C. 50 % 22 27 32 39 41 44 D. 75% 32 37 41 43 45 45 Berdasarkan tabel 4.1.5. di atas dapat dilihat bahwa kematian nyamuk Aedes spp menunjukan kosentrasi tertinggi dalam membunuh nyamuk Aedes spp adalah kosentrasi 75% dimana seluruh nyamuk telah mengalami kematian setelah 25 menit pengamatan. Sedangkan pemaparan yang paling lama dari seluruh kosentrasi adalah kosentrasi 25% dengan kematian hampir seluruhnya setelah 30 menit pengamatan. Pada kontrol yaitu kosentrasi 0% tidak terjadi kematian nyamuk Aedes spp.

4.1.6. Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp pada Empat Konsentrasi setiap 5 menit Pengamatan selama 30 menit. Dari seluruh perlakuan dan pengamatan pada semua kosentrasi dapat diketahui rata-rata dan persentase kematian nyamuk Aedes spp,seperti yang tercantum pada tabel di bawah : Tabel 4.1.6. Rata-rata dan Persentase Kematian Nyamuk Aedes spp Pada Empat Konsentrasi Setiap 5 Menit Pengamatan Selama 30 Menit Kematian Nyamuk Aedes spp Konsentrasi 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit Rerata % Rerata % Rerata % Rerata % Rerata % Rerata % A. 0% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 B. 25% 5 33,33 5 33,33 7 46,67 9 60,00 11 73,33 12 80.00 C. 50% 7 46,667 9 60,00 11 73,33 13 86,67 14 93,33 15 100 D. 75% 11 73,33 12 80,00 14 93,33 14 93,33 15 100 15 100 Berdasarkan tabel 4.1.6. menunjukan kematian tertinggi nyamuk Aedes spp dalam presentasi setiap kosentrasi berturut-turut adalah untuk kosentrasi 25% mencapai kematian 80% selama 30 menit pengamatan, kosentrasi 50% mencapai kematian 100% selama 30 menit pengamatan dan konsentrasi 75% mencapai kematian 100% selama 30 menit pengamatan, pada kontrol dengan kosentrasi 0% tidak terdapat kematian nyamuk Aedes spp selama 30 menit pengamatan.

4.1.7. Jumlah dan rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada saat Lethal Dose 50 Tercapai setelah 15 Menit Pengamatan Lethal Dose 50 (LD 50) dicapai setelah 15 menit pengamatan untuk semua perlakuan, sehingga untuk melakukan perbandingan uji Deskriptip dapat menggunakan data kematian nyamuk Aedes spp seperti pada tabel berikut : Tabel 4.1.7. Jumlah dan Rata-rata Kematian nyamuk Aedes spp Pada Empat Kosentrasi Dengan Tiga kali ulangan pada saat Lethal Dose 50 (LD 50) Tercapai Setelah 15 Menit Pengamatan Kematian Nyamuk Aedes spp Kosentrasi Ulangan Jumlah Rata-rata I II III A. 0 % 0 0 0 0 0 B. 25 % 7 6 8 21 7 C. 50 % 9 11 12 32 11 D. 75 % 14 13 14 41 14 Hasil penelitian tersebut dianalisa secara Deskriptip setelah terlebih dahulu jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada setiap ulangan kosentrasi ditransformasi untuk menghilangkan angka nol dalam perhitungan. Transformasi data dilakukan dengan tujuan supaya data yang diolah telah memenuhi asumsi yang mendasari pemakaian suatu analisa data, sehingga hasil analisa data ini akan mampu mencerminkan kejadian yang sebenarnya terjadi dalam suatu percobaan. Karena terdapat jumlah kematian nyamuk Aedes spp dibawah 10 ekor maka digunakan transformasi data (Hanafiah, 2005 ) 4.2. Suhu Ruangan Penelitian

Pada saat penelitian dilakukan, temperatur udara di ruangan penelitian diukur dengan menggunakan Thermometer dengan hasil pengukuran sekitar 28,6 0 C 30,2 0 C 4.3. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian Pada saat penelitian dilakukan, kelembaban udara di ruangan penelitian diukur dengan menggunakan alat Hygrometer dengan hasil pengukuran sekitar 69,46% - 70%.

