KARTELISASI POLITIK PILKADA LANGSUNG



dokumen-dokumen yang mirip
Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian tersebut, bisa disimpulkan bahwa, kekuatan sumber daya

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

I. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

KAMPANYE TAK BERKUALITAS, POLITIK UANG MENGANCAM

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

Pembaruan Parpol Lewat UU

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Hubungan antara pemerintah dengan warga negara atau rakyat selalu berada. terbaik dalam perkembangan organisasi negara modern.

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

Jenderal TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

Dermawan Zebua DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian deskriptif (descriptive research) dengan desain

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

LEMBAR FAKTA SEJUMLAH FAKTA TENTANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG. MITOS 1 Biaya Penyelenggaraan Pemilukada Langsung Mahal dan Boros Anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH

LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan bagaian dari impact dari

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

Template for Microsoft PowerPoint

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB VII P E N U T U P. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: pertama, apakah struktur

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

Disampaikan oleh: Drs. Al Muzzammil Yusuf, M. Si. Nomor Anggota: A-93

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, secara otomatis merubah sistem politik di Indonesia. Hal ini dikarenakan

ROBBY ANDRE / / 2EA26 TUGAS III. Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA

HANDOUT MATAKULIAH: PROPAGANDA

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

DAFTAR PERTANYAAN. Akuntabilitas Anggota Legislatif Terpilih Pada Pemilu 2009.

TUGAS ILMUWAN POLITIK DALAM PENGAWALAN POTENSI RESIKO JELANG PEMILUKADA 2015

Pilkada Langsung; Entry Point Dalam Menuju Good Governance

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

BAB II LANDASAN TEORI

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

KARTELISASI POLITIK PILKADA LANGSUNG Oleh Airlangga Pribadi Staf Pengajar Ilmu Politik Universitas Airlangga Associate Researcher Soegeng Sarjadi Syndicated Pemilihan kepala daerah langsung yang akan segera diselenggarakan pada medio tahun ini merupakan momen politik yang amat menentukan. Tercatat pada bulan Juni ini akan dilaksanakan pemilihan kepala daerah langsung di 170 daerah, yang akan disusul dengan pemilihan kepala daerah langsung di 70 daerah antara Juni tahun 2005 sampai Desember 2005. Sepertinya banyak harapan tertumpu pada prosesi Pilkada Langsung nanti, diantaranya adalah harapan bahwa salah satu bagian reformasi procedural politik ini dapat menjadi panacea terhadap berbagai kelemahan yang muncul sebagai akibat dari mekanisme pemilihan kepala daerah yang dilakukan melalui perwakilan seperti yang selama ini diselenggarakan. Ketika kekuasaan warga benar-benar dapat terealisasikan melalui kesempatan warga untuk dapat memilih sendiri kepala daerah yang akan mengelola daerah mereka, maka setidaknya kondisi ini dapat membawa transformasi pada tiga agenda penting politik lokal, Pertama, momen politik ini berpotensi untuk meningkatkan akuntabilitas dari kepala daerah. Kedua, pemilihan kepala daerah secara langsung yang dilakukan oleh rakyat akan memberikan peluang terhadap perbaikan pelayanan public yang lebih baik. Ketiga, proses mekanisme pertanggungjawaban langsung oleh kepala daerah kepada rakyat sebagai pemilih bukan kepada anggota legislative yang seringkali justru dapat menimbulkan distorsi politik. Namun demikian bukan berarti bahwa pemilihan kepala daerah yang akan diselenggarakan tahun 2005 ini secara otomatis dapat berjalan baik tanpa batu kerikil untuk mengubah wajah politik local menjadi lebih baik. Pada tingkatan praksis 1

politik, terdapat berbagai kendala kondisi politik yang akan dapat menghambat peran Pilkada Langsung ini untuk meningkatkan performa demokrasi di tingkatan local. Kartelisasi Politik Salah satu optimisme public yang muncul disekitar wacana pilkada langsung ini adalah asumsi bahwa pasar bebas politik yang terbentuk dari dibukanya peluang bagi warga untuk memilih kepala daerahnya sendiri ini akan memungkinkan bagi terpilihnya para kepala daerah pilihan rakyat yang akan mengemban aspirasi dari para warga. Namun demikian asumsi ini melupakan factor krusial bahwa pasar bebas politik tidak selalu bahkan seringkali berjalan tidak sempurna. Pada kenyataannya pasar politik sarat dengan variabel pengganggu yang dapat mengacaukan kompetisi sehat di pasar politik pilkada langsung nanti. Ancaman kegagalan pasar politik dalam pilkada langsung nanti untuk menumbuhkan iklim kompetisi politik yang sehat dan representatif dimungkinkan oleh munculnya fenomena kartelisasi politik. Kartelisasi politik terjadi ketika kekuatan-kekuatan besar politik (parpol dan kandidat) dalam system politik demokrasi, dimana masing-masing actor tersebut memiliki kekuatan untuk menghalangi dan meminggirkan kekuatan-kekuatan politik baru untuk dapat memasuki ruang politik yang ada (Bartolini dan Mair 2001). Dalam politik local kita, fenomena kartelisasi politik ini dapat muncul dalam berbagai macam bentuk. Kartelisasi politik dapat hadir dalam bentuk koalisi kekuatan-kekuatan partai politik besar, tindakan politik yang dilakukan oleh kandidat kepala daerah dengan memanfaatkan sumber daya birokrasi yang mereka miliki bagi tujuan pemenangan pemilihan, maupun kekuatan politik uang yang dimiliki oleh para kandidat yang memiliki dana kuat untuk membatasi akses pesaing lainnya menuju pasar politik. 2

