BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Jalur yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga sains merupakan ilmu yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

BAB I PENDAHULUAN. dan bertaqwa, bersikap mulia dan berpengetahuan yang sesuai dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Biologi merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan mengarahkan siswa untuk terlibat dalam proses berpikir dan bersikap ilmiah melalui metode ilmiah. Oleh sebab itu pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Pendidikan IPA (kimia) diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan melalui eksperimen untuk menemukan jawaban pertanyaan apa (what), mengapa (why), dan bagaimana (how) gejala-gejala alam itu terjadi. Pengajaran IPA khususnya kimia lebih didukung oleh adanya kegiatan laboratorium dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Dengan adanya kegiatan laboratorium akan menjadikan siswa terlibat aktif atau subjek belajar dalam proses pembelajarannya. Keterlibatan aktif dari siswa dalam kegiatan pembalajaran laboratorium, yaitu siswa terbiasa dengan proses berpikir bekerja dengan langkah metode ilmiah sehingga tertanam sikap 1

2 ilmiah dalam dirinya. Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkembangkan antara lain rasa ingin tahu, tanggung- jawab, jujur, teliti dan disiplin. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tresna Sastrawijaya yang menyatakan bahwa, setelah mempelajari kimia siswa diharapkan memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal, memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam penggunaan laboratorium serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari (1988: 113). Hal tersebut sangat penting untuk mengantisipasi sedini mungkin bagi siswa terhadap maraknya krisis moral yang terjadi saat ini. Berdasarkan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran kimia di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Membentuk sikap positip terhadap kimia dengan menyadari serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2. Memupuk sikap ilmiah. 3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui eksperimen. 4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang bermanfaat dan merugikan manusia serta pentingnya melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. 5. Pemahaman pengetahuan yang diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi (Mulyasa, 2007: 133 134). Ilmu kimia yang merupakan cabang dari IPA meliputi produk, proses, dan sikap dalam aplikasinya demi kesejahteraan manusia dengan tidak mengabaikan kelestarian lingkungan alam di sekitar kita. Akan tetapi banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran kimia dan mereka menganggap

3 bahwa pelajaran kimia merupakan momok yang menakutkan (berisi rumus-rumus dan konsep/drilling soal-soal), sehingga mereka merasa kesulitan dalam belajar kimia. Hal ini menunjukkan salah satu buruknya pengelolaan sistem pendidikan. Buruknya sistem pendidikan di Indonesia ini mengakibatkan gagalnya pendidikan sistem nilai (sikap kepribadian). Kegagalan pendidikan secara kognitif akan menghasilkan manusia-manusia yang tidak berkembang daya nalarnya, dan sempit wawasannya. Sedangkan kegagalan pendidikan secara afektif akan menghasilkan manusia yang sulit dewasa imannya, meskipun mereka mengakui sebagai manusia beragama. Manusia manusia seperti ini mempunyai kecenderungan untuk bersikap tidak bijaksana dalam menghadapi masalah hidup yang kompleks. Mereka tidak mampu menganalisis masalah masalah kehidupan, mereka tidak mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapinya. Di era reformasi ini, pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis untuk melestarikan sistem nilai karena melalui proses pendidikan tidak hanya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan peserta didik yang dibentuk, tetapi juga sikap, perilaku, kepribadian perlu mendapat perhatian yang serius (Drost, 2001: 11). Pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian ini menjadi sangat penting karena arus komunikasi dan informasi, baik cetak maupun elektronik, tidak selalu membawa pengaruh positip bagi peserta didik. Dengan demikian tugas seorang pendidik salah satunya harus mampu membentuk mereka menjadi agents of modernization bagi dirinya sendiri, lingkungan, dan masyarakat. Dari hal tersebut diatas dunia pendidikan banyak melakukan perubahan dan perbaikan dalam pencapaian tujuan pendidikan.

4 Berbagai perubahan terus dilakukan dalam upaya untuk menyesuaikan pendidikan yang ada terhadap tuntutan yang terus berkembang di masyarakat. Perubahan ini antara lain perubahan struktural, perubahan isi, perubahan peran guru, kegiatan-kegiatan pendidikan dan perubahan pengelolaan sistem pendidikan. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa perbaikan model pembelajaran merupakan salah satu bagian dari upaya perubahan, yang tentunya mengarah pada pencapaian tujuan yang lebih baik. Perubahan model pembelajaran tersebut harus menggantikan model konvensional. Model konvensional yang selama ini digunakan cenderung berpusat pada guru (teacher centered) yang menekan aktifitas, kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa. Model ini kurang cocok dalam tujuan pencapaian keberhasilan siswa dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga akan menghasilkan lulusan siswa SMA yang kualitasnya rendah. Perubahan model khususnya pada pembelajaran sains harus melibatkan peran serta siswa yang secara aktif untuk mengaplikasikan metode ilmiah pada situasi yang nyata, sehingga akan terbentuk sikap ilmiah pada diri siswa. Oleh karena itu model yang diterapkan dalam pembentukan sikap ilmiah siswa yaitu model yang mampu mendorong siswa untuk berpikir ilmiah bekerja dengan metode ilmiah. Salah satu model pembelajaran sebagai pengganti model konvensional dalam pembelajaran sains adalah Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee. Menurut Arends (1997: 66), bahwa Direct Instruction adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, walaupun pembelajaran direct instruction