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Ekstrak kulit Durian (Durio Zibthinus Murr ) Terhadap kematian nyamuk Aedes spp Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 4 macam kosentrasi perlakuan yaitu 0% ( sebagai kontrol ), 25%, 50% dan 75% dengan tiga kali ulangan selama 30 menit pengamatan dengan interval waktu setiap 5 menit, diperoleh jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada waktu pemaparan yang berbedabeda dan kosentrasi yang berbeda pula. Pada tabel 4.1.6. terlihat bahwa pada kosentrasi 0% yang berisi Aquadest tanpa ekstrak kulit durian ( Durio Zibethinus Murr ) ( sebagai kontrol) tidak dijumpai adanya nyamuk Aedes spp yang mati. Hal ini membuktikan bahwa Aquadest yang disemprotkan pada nyamuk Aedes spp tidak menimbulkan kematian. Pada kosentrasi 25% tingkat kematian 50% lebih tercapai setelah 15 menit pengamatan untuk memenuhi Lethal Dose 50 ( LD50 ), sedangkan pada kosentrasi 50% dan kosentrasi 75% tingkat kematian yang memenuhi Lethal Dose 50 (LD 50) tercapai setelah 5 menit pengamatan. Tingkat kematian 100% terjadi pada kosentrasi 75% setelah 20 menit pengamatan. Semakin tinggi kosentrasi perlakuan semakin banyak jumlah nyamuk Aedes spp yang mati. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan kimia dalam ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr ) yaitu minyak atsiri yang mengandung zat insektisida mempunyai dasar toksisitas yang juga tinggi. Sedangkan bila diperhatikan dari waktu 44

lamanya pemaparan bahwa semakin lama waktu paparannya, jumlah nyamuk Aedes spp yang mati semakin berkurang. Hal ini dapat di sebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari luar seperti pengaruh kecepatan angin, juga faktor dari dalam ataupun dari insektisida nabati sendiri, dimana minyak atsiri dalam ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr ) tersebut bersifat mudah menguap pada suhu kamar ( Wikipedia, 2008 ). Pada 20 menit pengamatan, jumlah nyamuk Aedes spp yang mengalami kematian dijumpai pada kosentrasi 25% sebesar 60%, kosentrasi 50% sebesar 86,67%, kosentrasi 75% telah mencapai 93,33%. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada kosentrasi 25% telah cukup efektif karena telah memenuhi standar LD50 yaitu telah membunuh sebanyak 60%. Dimana Lethal Dose 50 adalah kosentrasi tertentu suatu bahan yang mampu mematikan sebanyak 50% hewan percobaan ( Siregar 2008 ). Sehingga dapat dinyatakan bahwa waktu 20 menit pemaparan dengan kosentrasi 25% adalah efektif dalam pengendalian nyamuk Aedes spp. Data analisa Deskriftif yang di gunakan adalah data kematian nyamuk selama 20 menit pengamatan. Data hasil percobaan didapatkan data ada yang mengandung nilai nol, sehingga hasil yang diperoleh dapat mencerminkan hasil yang sebenarnya dan terdapat perbedaan antara perlakuan dengan jumlah kematian nyamuk Aedes spp pada masing masing kosentrasi. Produsen insektisida dapat mengaplikasikan ekstrak kulit durian sebagai insektisida nabati dan untuk pengaplikasiannya dalam masyarakat umum, ekstrak