Sebagai salah satu contoh indikasi kartelisasi politik ini muncul dari keinginan melakukan koalisi politik antara kekuatan PDI-P dan PKS dalam pemilihan Kepala Daerah Langsung yang akan dimulai di Surabaya. Kekuatan besar PDI-P di Surabaya (partai ini berhasil memasukkan 13 calon dalam fraksinya di Surabaya) sepertinya telah menjadi daya magnetis yang memikat Partai Keadilan Sejahtera untuk melirik PDI-P dalam arena pertarungan politik demokrasi local. Sementara di sisi lain PDI-P membutuhkan konstituen politik dari PKS yang dikenal memiliki tingkat soliditas yang tinggi. Terlepas dari kalkulasi politik dan kepentingan dari dua kekuatan politik tersebut. Kecenderungan ini dapat memperkecil kemungkinan munculnya figure alternative yang semestinya dapat diusung oleh kekuatan politik potensial PKS, karena dukungannya terhadap kekuatan besar PDI-P dengan tokoh populis yang ia calonkan Pada intinya berbagai tindakan kartelisasi politik tersebut dilakukan untuk menghambat munculnya kekuatan politik dan kandidat politik baru maupun alternative untuk masuk dalam arena politik demokrasi. Alih-alih memberikan kontribusi postitf bagi pengembangan demokrasi local, pemilihan kepala daerah langsung yang telah terdistorsi oleh praktek kartelisasi politik dapat berakibat buruk bagi performa demokrasi kita kedepan. Setidaknya kartelisasi politik yang terjadi memberikan empat dampak negative bagi praktek politik lokal kita. Pertama, kartelisasi politik dapat mengganggu bahkan mematikan proses sirkulasi elite politik sebagai sesuatu yang amat krusial bagi kehidupan demokrasi kita. Ketika arena politik hanya diiisi dan diperebutkan oleh kekuatan-kekuatan politik besar dan lama yang memiliki akses kepada sumbersumber politik (uang, birokrasi, relasi massa primordial) maka menjadi suatu 3

kesempatan yang hampir mustahil mengharapkan kemunculan elite politik baru dan alternative untuk dapat terpilih dalam proses politik. Kedua, eksisnya kartelisasi politik dalam suatu pasar politik yang terdistorsi dapat menyebarkan dan memperkuat praktek-praktek politik negatif berupa money politics, pemanfaatan massa politik primordial, dan distorsi informasi yang dilakukan oleh elite-elite politik kelas kakap untuk memanipulasi preferensi politik publik. Ketiga, praktek kartelisasi politik yang berjalan dapat menghambat kesempatan bagi munculnya figure pemimpin baru pilihan public yang memiliki kapabilitas intelektual dan praktikal untuk mengelola daerah dan mengemban amanat warga daerah, ketika kesempatan untuk memasuki wilayah politik telah dipangkas oleh kekuatan-kekuatan besar elite politik yang ada. Keempat, fenomena kartelisasi politik yang berlangsung akan membatasi pilihan-pilihan kandidat pemimpin yang ada, sehingga kondisi ini akan membatasi preferensi yang ada bagi warga Efek-efek negative dari fenomena kartelisasi politik tersebut tentunya dapat menyurutkan harapan bagi suatu proses perubahan ketika iklim politik yang lama dirasakan sudah semakin menjemukan. Kesadaran Politik Rasional Fenomena kartelisasi politik yang telah diuraikan diatas memang merupakan tantangan nyata bagi system politik demokrasi. Bahkan dalam negara yang telah membangun kelembagaan politik demokrasi yang mapan pun, kartelisasi politik masih menjadi hantu yang merongrong kehidupan demokrasi sehari-hari. Pasar politik yang terdistorsi oleh kartelisasi politik bukanlah sebuah kutukan yang tidak dapat diperbaiki dalam arena politik demokrasi. Untuk itu diperlukan tindakan politik praksis dari setiap agensi politik untuk bersama-sama membangun arena demokrasi, sebagai tempat yang subur bagi persemaian bagi kehidupan politik yang sehat. Tempat bagi bergulirnya sirkulasi elite 4

politik yang mecerminkan aspirasi suara rakyat, juga tempat bagi tumbuh dan berkembangnya kekuasaan otentik warga didalam ruang politik local. Melalui pendidikan politik warga yang berjalan secara simultan dan pembukaan ruang public yang bebas dan rasional, maka kesadaran politik rasional public perlahan-lahan dapat ditumbuhkan. Dalam hal ini berbagai hal dapat dilakukan untuk membangun kesadaran politik kolektif warga. Hal ini dapat dimulai dengan membangun kerjasama yang intens antara kekuatan masyarakat sipil, masyarakat politik, kekuatan-kekuatan akar rumput yang ada, dan tidak kalah pentingnya adalah peran media massa untuk membangun kesadaran politik rasional warga melalui pembukaan ruang public yang bebas dan rasional. Sehingga perhelatan demokrasi pilkada langsung nanti dapat mendorong proses demokrasi local kita menuju kearah yang lebih baik. 5