5 berpusat pada guru, tetapi model pembelajaran ini lebih memberikan peluang pada siswa untuk lebih berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi Model Direct Instruction memberikan alternatif solusi dalam upaya peningkatan dibidang produk, proses dan sikap. Model Direct Instuction yang ditunjang dengan peranan laboratorium diharapkan merupakan salah satu model yang efektif dan efesien dalam pembentukan sikap (sikap ilmiah) siswa SMA Negeri 2 karanganyar yang kondisi siswanya kurang cerdas, monoton, kurang inisiatif yang masih sangat tergantung pada keterlibatan guru dalam proses pembelajarannya. Model Direct Instruction sangat cocok untuk proses pembelajaran yang memberikan panduan secara terstruktur dan bertahap serta memberikan kemudahan kepada siswa SMA yang tingkat berpikirnya masih rendah dan secara perlahan tahap demi tahap untuk mengembangkan tingkat berpikir lebih tinggi. Lembar kerja praktikum diperlukan dalam kegiatan praktikum dan menjadi wahana berlangsungnya kegiatan laboratorium agar sampai pada tujuan yang ingin dicapai pada proses pembelajaran. Sedangkan Diagram Vee sebagai alat yang digunakan untuk membangun struktur ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Novak dan Gowin dalam bukunya Learning How to Learn (1984: 57) yang menyatakan Diagram Vee dapat membantu siswa menguasai tujuan dalam melaksanakan kerja praktik di laboratorium. Diagram Vee menghubungkan antara perkembangan ilmu pengetahuan atau penemuan dari prosedur kerja di laboratorium dengan konsep dan ide-ide teori yang mengarah pada pertanyaan-pertanyaan. Dengan Diagram Vee pula akan membantu siswa yang berpraktikum melihat hubungan antara struktur ilmu pengetahuan yang

6 dihasilkan dari proses penelitian. Diagram Vee juga akan memberikan gambaran yang benar dalam menempatkan dan memilih kejadian obyek dan konsep tertentu yang relevan, dengan memberikan fokus pada hubungan yang ada. Dengan Diagram Vee akan memperkecil kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan cacatan yang kurang tepat atau gagal, karena praktikan selalu dituntut untuk melihat antara sisi konsep dengan sisi metode dalam perolehan tentang kerjanya. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan Diagram Vee yang ditunjang dengan peranan laboratorium kimia sangat efektif dan efisien bagi keterlibatan siswa dalam melaksanakan proses ilmiah dan melatih ketrampilan berpikir ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, sehingga akan terbentuk sikap ilmiah pada diri siswa. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ilmu kimia merupakan salah satu bagian sains dan tersedianya laboratorium di sekolah merupakan sarana efektif untuk menerapkan Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee yang didukung keterampilan menggunakan alat laboratorium dalam pembentukan sikap ilmiah. Bila dilihat dari kedalaman konsep, keterampilan menggunakan alat laboratorium dan pembentukan sikap ilmiah maka Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee dengan memanfaatkan sarana laboratorium sangat efektif dan efisien. Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee yang memanfaatkan sarana laboratorium sangat dipengaruhi oleh keterampilan menggunakan alat laboratorium dalam pencapaian tujuan pembelajarannya. Keterampilan menggunakan alat laboratorium merupakan hal

7 yang penting dalam pencapaian keberhasilan berpraktikum di laboratorium. Keterampilan menggunakan alat laboratorium mengacu pada penggunaan keterampilan dasar motorik, koordinasi dan gerakan fisik yang menyatakan action praktikan dalam proses ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah yang berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa. Penelitian tentang peranan laboratorium dan penggunakan model pembelajaran Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee dengan memperhatikan keterampilan menggunakan alat laboratorium terhadap pembentukan sikap ilmiah siswa SMA mempunyai arti yang penting terhadap kondisi masyarakat sekarang dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena disamping sebagai sarana yang sangat efektif dalam pembelajaran sains, juga mampu mendidik siswa berpikir serta bersikap ilmiah dalam belajar dan bekerja dengan terampil dan cekatan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menuntut seseorang untuk bersikap secara ilmiah dan terus meningkatkan ilmu serta wawasan bagi kepentingan umat manusia. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan masyarakat yang berkembang secara dinamis menuntut kesiapan mental pada diri manusia. Kesiapan mental tersebut meliputi proses dan strategi bersikap ilmiah. Dalam dunia pendidikan, strategi berpikir tersebut bisa diperkenalkan melalui proses pembelajaran dengan Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee dengan memperhatikan ketrampilan menggunakan alat laboratorium yang memanfaatkan sarana laboratorium kimia di sekolah.