kulit durian (Durio zibethinus Murr) dapat diperoleh dalam bentuk tepung selain bentuk minyak atsiri (Kardinan, 2004). Berdasarkan cara masuk insektisida dalam hal ini ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) ke dalam tubuh nyamuk Aedes spp dapat dinyatakan sebagai racun kontak, dan racun pernafasan. Sebagai racun kontak, ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh nyamuk yang menyebabkan nyamuk jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh nyamuk mengering karena dehidrasi. Dimana, dinyatakan sebagai racun kontak apabila insektisida dapat masuk kedalam tubuh nyamuk lewat kulit bersinggungan langsung (Djojosumarto, 2000). Sebagai racun pernafasan, nyamuk menghirup ekstrak kulit durian (Durio zibethinus Murr) yang menyebabkan nyamuk tergelepar sehingga akhirnya mengalami kematian. Racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas (Djojosumarto, 2000). Racun inhalasi merupakan racun yang bekerja lewat sistem pernapasan. Serangga akan mati bila insektisida dalam jumlah yang cukup masuk kedalam pernapasan serangga dan selanjutnya di transpportasikan ketempat racun tersebut bekerja. Sedangkan racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan ( misalnya menghentikan kerja otot yang mengatur pernapasan ), sehingga mati akibat tidak bisa bernapas (Soemirat, 2005). Biasanya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang tidak tergantung pada bentuk mulutnya (Dinata, 2008).

5.2. Penggunaan Ekstrak Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Kematian Nyamuk Aedes spp Pemanfaatan kulit durian sebagai pengendali nyamuk Aedes spp merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Berbagai macam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida nabati karena mengandung minyak Atsiri yang tidak di sukai nyamuk karena baunya yang sangat menyengat. Melalui proses penyulingan dengan metode destilasi, diantaranya yang sudah diteliti Ekstrak Rimpang Jeringo (Acorus calamus L) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 30% untuk membunuh nyamuk Aedes aegepty (Jayanti S, 2008). Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 40% untuk membunuh nyamuk Aedes spp (Hariana, 2008). Ekstrak kulit durian (Durio Zibethinus Murr) dengan ditambahkan etanol 70% dengan konsentrasi yang paling efektif 25% untuk membunuh nyamuk Aedes aegepty dengan metode elektrik (Widarto, 2007). Peneliti meneruskan penelitian ekstrak kulit durian dengan konsentrasi yang berbeda tanpa menggunakan etanol 70% dengan metode penyemprotan dalam pengendalian nyamuk Aedes spp. 5.3 Suhu Ruangan Penelitian Hasil pengukuran suhu ruangan penelitian yang diukur selama melakukan penelitian adalah sekitar 28,6 0 C 30,2 0 C suhu udara tersebut tidak mempengaruhi

penelitian karena menuntut Jumar (2000) suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi kelangsungan hidup nyamuk, dimana suhu minimum adalah 15 0 C dan suhu maksimum pada 45 0 C. 5.4. Kelembaban Udara Ruangan Penelitian Hasil pengukuran kelembapan udara dalam ruangan penelitian yang juga diukur selama melakukan penelitian yaitu sekitar 69,46% - 70%. Kelembapan tersebut tidak mengganggu kelancaran penelitian karena menurut Jumar (2000) bahwa kelembapan udara yang mendukung kehidupan nyamuk adalah sekitar 60% sampai 89%.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Pada kontrol berisi aquadest dengan 3 kali ulangan selama 30 menit pengamatan tidak ditemukan kematian nyamuk Aedes spp. 2. Dari empat konsentrasi dengan 3 kali ulangan selama 30 menit pengamatan menunjukkan kematian nyamuk Aedes spp dengan Lethal dose 50 (LD50) tercapai setelah pemaparan 20 menit dengan rata-rata kematian pada konsentrasi 25% sebanyak 60% ; konsentrasi 50% sebanyak 86,67% ; konsentrasi 75% telah mencapai 93,33%. 3. Konsentrasi efektif ekstrak kulit durian yang dapat membunuh nyamuk Aedes spp adalah konsentrasi 25% dengan waktu papar 20 menit dan tingkat kematian nyamuk mencapai 60% (memenuhi LD50). 6.2. Saran 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu alternatif pengendalian vektor khususnya nyamuk Aedes spp sebagai insektisida nabati yang aman bagi lingkungan dan manusia. 2. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan konsentrasi yang lebih rendah dan menentukan bahan aktif yang spesifik yang bersifat racun terhadap nyamuk Aedes spp. 49