8 Pada mata pelajaran kimia di SMA kelas XI dalam mengajarkan konsep kecepatan reaksi kepada siswa untuk memanfaatkan laboratorium yang ada sesuai dengan kompetensi dasarnya. Pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan konsep kecepatan reaksi adalah eksperimen. Dengan eksperimen guru dapat mendesain suatu model pembelajaran untuk melaksanakan metode ilmiah, siswa akan terlibat secara aktif langsung dalam proses ilmiah yang akhirnya akan tertanam sikap ilmiah pada diri siswa SMA. Tetapi kenyataan di lapangan proses pembelajarannya hanya mengarah pada pemahaman konsep secara verbal (menghafal), maka model yang dipakai guru hanyalah Model Konvensional dengan memperhatikan aspek kognitif siswa. Hasil belajar dibidang afektif (sikap) nampaknya kurang mendapat perhatian dari para guru, sebab guru lebih banyak memberi perhatian pada bidang kognitif semata-mata. (Angkowo dan Kosasih, 2007: 56). Hal tersebut juga terjadi di SMA Negeri 2 Karanganyar, pembelajaran kimia hanya diarahkan pada pencapaian kognitif, sedangkan pencapaian sikap ilmiah siswa diabaikan. Bertolak dari hal tersebut, maka peneliti akan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee dengan memperhatikan Keterampilan Menggunakan Alat Laboratorium yang memanfaatkan sarana laboratorium terhadap pembentukan sikap ilmiah siswa.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Kimia merupakan cabang IPA dalam pembelajarannya harus melibatkan siswa dalam proses berpikir, bersikap ilmiah melalui metode ilmiah. 2. Ilmu kimia merupakan pengetahuan yang bersifat empiris, dengan melaksanakan kegiatan laboratorium (metode ilmiah) sehingga siswa terbiasa dengan proses berpikir dan bersikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang tidak terlepas dari hakikat sains yaitu produk, proses, dan sikap sesuai dengan kurikulum yang berlangsung saat ini (KTSP). 4. Rendahnya kualitas lulusan siswa SMA menghadapi kompleksitas permasalahan yang berkembang di masyarakat. 5. Proses pembelajaran yang selama ini hanyalah mengukur kemampuan pengetahuan (kognitif) siswa. 6. Perlunya inovasi model pembelajaran sains yang melibatkan partisipasi aktif dari siswa untuk melaksanakan proses ilmiah sehingga terbentuk sikap ilmiah. 7. Pentingnya pemanfaatan sarana laboratorium kimia dengan desain model pembelajaran Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee untuk melaksanakan kegiatan ilmiah sehingga terbentuk sikap ilmiah siswa, dengan tingkat pemikiran yang masih rendah.

10 8. Pemanfaatan sarana laboratorium dalam proses sains menuntut keterampilan menggunakan alat laboratorium. 9. Perlunya penelitian terhadap sikap ilmiah siswa SMA yang terbentuk dari proses kegiatan ilmiah. C. Pembatasan Masalah Sehubungan dengan banyaknya keterbatasan yang ada maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Kompetensi yang diukur hanyalah sikap ilmiah siswa. 2. Model pembelajaran yang dipakai adalah Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee dengan memperhatikan Keterampilan Menggunakan Alat Laboratorium yang ditunjang oleh sarana laboratorium kimia di sekolah. 3. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Negeri 2 Karanganyar kelas XI jurusan IPA Tahun Pelajaran 2008/2009. 4. Pokok bahasan yang digunakan hanya pada laju reaksi (pengaruh luas permukaaan, pengaruh konsentrasi, pengaruh suhu, pengaruh katalis dan penentuan orde reaksi). D. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh Model Pembelajaran Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee yang Ditunjang Sarana Laboratorium terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa?

11 2. Adakah pengaruh Keterampilan Menggunakan Alat Laboratorium tinggi, sedang, dan rendah terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa? 3. Adakah interaksi antara Model Pembelajaran Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee yang Ditunjang Sarana Laboratorium dengan memperhatikan Keterampilan Menggunakan Alat Laboratorium terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Pengaruh Model Pembelajaran Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee yang Ditunjang Sarana Laboratorium terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa. 2. Pengaruh Keterampilan Menggunakan Alat Laboratorium tinggi, sedang, dan rendah terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa. 3. Adanya interaksi antara Model Direct Instruction dengan Lembar Kerja Praktikum dan Diagram Vee yang ditunjang sarana laboratorium kimia dengan memperhatikan Keterampilan Menggunakan Alat Laboratorium terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis. a. Sebagai acuan dan bahan masukan untuk mengembangkan pengajaran ilmu kimia kearah pembentukan sikap ilmiah siswa.

12 b. Memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan terutama pada penggunaan model pembelajaran dengan memanfaatkan sarana laboratorium di sekolah untuk melaksanakan metode ilmiah. 2. Manfaat praktis. a. Memberikan masukan bagi praktisi pendidikan yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. b. Melatih siswa untuk bekerja dengan metode ilmiah dalam kegiatan proses ilmiah yang memanfaatkan sarana laboratorium.